D
2 5
10
I
A
4 E 3
6
B F J
Start 1 3 6 9
8 12 5
Finish
hh
C L
7 K 5
G H
4 7 8
9 11
= dummy
a. Hitung total jangka waktu pelaksanaan
b. Tentukan lintasan kritis
Penyelesaian :
A. Metode CPM
Levin dan Kirkpatrick (1972) dalam Ekanugraha (2016) menyebutkan CPM
adalah metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek merupakan
sistem yang paling banyak digunakan dibandingkan sistem yang lain yang
menggunakan prinsip jaringan kerja. Metode CPM banyak digunakan oleh
kalangan industri maupun proyek konstruksi. Cara ini dapat digunakan
apabila durasi kegiatan diketahui dan tidak terlalu berfluktuasi
1. Network Planning atau Jaringan Kerja
Husen (2011) menyatakan dalam bukunya sebagai berikut ini. Metode ini
dikembangkan untuk mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang
memiliki ketergantungan yang kompleks. Metode ini relatif lebih sulit,
hubungan antar kegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan kegiatan kritis.
Dengan informasi Network Planning lah tindakan koreksi dapat dilakukan
serta memperbarui jadwal. Akan tetapi, lebih informatif apabila metode ini
dikombinasikan dengan metode lain. Berikut beberapa manfaat dari
Network Planning:
a. Penggambaran logika hubungan antar kegiatan, membuat perencanaan
proyek menjadi lebih rinci dan detail.
b. Menyediakan kemampuan analisis untuk mencoba mengubah
sebagian dari proses, lalu mengamati efek terhadap proyek secara
keseluruhan.
c. Dalam Network Planning dapat terlihat jelas waktu penyelesaian yang
harus disegerakan.
d. Terdiri atas metode Activity On Arrow dan Activity On Node. Menurut
Hayun (2005) simbol - simbol yang digunakan dalam penggambaran
Network Planning adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Simbol-simbol Network Planning
Simbol Keterangan Arti
1. Early Start (ES) : waktu paling awal sebuah kegiatan dapat dimulai
setelah kegiatan sebelumnya selesai. Bila waktu kegiatan dinyatakan
atau berlangsung dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling awal
kegiatan dimulai.
2. Late Start (LS) : waktu paling akhir sebuah kegiatan dapat
diselesaikan tanpa memperlambat penyelesaian jadwal proyek.
3. Early Finish (EF) : waktu paling awal sebuah kegiatan dapat
diselesaikan jika dimulai pada waktu paling paling awalnya dan
diselesaikan sesuai dengan durasinya. Bila hanya ada satu kegiatan
terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES kegiatan
berikutnya.
4. Late Finish (LF) : waktu paling akhir sebuah kegiatan dapat dimulai
tanpa memperlambat penyelesaian proyek.
ES Kegiatan EF
i j
LS Durasi LF
EF = ES + D
ES = Early Start
D = Durasi Kegiatan
Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan pendahulunya, maka
ES-nya adalah EF terbesar dari kegiatan – kegiatan tersebut.
Perhitungan :
ES = 0 dan D = 4
Maka, EF = 0 + 4 = 4
KEGIATAN
Durasi ES EF
I J NAMA
1 2 A 4 0 4
1 3 B 8 0 8
1 4 C 7 0 7
2 5 D 10 4 14
3 5 E 6 8 14
3 6 F 12 8 20
4 7 G 9 7 16
7 8 H 11 16 27
5 9 I 3 14 32
6 9 J 5 20 32
8 9 K 5 27 32
Sumber : Hasil Perhitungan
Perhitungan maju
Dengan menggunakan perhitungan maju maka diperoleh hasil sebagai berikut :
2 4 5 14
D
10
I
A
4 E 3
6
F 20 32
1 0
B J
Start 3 8 6 9 Finish
8 12 5
C L K 5
7
7 G 16 H
8 27
4 7
9 11
Dari hasil perhitungan diatas maka total jangka waktu atau durasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi ini adalah 32
Minggu dengan asumsi ( 1 = 1 minggu ).
2. Perhitungan Mundur
Rumus: LS = LF – D
Rumus 2.2. Perhitungan Mundur
LF = Late Finish
D = Durasi Kegiatan
Hitungan mundur dimulai dari ujung kanan, yaitu dari hari terakhir
penyelesaian proyek suatu jaringan kerja.
Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan berikutnya, maka waktu
paling akhir (LF) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu mulai paling
akhir (LS) kegiatan berikutnya yang terkecil.
Perhitungan :
LF = 32 dan D = 5
Maka, LS = 32 – 5 = 27
KEGIATAN
Durasi ES EF LS LF
I J NAMA
1 2 A 4 0 4 0 19
1 3 B 8 0 8 0 15
1 4 C 7 0 7 0 7
2 5 D 10 4 14 19 29
3 5 E 6 8 14 15 29
3 6 F 12 8 20 15 27
4 7 G 9 7 16 7 16
7 8 H 11 16 27 16 27
5 9 I 3 14 32 29 32
6 9 J 5 20 32 27 32
8 9 K 5 27 32 27 32
Sumber : Hasil Perhitungan
Perhitungan mundur
Dengan menggunakan perhitungan mundur maka diperoleh hasil sebagai berikut :
4 D 14
2 19 5 29
10
I
A
4 E 3
6
0 B 8 F 20 J 32
Start Finish
1 0 3 15 6 27 9 32
8 12 5
C L K 5
7
7 G
16 H 27
4 7 7 16 8 27
9 11
Dari hasil perhitungan diatas maka total jangka waktu atau durasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi ini adalah 32 Minggu
dengan asumsi ( 1 = 1 minggu ).
b) Menentukan Lintasan kritis
Metode jalur kritis atau critical path method adalah jalur yang memiliki
rangkaian komponen - komponen kegiatan, dengan total jumlah waktu
terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek tercepat .Jalur
kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama
sampai kegiatan terakhir. Pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang
bila pelaksanaannya terlambat, akan menyebabkan keterlambatan
penyelesaian keseluruhan proyek, yang disebut kegiatan kritis. Kegiatan
kritis mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
1. Pada kegiatan pertama : ES = LS = 0
2. Pada kegiatan terakhir : LF = EF
3. Total float : TF = 0
4. Penyajian jalur kritis ditandai dengan garis tebal, garis dengan
warna berbada atau garis ganda
Pada perencanaan dan penyusunan jadwal proyek, dikenal suatu istilah
yang disebut Float, yaitu suatu perhitungan yang menunjukkan
fleksibilitas suatu kegiatan untuk dapat mulai dan selesai lebih lambat
walaupun tetap dalam waktu yang diizinkan tanpa mengubah durasi atau
kurun waktu proyek (Callahan, 1992).
Float terdiri dari Total Float (TF) dan Free Float (FF). Total Float (TF)
adalah jumlah kurun waktu yang diperkenankan suatu kegiatan boleh
ditunda, tanpa mempengaruhi jadwal proyek secara keseluruhan. Free
Float (FF) adalah jumlah waktu dimana penyelesaian kegiatan dapat
ditunda tanpa mempengaruhi waktu mulai paling awal dan dari kegiatan
berikutnya (Soeharto, 1995). Kegiatan ini terjadi bila semua kegiatan pada
jalur yang bersangkutan mulai seawal mungkin. Free Float dimiliki oleh
satu kegiatan tertentu, sedangkan Float Total dimiliki oleh kegiatan -
kegiatan yang berada di jalur yang bersangkutan.
Rumus:
TF = LSj – D – ESi
FF = ESj – D – ESi
Rumus 2.3. Menentukan Lintasan Kritis
Gambar 2.2. ESi, ESj, LSi dan LSj
ESi = 0
ESj = 4
LSi = 0
LSj = 19 dan D = 4
Maka,
TF = LSj – D – ESi = 19 – 4 – 0 = 15
FF = ESj – D – ESi = 4 – 4 – 0 = 0
Untuk perhitungan selanjutnya dibuat dalam suatu format tabulasi sebagai berikut:
Tabel 2.4. Format Tabulasi Perhitungan Menentukan Lintasan Kritis
KEGIATAN
Durasi ES EF LS LF TF FF JALUR
I J NAMA
1 2 A 4 0 4 0 19 15 0 Non-Kritis
1 3 B 8 0 8 0 15 7 0 Non-Kritis
1 4 C 7 0 7 0 7 0 0 Kritis
2 5 D 10 4 14 19 29 15 0 Non-Kritis
3 5 E 6 8 14 15 29 15 0 Non-Kritis
3 6 F 12 8 20 15 27 7 0 Non-Kritis
4 7 G 9 7 16 7 16 0 0 Kritis
7 8 H 11 16 27 16 27 0 0 Kritis
5 9 I 3 14 32 29 32 15 15 Non - Kritis
6 9 J 5 20 32 27 32 7 7 Non - Kritis
8 9 K 5 27 32 27 32 0 0 Kritis
Sumber : Hasil perhitungan
Dari hasil perhitungan diatas, maka lintasan kritis dalam pekerjaan konstruksi ini
yaitu :
Lintasan C – G – H - K
Menentukan lintasan kritisnya
Berdasarkan perhitungan sebelumnya maka jalur kritis pekerjaan konstruksi ini adalah sebagai berikut :
4 D 14
2 5
19 10 29
A I
4 E 3
6
0 5 20
9 32
B F J
Start 1 3 6 Finish
0 8 15 12 27 5 32
C L K 5
7
7 G 16 H 27
4 7 8
Kritis 7 9 16 11 27
Non - Kritis
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan kritis pekerjaan tersebut adalah : C – G - H - K