Anda di halaman 1dari 68

1 BAB 1

2 PENDAHULUAN
3
41.1 Latar Belakang

5 Aktivitas belajar adalah keterlibatan seseorang dalam bentuk sikap, pikiran,

6 dan perhatian saat kegiatan belajar. Sehingga dapat diperoleh manfaat. (Rohmat,

7 2013). Keaktifan mahasiswa selama proses belajar mengajar merupakan salah

8 satu indikator adanya keinginan atau motivasi untuk belajar. Adapun ciri-ciri

9 bahwa mahasiswa itu aktif adalah sering bertanya kepada dosen, mampu

10 menjawab pertanyaan, senang jika diberi tugas, presentasi, dan diskusi. Dalam

11 melakukan aktivitas belajar mahasiswa perlu berkonsentrasi dan memiliki

12 semangat belajar yang tinggi. Konsentrasi dapat terganggu ketika mahasiswi

13 mengalami nyeri saat haid (Dysmenorrhea).

14 Nyeri haid (Dysmenorrhea) merupakan salah satu keluhan ginekologi yang

15 paling umum pada perempuan muda datang ke klinik atau dokter. Hampir semua

16 perempuan mengalami rasa tidak nyaman selama haid, seperti rasa tidak enak di

17 perut bagian bawah dan biasanya juga disertai mual, pusing, bahkan pingsan

18 (Anurogo & Wulandari, 2011). Nyeri yang berat sangat menyiksa sebagian

19 wanita, bahkan kadang seseorang menjadi kesulitan berjalan ketika haid

20 menyerang. Hormon prostaglandin pada wanita dysmenorrhea meningkat 10 kali

21 lebih banyak daripada yang tidak mengalami dysmenorrhea. (Ernawati, 2010).

1 1

2
3 2

22 Di Amerika Serikat, prevalensi dysmenorrhea diperkirakan (45-90%).

23 dysmenorrhea juga bertanggung jawab atas ketidakhadiran saat bekerja dan

24 sekolah, sebanyak (13-51%) perempuan telah absen sedikitnya sekali, dan (5-14%)

25 berulang kali absen. Dari mereka yang mengeluh nyeri berat sebanyak (12%),

26 nyeri sedang sebanyak (37%), dan nyeri ringan (49%). Dysmenorrhea juga

27 menyebabkan (14%) remaja putri sering tidak masuk sekolah (Anurogo &

28 Wulandari, 2011)

29 Di Indonesia angka kejadian dysmenorrhea terdiri dari (54,89%)

30 dysmenorrhea primer dan (9,36%) dysmenorrhea sekunder. Data dari badan pusat

31 statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur (2010) menunjukkan total dari remaja wanita

32 yang reproduktif yaitu berusia 10-24 tahun adalah sebesar 56.598 jiwa. Di

33 Surabaya didapatkan (1,07% - 1,31%) dari jumlah penderita dysmenorrhea datang

34 ke bagian kebidanan (Ernawati, 2010). Dysmenorrhea yang dialami oleh remaja

35 putri juga menjadi salah satu penyebab utama ketidakhadiran di sekolah. Selain

36 menurunkan angka kehadiran (69,7%) remaja putri yang mengalami

37 dysmenorrhea juga mengaku mengalami penurunan dalam prestasi akademik,

38 penurunan konsentrasi (72,7%) dan ketidakmampuan untuk menjawab pertanyaan

39 dalam ujian (54,3%). Lebih dari (60%) responden mengaku hubungan

40 sosialisasinya terganggu karena dysmenorrhea. (Rakhshaee, 2014).

41 Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada bulan November

42 2019, terhadap 10 orang mahasiswi STIKES ABI Surabaya, didapatkan hasil

43 bahwa dari 9 orang mengalami dysmenorrhea, 1 orang tidak mengalami

44 dysmenorrhea, 3 orang mengatakan nyeri skala ringan, 5 orang nyeri skala sedang,

5
6
7 3

45 1 orang nyeri skala berat. Pada 5 orang mahasiswi merasakan dysmenorrhea

46 selama 2 hari saat menstruasi, 3 orang merasakan dysmenorrhea pada hari pertama

47 menstruasi, dan 1 orang mahasiswi merasakan dysmenorrhea pada 2-4 jam pada

48 hari pertama menstruasi. Keluhan yang paling sering dirasakan 2 orang

49 mengatakan pusing dan mual, 5 orang mengatakan nyeri perut sampai punggung

50 bawah, 2 orang mengatakan sakit pada payudara, dan terjadi kelemahan pada

51 ekstermitas bawah. Mereka mengatakan jika mengalami dysmenorrhea saat

52 perkuliahan atau aktivitas lain mereka tidak dapat mengikutinya karena harus

53 beristirahat.

54 Dampak yang terjadi jika nyeri haid (dysmenorrhea) tidak ditangani adalah

55 terganggunya aktivitas hidup sehari-hari termasuk aktivitas belajar, seperti

56 menurunnya konsentrasi belajar, sehingga materi yang disampaikan tidak dapat

57 diterima dengan baik, bahkan sampai ada yang tidak dapat mengikuti perkuliahan,

58 sehingga berpengaruh pada presentasi kehadiran, jika kehadiran kurang dari 75%

59 tidak diperbolehkan mengikuti ujian akhir semester dan tidak dapat mengikuti

60 ujian perbaikan. Hal ini dapat mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan

61 hasil yang maksimal. Jika aktivitas belajar tidak maksimal akan berdampak pada

62 prestasi belajar dan kemampuan belajar baik skill maupun knowledge.

63 Dampak psikologis dari dysmenorrhea dapat berupa konflik emosional,

64 ketegangan, dan kegelisahan. Hal tersebut dapat menimbulkan perasaan yang tidak

65 nyaman. Sedikit tidak merasa nyaman dengan cepat berkembang menjadi suatu

66 masalah besar dengan segala kekesalan yang menyertainya sehingga dapat

67 mempengaruhi kecakapan dan keterampilannya. Kecakapan dan keterampilan

9
10
11 4

12

68 yang di maksud luas, baik kecakapan personal (personal skill) yang mencakup :

69 kecakapan mengenal diri sendiri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional

70 (thinking skill), kecakapan sosial (social skill), kecakapan akademik (academic

71 skill), maupun kecakapan vokasional (vocational skill). (Trisianah, 2011)

72 Terdapat beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengurangi

73 dysmenorrhea agar tidak mengganggu aktivitas belajar antara lain terapi

74 farmakologi dan terapi non farmakologi. Secara farmakologi nyeri dapat ditangani

75 dengan terapi analgesik yang merupakan metode paling umum digunakan untuk

76 menghilangkan nyeri. Terapi ini dapat berdampak ketagihan dan akan memberikan

77 efek samping jangka panjang bagi pengguna.

78 Manajemen non farmakologi lebih aman digunakan karena tidak

79 menimbulkan efek samping seperti obat-obatan. Penanganan non farmakologi

80 yang dapat digunakan seperti relaksasi, aromaterapi, kompres air hangat dan

81 dingin, minum banyak air putih, dan menghindari konsumsi garam berlebih serta

82 minuman yang berkafein untuk mencegah pembengkakan dan retensi cairan,

83 olahraga teratur untuk memicu hormon endorphin yang dapat membantu

84 meredakan nyeri, makan makanan kaya zat besi, kalsium, vitamin B kompleks

85 seperti susu, sayuran hijau. Apabila gejala dysmenorrhea tergolong berat dan

86 sangat mengganggu sebaiknya segera periksakan diri ke dokter (Setiawan dkk,

87 2017). Berdasarkan pembahasan di atas peneliti tertarik untuk melakukan

88 penelitian lebih lanjut tentang “ Hubungan Dysmenorrhea dengan Aktivitas

89 Belajar Mahasiswi Prodi S1 Keperawatan STIKES ABI SURABAYA TAHUN

90 AJARAN 2019/2020 ”.

13
14
15 5

16

911.2 Rumusan Masalah

92 Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan pada penelitian ini adalah “

93 Adakah Hubungan antara Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar Mahasiswi

94 Prodi S1 Keperawatan STIKES ABI SURABAYA TAHUN AJARAN 2019/2020

95 “

961.3 Tujuan Penelitian

97 1.3.1 Tujuan Umum

98 Untuk mengetahui hubungan dysmenorrhea dengan aktivitas belajar

99 mahasiswi Prodi S1 keperawatan STIKES ABI SURABAYA TAHUN

100 AJARAN 2019/2020

101 1.3.2 Tujuan Khusus

102 1) Mengidentifikasi Dysmenorrhea pada Mahasiswi Prodi S1

103 Keperawatan STIKES ABI SURABAYA TAHUN AJARAN

104 2019/2020

105 2) Mengidentifikasi Aktivitas Belajar pada Mahasiswi Prodi S1

106 Keperawatan STIKES ABI SURABAYA TAHUN AJARAN

107 2019/2020

108 3) Menganalisis hubungan Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar

109 Mahasiswi Prodi S1 Keperawatan STIKES ABI SURABAYA

110 TAHUN AJARAN 2019/2020

111

112

113

17
18
19 6

20

1141.4 Manfaat Penelitian

115 1.4.1 Manfaat Teoritis

116 Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam

117 pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi tambahan informasi

118 tentang hubungan dysmenorrhea dengan aktivitas belajar.

119 1.4.2 Manfaat Praktik

120 1) Bagi Institusi Pendidikan

121 Sebagai bahan bacaan dan sumber informasi tentang dysmenorrhea

122 dan kaitannya dengan aktivitas belajar.

123 2) Bagi Responden

124 Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah

125 pengetahuan tentang dysmenorrhea serta kaitanya dengan aktivitas

126 belajar sehingga responden mencari solusi untuk menangani

127 dysmenorrhea.

21
22
128 BAB 2

129 TINJAUAN PUSTAKA

130 2.1 KONSEP MENSTRUASI

131 2.1.1 Pengertian Menstruasi

132 Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang

133 terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Saat

134 menstruasi terjadi pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa

135 uterus (Rasjidi, 2018).

136 Menurut Kusmiran (2012) menstruasi terjadi secara alamiah pada

137 perempuan, dimana saat mentruasi akan mengalami perdarahan yang

138 teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ reproduksi telah mengalami

139 kematangan.

140

141 2.1.2 Siklus Menstruasi

142 Menurut Rasjidi (2018) Siklus menstruasi normal dapat dibagi

143 menjadi 2 bagian, yaitu :

144 1) Siklus Ovarium (indung telur)

145 Siklus ovarium terbagi lagi menjadi 2 yaitu :

146 (1) Fase Folikular

147 a. Selama fase folikular, GnRH merangsang hipofisis untuk

148 mengeluarkan FSH dan LH yang kemudian akan memicu

23 7

24
25 8

26

149 b. ovarium untuk menyekresikan esterogen sehingga terjadilah

150 proliferasi endometrium.

151 c. Pada fase ini, di setiap awal menstruasi hingga dua minggu

152 setelahnya, hormon reproduksi (FSH) bekerja dengan

153 mematangkan sel telur yang berasal dari beberapa folikel.

154 Meskipun demikian, pada pertengahan siklus, hanya satu

155 folikel yang akan matang dan siap untuk proses ovulasi

156 (pengeluaran sel telur dari indung telur).

157 d. Fase folikular pada manusia berlangsung sekitar 10-14 hari,

158 variabilitasnya mempengaruhi panjang keseluruhan siklus

159 menstruasi.

160 (2) Fase Luteal

161 Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan

162 jangka waktu rata-rata 14 hari.

163

164 2) Siklus Uterus (Rahim)

165 Siklus uterus dibagi menjadi 3 yaitu :

166 (1) Masa Menstruasi

167 a. Berlangsung selama 2-8 hari

168 b. Pada masa ini, endometrium (selaput rahim) dilepaskan

169 sehingga timbul perdarahan, hormon-hormon ovarium

170 berada dalam kadar terendahnya.

171

27
28
29 9

30

172 (2) Masa Proliferasi

173 a. Masa ini berlangsung sejak darah menstruasi berhenti

174 sampai hari ke-14

175 b. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi yang

176 ditandai oleh pertumbuhan desidua fungsionalis guna

177 mempersiapkan rahim untuk dilekati janin.

178 c. Pada fase ini, endometrium tumbuh kembali

179 d. Antara hari ke-12 sampai ke-14, dapat terjadi pelepasan sel

180 telur dari indung telur (ovulasi)

181 (3) Masa Sekresi

182 a. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi

183 b. Pada masa ini, dikeluarkan hormon progesteron yang dapat

184 mempengaruhi pertubuhan endometrium serta

185 mengkondisikan rahim agar siap untuk diimplantasi

186 (pelekatan janin ke rahim).

187

188 2.1.3 Fisiologi Menstruasi

189 Menstruasi biasanya dimulai ketika seorang perempuan berusia

190 sekitar 12-13 tahun. Panjang siklus menstruasi normal berlangsung

191 selama 21-35 hari, dan darah haid keluar selama 2-8 hari, dengan volume

192 sebesar 20-60 ml per hari.

193 Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis

194 akan merangsang perkembangan folikel-folikel yang ada didalam ovarium

31
32
33 10

34

195 (indung telur). Pada umumnya, hanya satu folikel yang terangsang.

196 Kemudian, folikel tersebut berkembang menjadi folikel de Graaf yang

197 memproduksi esterogen. Esterogen ini menekan produksi FSH sehingga

198 hipofisis mengeluarkan hormon yang ke dua, yaitu LH. Produksi hormon

199 LH maupun FSH berada dibawah pengaruh releasing hormones (RH)

200 yang diproduksi oleh hipotalamus dan disalurkan ke hipofisis. Sementara

201 itu, sekresi RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik terhadap

202 hipotalamus yang dikendalikan oleh esterogen.

203 Produksi hormon Gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan

204 menyebabkan pematangan folikel de Graaf yang mengandung esterogen.

205 Esterogen mempengaruhi pertumbuhan endometrium dan kadarnya

206 mencapai puncak hari ke-14 dari siklus menstruasi. Di saat esterogen

207 mencapai puncaknya, hipofisis melepaskan LH. Di bawah pengaruh LH,

208 folikel de Graaf menjadi matang dan terjadilah ovulasi. Ovulasi ini timbul

209 sekitar 12 jam setelah pertengahan siklus peningkatan LH.

210 Setelah ovulasi terjadi, dibawah pengaruh hormon LH dan LTH

211 (Luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropin), terbentuklah

212 korpus rubrum yang selanjutnya menjadi korpus luteum. Korpus luteum

213 lalu menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

214 kelenjar endometrium. Jika tidak ada pembuahan, korpus luteum

215 berdegenerasi dan kadar esterogen serta progesteron pun berkurang.

216 Penurunan kadar hormon-hormon tersebut menyebabkan degenerasi,

217 perdarahan, dan pelepasan endometrium, proses inilah yang disebut haid

35
36
37 11

38

218 atau menstruasi. Sebaliknya apabila dalam masa ovulasi terjadi

219 pembuahan, korpus luteum pun akan dipertahankan dan terjadilah

220 kehamilan (Rasjidi, 2018).

221 Siklus ovarium dan uterus sangat bergantung pada perubahan kadar

222 hormon reproduksi yang juga terjadi secara siklis (lihat Tabel 2.1) Berikut

223 ini merupakan penjabarannya :

224 1) Setiap permulaan siklus menstruasi, hormon gonadotropin (FSH

225 dan LH) berada pada kadar yang rendah. Kadar kedua hormon ini

226 sudah menurun sejak akhir fase luteal pada siklus sebelumnya.

227 2) Hormon FSH dari hipotalamus perlahan-lahan mengalami

228 peningkatan setelah korpus luteum menghilang, sedangkan

229 pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan

230 pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium.

231 3) Peningkatan kadar esterogen menyebabkan umpan balik negatif

232 pada pengeluaran FSH dari hipofisis. Kadar hormon LH kemudian

233 berkurang akibat peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir fase

234 folikular, level hormon LH meningkat drastis.

235 4) Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor

236 (penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa. Dengan

237 rangsangan dari hormon LH ini, dilepaskanlah hormon

238 progesteron.

239 5) Ovulasi adalah penanda transisi dari fase proliferasi ke fase sekresi,

240 atau dari fase folikular ke fase luteal.

39
40
41 12

42

241

242 Tabel 2.1 Siklus menstruasi tipikal

243

Siklus Menstruasi Tipikal


Fase-fase Jumlah hari tipikal Aksi hormone
menstruasi
Fase folikuler Hari ke-1 hingga ke-6 Esterogen dan progesterone mulai bekerja
(proliferatif) siklus permulaan dari kadar terendah.
menstruasi hingga akhir Kadar FSH meningkat untuk menstimulasi
pengeluaran darah. pematangan folikel. Ovarium mulai
memproduksi esterogen dan kadarnya
meningkat, sementara kadar progesterone
tetap rendah.
Hari ke-7 hingga ke-13
siklus endometrium
menebal untuk
mempersiapkan implantasi
telur.
Ovulasi Hari ke-14 siklus Peningkatan drastis LH. Folikel yang
terbesar akan pecah dan melepaskan telur ke
dalam tuba fallopi.
Fase luteal Hari ke-15 hingga ke-25 Folikel yang rupture berkembang menjadi
(sekretori), siklus korpus luteum yang memproduksi
disebut juga progesterone. Progesterone dan esterogen
sebagai fase menstimulasi bantalan pembuluh darah
pramenstruasi untuk mempersiapkan implantasi telur.
Jika terjadi fertilisasi : Telur yang terfertilisasi menempel ke
bantalan pembuluh darah yang memasok
nutrisi untuk plasenta yang sedang tumbuh.
Korpus luteum tetap memproduksi
esterogen dan progesterone
Jika fertilisasi tidak Korpus luteum rusak. Kadar esterogen dan
terjadi : progesterone berkurang. Lapisan pembuluh
darah meluruh dan menstruasi mulai terjadi
244

43
44
45 13

46

245

246 2.1.4 Tanda dan Gejala

247 Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi pada saat

248 masa menstruasi (Haryono, 2016) :

249 1) Perut terasa mulas, mual dan panas

250 2) Terasa nyeri saat buang air kecil

251 3) Tubuh tidak fit

252 4) Demam

253 5) Sakit kepala dan pusing

254 6) Keputihan

255 7) Radang pada vagina

256 8) Gatal-gatal pada kulit

257 9) Emosi meningkat, lebih sensitif, mudah tersinggung

258 10) Nyeri dan bengkak pada payudara

259 11) Bau badan tidak sedap

260 12) Nafsu makan menurun

261 13) Sulit tidur

262

263 2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menstruasi

264 Faktor yang mempengaruhi menstruasi (Kusmiran, 2014) :

265 1) Faktor Internal

266 (1) Faktor Hormon

267 Hormon yang mempengaruhi terjadinya menstruasi yaitu :

47
48
49 14

50

268 a. Follicle Stimulating Hormone Releasing Hormon (FSH-

269 RH) yang dikeluarkan oleh hipotalamus dan merangsang

270 hipofisis untuk mengeluarkan FSH

271 b. Luteinizing Hormone Releasing Hormon (LH-RH) yang

272 dikeluarkan oleh hipotalamus dan merangsang hipofisis

273 untuk mengeluarkan LH

274 c. Estrogen yang dihasilkan oleh Ovarium.

275 d. Progesteron yang dihasilkan oleh Ovarium

276 (2) Faktor Enzim

277 Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium

278 merusak sel yang berperan dalam sintesis protein, yang

279 mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan pelepasan

280 endometrium dan terjadi perdarahan.

281 (3) Faktor Vaskuler

282 Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem

283 vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada

284 pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-

285 vena, dan hubungan di antara keduanya. Dengan pelepasan

286 endometrium, timbul statis dalam vena-vena serta saluran-

287 saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya

288 terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan

289 hematoma, baik dari arteri maupun vena.

290

51
52
53 15

54

291 (4) Faktor Prostaglandin

292 Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2.

293 Dengan adanya desintegrasi endometrium, prostagalandin

294 terlepas dan menyebabkan kontraksi miometrium sebagai suatu

295 faktor untuk membatasi perdarahan pada menstruasi.

296 (5) Status Kesehatan

297 Status kesehatan seseorang dikatakan baik apabila

298 kebutuhan nutrisinya terpenuhi. Hal ini sangat mempengaruhi

299 organ reproduksi mengalami kematangan. Tetapi ada pula

300 organ reproduksi yang belum waktunya matang, ia telah

301 mengalami kematangan. Hal ini dikarenakan adanya

302 rangsangan dari luar (media).

303 Begitu sebaliknya, apabila nutrisinya tidak terpenuhi

304 dengan cukup, maka dapat memperlambat perkembangan organ

305 reproduksi sehingga dapat terjadi gangguan menstruasi.

306 (6) Genetik

307 Faktor genetik berperan mempengaruhi percepatan dan

308 perlambatan menarche yaitu antara usia menarche ibu dengan

309 usia menarche putrinya. Faktor genetik merupakan faktor yang

310 tidak bisa dimodifikasi.

311

312

313

55
56
57 16

58

314 2) Faktor Eksternal

315 (1) Usia

316 Secara khusus, perempuan yang mengalami haid berkisar

317 antara usia 12-13 tahun, namun ada pula perempuan yang

318 mengalaminya pada usia awal, kira-kira 10 tahun, dan

319 beberapa diantaranya yang lebih dini. Di sisi lain ada juga

320 beberapa perempuan yang mungkin belum mengalami haid

321 pada usia 15-16 tahun. Ini semua tergantung pada produksi dan

322 pelepasan pada hormon.

323 (2) Status Gizi

324 Status gizi yang kurang atau terbatas (Underweight) selain

325 akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga

326 akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini

327 akan berdampak pada gangguan haid, tetapi akan membaik bila

328 asupan nutrisinya baik (Paath, 2004). Menstruasi dini tejadi

329 pada perempuan yang sering mengkonsumsi junk food yang

330 berlebih, terlalu sering mengkonsumsi minuman manis dan

331 kurangnya aktivitas fisik.

332 Sedangkan perempuan dengan status gizi (Overweihgt)

333 atau obesitas lebih cepat mengalami menstruasi dibandingkan

334 perempuan yang berstatus gizi normal dan underweight.

335 Obesitas berkaitan dengan paparan hormon esterogen dan

59
60
61 17

62

336 progesteron yang tinggi dikarenakan pola konsumsi makanan

337 berlemak tinggi.

338 (3) Lingkungan

339 Masalah utama dari faktor lingkungan adalah media sosial

340 atau pergaulan, mulai dari pergaulan didunia maya, didunia

341 nyata, serta rangsangan-rangsangan yang kuat dari luar,

342 misalnya berupa film-film dewasa, buku bacaan dan majalah-

343 majalah yang bergambar untuk remaja. Hal ini dapat

344 mempercepat kematangan keremajaan anak. Bisa juga

345 mempercepat awal dari haid seorang anak perempuan.

346

347 2.1.6 Gangguan Menstruasi

348 Menurut Yahya (2011) gangguan menstruasi dibagi menjadi 4

349 golongan yaitu :

350 1) Banyak dan Lamanya perdarahan

351 (1) Hipermenorhea

352 Suatu keadaan menstruasi dengan jumlah perdarahan yang

353 banyak dan lama melebihi batas normal, biasanya sekitar 8 hari

354 atau lebih. Keadaan ini biasanya terjadi karena adanya mioma

355 uteri (tumor jinak di rahim) atau polip pada endometrium.

356 (2) Hipomenorhea

357 Keadaan menstruasi dengan jumlah perdarahan sedikit dan

358 waku yang lebih pendek dari pada biasanya. Hal ini biasanya

63
64
65 18

66

359 terjadi pada wanita yang mengalami kekurangan gizi atau pada

360 wanita yang baru saja melakukan pengambilan mioma.

361 2) Kelainan Siklus

362 (1) Polimenorhea

363 Pada kelainan ini, siklus menstruasi memendek. Siklus

364 menstruasi yang biasanya terjadi selama 28 hari, pada kasus

365 polimenorea siklus menstruasi akan kurang dari 28 hari, yaitu 21

366 hari dan darah yang keluar biasa sama atau lebih banyak dari

367 biasanya. Kelainan ini terjadi karena adanya gangguan hormonal

368 atau adanya endometriosis atau adanya peradangan.

369 (2) Oligomenorhea

370 Pada kelainan ini, siklus menstruasi menjadi lebih panjang,

371 yaitu lebih dari 35 hari dan perdarahannya biasanya hanya sedikit.

372 Kelainan ini terjadi karena adanya kelainan hormonal, gangguan

373 gizi dan gangguan kejiwaan, seperti stress atau karna penyakit-

374 penyakit tertentu.

375 (3) Amenorhea

376 Keadaan tidak terjadinya menstruasi selama 3 bulan lebih berturut-

377 turut. Amenorea ini dibagi menjadi 2 yaitu :

378 a. Amenorhea Primer

379 Sejak dari kecil sampai usia 18 tahun, belum pernah

380 mengalami menstruasi. Hal ini biasanya terjadi karena kelainan

381 bawaan sejak lahir atau kelainan genetik. Seperti pada kasus

67
68
69 19

70

382 kelainan himen yang tidak ada lubangnya atau atresia

383 himenalis. Selain itu, dapat terjadi karena adanya penyakit-

384 penyakit tertentu yang diderita sejak lahir, misalnya penyakit

385 gula (Diabetes Militus) dan penyakit tiroid. Atau dapat juga

386 terjadi karena kekurangan gizi.

387 b. Amenorhea Sekunder

388 Pada kasus ini, penderita pernah mengalami menstruasi,

389 tetapi kemudian tidak mendapatkan menstruasi selama 3 bulan

390 lebih berturut-turut dan bukan karena kehamilan. Amenorea

391 sekunder ini bisa terjadi karena banyak hal, antara lain :

392 a) Adanya gangguan organ, seperti adanya tumor atau infeksi

393 b) Gangguan kejiwaan, misalnya stress, depresi

394 c) Gangguan yang berasal dari organ pembuat hormon,

395 d) Penyakit-penyakit tertentu, seperti hipotiroid, hipertiroid

396 dan diabetes militus

397 e) Penyakit umum, seperti kekurangan gizi, obesitas, atau

398 penyakit infeksi yang lama.

399 3) Perdarahan diLuar Siklus

400 Perdarahan yang terjadi di antara dua masa menstruasi atau biasa

401 disebut metroragie. Perdarahan ini terpisah dan dapat dibedakan

402 dengan menstruasi. Perdarahan ini bisa disebabkan oleh kelainan

403 organ reproduksi atau kelainan fungsional.

404

71
72
73 20

74

405 (1) Perdarahan karena sebab organik

406 Kelainan ini terjadi karena adanya infeksi tumor atau kanker di

407 organ-organ reproduksi wanita, seperti leher rahim, badan rahim,

408 penggantung rahim, atau di kandung telur, termasuk abortus dan

409 kehamilan diluar rahim.

410 (2) Perdarahan karena sebab fungsional

411 Perdarahan ini biasanya disebut perdarahan disfungsional.

412 Kelainan ini bisa terjadi pada semua jenis umur. Namun, biasanya

413 terjadi diawal atau diakhir berfungsinya ovarium, yaitu di saat

414 menarche atau menopause. Selain itu bisa juga terjadi pada

415 penderita hipertensi karena pecahnya pembuluh darah di rahim,

416 penderita kelainan darah, seperti anemia atau penyakit pembekuan

417 darah dan penderita dengan gangguan stress.

418 4) Gangguan lain yang Berhubungan

419 (1) Dysmenorrhea

420 Dysmenorrhea adalah nyeri saat menstruasi. Kasus ini yang

421 paling sering membawa wanita muda berkonsultasi ke dokter.

422 Dysmenorrhea dibagi menjadi 2 yaitu dysmenorrhea primer dan

423 dysmenorrhea sekunder.

424 (2) Premenstrual Tension (Tegang Pra-Menstruasi)

425 Keluhan ini bisa berupa gangguan-gangguan emosional, seperti

426 mudah tersinggung, gelisah, susah tidur, nyeri kepala dan

75
76
77 21

78

427 kembung. Keluhan ini biasanya terjadi 1 minggu sebelum

428 menstruasi sampai setelah keluarnya menstruasi.

429 (3) Perdarahan Ovulasi

430 Nyeri ini timbul karena terjadinya ovulasi atau keluarnya ovum

431 (sel telur) dari kandung telur. Pada saat itu, beberapa wanita

432 mengalami sakit di tengah-tengah siklus menstruasinya, biasanya

433 terjadi sekitar 2 minggu sebelum menstruasi berikutnya. Rasa

434 nyeri ini tidak menjalar dan tidak mengejan, lamanya sekitar 3-5

435 jam atau dapat pula terjadi 2-3 harian. Biasanya disertai juga

436 dengan keluhan darah berwarna kecoklatan atau ada pula yang

437 berwarna merah. Namun, tidak terlalu banyak.

438 (4) Mastalgia

439 Rasa nyeri dan pembesaran payudara sebelum menstruasi. Hal

440 ini disebabkan oleh peningkatan esterogen sehingga payudara

441 mengalami pembengkakan dan berwarna kemerahan.

442

443 2.2 DYSMENORRHEA

444 2.2.1 Pengertian Dysmenorrhea

445 Dysmenorrhea adalah keluhan yang sering dialami perempuan pada

446 bagian perut bawah. Secara etimologi, dysmenorrhea berasal dari kata

447 dalam Bahasa Yunani kuno. Kata tersebut berasal dari dys yang berarti

448 sulit, nyeri, abnormal, meno yang berarti bulan, dan rrhea yang berarti

449 aliran. Dengan demikian, secara singkat dysmenorrhea dapat

79
80
81 22

82

450 didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau menstruasi yang

451 mengalami nyeri (Anurogo & Wulandari, 2011).

452 Dysmenorrhea adalah nyeri pada bagian perut, kram, dan sakit

453 punggung bawah sebelum dan selama menstruasi (Kusmiran, 2012).

454 Dysmenorrhea juga sering disertai dengan sakit kepala, mual terkadang

455 sampai muntah, sembelit atau diare, dan sering berkemih (Nugroho &

456 Utama, 2014).

457

458 2.2.2 Klasifikasi Dysmenorrhea

459 1) Dysmenorrhea Primer

460 Dysmenorrhea primer adalah nyeri haid yang tidak disertai

461 kelainan yang nyata pada organ genital. Dysmenorrhea primer

462 terjadi beberapa saat setelah menarche, biasanya 12 bulan atau

463 lebih. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelum atau bersamaan

464 dengan permulaan haid. Dan dapat berlangsung beberapa jam atau

465 beberapa hari. Sifat nyerinya kejang berjangkit-jangkit, biasanya

466 terbatas pada perut bagian bawah, serta dapat menyebar ke daerah

467 pinggang dan paha. (Rasjidi, 2018)

468 2) Dysmenorrhea Sekunder

469 Dysmenorrhea sekunder adalah nyeri yang timbul karena

470 ada berbagai keadaan patologis di organ genetalia. Penyebab yang

471 umum di antaranya termasuk endometriosis, adenomyosis, polip

472 endometrium, chronic pelvic inflammatory disease dan

83
84
85 23

86

473 penggunaan peralatan kontrasepsi atau IU(C)D (intra uterine

474 contraceptive device). (Anurogo & Wulandari, 2011)

475

476 2.2.3 Etiologi Dysmenorrhea

477 Menurut Nugroho & Utama (2014) penyebab dysmenorrhea dibagi

478 menjadi 2 yaitu dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder.

479 Nyeri pada dysmenorrhea primer disebabkan kontraksi rahim yang

480 dirangsang oleh prostaglandin uteri yang tinggi, aktivitas uteri yang

481 abnormal, kurang berolahraga, stres psikis atau stres sosial. Perbedaan

482 beratnya nyeri tergantung kepada kadar prostaglandin. Wanita yang

483 mengalami dysmenorrhea memiliki kadar prostaglandin yang 5-13 kali

484 lebih tinggi dibanding dengan wanita yang tidak mengalami

485 dysmenorrhea. Pada fase luteal, saat menstruasi hormon progesteron

486 sangat mempengaruhi endometrium yang mengandung prostaglandin.

487 Akibatnya prostaglandin menjadi meningkat yang menyebabkan

488 kontraksi miometrium yang kuat sehingga terasa nyeri. Biasanya

489 dysmenorrhea primer timbul pada masa remaja, yaitu kisaran 2-3 tahun

490 setelah menarche.

491 Sedangkan Penyebab dysmenorrhea sekunder adalah endometriosis,

492 fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopi, perlengketan abnormal

493 antara organ didalam perut, pemakaian IUD, dysmenorrhea sekunder

494 sering mulai timbul pada usia 20 tahun.

495

87
88
89 24

90

496 2.2.4 Derajat Dysmenorrhea

497 Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal

498 menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda.

499 Dysmenorrhea secara siklik dibagi menjadi 3 tingkat keparahan.

500 Menurut Manuaba (2009) dysmenorrhea dibagi 3, yaitu :

501 1) Dysmenorrhea Ringan : Nyeri haid yang berlangsung beberapa saat

502 dan aktivitas sedikit tergangu namun dapat melanjutkan kegiatan

503 sehari-hari.

504 2) Dysmenorrhea Sedang : Pada dysmenorrhea sedang ini penderita

505 memerlukan obat penghilang rasa nyeri. Jika tidak, aktivitas

506 menjadi terganggu.

507 3) Dysmenorrhea Berat : Penderita perlu istirahat beberapa hari karena

508 pada dysmenorrhea berat dapat disertai sakit kepala, nyeri

509 pinggang, diare dan rasa tertekan sehingga dapat mengganggu

510 sebagian besar aktivitas.

511

512 2.2.5 Dampak Dysmenorrhea

513 Beban yang ditimbulkan oleh dysmenorrhea lebih besar dari

514 permasalahan ginekologi lainnya. Selain menimbulkan permasalahan

515 ginekologikal, dysmenorrhea juga dapat menyebabkan permasalahan

516 kesehatan masyarakat, kesehatan kerja dan keluarga karena

517 dysmenorrhea tidak hanya berdampak pada individu terkait, tetapi juga

518 lingkungan disekitarnya (Aytac Polat et al,2009).

91
92
93 25

94

519 1) Aktivitas Belajar

520 Dampak yang paling sering ditimbulkan oleh dysmenorrhea

521 ialah gangguan aktivitas sehingga wanita dysmenorrhea tidak dapat

522 menjalankan aktivitas sehari-hari dengan normal. Wanita yang

523 mengalami dysmenorrhea dua kali lebih terganggu aktivitasnya

524 dibandingkan dengan yang tidak mengalami nyeri saat

525 dysmenorrhea.

526 Gangguan aktivitas belajar tersebut berupa tingginya tingkat

527 absen dari sekolah maupun kerja, keterbatasan kehidupan sosial,

528 perfoma akademik, serta aktivitas olahraganya. Tidak masuk

529 sekolah maupun kerja merupakan dampak yang paling sering

530 ditimbulkan oleh dysmenorrhea. (Novia & Ika, 2008)

531 2) Menurunnya Kualitas Hidup

532 Permasalahan dysmenorrhea berdampak pada penurunan

533 kualitas hidup akibat tidak masuk sekolah maupun bekerja, namun

534 di sisi lain menurunnya kualitas hidup akibat dysmenorrhea

535 berdampak pada profesionalitas kerja dan perfoma akademik.

536 3) Kerugian Ekonomi

537 Dysmenorrhea juga menimbulkan kerugian ekonomi pada wanita

538 usia subur, serta berdampak pada kerugian ekonomi nasional karena

539 terjadi penurunan kualitas hidup.

540

541

95
96
97 26

98

542 4) Infertilitas (Kemandulan)

543 Pada dysmenorrhea sekunder yang terjadi akibat endometriosis

544 dapat mengganggu fungsi seksual, menyebabkan infertilitas dan

545 dapat mengarah komplikasi ke usus, kandung kemih, atau ureter.

546 Tidak hanya dysmenorrhea sekunder, infertilitas serta gangguan

547 fungsi seksual dapat terjadi pada dysmenorrhea primer jika tidak

548 ditangani.

549 5) Depresi

550 Pada wanita yang dysmenorrhea lebih banyak mengalami depresi

551 dari pada mereka yang tidak mengalami dysmenorrhea, sedangkan

552 studi lain menunjukkan bahwa wanita dysmenorrhea beresiko 1,39

553 kali mengalami depresi dan rasa cemas.

554 6) Keluhan Ginekologikal lainnya

555 Studi mengenai beban yang ditimbulkan oleh dysmenorrhea

556 menunjukkan bahwa dysmenorrhea tingkat sedang hingga berat

557 berhubungan dengan keluhan ginekologikal yang lain (bukan nyeri

558 pada bagian bawah perut saat menstruasi).

559 7) Alterasi Aktivitas Autonomic Kardiak

560 Hasil studi Hegazi dan Nasrat (2007) menemukan bahwa wanita

561 yang mengalami dysmenorrhea bermanifestasi untuk memiliki

562 kardiak autonomik sign dari pada yang tidak. Alterasi yang cukup

563 signifikan pada aktivitas autonomik kardiak termanifestasi dalam

564 turunnya HRV (Heart Rate Variability) yang terjadi tidak hanya

99
100
101 27

102

565 pada fase luteal tetapi pada seluruh siklus termasuk pada fase yang

566 tidak menimbulkan nyeri.

567

568 2.2.6 Faktor yang Mempengaruhi Dysmenorrhea

569 Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya dysmenorrhea primer

570 menurut Rasjidi (2018) diantaranya adalah :

571 1) Faktor Kejiwaan

572 Remaja secara emosional tidak stabil, apalagi jika remaja tidak

573 mendapatkan penjelasan yang baik tentang proses menstruasi,

574 sehingga hal ini menyebabkan dysmenorrhea dapat muncul dengan

575 mudah.

576 2) Faktor Konstitusi

577 Faktor-faktor meliputi anemia dan penyakit menahun (penyakit

578 asma dan migrain) yang dapat menurunkan ketahanan terhadap

579 nyeri, dapat mempengaruhi timbulnya dysmenorrhea.

580 3) Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis

581 Pada faktor ini menyebabkan aliran darah menstruasi tidak lancar

582 sehingga otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk

583 melainkan kelainan tersebut.

584 4) Faktor Endokrin

585 Kejang pada dysmenorrhea primer disebabkan oleh kontraksi yang

586 berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase

587 sekresi memproduksi prostaglandin F2-α yang menyebabkan

103
104
105 28

106

588 kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2-α berlebih

589 akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dysmenorrhea,

590 dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah.

591 5) Faktor Alergi

592 Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dysmenorrhea

593 primer dengan urtikaria, migrain, atau asma bronkial. Smith

594 menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.

595 Menurut Bare & Smeltzer (2001, dalam Khuluq, 2014). Faktor

596 resiko terjadinya dysmenorrhea primer adalah :

597 1) Menarche pada usia lebih awal

598 Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi

599 belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami

600 perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi.

601 2) Belum pernah hamil dan melahirkan

602 Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan

603 dengan saraf yang menyebabkan adrenalin mengalami penurunan,

604 serta menyebabkan leher rahim melebar sehingga derajat nyeri haid

605 berkurang bahkan hilang.

606 3) Lama menstuasi lebih dari normal (7 hari)

607 Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari), menstruasi

608 menimbulkan adanya kontraksi uterus, terjadi lebih lama

609 mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi, dan semakin

610 banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin

107
108
109 29

110

611 berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus

612 yang terus menerus menyebabkan suplai darah ke uterus tehenti dan

613 terjadi dysmenorrhea.

614 4) Umur perempuan semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi

615 maka leher rahim bertambah lebar, sehingga pada usia tua kejadian

616 dysmenorrhea jarang ditemukan.

617 Medicastore (2004, dalam khuluq, 2014). Wanita yang

618 mempunyai resiko menderita dysmenorrhea primer adalah :

619 1) Mengkonsumsi Alkohol. Alkohol merupakan racun bagi tubuh kita,

620 dan hati bertanggungjawab terhadap penghancur esterogen untuk

621 disekresi oleh tubuh. Fungsi hati terganggu karna adanya konsumsi

622 alkohol yang terus menerus, maka esterogen tidak bisa disekresi

623 oleh tubuh, akibatnya esterogen dalam tubuh meningkat dan dapat

624 menimbulkan gangguan pada pelvis.

625 2) Perokok. Merokok dapat meningkatkan lamanya menstruasi dan

626 meningkatkan lamanya dysmenorrhea.

627 3) Tidak pernah berolahraga. Kejadian dysmenorrhea akan meningkat

628 dengan kurangnya aktivitas selama menstruasi dan kurangnya

629 olahraga, hal ini dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen ke

630 uterus menurun sehingga menyebabkan nyeri.

631 4) Stress. Stress menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul

632 dan otot-otot punggung bawah sehingga menyebabkan

633 dysmenorrhea.

111
112
113 30

114

634 2.2.7 Penanganan Dysmenorrhea

635 1) Terapi Farmakologi

636 Dysmenorrhea dapat di atasi dengan terapi farmakologi dan non

637 farmakologi. Terapi farmakologi dengan memberikan obat-obatan

638 seperti prostaglandin, inhibitor, analgesik dan penggunaan

639 Nonsteroidal anti-inflamasntory (NSAIDS) yaitu ibuprofen,

640 acetaminophen, aceclofenac, valdecoxib, diclofenac, meloxicam,

641 dengan tujuan pengobatannya untuk menghilangkan nyeri. Obat-

642 obatan tersebut dapat menurunkan nyeri dan menghambat produksi

643 prostaglandin dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma dan

644 inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitif

645 terhadap stimulasi yang menyebabkan sakit sebelumnya. Akan

646 tetapi, setiap pengobatan secara farmakologi dapat memberikan

647 efek samping, yaitu gangguan pada sistem gastrointestinal bagian

648 bawah (dyspepsia), nausea, dan abnormalitas pada ginjal dan fungsi

649 hati.

650 2) Terapi Non Farmakologi

651 (1) Relaksasi

652 Relaksasi merupakan latihan pernafasan, teknik relaksasi dapat

653 menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi

654 jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan siklus nyeri,

655 ansietas, ketegangan otot, teknik ini juga efektif digunakan pada

656 nyeri kronis.

115
116
117 31

118

657 (2) Olahraga

658 Salah satu olahraga yang dapat mengurangi intensitas nyeri

659 dysmenorrhea yaitu senam. Pada penelitian yang dilakukan oleh

660 Sornim (2014) menyebutkan bahwa senam terbukti berpengaruh

661 dalam menurunkan nyeri dysmenorrhea pada remaja. Senam

662 dysmenorrhea memiliki dampak yang lebih baik bagi penderita

663 dysmenorrhea dibanding dengan beristirahat. Dengan melakukan

664 latihan dan gerakan-gerakan, otot-otot panggul dan otot-otot

665 uterus mengalami relaksasi, sehingga nyeri yang dirasakan saat

666 menstruasi teratasi. Selain itu, senam dysmenorrhea juga dapat

667 menstabilkan mood dan depresi yang biasanya terjadi pada

668 wanita.

669 (3) Aromaterapi

670 Aromaterapi adalah penggunaan minyak esensial yang berasal

671 dari tanaman yang aman untuk terapi. Ada banyak jenis minyak

672 esensial yang digunakan untuk terapi seperti melissa, eucalyptus,

673 dan lavender. Aromaterapi ini sangat efektif digunakan untuk

674 relaksasi, mengurangi nyeri, stress, dan meningkatkan

675 mekanisme koping individu.

676 (4) Terapi Hangat dan Dingin

677 Terapi hangat dan dingin dapat mengurangi nyeri dan

678 memberikan kesembuhan. Pemilihan intervensi pemberian terapi

679 hangat dan dingin dapat bervariasi disesuaikan dengan kondisi

119
120
121 32

122

680 klien. Sebagai contoh terapi hangat dapat menggunakan alas

681 hangat atau kompres dengan menggunakan kantung karet yang

682 diberi air hangat untuk membantu mengurangi nyeri akut dan

683 pemberian handuk yang telah ditaruh dalam kantung es dapat

684 mengurangi nyeri akut pada sendi yang meradang.

685

686 2.3 AKTIVITAS BELAJAR

687 2.3.1 Definisi Aktivitas Belajar

688 Aktivitas belajar adalah keterlibatan seseorang dalam bentuk

689 sikap, pikiran, dan perhatian saat kegiatan belajar. Sehingga dapat

690 diperoleh manfaat. (Rohmat, 2013).

691 Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun

692 mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan,

693 contoh seseorang sedang belajar membaca, fisik kelihatan bahwa

694 orang itu membaca menghadapi suatu buku, tetapi mungkin pikiran

695 dan sikap mentalnya tidak tertuju pada buku yang dibaca.

696 Menunjukkan tidak ada keserasian antara aktivitas fisik dengan

697 aktivitas mental. Apabila sudah demikian, maka belajar tidak optimal.

698 Begitu juga sebaliknya jika hanya mentalnya saja yang aktif, juga tidak

699 akan bermanfaat. Misalnya ada seseorang berfikir tentang sesuatu atau

700 renungan ide-ide yang perlu diketahui oleh masyarakat, tetapi tidak

701 disertai dengan perbuatan fisik atau aktivitas fisik misalnya dituangkan

123
124
125 33

126

702 pada tulisan atau disampaikan kepada orang lain maka ide tersebut

703 tidak akan bermakna. (Sardiman, 2016)

704

705 2.3.2 Jenis-Jenis Aktivitas Belajar

706 Menurut Paul B. Diedrich yang dikutip dalam Suhana (2014) Aktivitas

707 belajar dibagi menjadi 8 kelompok, sebagai berikut :

708 1) Kegiatan Visual (Visual Activities)

709 Misalnya : membaca, melihat gambar-gambar, mengamati

710 eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja

711 atau bermain.

712 2) Kegiatan Lisan (Oral Activities)

713 Seperti : mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan

714 suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,

715 mengemukakan pendapat, berwawancara, berdiskusi.

716 3) Kegiatan Mendengarkan (Listening Activities)

717 Sebagai contoh : mendengarkan penyajian, bahan, mendengarkan

718 percakapan, diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan

719 instrument music, mendengarkan siaran radio.

720 4) Kegiatan Menulis (Writing Activities)

721 Misalnya : menulis cerita, karangan, menulis laporan, membuat

722 sketsa atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket

723 5) Kegiatan Menggambar (Drawing Activities)

724 Misalnya : menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dan pola

127
128
129 34

130

725 6) Kegiatan Metrik (Motor Activities)

726 Misalnya : melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan

727 pameran, membuat model, menyelenggarakan pameran, membuat

728 model, menyelenggarakan permainan (simulasi) serta menari dan

729 berkebun.

730 7) Kegiatan Mental (Mental Activities)

731 Misalnya : merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,

732 menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan,

733 membuat keputusan

734 8) Kegiatan Emosional (Emotional Activities)

735 Misalnya : minat, membedakan, berani, tegang, merasa tegang dan

736 gugup.

737

738 2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

739 1) Faktor Internal

740 (1) Aspek Fisik (Fisiologis)

741 Orang yang belajar membutuhkan fisik yang sehat. Fisik yang

742 sehat akan mempengaruhi seluruh jaringan tubuh sehingga

743 aktivitas belajar tidak menurun

744 (2) Aspek Psikhis (Psikologis)

745 Pada aspek psikologi, ada faktor psikologis yang

746 mempengaruhi seseorang untuk melakukan aktivitas belajar.

131
132
133 35

134

747 Faktor-faktor itu adalah perhatian, pengamatan, tanggapan,

748 fantasi, ingatan, berfikir, bakat dan motif.

749 2) Faktor Eksternal

750 (1) Keadaan Keluarga

751 Sebelum seseorang belajar di lembaga formal (sekolah)

752 sebelumnya telah mendapatkan pendidikan di lingkungan

753 keluarga. Dikeluargalah setiap orang pertama kali mendapatkan

754 pendidikan. Pengaruh pendidikan di lingkungan keluarga,

755 suasana di lingkungan keluarga, cara orang tua mendidik,

756 keadaan ekonomi, hubungan antar anggota keluarga semua hal

757 hal yang diajarkan didalam keluarga sangat mempengaruhi

758 aktif dan pasifnya anak dalam mengikuti kegiatan tertentu.

759 (2) Guru dan Cara Mengajar

760 Lingkungan sekolah, dimana dalam lingkungan ini mahasiswa

761 mengikuti kegiatan belajar mengajar, dengan segala unsur yang

762 terlibat didalamnya, seperti bagaimana dosen menyampaikan

763 materi, metode, pergaulan dengan temannya turut

764 mempengaruhi tinggi rendahnya kadar aktivitas mahasiswa

765 dalam proses belajar dan mengajar.

766 (3) Alat-alat Pembelajaran

767 Sekolah yang cukup memiliki perlengkapan yang diperlukan

768 untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari

135
136
137 36

138

769 dosennya, kecakapan dosen dalam menggunakan alat tersebut,

770 akan mempermudah dan mempercepat proses belajar mengajar.

771 (4) Motivasi Sosial

772 Dalam proses pendidikan timbul kondisi-kondisi yang diluar

773 tanggung jawab sekolah, tetapi berkaitan erat dengan corak

774 kehidupan lingkungan masyarakat atau bersumber pada

775 lingkungan alam. Oleh karena itu corak hidup suatu lingkungan

776 masyarakat tertentu dapat mendorong seseorang untuk aktif

777 mengikuti kegiatan belajar mengajar atau sebaliknya.

778 (5) Lingkungan dan Kesempatan

779 Lingkungan, dimana mahasiswa tinggal akan mempengaruhi

780 perkembangan belajar, misalnya jarak antara rumah dan

781 sekolah yang terlalu jauh, sehingga memerlukan kendaraan

782 yang cukup lama yang pada akhirnya dapat melelahkan

783 mahasiswa itu sendiri.

784

785 2.4 KONSEP MAHASISWA

786 2.4.1 Pengertian mahasiswa

787 Menurut Hartaji (2012) mahasiswa adalah seseorang yang sedang

788 dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang

789 menjalani pendidikan pada salah satu bentuk Perguruan Tinggi yang

790 terdiri dari Akademik, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institute dan

791 Universitas. Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap

139
140
141 37

142

792 perkembangan yang usianya 18-25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan

793 pada remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi

794 perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah

795 pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2012 : 27)

796

797 2.4.2 Karakteristik perkembangan mahasiswa

798 Perguruan tinggi dapat menjadi masa penemuan intelektual dan

799 pertumbuhan kepribadian. Mahasiswa berubah saat merespon terhadap

800 kurikulum yang menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti

801 terhadap mahasiswa lain yang berbeda dalam soal pandangan dan nilai,

802 terhadap kultur mahasiswa yan berbeda dengan kultur pada umumnya,

803 dan terhadap anggota fakultas yang memberikan model baru. Pilihan

804 perguruan tinggi dapat mewakili pengejaran terhadap hasrat yang

805 menggebu atau awal dari karir masa depan (Papalia dkk, 2008 : 672)

806 Ciri-ciri perkembangan mahasiswa (usia 18 sampai 21 tahun)

807 dapat dilihat dalam tugas-tugas perkembangan yaitu :

808 1) Menerima keadaan fisiknya : Perubahan fisiologis dan organis

809 yang sedemikian hebat pada tahun-tahun sebelumnya, pada masa

810 remaja akhir sudah lebih tenang. Struktur dan penampilan fisik

811 sudah menetap dan harus diterima sebagaimana adanya.

812 Kekecewaan karena kondisi fisik tertentu tidak lagi menganggu

813 dan sedikit demi sedikit mulai menerima keadaanya.

143
144
145 38

146

814 2) Memperoleh kebebasan emosional : Masa remaja akhir sedang

815 masa proses melepaskan diri dari ketergantungan secara

816 emosional dari orang yang dekat dalam hidupnya (orang tua).

817 Kehidupan emosi yang sebelumnya banyak mendominasi sikap

818 dan tindakannya mulai terintegrasi dengan fungsi-fungsi lain

819 sehingga lebih stabil dan lebih terkendali. Dia mampu

820 mengungkapkan pendapat dan perasaannya dengan sikap yang

821 sesuai dengan lingkungan dan kebebasan emosionalnya.

822 3) Mampu bergaul : Dia mulai mengembangkan kemampuan

823 mengadakan hubungan social baik dengan teman sebaya maupun

824 orang lain yan berbeda tingkat kematangan sosialnya. Dia mampu

825 menyesuaikan dan memperlihatkan kemampuan bersosialisasi

826 dalam tingkat kematangan sesuai dengan norma sosial yang ada.

827 4) Menemukan model untuk identifikasi : Dalam proses ke arah

828 kematangan pribadi, tokoh identifikasi sering kali menjadi faktor

829 penting, tanpa tokoh identifikasi timbul kekaburan akan model

830 yang ingin ditiru dan memberikan pengarahan bagaimana

831 bertingkah laku dan bersiap sebaik-baiknya.

832 5) Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri : Pengertian dan

833 penilaian yang objektif menenai diri sendiri mulai terpupuk.

834 Kekurangan dan kegagalan yang bersumber pada keadaan

835 kemampuan tidak lagi mengganggu berfungsinya kepribadian dan

836 menghambat prestasi yang ingin dicapai

147
148
149 39

150

837 6) Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma :

838 Nilai pribadi yang tadinya menjadi norma dalam melakukan

839 sesuatu tindakan bergeser ke arah penyesuaian terhadap norma

840 diluar dirinya. Baik yang berubungan dengan nilai social ataupun

841 nilai moral. Nilai pribadi adakalanya harus disesuaikan dengan

842 nilai-nilai umum (positif) yang berlaku di lingkungannya.

843 7) Meningalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan :

844 Dunia remaja mulai ditinggalkan dan dihadapannya terbentang

845 dunia dewasa yang akan dimasuki. Ketergantungan secara psikis

846 mulai ditinggalkan dan ia mampu mengurus dan menentukan

847 sendiri. Dapat dikatakan masa ini ialah masa persiapan kearah

848 tahapan perkembangan berikutnya yakni masa dewasa muda.

849 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik

850 mahasiswa ialah pada penampilan fisik tidak lagi mengganggu

851 aktivitas di kampus, mulai memiliki intelektualitas yang tinggi dan

852 kecerdasan berfikir yang matang untuk masa depannya, memiliki

853 kebebasan emosional untuk memiliki pergaulan dan menentukan

854 kepribadiannya. Mahasiswa juga ingin meningkatkan prestasi di

855 kampus, memiliki tanggung jawab dan kemandirian dalam

856 menyelesaikan tugas-tugas kuliah serta mulai memikirkan nilai dan

857 norma-norma di lingkungan kampus maupun di lingkungan

858 masyarakat di mana dia berada.

859

151
152
153 40

154

860 2.5 HUBUNGAN DYSMENORRHEA DENGAN AKTIVITAS BELAJAR

861 Menurut Kusmiran (2012) menstruasi terjadi secara alamiah pada

862 perempuan, dimana saat mentruasi akan mengalami perdarahan yang teratur

863 dari uterus sebagai tanda bahwa organ reproduksi telah mengalami kematangan.

864 Berbagai jenis ganguan dapat terjadi pada saat mentruasi yaitu hipermenorea,

865 hipomenorea, polimenorea, oligomenorea, amenorea dan dysmenorrhea.

866 Salah satu gangguan yang terjadi pada saat menstruasi yaitu dysmenorrhea.

867 Tingkat keparahan dysmenorrhea terbagi atas dysmenorrhea ringan yaitu nyeri

868 haid yang berlangsung beberapa saat dan aktivitas sedikit tergangu namun dapat

869 melanjutkan kegiatan sehari-hari. Dysmenorrhea sedang dimana penderita

870 memerlukan obat penghilang rasa nyeri. Jika tidak, aktivitas menjadi terganggu.

871 Dysmenorrhea berat yaitu penderita perlu istirahat beberapa hari karena pada

872 dysmenorrhea berat dapat disertai sakit kepala, nyeri pinggang, diare dan rasa

873 tertekan sehingga dapat mengganggu sebagian besar aktivitas.

874 Beban yang ditimbulkan oleh dysmenorrhea lebih besar dari permasalahan

875 ginekologi lainnya. Selain menimbulkan permasalahan ginekologikal,

876 dysmenorrhea juga dapat menyebabkan permasalahan kesehatan masyarakat,

877 kesehatan kerja dan keluarga karena dysmenorrhea tidak hanya berdampak

878 pada individu terkait, tetapi juga lingkungan disekitarnya seperti, terganggunya

879 aktivitas belajar, menurunnya kualitas hidup, kerugian ekonomi, infertilitas,

880 depresi, keluhan ginekologikal lainnya dan alterasi aktivitas autonomik kardiak

881 (Aytat Polat et al, 2009)

155
156
882 BAB 3

883 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

884 3.1 Kerangka Teori

885 Mahasiswi

886 Menstruasi

887
Ketidakstabilan Hormon Prostaglandin
888
Faktor internal yang Gangguan menstruasi :
889 mempengaruhi menstruasi Faktor eksternal yang
: 1. Hipermenorrhea mempengaruhi menstruasi
2. Hipomenorrhea :
890 1. Faktor Hormone 3. Polimenorrhea
2. Faktor Enzim 4. Oligomenorrhea 1. Usia
3. Faktor Vaskular 5. Amenorhhe 2. Status Gizi
891
4. Faktor Prostaglandin 6. pre menstrual tension 3. Lingkungan
5. Status Kesehatan 7. Mastalgia
892 6. Faktor Genetik
8. Dysmenorrhea
893
Nyeri
894
Dampak Dysmenorrhea :
895
1. Aktivitas Belajar
896 2. Kualitas Hidup Menurun
3. Kerugian Ekonomi
897
4. Infertilitas (Kemandulan)
898 5. Depresi

899 6. Keluhan Ginekologikal lainnya

900 Keterangan :

901 : Diteliti

902 : Tidak diteliti

903 : Mempengaruhi

157 41

158
159 42

160

904 Sumber : Rasjidi (2018), Kusmiran (2014), Yahya (2011), Aytat Polat, et al

905 (2009) yang telah dimodifikasi.

906 Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan Dysmenorrhea

907 dengan Aktivitas Belajar Mahasiswi Prodi S1 Keperawatan

908 STIKES ABI SURABAYA TAHUN AJARAN 2019/2020

909 Mahasiswi yang mengalami menstruasi kebanyakan dari mereka

910 mengalami rasa tidak enak di bagian bawah perut. Hal ini disebabkan adanya

911 ketidakstabilan hormon prostaglandin yang dapat menyebabkan gangguan pada

912 menstruasi yaitu Hipermenorrhea, Hipomenorrhea, Polimenorrhea,

913 Oligomenorrhea, Amenorrhea, Pre menstrual tension, Mastalgia dan

914 Dysmenorrhea. Menstruasi dipengaruhi oleh dua faktor antara lain faktor

915 internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor hormon, faktor enzim, faktor

916 vaskular, faktor prostaglandin, status kesehatan dan faktor genetik. Adapun

917 faktor eksternal yaitu usia, status gizi dan lingkungan. Dysmenorrhea

918 menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman karena adanya rasa nyeri

919 sehingga dapat mengganggu aktivitas belajar. Selain itu dysmenorrhea dapat

920 menurunkan kualitas hidup, kerugian ekonomi, infertilitas, depresi dan keluhan

921 ginekologikal lainnya.

922 3.2 Hipotesis Penelitian

923 Hipotesis dari penelitian ini menunjukkan “ Ada Hubungan Dysmenorrhea

924 dengan Aktivitas Belajar Mahasiswi Prodi S1 Keperawatan STIKES ABI

925 SURABAYA TAHUN AJARAN 2019/2020 ”

161
162
926 BAB 4

927 METODOLOGI PENELITIAN

928

929 4.1 Jenis dan Desain Penelitian

930 Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional yaitu penelitian

931 yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antarvariabel

932 (Nursalam, 2016), sedangkan desain penelitian menggunakan teknik cross

933 sectional yaitu penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi

934 dilakukan satu kali pada suatu saat dalam periode yang sama (Heriyanto, 2017).

935

936 4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

937 4.2.1 Populasi Penelitian

938 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi prodi S1

939 Keperawatan semester II, IV dan VI STIKES ABI Surabaya yang

940 berjumlah 58 mahasiswi.

941 4.2.2 Sampel

942 Sampel terdiri atas bagian populasi yang terjangkau yang dapat

943 dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam,

944 2016). Maka besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus

945 Slovin sebagai berikut :

946

947

948

163 43

164
165 44

166

949 N
n=
950 1+ N (d)2

951 Keterangan :

952 N : Besar populasi

953 n : Besar sampel

954 d : Tingkat kesalahan (0,05)

955 Berdasarkan rumus diatas, jumlah minimum sampel pada penelitian ini

956 adalah :

957 N
958 n=
959 1 + N (d)2
960
961 58
962 n=
963 1 + 58 (0,05)2
964
965 58
966 n=
967 1 + 0,145
968
969 58
970 n=
971 1,145
972
973 n = 50,6 = 51
974
975
976 4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel ( Sampling )

977 Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah probability

978 sampling menggunakan stratified random sampling (sampel acak

979 bertingkat) yakni pengambilan subyek dari setiap strata secara seimbang

980 atau sebanding dengan banyaknya subyek masing-masing. Untuk

167
168
169 45

170

981 menentukan sampel setiap strata/kelas pada penelitian ini dapat

982 dirumuskan sebagai berikut :

983 Ni
984 ni = .n
985 N

986 Keterangan :

987 ni = Jumlah sampel menurut stratum

988 n = Jumlah sampel seluruhnya

989 Ni = Jumlah populasi menurut stratum

990 N = Jumlah populasi seluruhnya

991 Maka jumlah sampel menurut strata kelas yaitu :

992

993

994

995 Teknik pengambilan sampel dalam tiap kelas menggunakan teknik

996 random melalui metode undian yaitu dengan cara memasukkan nomor

997 urut absen populasi sampel (kerangka sampel), kemudian

998 dikocok/diguncang sampai memenuhi jumlah sampel tiap kelas yang

999 telah ditentukan sebelumnya, nomor yang keluar dari kocokan tersebut

1000 adalah unit sampel (orang yang akan menjadi responden).

1001

171
172
173 46

174

1002

1003 Adapun kriteria subyek penelitian adalah :

1004 1) Kriteria Inklusi

1005 (1) Usia 18-21 tahun

1006 (2) Bersedia menjadi responden

1007 (3) Prodi S1 Keperawatan

1008 (4) Telah menstruasi dan mengalami dysmenorrhea

1009 2) Kriteria Eksklusi

1010 (1) Tidak hadir saat penelitian dilaksanakan

1011 (2) Tidak bersedia menjadi responden

1012 (3) Tidak mengalami gangguan reproduksi (dysmenorrhea)

1013

10144.3 Klasifikasi Variabel dan Definisi Operasional

1015 4.3.1 Variabel Penelitian

1016 1) Variabel Independen (bebas)

1017 Variabel Indpenden adalah variabel bebas yang nilainya

1018 menentukan variabel lain (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini

1019 yang merupakan variabel independent adalah Dysmenorhhea.

1020 2) Variabel Dependen (terikat)

1021 Variabel Dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

1022 variabel lain (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini yang

1023 merupakan variabel dependen adalah Aktivitas Belajar

1024

175
176
177 47

178

1025

1026 4.3.2 Definisi Operasional

1027 Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Dysmenorrhea dengan


1028 Aktivitas Belajar Mahasiswi Prodi S1 Keperawatan STIKES
1029 ABI SURABAYA TAHUN AJARAN 2019/2020
1030

Variabel Definisi Alat ukur Skala Kriteria


Operasional

Variabel Rasa nyeri yang Kuesioner Ordinal a. Ringan apabila responden


Independen timbul selama yang terdiri memberikan jawaban “ya” di
yaitu menstruasi yang dari 11 item soal no. 1,2 (kode 1)
dysmenorrhea ditandai dengan pertanyaan b. Sedang apabila responden
nyeri di daerah perut tertutup. memberikan jawaban “ya”
bawah maupun di soal no. 3,4,5 (kode 2)
panggul kadang c. Berat apabila responden
meluas ke pinggang memberikan jawaban “ya”
serta punggung di soal no. 6,7,8,9,10,11
bagian bawah. (kode 3)
Variabel kegiatan yang Kuesioner Ordinal a. Untuk aktivitas belajar
dependen yaitu mengarah pada yang terdiri terganggu karena
aktivitas proses belajar seperti dari 21 item dysmenorrhea apabila
belajar bertanya, pertanyaan jumlah jawaban responden
mengajukan tertutup dengan skor 11 (kode 1)
pendapat, dengan b. Untuk aktivitas belajar tidak
mengerjakan tugas- penilaian terganggu karena
tugas, dapat atau skor dysmenorrhea apabila
menjawab sebagai jumlah jawaban responden
pertanyaan dosen berikut : dengan skor < 11 (kode 2)
dan bisa pertanyaan
bekerjasama dengan favorable :
mahasiswi lain, serta Ya : 1 dan
tanggung jawab Tidak : 0
terhadap tugas yang pertanyaan
diberikan. unfavorable :
Ya : 0 dan
Tidak : 1

179
180
181 48

182

1031

10324.4 Instrumen Penelitian

1033 Instrument penelitian ini adalah kuesioner untuk mengetahui hubungan

1034 Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar Mahasiswi Prodi S1 Keperawatan

1035 STIKES ABI SURABAYA TAHUN AJARAN 2019/2020.

1036 Kuesioner penelitian ini meliputi :

1037 1) Bagian A berkaitan dengan karakteristik responden yang terdiri dari

1038 inisial, usia, usia menarche, semester, lama perdarahan menstruasi, sifat

1039 nyeri haid yang dirasakan.

1040 2) Bagian B berkaitan dengan dysmenorrhea menggunakan kuesioner yang

1041 terdiri dari 11 item pertanyaan tertutup. Dan dikategorikan menjadi 3

1042 kategori, yaitu :

1043 (1) Dysmenorrhea ringan apabila responden memberikan jawaban “ya”

1044 di soal no. 1,2 (kode 1)

1045 (2) Dysmenorrhea sedang apabila responden memberikan jawaban “ya”

1046 di soal no. 3,4,5 (kode 2)

1047 (3) Dysmenorrhea berat apabila responden memberikan jawaban “ya”

1048 di soal no. 6,7,8,9,10,11 (kode 3)

1049 3) Bagian C berkaitan dengan Aktivitas Belajar yang mengarah pada proses

1050 belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas,

1051 dapat menjawab pertanyaan dosen dan bisa bekerjasama dengan

1052 mahasiswi lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

1053 Kuesioner terdiri dari 21 item pertanyaan tertutup dengan menggunakan

183
184
185 49

186

1054 skala Guttman kategori ya-tidak, dimana ada 13 pertanyaan dengan

1055 jawaban positif/favorable (No. 1,2,3,6,8,9,12,13,14,16,17,18,19) dan 8

1056 pertanyaan dengan jawaban negatif/unfavorable (No.

1057 4,5,7,10,11,15,20,21). Untuk pertanyaan favorable jika menjawab ya

1058 diberi skor 1 dan menjawab tidak diberi skor 0, sedangkan untuk

1059 pertanyaan unfavorable jika menjawab ya diberi skor 0 dan menjawab

1060 tidak diberi skor 1. Skor hasil perhitungan berdasarkan nilai median atau

1061 nilai tengah yang dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :

1062 (1) Untuk aktivitas belajar terganggu karena dysmenorrhea apabila

1063 jumlah jawaban responden dengan skor 11 (kode 1)

1064 (2) Tidak terganggu apabila jumlah jawaban responden dengan skor <

1065 11 (kode 2)

1066

10674.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

1068 1) Lokasi Penelitian

1069 Penelitian ini dilaksanakan di kampus STIKES ABI SURABAYA.

1070 Adapun pemilihan lokasi tersebut adalah :

1071 (1) Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, bahwa banyak mahasiswi yang

1072 terganggu aktivitas belajarnya karena mengalami nyeri dysmenorrhea.

1073 (2) Lokasi penelitian dapat terjangkau oleh peneliti

1074 2) Waktu Penelitian

1075 Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2020

1076

187
188
189 50

190

1077

10784.6 Prosedur Pengumpulan Data

1079 Peneliti mengurus surat izin penelitian di kampus STIKES ABI SURABAYA

1080 kemudian peneliti menyerahkan surat izin tersebut kepada pihak bagian

1081 kemahasiswaan STIKES ABI SURABAYA. Setelah diizinkan dan mendapatkan

1082 surat izin penelitian dari kampus, peneliti mengumpulan data sekunder yang

1083 diperoleh dari catatan keterangan (absensi) mahasiswi yang terdaftar sebagai

1084 mahasiwi STIKES ABI SURABAYA. Setelah itu peneliti mengumpulkan

1085 populasi penelitian yang dikehendaki peneliti. Kemudian setelah sampel

1086 diperoleh, peneliti memberikan surat permohonan menjadi responden kepada

1087 sampel responden yang sudah terpilih dan membagikan kuesioner. Peneliti

1088 membagikan kuesioner dan memberikan penjelasan sesuai prosedur pengisian

1089 kuesioner. Pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden dalam

1090 pelaksanaannya didampingi oleh peneliti. Peneliti mengumpulkan kembali

1091 kuesioner yang telah diisi oleh responden dan memeriksa untuk dilihat

1092 kelengkapannya. Jika kuesioner yang diisi kurang atau salah maka kuesioner

1093 dikembalikan ke responden untuk dilengkapi.

1094

10954.7 Pengolahan dan Analisa Data

1096 1) Pengolahan Data

1097 Setelah data terkumpul dari responden yang telah diberikan kuesioner,

1098 kemudian dilakukan pengolahan data dan analisa data dengan tahap-tahap

1099 sebagai berikut :

191
192
193 51

194

1100

1101 (1) Editing

1102 Tahap ini merupakan tahap kegiatan untuk memeriksa data yang

1103 telah dikumpulkan, sehingga data yang diolah adalah data yang

1104 memenuhi kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan kebutuhan.

1105 (2) Coding

1106 Setelah semua kuesioner diedit, selanjutnya dilakukan pengkodean

1107 yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka

1108 atau bilangan. Pemberian kode dalam penelitian ini sebagai berikut :

1109 1. Dysmenorrhea

1110 Kode 1 : Dysmenorrhea ringan

1111 Kode 2 : Dysmenorrhea sedang

1112 Kode 3 : Dysmenorrhea berat

1113 2. Aktivitas Belajar

1114 Kode 1 : Aktivitas Belajar terganggu dengan skor 11

1115 Kode 2 : Aktivitas Belajar tidak terganggu dengan skor < 11

1116 (3) Processing

1117 Processing atau memasukkan data yaitu jawaban dari masing-

1118 masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf)

1119 dimasukkan ke dalam program SPSS (Statistical Program and Social

1120 Sains).

1121

1122

195
196
197 52

198

1123

1124 (4) Cleaning

1125 Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

1126 dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

1127 kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian

1128 dilakukan pembetulan atau koreksi.

1129

1130 2) Analisa Data

1131 (1) Analisa Univariat

1132 Analisa data univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik

1133 responden dan karakteristik masin-masing variabel dalam penelitian

1134 (Notoatmojo, 2017). Analisa univariat dalam penelitian ini meliputi

1135 nama/usia, semester, usia menarche, lama perdarahan menstruasi dan

1136 rasa sakit pada saat dysmenorrhea. Variabel yang berbentuk kategorik

1137 disajikan dalam bentuk presentase. Penyajian masing-masing variabel

1138 dilakukan dengan menggunakan tabel dan diinterpretasikan berdasarkan

1139 hasil yang diperoleh.

1140 (2) Analisa Bivariat

1141 Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yaitu variabel bebas

1142 dan variabel terikat yang diduga adanya behubungan atau berkorelasi

1143 dengan menggunakan uji statistik (Notoatmodjo, 2012). Dalam

1144 penelitian ini analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan

1145 dysmenorrhea dengan aktivitas belajar. Analisis data diolah dengan

199
200
201 53

202

1146 SPSS menggunakan uji statistik Rank Spearman, yang digunakan untuk

1147 menguji kedua variabel yang berskala ordinal, dengan tingkat

1148 kemaknaan α = 0,05. H0 ditolak bila nilai signifikannya (x 2) < α (0,05)

1149 yang berarti ada hubungan dysmenorrhea dengan aktivitas belajar. Hasil

1150 analisis data diinterpretasikan dalam bentuk persentase dengan

1151 menggunakan skala kuantitatif sebagai berikut (Arikunto, 2010) :

1152 0% : tidak satupun

1153 1-25% : sebagian kecil

1154 26-49% : hampir setengahnya

1155 50% : setengahnya

1156 51-75% : sebagian besar

1157 76-99% : hampir seluruhnya

1158 100% : seluruhnya

1159

1160

1161

1162

1163

1164

1165

1166

1167

1168

203
204
205 54

206

1169

11704.8 Kerangka Operasional

1171
Populasi
1172
Seluruh mahasiswi Prodi S1 Keperawatan semester II, IV dan VI STIKES ABI
1173 SURABAYA yang berjumlah 58 orang

1174
Sampling
1175 Probability sampling dengan teknik Stratified random sampling
1176

1177 Sampel
Sebagian mahasiswi Prodi S1 Keperawatan semester II, IV dan VI STIKES ABI
1178 SURABAYA yang berjumlah 51 orang
1179
1180
Pengumpulan data menggunakan kuesioner tentang dysmenorrhea dan aktivitas
1181 belajar
1182
1183 Pengolahan data dengan cara
1184 Editing, coding, processing, dan cleaning kemudian dianalisis menggunakan uji
1185 statistik Rank Spearman

1186
1187 Hasil penelitian dan pembahasan

1188
1189
Kesimpulan dan saran
1190
1191
1192 Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Hubungan Dysmenorrhea dengan
1193 Aktivitas Belajar Mahasiwi Prodi S1 Keperawatan STIKES ABI

SURABAYA TAHUN AJARAN 2019/2020


207
208
209 55

210

1194
1195
11964.9 Etika Penelitian

1197 (1) Informed concent (lembar persetujuan)

1198 Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus memberikan lembar

1199 persetujuan kepada responden sebagai bukti bahwa responden bersedia.

1200 Peneliti harus menjelaskan maksud dan tujuan penelitian saat memberikan

1201 lembar persetujuan tersebut. Peneliti tidak berhak memaksa responden untuk

1202 berpartisipasi dalam penelitiannya.

1203 (2) Anonymity (tanpa nama)

1204 Peneliti harus menjaga kerahasiaan responden. Peneliti hanya boleh

1205 memberikan inisial pada lembar pengumpulan data.

1206 (3) Confidentiality (kerahasiaan)

1207 Kerahasiaan informasi yang telah didapatkan oleh peneliti harus dijaga

1208 kerahasiaannya dan hanya informasi tertentu saja yang akan disajikan pada

1209 hasil penelitian.

211
212
1210 DAFTAR PUSTAKA

1211Alimuddin, A. (2017). Hubungan Dismenorea Dengan Aktivitas Belajar Mahasiswa


1212 Prodi DIV Jurusan Kebidanan POLTEKKES KEMENKES KENDARI.
1213 JURNAL KEBIDANAN.

1214Anurogo, D. &. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta : CV. Andi.

1215Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta : Rineka


1216 Cipta.

1217Arista, M. P. (2017). HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN


1218 DYSMENORRHEA PADA REMAJA PUTRI DI MAN 1 KOTA MADIUN.
1219 JURNAL KEDOKTERAN, 90.

1220Aytat polat, H. C. (2009). Prevalence Of Primary Dysmenorea in young adult female


1221 university student. Archives of ginecology & obstetric.

1222Ernawati. (2010). Jurnal Terapi relaksasi terhadap nyeri Dysmenorrhea pada


1223 mahasiswi Universitas Muhammadiyah semarang. (http://jurnal unimus
1224 ac.id.vol 1 no 1). Di akses tanggal 4 november 2019.

1225Haryono, R. (2016). Siap Menghadapi Menstruasi dan Menopause, Cetakan


1226 Pertama. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

1227Hegazi, M. &. (2007). Heart Rate Variability (HRV) In Young Health Females with
1228 Primary Dysmenorrhea. Vol. 43.

1229Heriyanto, B. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Edisi 4. Surabaya: CV. Perwira


1230 Media Nusantara (PMN).

1231Khuluq, M. (2014). Tingkat Kecemasan dan Derajat Dismenorea pada Atlet Putri
1232 POMNAS XIII DIV Tahun 2013. 36-37.

1233Kusmiran, E. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita, Cetakan Kedua.


1234 Jakarta: Salemba Medika.

213 56

214
1235

1236Manuaba, I. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, edisi 2. Jakarta: EGC.

1237Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta .

1238Novia, I. &. (2008). Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kejadian Dysmenorrhea.


1239 The IndonesianJournal Of Public Health.

1240Nugroho, T. &. (2014). Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Nuba


1241 Medika.

1242Nursalam. (2016). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 4 . Jakarta: Salemba


1243 Medika.

1244Paath, E. (2004). Gizi dalam Kesehatan Reproduksi Wanita . Jakarta: EGC.

1245Rakhshaee. (2014). A Cross-Sectional Study of Primary Dysmenorrhea among


1246 Student at a University: Prevalence, Impact and of Associated Symptoms.
1247 Annual Research and Review in Biology.4.

1248Rasjidi, D. (2018). Ginekologi Sistem Blok Reproduksi. Jakarta : EGC.

1249Rohmat. (2013). Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, Metode Diskusi Dan Pendidikan
1250 Kewarganegaraan.
1251 (http://eprints.walisongo.ac.id/984/3/083911045_Bab2.pdf). Diakses tanggal 1
1252 november 2019.

1253Sardiman, A. (2016). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
1254 Persada.

1255Setiawan, S. A. (2017). Hubungan Nyeri Haid (Dysmenorrhea) Dengan Aktivitas


1256 Belajar Sehari-Hari Pada Remaja Putri Kelas VII Di SMPN 3 Pulung, Jurnal
1257 Penelitian : Pulung .

1258Suhana, C. (2014). Konsep Strategi Pembelajaran . Bandung: Refika Aditama.

215 57

216
1259

1260Trisianah, I. (2011). Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dengan Kompres


1261 Hangat Terhadap Penurunan Dysmenorrhea Pada Remaja Putri Di SMA
1262 Negeri 1 Semarang. Tesis Universitas Muhammadiyah Semarang.
1263 (http://digilb.unimus.ac.id). Diakses 4 november 2019.

1264Yahya, d. N. (2011). Kesehatan Reproduksi Pranikah, Cetakan Pertama. Solo:


1265 Metagraf.

1266Hartaji, D. A. (2012). Persepsi Mahasiswa Tentang Harapan Orang Tua Terhadap


1267 Pendidikan Dan Ketakutan Akan Kegagalan. Educational Psychology
1268 Journal, Vol.1, No.1.

1269Yusuf, Syamsu. (2012) Psikoloi Perkembanan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja
1270Rosdakarya

1271Papalia, Diane & Feldman, RD. (2008). Human Development. Jakarta : Kencana

217 58

218
1272Lampiran 1

1273 SURAT IJIN PENELITIAN

1274

1275

1276

1277

1278

1279

1280

1281

1282

1283

1284

1285

1286

1287

1288

1289

1290

1291

219 59

220
1292Lampiran 2

1293 SURAT PERSETUJUAN PESERTA PENELITIAN

1294 SAYA YANG BERTANDA TANGAN DI BAWAH INI

1295

1296NAMA :

1297NIM :

1298 Setelah mendapat keterangan yang jelas mengenai penelitian Hubungan

1299Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar Mahasiswi Prodi S1 Keperawatan dan

1300mendapatkan kesempatan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan

1301penelitian tersebut, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan

1302menyatakan bahwa saya ikut dalam penelitian tersebut.

1303

1304

1305 Surabaya, Maret 2020

1306 Peserta Penelitian,

1307

1308

1309 (……………………...)

221 60

222
1310Lampiran 3

1311 KUISIONER

1312 HUBUNGAN DYSMENORRHEA DENGAN AKTIVITAS BELAJAR

1313 MAHASISWI PRODI S1 KEPERAWATAN

1314 STIKES ABI SURABAYA

1315

1316Tanggal :

1317 Petunjuk pengisian :

1318 a. Isilah tanda checklist ( √ ) pada kolom jawaban yang sesuai dengan
1319 keadaan anda
1320 b. Isilah semua petanyaan yang ada titik-titiknya berdasarkan kondisi anda
1321 yang sebenarnya
1322 c. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan sehingga tidak ada yang
1323 terlupakan

1324

1325 A. KARAKTERISTIK RESPONDEN


1326 1. Nama / Usia :
1327 2. Semester :
1328 3. Status Obstetri
1329 a. Usia menarche (pertama kali menstruasi) : ………… tahun
1330 b. Lama perdarahan menstruasi : ( ) 3-5 hari

1331 ( ) 6-8 hari

1332 c. Rasa sakit pada saat dysmenorrhea/nyeri haid : ( ) Menetap


1333 ( ) Hilang Timbul
1334

223 61

224
1335 B. DYSMENORRHEA
1336 Petunjuk pengisian beri tanda checklist ( √ ) atau centang
1337 Pada pernyataan dibawah ini yang paling menggambarkan dengan kondisi anda
1338 pada saat anda mengalami nyeri haid atau dysmenorrhea.
1339

No. NYERI YANG DIRASAKAN YA TIDAK

1. Pada saat mengalami nyeri haid, apakah anda tetap dapat


melakukan aktivitas sehari-hari ?
2. Apakah anda dapat berkonsentrasi belajar pada saat mengalami
nyeri haid ?
3. Pernahkah anda merasakan mual muntah pada saat mengalami
nyeri haid ?
4. Pernahkah pada saat mengalami nyeri haid anda merasakan
badan menjadi lemas ?
5 Pada saat anda mengalami nyeri haid apakah sampai
mengganggu aktivitas sehari hari ?
6. Apakah pada saat nyeri haid anda merasakan nyeri perut
dibagian bawah ?
7. Pada saat nyeri haid, nyeri yang anda rasakan apakah sampai
menjalar ke bagian punggung ?
8. Pernahkah anda sampai mengalami tidak nafsu makan pada saat
mengalami nyeri haid ?
9. Pada saat anda mengalami nyeri haid pernahkah sampai
mengalami pusing ?
10 Pernahkah anda sampai tidak dapat melakukan aktivitas sama
sekali pada saat mengalami nyeri haid ?
11 Apakah anda pernah mengalami pingsan pada saat mengalami
nyeri haid ?
1340
1341Sumber : Arista, 2017

225 62

226
1342 Keterangan :
1343 - Kode 1 : Dysmenorrhea ringan (jika responden menjawab “ya” di soal
1344 nomor 1,2)
1345 - Kode 2 : Dysmenorrhea sedang (jika responden menjawab “ya” di soal
1346 nomor 3,4,5)
1347 - Kode 3 : Dysmenorrhea berat (jika responden menjawab “ya” di soal
1348 nomor 6,7,8,9,10,11)
1349
1350 C. AKTIVITAS BELAJAR
1351 Petunjuk pengisian :
1352 a. Bacalah dengan teliti pertanyaan berikut
1353 b. Jawablah semua pertanyaan yang ada dengan memberi tanda checklist ( √
1354 ) pada jawaban yang dianggap tepat dan benar
1355

No. Pertanyaan Ya Tidak Skor


1. Menghadiri semua aktifitas belajar waktu saya mengalami nyeri
haid
2. Bersemangat dalam mengikuti pelajaran di kelas waktu saya
mengalami nyeri haid
3. Mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan dosen dengan
baik waktu saya menggalami nyeri haid
4. Tidak mampu memperhatikan gambar/skema dan tulisan yang
ditampilkan oleh dosen saat mengajar waktu saya mengalami nyeri
haid
5. Tidak mampu menghafal skema dan tulisan yang ditampilkan oleh
dosen saat mengajar waktu saya mengalami nyeri haid
6. Mampu menggambar bagian-bagian organ reproduksi manusia
waktu saya mengalami nyeri haid

227 63

228
229 64

230

7. Tidak mampu menyalin atau membuat catatan materi pelajaran yan


disampaikan dosen waktu saya mengalami nyeri haid
8. Mampu membuat dan menganalisa skema dari materi kuliah yang
disampaikan dosen waktu saya mengalami nyeri haid
9. Mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen di
kelas waktu saya mengalami nyeri haid
10. Menunda menerjakan tugas yang diberikan dosen waktu saya
mengalami nyeri haid
11. Tidak mampu berdiskusi dengan teman ketika menghadapi masalah
dalam mengerjakan tugas dikelas waktu saya mengalami nyeri haid
12. Mampu bertanya tentang materi-materi yang tidak di pahami waktu
saya mengalami nyeri haid
13. Mampu memberikan respon atau jawaban dari pertanyaan yang
diberikan dosen waktu saya mengalami nyeri haid
14. Mendengarkan dan mampu mengambil kesimpulan dari materi yang
disampaikan dosen waktu saya mengalami nyeri haid
15. Tidak berani mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan
kelas waktu saya mengalami nyeri haid
16. Mendengarkan hasil diskusi kelompok dengan baik waktu saya
mengalami nyeri haid
17. Mampu mengemukakan pendapat, saran dalam berdiskusi kelompok
waktu saya mengalami nyeri haid
18. Mampu menulis kesimpulan yang di bahas dalam diskusi waktu
saya mengalami nyeri haid
19. Mampu mengingat tentang materi pembelajaran yang telah
diajarkan waktu saya mengalami nyeri haid
20. Apakah prestasi belajar menurun dibuktikan dengan menurunnya
nilai tengah semester ?
21 Apakah menggunakan obat penghilang rasa sakit untuk
menghilangkan rasa nyeri pada waktu saya mengalami nyeri haid ?
1356
1357Sumber : Alimuddin (2017)
1358
1359

231
232
1360Keterangan :
1361 - Kode 1 : Aktivitas belajar terganggu jika jumlah jawaban responden dengan
1362 skor 11
1363 - Kode 2 : Aktivitas belajar tidak terganggu jika jumlah jawaban responden
1364 dengan skor < 11
1365
1366
1367
1368
1369
1370
1371
1372
1373
1374
1375
1376
1377
1378
1379
1380
1381
1382
1383
1384
1385
1386

233 65

234
1387Lampiran 4
1388
1389 LEMBAR KONSULTASI
1390
1391Nama : Rina Ridwana Qurrota A’yun
1392NIM : 1610035
1393Prodi : S1 Keperawatan
1394Judul : Hubungan Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar
1395 Mahasiswi Prodi S1 Keperawatan STIKES ABI SURABAYA
1396 TAHUN AJARAN 2019/2020
1397Dosen Pembimbing : Sri Wilujeng, S.kep.,Ns,.M.Kes
1398

No. Tanggal Masukan Pembimbing Tanda Tangan


Pembimbing
1. 4 November 2019 Konsul judul & BAB 1
2. 6 November 2019 Revisi BAB 1
3. 19 November 2019 Revisi BAB 1 (solusi)
4. 27 November 2019 ACC judul & BAB 1
5. 10 Desember 2019 ACC BAB 1 & Konsul BAB 2
6. 16 Desember 2019 Revisi BAB 2
7. 19 Desember 2019 ACC BAB 2 & Konsul BAB 3
8. 13 Januari 2020 Revisi BAB 3 & konsul BAB 4
9. 20 Januari 2020 ACC BAB 3 & Revisi BAB 4
10. 3 Februari 2020 Revisi BAB 4 & Konsul kuesioner
11. 12 Februari 2020 Revisi BAB 4 & Revisi Kuesioner
12. 21 Februari 2020 ACC BAB 4 & Kuesioner
13. 5 Maret 2020 Konsul Sampul sampai Lampiran
1399
1400

235 66

236
237 67

238

1401
1402
1403
1404
1405
1406
1407
1408
1409
1410
1411
1412
1413
1414
1415
1416

239
240
241
242

1417

243
244

Anda mungkin juga menyukai