Anda di halaman 1dari 3

8 Mei 1993

27 tahun lalu Sosok wanita menoreh sejarah ditanah pusaka

27 tahun lalu pula Indonesia berduka

Indonesia Kehilangan sosok aktvis pembela umat

Dia bukan sosok perdana mentri, ataupun permaisuri

Dia adalah marsinah

Pejuang hak para buruh

Yang rela mengorbankan nyawa demi kesejateraan.

Walau bambu menembus kelamin hingga merobek perut.

Ditancap pada tanah oleh manusia laknat.

Dia Marsinah buruh pabrik arloji,

mengurus presisi, merakit jarum, sekrup, dan roda gigi;

waktu memang tak pernah kompromi,

ia sangat cermat dan pasti

Marsinah, kita tahu , ia tak bersenjata,

ia hanya suka merebus kata

sampai mendidih,

lalu meluap ke mana-mana.

“Ia suka berpikir,” kata Siapa,

“Itu sangat berbahaya.”

Marsinah tak ingin menyulut api,

ia hanya memutar jarum arloji

agar sesuai dengan matahari.

“Ia tahu hakikat waktu,” kata Siapa,

“dan harus dikembalikan


ke asalnya, debu.”

Si wanita Arloji

Yang meregang nyawa dibibir juang

Ia disekap di ruang pengap

ia diikat ke kursi

Ia tidak diberi air;

ia tidak diberi nasi;

detik pun gerah

berloncatan ke sana ke mari.

Ia disiksa bukan bak manusia,

kepalanya ditetak,

selangkangnya diacak-acak,

dan tubuhnya dibirulebamkan

dengan besi batangan.

Detik pun tergeletak

Marsinah pun abadi

8 mei 1993 indonesia pilu

tangis tak pantas.

Angin dan debu jalan,

klakson dan asap knalpot,

mengiringkan jenazahnya ke Nganjuk.

Semak-semak yang tak terurus

dan tak pernah ambil peduli

meregang waktu bersaksi;

Marsinah diseret
dan dicampakkan

Wahai wanita arloji

Malang nian nasibmu

Ingatlah, Marsinah tak pernah mati

Suaranya akan tetap abadi

Demi rakyat tentram abadi.

Anda mungkin juga menyukai