Komunikasi Bisnis
Dosen Pengampu :
Edy Mulyantomo, SE,MM
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Irfan M ( B.131.16.0332 )
2. Aji Sutrisno ( B.131.17.0019 )
3. Iqbal Tegar W ( B.131.17.0047 )
4. Ainulutviah ( B.131.17.0265 )
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan dengan tujuan tercapai kesepahaman bersama, sedangkan negosiasi adalah suatu
kegiatan yang terencana apa yang harus dicapai, Komunikasi merupakan salah satu faktor
penting dalam melakukan kegiatan negosiasi. Dengan komunikasi yang baik, maka kegiatan
negosiasi dapat berjalan lancar. Segala hal yang telah direncanakan saat bernegosiasi
nantinya, bila kita tidak mampu mengomunikasikannya dengan baik, maka negosiasi dapat
terhambat bahkan gagal. Peranan komunikasi dalam memenangkan peperangan terlihat
sangat penting.
Bila ingin menjadi negosiator yang handal, tentunya memerlukan pemahaman
mendalam mengenai komunikasi. Komunikasi tidak hanya “cuap-cuap” saja, tetapi juga
terdapat teknik khusus dalam menyampaikan pesan kepada pihak lain. Komunikasi tidak
terbatas pada verbal saja, namun nonverbal perlu diperhatikan, karena hal itu sangat
diperhatikan oleh pihak lain, yang dapat membaca “sisi lain” dari negosiator tersebut, yang
berdampak pada citra perusahaan yang kita wakili.
RUMUSAN MASALAH
Untuk membatasi penguraian komunikasi dalam negosiasi bisnis, maka penulis
membuat beberapa rumusan masalah berupa pertanyaan yaitu:
a. Apa yang harus dikomunikasikan dalam negosiasi?
b. Bagaimana seseorang berkomunikasi dalam negosiasi?
c. Bagaimana mengembangkan komunikasi dalam negosiasi?
d. Bagaimana pertimbangan komunikasi khusus pada penutupan negosiasi?
TUJUAN
Setelah membaca makalah ini pembaca diharapkan:
a. Memahami apa yang harus dikomunikasikan dalam negosiasi.
b. Mengetahui bagaimana seseorang berkomunikasi dalam negosiasi.
c. Memahami cara-cara yang dapat meningkatkan komunikasi dalam negosiasi.
d. Mengetahui bagaimana pertimbangan komunikasi khusus pada penutupan.
negosiasi.
BAB II
PEMBAHASAN
MODEL DASAR KOMUNIKASI
Dikurangi dari esensi sebenarnya, negosiasi adalah bentuk komunikasi interpersonal.
Proses-proses komunikasi, baik verbal dan nonverbal, merupakan hal penting untuk mencapai
tujuan negosiasi dan untuk menyelesaikan konflik. Pada topik ini, kita membahas proses di
mana negosiator mengomunikasikan kepentingan, posisi dan tujuan mereka–dan pada
gilirannya dapat membuat pihak-pihak dan negosiasi dapat dipahami secara keseluruhan.
Jelas, komunikasi hadir dalam proses negosiasi; sehingga penelitian terhadap komunikasi
terwujud dalam negosiasi, baik sebagai proses interaksi maupun sebagai konteks seluk-beluk
komunikasi yang dapat memengaruhi proses dan hasil (Chatman, Putnam, dan Sondak,
1991).
Model awal dan yang berpengaruh yang dikembangkan Shannon dan Weaver (1948)
mengonsep komunikasi sebagai kegiatan yang muncul antara dua orang: pengirim dan
penerima. Pengirim memiliki pemikiran atau maksud dalam pikirannya. Pengirim
mengodekan maksud ini ke dalam pesan yang akan ditransmisikan ke penerima. Pesan
tersebut dapat dikodekan dalam bahasa verbal, ekspresi nonverbal, atau keduanya. Setelah
dikodekan, pesan tersebut kemudian ditransmisikan melalui saluran (channel) atau medium
(misalnya, interaksi tatap muka, telepon, e-mail, pesan teks, surat) kepada penerima. Orang
yang diberi pesan tersebut menerima transmisi secara langsung, kemudian memecahkannya
dan menginterpretasikannya, memberi makna serta pemahaman kepada penerima.
Dalam pertukaran dua pihak seperti pada gambar di atas, seorang komunikan
bukanlah penerima pesan pasif; orang yang menerima pesan berperan aktif dalam beberapa
cara. Pertama, penerima menerima pesan dan kemudian mencoba memberi makna atas pesan
tersebut dengan menginterpretasikan isi informasi pesan tersebut dan motif pihak lain untuk
mentransmisikannya. Penerima kemudian menjadi pengirim, mengodekan respons verbal
dan/atau nonverbal yang mungkin mencoba untuk mengerjakan beberapa hal: menyampaikan
informasi kepada pihak lain mengenai cara bagaimana pesan asli diterima–mungkin
anggukan persetujuan, atau kesan kebingungan, atau mungkin ringisan kecemasan;
merespons dalam suatu cara terhadap isi pesan pengirim asli; menghindari respons substansif
dan mengubah pokok bahasan; atau tujuan yang memungkinkan lainnya. Dengan demikian,
dalam negosiasi umpan balik (feedback) yang diberikan penerima pesan kepada pengirimnya
dapat dalam berbagai bentuk isyarat nonverbal, emosi yang diungkapkan, pertanyaan untuk
klarifikasi, respons terhadap informasi yang disajikan, usaha untuk membangun pesan
pertama, atau bantahan terhadap argument, dan masih banyak lainnya, atau beberapa
kombinasi hal-hal tersebut.
B. Mencapai Penutupan
Gary Karrass (1985), menganjurkan negosiator untuk “mengetahui kapan untuk tutup
mulut,” untuk menghindari penyerahan informasi penting yang tidak perlu dilakukan, dan
agar tidak untuk mengucapkan “kata-kata konyol” yang dapat membuatnya menjauh dari
kesepakatan yang hampir dibuat. Karrass juga mengingatkan para negosiator agar perlu
memperhatikan masalah-masalah di menit terakhir, seperti nit-picking atau “tebakan kedua”
oleh pihak yang tidak berpartisipasi dalam proses tawar-menawar, tetapi memiliki hak atau
tanggung jawab untuk meninjaunya. Karrass menganjurkan negosiator untuk memperhatikan
tantangan tersebut dan siap untuk menanganinya dengan percaya diri. Terakhir, Karrass
mencatat pentingnya menurunkan perjanjian tersebut ke dalam bentuk tertulis, menyadari
bahwa pihak yang menuliskan kontrak berada dalam posisi untuk mencapai kejelasan tujuan
dan pelaksanaan perjanjian.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Demi mencapai kesuksesan pada saat negosiasi, teknik-teknik berkomunikasi dan
prioritas informasi yang diberi perlu dipahami. Karena, dalam berkomunikasi, negosiator
tidak hanya menyampaikan pesan verbal, tetapi juga nonverbal. Komunikasi nonverbal
menjadi salah satu hal yang akan diperhatikan pihak lain saat bernegosiasi, yang merupakan
salah satu kunci apakah negosiasi tersebut akan berakhir dengan sukses atau tidak. Lalu,
informasi yang kita miliki tidak selalu wajib disampaikan seutuhnya ke pihak lain.
Kemudian, lawan bicara kita saat bernegosiasi mungkin akan memiliki karakter yang
berbeda, yang menyebabkan negosiasi akan terhambat. Kemudian, media yang digunakan
saat negosiasi juga akan menjadi hambatan tersendiri, sehingga sebagai negosiator kita perlu
memahami dua hal hambatan tersebut, dan hambatan lainnya yang mungkin akan terjadi.
Sebagai negosiator, kita tidak hanya mengajak, mempromosikan, atau menginformasikan
kerja sama dengan pihak lain, tetapi juga kita mewakili “nama baik” perusahaan. Terakhir,
negosiasi bukan hanya pertukaran solusi-solusi yang diinginkan, melainkan mencakup
sejumlah topik yang luas di sebuah lingkungan di mana masing-masing pihak mencoba
memengaruhi satu sama lain.
SARAN
Disarankan kepada pembaca saat menjadi seorang negosiator, segala hal yang dibahas
dalam makalah ini perlu dipahami secara mendalam. Karena, seperti yang telah disebutkan,
komunikasi (verbal dan nonverbal) menjadi salah satu kunci keberhasilan negosiasi. Terlebih,
hambatan-hambatan yang (pasti) ada saat bernegosiasi, informasi perusahaan yang mungkin
tidak perlu disampaikan secara utuh kepada pihak lain, dan antisipasi kesalahan-kesalahan
fatal saat menutup negosiasi.
DAFTAR PUSTAKA
Lewicki, R.J., Bruce B., & David. M.S. 2012. Negosiasi. Jakarta: Salemba Humanika.