Anda di halaman 1dari 3

Komentar :

Berdasarkan berita tersebut dapat diketahui bahwa tiga perawat tersebut telah
melakukan intervensi tanpa pemberitahuan pada atasannya dan melakukan tindakan
yang lalai sehingga mengakibatkan kondisi pasien semakin parah.

Saran :

Perawat diharapkan mampu mengidentifikasi tiga area yang memungkinkan perawat


berisiko dalam melakukan kesalahan, yaitu tahap pengkajian keperawatan,
perencanaan keperawatan, dan tindakan intervensi keperawatan sehingga dapat
menghindari kesalahan yang terjadi. Setiap memberikan pelayanan keperawatan,
hendaknya berpedoman pada kode etik keperawatan dan mengacu pada standar
praktek keperawatan, perawat juga seharusnya mengimplementasikan setiap SOP
tanpa mengabaikan satupun agar dapat meminimalisasi kesalahan dalam suatu
prosedur operasional kerja. Selain itu, perawat juga harus senantiasa meningkatkan
kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan
keterampilan dalam melakukan tindakan agar terhindar dari malapraktik.

Komentar:

Berdasarkan kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa perawat tersebut telah


melakukan malapraktik dengan membuka praktek bedah ilegal tanpa izin. Perawat
tersebut telah melanggar Pasal 78 UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Kedokteran
dan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dengan ancaman pidana penjara
selama 9 tahun.

Saran:

Setiap perawat yang ingin membuka praktek mandiri seharusnya melengkapi


persyaratan sesuai dengan yang telah tertuang dalam UU Nomor 3 Tentang
Keperawatan. Perawat juga perlu mendirikan papan nama dalam pendirian praktek
mandiri sebagai bentuk pemberitahuan. Selain itu, dari segi hukum seharusnya perlu
penegakan sanksi yang lebih tegas agar kejadian malapraktik tidak terulang lagi.
Komentar:

Dari kasus diatas, dapat diketahui bahwa telah terjadi malapraktik yang dilakukan
oleh bidan RSU atas nama Satriani Muim yang menyebabkan kematian bayi. Bidan
tersebut telah melanggar pasal 360 ayat 2 dengan ancaman 6 tahun penjara. Dalam
kasus ini, Bidan tidak cermat dalam mengambil keputusan dan lalai dalam
melakukan tindakan terhadap sang bayi yang menyebabkan berujung terhadap
kematian.

Saran:

Dalam menjalankan kewenangan yang diberikan bidan seharusnya melaksanakan


tugas dan kewenangannya sesuai dengan standar profesi, memiliki keterampilan dan
kemampuan untuk tindakan yang dilakukannya, mematuhi dan melaksanakan protap
yang berlaku diwilayahnya, bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan
bertanggung jawab secara optimal. Serta, Seorang bidan harus selalu memperhatikan
apa yang dibutuhkan pasien sehingga mampu memberikan pelayanan yang
komprehesif dan berkualitas. Bidan harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman
yang cukup mendalam agar setiap tindakannya sesuai dengan standar profesi dan
kewenangannya.

Komentar:

Dari berita tersebut, dapat diketahui bahwa dua bidan dan empat asisten rumah tangga telah
melakukan praktik aborsi ilegal. Malpraktik aborsi yang tidak aman dan ilegal masih banyak
dilakukan di sekitar kita, bahkan oleh tenaga kesehatan sekalipun. Tindakan aborsi
mengandung risiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai standar profesi medis.
Risiko yang mungkin timbul antara lain, perdarahan, infeksi pada alat reproduksi, rupture uteri,
bahkan bisa sampai terjadi kematian. Pasal-pasal yang mengatur tentang tindakan aborsi pun
tidak sedikit, dengan berbagai ancaman hukuman, namun hal ini tidak menyurutkan niat para
oknum tenaga medis untuk tetap melakukan praktik aborsi yang ilegal.
Komentar:

Dari kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa dr Alimun telah melakukan malapraktik
yang berujung meninggalnya pasien. Dalam kasus ini Dokter kurang menguasai
iptek kedokteran yang sudah berlaku umum dikalangan profesi kedokteran dan
melakukan kelalaian yang berat atau memberikan pelayanan dengan tidak hati-hati
yang berujung dengan semakin parahnya pasien.

Saran:

Dari segi hukum harusnya antara hak-hak pasien dan hak-hak dokter perlu
diperjelas, antara kasus yang tergolong malpraktik atau sengketa medik lainnya.
Demikian pula supaya pihak dokter semakin profesional dan ahli di bidangnya
sehingga dapat memberikan pelayanan medis dengan tepat dan benar, maka di lain
pihak juga perlu mengerti hak-haknya sehingga tidak serta merta membawa
sengketa medik ke pengadilan. Sudah saatnya pihak berwenang mengambil sikap
proaktif dalam menyikapi fenomena maraknya gugatan malpraktik. Dengan
demikian, kepastian hukum dan keadilan dapat tercipta bagi masyarakat umum dan
komunitas profesi. Dengan adanya kepastian hukum dan keadilan pada penyelesaian
kasus malpraktik ini maka diharapkan agar para dokter tidak lagi menghindar dari
tanggung jawab hukum profesinya.

Anda mungkin juga menyukai