Anda di halaman 1dari 36

Dosen : Irmayani, S.Kep., Ns.,M.

Kes
Tugas : Keperawatan Kritis

SISTEM GASTROINTESTINAL
(ULKUS PEPTIKUM)

KELOMPOK 6
KELAS A3
1. NUR AMALIA SARI (NH0116113)
2. PIRA YUNIAR (NH0116129)
3. NILANIDA M. KAHAR (NH0116109)
4. PRILLIYA ARIESTANTI IRFAN ( NH0116130)
5. NUR INDAH LESTARI (NH0116115)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-
Nya lah kami dapat menyusun serta dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam tak lupa juga kami hantarkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, beserta
pengikut beliau dari dahulu, sekarang, hingga hari akhir.

Kami menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam


menyelesaikan makalah ini, tetapi kami menyadari bahwa makalah ini juga jauh dari
kesempurnaan. Karna itu mohon kritik dan serta saran, yang kiranya dapat
membangun sehingga dapat menyesaikan makalah yang lebih baik lagi. Kami
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca.

Makassar, Oktober 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................3
B. Tujuan................................................................................................................3

BAB II KONSEP KEPERAWATAN


A. Pengkajian..........................................................................................................4
B. Diagnosa .........................................................................................................11
C. Intervensi .......................................................................................................11
D. Implementasi ..................................................................................................20
E. Evaluasi ...........................................................................................................20
BAB III CONTOH KASUS
A. pengkajian........................................................................................................22
B. diagnosa...........................................................................................................28
C. intervensi..........................................................................................................28
D. implementasi....................................................................................................30
BAB IV
A. Kesimpulan.....................................................................................................36
B. Saran ...............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................37

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fisiologi adalah mempelajari fungsi atau kerja tubuh manusia dalam
keadaan normal. Tubuh terbentuk atas atas banyak jaringan dan organ, masing-
masing dengan fungsinya yang khusus untuk dilaksanankan. Fisiologi sistem
pencernaan manusia terdiri dari beberapa organ. Rongga mulut, esofagus,
lambung, usus kecil, usus besar, rectum dan anus. Semua sistem pencernaan itu
akan bekerja sesuai dengan tugasnya, namun tetap saling berkaitan untuk
mencernasemua makanan yang masuk ke tubuh.
Sistem pencernaan makanan berhubungan dengan penerimaan makanan dan
mempersiapkannya untuk di proses oleh tubuh. Makanan adalah tiap zat atau
bahan yang dapat digunakan dalam metabolisme guna memperoleh bahan-bahan
untuk memperoleh tenaga atau energi. Selama dalam proses pencernaan makanan
dihancurkan menjadi zat-zat sederhana dan dapat diserap oleh usus, kemudian
digunakan oleh jaringan tubuh.
B. Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada sistem kardiovaskuler

4
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Data Keperawatan
1. Data subjektif
a. Riwayat kesehatan pasien
Perawat mulai dengan mengumpulkan data riwayat kesehatan
lengkap, memfokuskan pada gejala umum disfungsi gastrointestinal
dimana klien mengeluh nyeri abdomen (kaji lokasi, durasi, pola,
frekuensi, distribusi penyebaran dan waktu nyeri), muntah (muntah
biasanya didahului rasa mual yang dapat dicetuskan oleh bau, aktivitas
makanan yang masuk . muntah dapat berupa partikel yang tidak dapat
dicerna atau darah (hematemesis). Disfagia, anoreksia, polifagia,
penurunan atau peningkatan berat badan, perubahan buang air besar
(konstipasi atau diare). Diare secara umum terjadi bila isi saluran
pencernaan bergerak terlalu cepat dan terdapat ketidakadekuatan waktu
untuk absorpsi .
konstipasi adalah retensi atau perlambatan pengeluaran feses dari
rectum. Absorpsi berlebihan air dari bahan fekal menghasilkan feses yang
keras, kering dan volume yang lebih kecil dan normal. Dikatakan
konstipasi jika pada saat BAB sering mengejan, frekuensi dua kali setiap
minggu. Kaji pula adanya perdarahan (hematemesis melena), jaundice,
sering sendawa (pengeluaran gas melalui mulut bila gas mencapai
lambung) dan flatulensi (pengeluaran gas dari rectum ) klien mengeluh
(kembung, distensi atau merasa penuh) . kaji adanya ascites dan riwayat
mengkonsumsi alkohol, obat-obatan dan stres .
b. Riwayat medis
a. Riwayat penyakit sebelumnya : colitis ulseratif, ulkus peptikum, hepatitis,
sirosis, pancreatitis atau apendiksitis, diabetes melitus.

5
b. Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan : alergi terhadap ikan
atau zat makanan lainnya.
c. Riwayat konsumsi obat sebelum masuk rumah sakit : misal penggunaan
asetaminofen, penggunaan obat terlarang, pencahar atau antasida, steroid,
anti diare, anti emetik, anti hipertensi, barbiturate dan lain-lain.
d. Penyakit dalam keluarga : penyakit kanker kolon, kanker lambung
hepatitis, sirosis hepatis, kolesiistisis, kolelithiasis, obesitas, diabetes
melitus dan sindrom melabsorpsi .
e. Riwayat sosial : interaksi sosial, kebiasaan merokok, minum kopi, dan
pola konsumsi makanan, rumah tangga tidak hramonis, gaya hidup .
f. Riwayat pekerjaan : lingkungan pekerjaan yang stressful.
2. Data obyektif
pengkajian fisik dilakukan untuk memastikan data subyektif yang
didapat dari pasien . pengkajian fisik pada abdomen:
a. Inspeksi
b. Asukultasi
c. Palpasi
d. Perkusi
Untuk pemeriksaan abdomen , pasien diposisikan supine, kemudian
diobservasi kontur, simetrisitas, penonjolan lokal, distensi atau
gelombang peristaltik dari abdomen. Auskultasi dilakukan sebelum
palapasi dan perkusi untuk mencegah terjadi perubahan motilitas usus.
Pada saat perkusi perlu diperhatikan lokasi, timpani atau pekak . palpasi
perlu dilakukan untuk mengidentifikasi adanya massa abdomen atau area
nyeri tekan. Penemuan abnormal harus dicatat berdasarkan area atau
kwadran abdomen (kuadran kanan atas , kanan bawah, kiri atas dan
kudran kiri bawah).

6
Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

Perhatikan dengan teliti warna bibir, kesimetrisan, luka/ ulkus,


kemampuan membuka dan menutup mulut, lidah, bagian dalam mulut,
warna dan kondisi membran mukosa, keadaan gigi geligi dan gusi, adakah
caries, inflamasi atau tanda-tanda perdarahan inspeksi pada kuadran atas
abdomen sewaktu inspirasi dan ekspirasi .

Inspeksi dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentangdan diamati


dengan seksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah :

a. Keadaan kulit : warnannya (ikterus, pucat, coklat kehitaman)


elastisitasnya (menurun pada orangtua dan dehidrasi) kering
(dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas garukan
(penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan
lokasinya), striae )gravidarum / cushiing syndrome) pelebaran
pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior dan kolateral pada
hipertensiportal) .
b. Besar dan bentuk abdomen : rata , menonjol , atau scaphoid (cekung)
c. Simetrisitas : perhatikan adanya benjolan lokal (hernia, hepatomegali,
splenomegali, kista, ovaril, hidronefrosis)
d. Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.
e. pembesaran organ atau tumor , dilihat lokasinya dapat diperkirakan
organ atau tumor apa
f. peristaltik : gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus,
tampak pada dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-
contour)
g. pulsasi : pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering
memberikan gambaran pulsasi didaerah epigastrium dan umbilical.

7
h. Perhatikan juga gerakan pasien : bila pasien sering merubah posisi
mengindikaiskan adanya obstruksi usus. Bila pasien sering
menghindari gerakan menunjukan adanya iritasi peritoneum
generalisata. Bila pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan
abdomen berkurang / relaksasi menunjukan adanya peritonitis .
2. Palpasi
Bila hendak mengetahui bagian bawah hepar palpasi sebaiknya
dilakukan mulai dari bawah umbilicus dan sebelah lateral muskulus rectus.
Pada saat palpasi tentukan juga konsistensi, permukaan, pergerakan dan
perabaan dari hepar. Bila hepar hanya teraba sedikit saja dibawah tepi costa
menunjukkn adanya beberapa kelainan yang dapat di akibatkan oleh
menurunnya berat badan, mengendurnya ligamentum yang menyokong
hepar. Palsasi dari hepar bila ada dapat ditemukan dengan menempatkan
tangan kiri pada bagian belakang abdomen kanan atas dan tangan kanan
diletakkan diatas daerah anterior hepar.
Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan ketika akan melakukan
palpasi yaitu:
1. Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang.
2. Pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.
3. Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan.
Sedangkan untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari.
Diusahakan agar tidak melakukan penekanan yang mendadak, agar tidak
timbul tahanan pada dinding abdomen.
4. Dilakukan palpasi dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada
daerah yang dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling
akhir. Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka
pasien diminta untuk menekuk lututnya (fleksi) (suratun, 2010).
5. Pastikan dan bedakan spasme volunter dan spasme sejati. Spasme
volunteer akan terdeteksi jika muskulus rectus relaksasi pada penekanan

8
daerah muskulus rectus dan minta pasien menarik nafas dalam, namun
jika otot kaku tgang selama siklus pernapasan, hal itu adalah spesme
sejati.
6. Palpasi bimanual dilakukan dengan kedua telapak tangan. Tangan kiri
berada dibagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan
kanan di bagian depan dinding abdomen
7. Pemeriksaan ballottement dengan cara mempalpasi organ abdomen yang
terdapat asites. Caranya dengan memberikan tekanan yang mendadak
pada dinding abdomen dan tangan cepat ditarik kembali. Cairan asites
berpindah untuk sementara, organ atau massa tumor yang membesar
dalam rongga abdomen dapat teraba saat memantul. Teknik ballottement
juga dapat dipakai untuk memeriksa ginjal.
8. Bila teraba massa tentukan ukuran/besar, bentuk, lokasi, kon-sistensi,
tepi permukaan, fiksasi/mobilitas, nyeri spontan/tekan, dan warna kulit
diatasnya
9. Palpasi hati dapat dilakukan dengan satu tangan atau dua tangan
(bimanual) pada kuadran kanan atas. Palpasi dilakukan dari bawah ke
atas pada garis pertengahan anatara mid-line dan spina iliaka anterior
superior (SIAS) dan minta pasien untuk napas dalam sehingga hati dapat
teraba. Pembesaran hati ditanyakan dalam sentimeter (dibawah
lengkung costa dan dibawah prosesus xiphoideus)
Hasil abnormal pada hepar antara lain asimetris pada sebelah kanan
yang merupakan indikasi adanya pembesaran lobus kanan. Asimetri dari
kwadran sebelah kiri merupakan indikasi pembesaran limpah atau
dugaan adanya hepatosplenomegali, relaksasi dari liga-mentum,
suspensorium hepar.
3. Auskultasi
Auskultasi meliputi auskultasi bising usus yang terdengar setiap 5-10
detik disetiap kwadran abdomen, bising usus tidak ada biasanya terjadi

9
setelah prosedur operasi, peritonitis atau ileus paralitik. Bising usus
meningkat dapat disebabkan oleh hipermotilitas usus pada diare atau
gastroenteritis. Bising abdomen (bruit) merupakan bunyi dari penyempitan
pembuluh darah (artery narrowing). Auskultasi pada hepar hanya dapat
didengar pada beberapa kasus tertentu saja seperti venous hum. Ia terdengar
bila ada arteriovenous aneurisma, hemangioma atau vena umbilicalis yang
persisten pada ligammentum falciformis. Friction rub menunjukkan adanya
perihepatitis dan merupakan tanda reaksi inflamasi yang mengenai capsula
hepar. Infeksi hepar, ruda paksa dan tumor dapat pula menimbulkan friction
rub ini. Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus
dan bising pembuluh darah. Peristaltic usus dapat didengar dengan
meletakkan diagfragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen selama
2-3 menit, lalu dipindahkan keseluruh bagian abdomen. Suara peristaltic
usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara dalam usu. Bila terdapat
obstruksi usus, peristaktik meningkat disertai rasa sakit (borborigmi). Bila
obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltic
lebih tinggi seperti dentingan keeping uang logas (metallic sound). Bila
terjadi peritonitis, peristaltic usus akan melemah, frekuensinya lambat,
bahkan sampai hilang. Pada saat mendengarkan suara fase. Misalnya pada
aneurisme aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi
portal, terdegar adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrum.
4. Perkusi
Perkusi berguna untuk mendapatkan data keadaan abdomen secara
keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya
massa padat atau massa berisi cairan (kista), adanya udara babas dalam
rongga abdomen. Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani (organ
berongga yang berisi udara), kecuali didaerah hati (rdup; organ yang padat)
Dilakukan perkusi pada seluruh dinding abdomen secara sistematis
untuk mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness).

10
Pada perforasi usus, pekak hati akan menghilang. Adanya cairan bebas
dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan suara perkusi timpani
dibagian atas dan dullness di bagian samping atau suara dullness dominant.
Karena cairan itu bebas dalam rongga abdomen, maka bila pasien
dimiringkan akan terjadi perpindahan cairan ke sisi terendah.
Cara pemeriksaan asites :
Pemeriksaan gelombang cairan (undulating fluid wave). Teknik ini
dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah ketukan pada satu
sisi dinding abdomen akan menimbulkan gelombang cairan yang akan
diteruskan ke sisi yang lain. Pasien tidur telentang, pemeriksa meletekkan
telapak tangan kiri pada satu sisi abdomen dan tangan kanan melakukan
ketukan berulang-ulang pada dinding abdomen sisi yang lain. Tangan kiri
akan merasakan adanya tekanan gelombang
Pemeriksaan pekak alih (shifting dullness). Prinsipnya cairan bebas
akan berpindah ke bagian abdomen terendah. Pasien tidur terlentang,
lakukan perkusi dan tandai peralihan suara timpani ke redup pada kedua
sisi.lalu pasien diminta tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi,
tandai tempat peralihan suara timpani ke redup maka akan tampak adanya
peralihan suara redup (suratun, 2010).

11
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan gangguan
sistem pencernaan antara lain :
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan masukan makanan yang tidak adekuat.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri abdomen berhubungan dengan
inflamasi/infeksi.
3. Gangguan pola eliminasi: diare berhubungan dengan infeksi, perubahan diet
serat atau bulk, iritasi dan melabsoersi usus.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan
masukan (intake) makanan dan cairan, penguluaran (output) cairan yang
berlebihan dan terus menerus, pengunaan laksatif berlebihan / diureti kronis /
berlebihan.
5. Gangguan pola eliminasi fecal: Konstipasi berhubungan dengan kebiasaan
kurang sehat atau efek imobiisasi.
6. Perunan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
makanan lebih dari kebutuhan tubuh, faktor psikososial, status sosial ekonomi
(suratun, 2010).
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah pada klien gangguan sistem
pencernaan,, dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu
sebagai berikut:

NO Diagnosa NOC NIC


1. Gangguan Kriteria hasil : Pain Management
pemenuhan a. Makanan habis 1. Kaji status nutri dan pola makan
kebutuhan satu porsi. klien, untuk menetukan intervensi
nutisi b. Menunjukan selanjutnya.

12
peningkatan berat 2. Berikan makanan sedikit demi
badan. sedikit tetapi sering atau makan
c. Turgor kulit dan dengan perlahan, untuk mencegah
tonus otak baik. muntah.
d. Hasil 3. Jelaskan agar klien duduk saat
pemeriksaan makan atau minum, untuk
albumin serum mencegah aspirasi.
normal. 4. Jelaskan agar menghidari
makanan yang mengandung gas
(seperti kol, dan nangka), karena
mempengaruhi nafsu makan dan
dapat membatasi masukan nutrisi.
5. Identifikasi makanan yang
disukai bersama klien dan
masukan dalam program diet,
karena hal tersebut dapat
meningkatkan masuknan
makanan.
6. Ciptakan lingkungan yang
nyaman saat makan, utuk
meningkatkan nafsu makan.
7. Catat masukan makanan/cairan
setiap hari, untuk mengetahui
status nutrisi.
8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin serum.
9. Timbang berat badan klien setiap
hari dengan timbangan yang

13
sama.
10. Berikan vitamin sperti B12
injeksi, float sesuai program
medik, untuk mencegah anemia
karena gangguan absorsi.
11. Berikan diet cair melalui selang
nesogastrik (NG)/hiperalimentasi
sesuai program medik.
2. Gangguan rasa Kriteria Hasil : Intervensi keperawatan :
nyaman: 1. skala nyeri klien a. Kaji krateria nyeri : intensitas,
abdomen 0-2. durasi lokasi nyeri dan skala
2. Expresi wajah nyeri (0-10).
klien tenang. b. Kaji ulang faktor yang dpat
3. Postur tubuh meningkatkan atau menurunkan
rileks. nyeri.
4. Dapat c. Berikan makanan sedikit tapi
tidur/istirahat sering sesuai indikasi, untuk
dengan cukup. mencegah distensi abdomen dan
5. Klien pengeluaran gastrin.
menyatakan d. Identifikasi dan batasi makanan
nyeri hilang. yang menimbulakan
ketidaknyamanan pada abdomen
(seperti merica dan kopi).
e. Bantu klien latihan rentang
gerak aktif atau pasif, karena
dapat menurunkan kekakuan
sendi dan meminimalkan nyeri
abdomen.
f. Lakukan pijatan punggung dan

14
perubahan posisi tidur setiap 4
jam sekali , dapat menurunkan
nyeri.
g. Berikan kompes hangat pada
area nyeri dapat menurunkan
nyeri.
h. Lakukan aktivitas pengalihan
nyeri, seperti menganjurkan
membaca, mendegar musik.
i. Anjurkan melakukan relaksasi
dengan napas dalam. untuk
menurunkan nyeri.
j. Berikan analgesik sesuai
program medik untuk
menghilangkan nyeri akut/hebat.
k. Berikan atasida sesui program
terapi untuk menurunkan
keasamaan lambuang dengan
absorpsi atau dengan
menetralisir kimia.
l. Berikan antispasmodik sesuai
program terapi untuk
menurunkan spasme usus.

3. Gangguan pola Kriteria Hasil : Intervesi keperawatan :


eliminasi : 1. Minum 2-3 liter a. observasi dan catat frekuensi
diare setiap hari. defekasi, karakteristik dan jumlah
2. Makan makanan fases.
rendah lemak dan b. Anjurkan klien diet tinggi serat

15
rendah serat. /bulk/makan makanan rendah
3. Frekuensi BAB serat sampai fase akut berkurang,
sekali sehari untuk meningkatkan konsistensi
4. Klien melaporkan fases.
faces berbentuk c. Batasi masukan lemak sesuai
(setegah program, diet rendah lemak dapat
padat/padat). menurunkan resiko fases cair.
d. Jelaskan pada klien agar
membatasi makanan produk susu,
produk gandum, buah segar dan
sayuran, untuk menurunkan
frekuensi BAB.
e. Anjurkan klien untuk istirahat di
tempat tidur, selama fase akut ,
untuk menurunkan peristaltik
usus.
f. Observasi tanda sindrom
dumping, misalnya diare,
berkeringat, mual dan kelemahan
setelah makan. Pengosingan cepat
makanan dari lambung
mengakibatkan distres gaster dan
gangguan fungsin usus.
g. Berikan diet sering secara
bertahap berubah kesemi padat
hingga padat. jika makanan sudah
dapat ditoleransi usus.
h. Anjurkan klien minum yang

16
cukup 2-3 liter perhari, untuk
meningkatkan masukan cairan
tubuh.
i. Jelaskan agar membatasi
minuman yang mengandung
kafein dan karbonat, karena dapat
merangsang motilitas usus.

4. risiko tinggi Kriteria Hasil : Intervensi keperawatan :


kekurangan a.Tanda- tanda vital a. Monitor tanda-tanda vital,
volume cairan klien dalam batas pengisian kapiler, status
normal membran mukosa dan turgor
b. Masukkan cairan kulit, untuk mendeteksi
per oral adekuat, dehidrasi
2-3 liter/hari b. Mnitor dan catat masukan dan
c. Klien melaporkan pengeluaran cairan setiap hari,
tidak ada untuk mngetahui keseimbangan
keletihan dan cairan
kelemahan otot. c. Ukur/catat diare dan kehilangan
d. Klien cairan dari penghisapan
menunjukkan nasogastrik. Perubahan pada
membran mukosa kapasitas gaster/motilitas usus
lembab dan memperngaruhi masukan dan
turgor kulit baik, kebutuhan cairan, sehingga
pengisian kapiler dapat meningkatkan risiko
<3 detik. dehidrasi.
e. Masukka dan d. Anjurkan meningkatkan
penegluaran masukan oral 2-3 liter setiap

17
cairan klien hari, hal ini dapat
seimbang mempengaruhi kembalinya
f. Hasil fungsi usus normal.
pemeriksaan e. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium: elektrolit serum, untuk mendeteksi
elektrolit normal. keseimbangan cairan tubuh.
Berikan kalium, oral atau IV
sesuai program medik
5. gangguan pola Kriteria hasil : Intervensi keperawatan :
eliminasi fecal a. Minum 2-3 liter a. Kaji kebiasaan defekasi klien
: konspitasi setiap hari dan gaya hidup sebelumnya,
berhubungan b. BAB secara rutin membantu dalam penyusunan
dengan setiap hari atau jadwal defekasi klien.
kebiasaan setiap 2-3 hari b. Bantu klien mendapatkan posisi
kurang sehat c. Klien melaporkan normal untuk defekasi (BAB).
atau efek feses berbentuk Posisi agak jongkok dapat
imobilisasi. dan lunak. memaksimalkan penggunaan
otot abdomen dan meningkatkan
kekuatan gartivitas, sehingga
dapat merangsang defekasi.
c. Bantu BAB menggunakan
pispot di tempat
tidur/didudukkan pada badpen
di sisi tempat tidur dengan kaki
disokong pada kursi, pada klien
yang tidak dapat ke kamar
mandi.
d. Observasi peristaltik usus,
adanya peristaltik merupakan

18
indikator fungsi gastrointestinal
balik.
e. Anjurkan masukan cairan
per0ral 2-3 liter sehari, feses
tidak keras (lunak).
f. Anjurkan melakukan latihan
aktivitas rentang gerak
aktif/pasif dan rubah posisi tidu
setiap 2-4 jam, untuk
meningkatkan peristaltik usus.
g. Anjurkan makan makanan tinggi
serat seperti buah segar, kacang
sereal, roti dari gandum dan
sayuran, makanan tinggi serat
memudahkan defekasi.
h. Observasi dan catat warna,
konsistensi dan jumlah feses,
untuk mengidentifikasi
ketepatan ntervensi.
i. Berikan oelunak feses sesuai
program terapi, untuk
melunakkan feses dan
merangsang peristaltik usus
dengan perlahan.
6. perubahan Kriteria Hasil : Intervensi keperawatan :
nutrisi lebih a. Menunjukkan a. Kaji penyebab kelebihan nutrisi
dari kebutuhan perubahan pola dan kebiasaan pola makan klien
tubuh makan. b. Jelaskan pentingnya
b. Menunjukkan menghindari makanan yang

19
partisipasi klien mengandung lemak untuk
dalam program mencegah peningkatan
latihan. penimbunan lemak tubuh
c. Klien c. Jelaskan pada klien tujuan
menunjukkan penurunan berat badan (BB).
penurunan berat d. Jelaskan agar membatasi
badan. masukan garam dan obat
d. Berat badan klien diuretic yang digunakan
ideal atau normal e. Konsultasi dengan ahli gizi
untuk menentukan kalori
/kebutuhan nutrisi untuk
penurunan BB
f. Berikan obat penekan nafsu
makan sesuai program, untuk
menurunkan keinginna makan
g. Pertahankan program puasa dan/
stabilisasi masalah sesuai
program medik, untuk
mengurangi masukan makanan.

D. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana intervensi.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan
atau tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi
formatif/evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi

20
yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi sumatik/evaluasi hasil dibuat sesuai
tujuan yang dibuat mengancu pada kriteria hasil yang diharapkan. Meskipun
tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperwatan tetapi tahap ini
merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.  Pengumpulan
data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah dikumpulkan
dan kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam
hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap
intervensi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai
secara efektif[ CITATION Ari121 \l 1033 ].

BAB 1V
CONTOH KASUS
Pada tanggal 21 oktober 2019 pasien nyonya N berumur 46 tahun dirawat
diruang melati kemudian dialihkan keruang ICU dikarenakan mengeluh sakit perut
dan nyeri tumpul seperti tertusuk dan seperti terbakar dibagian epigastrum tengah,
nyeri bertambah. Skala nyeri berada pada skala 9, wajah Nampak meringis dan
disertai dengan mual muntah lebih dari 3 kali, pasien mengatakan tidak nafsu makan

21
berat badan menurun, pasien Nampak pucat dan lemah, hasil TTV didapatkan TD :
130/90 mmHg, N: 80 X/m S : 37 C, RR : 28 X/m BB : 50 Kg. pasien masuk dengan
diagnosa ulkus peptikum

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 46 Tahun
Jenis kelamin: Perempuan
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Alamat : Maros
2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin: Laki - Laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Hubungan dengan Klien : Saudara Kandung
Alamat : Maros
3. RIWAYAT KEPERAWATAN
Keluhan utama : Nyeri
Riwayat penyakit sekarang (RPS) :
mengeluh sakit perut dan nyeri tumpul seperti tertusuk dan seperti
terbakar dibagian epigastrum tengah, nyeri bertambah. Skala nyeri berada
pada skala 9, wajah Nampak meringis dan disertai dengan mual muntah
lebih dari 3 kali, pasien mengatakan tidak nafsu makan berat badan
menurun, pasien Nampak pucat dan lemah, hasil tekanan darah didapatkan

22
TD : 130/90 mmHg, N: 80 X/m S : 37 C, RR : 28 X/m BB : 50 Kg. pasien
masuk dengan diagnosa ulkus peptikum
Riwayat penyakit dahulu (RPD) :
mengatakan sebelumnya memang mempunyai penyakit maag atau gastritis
Riwayat kesehatan keluarga (RPK)

Pasien mengatakan keluarganya tidak mempunyai penyakit yang menurun


atau pun menular.

4. PENGKAJIAN PERSISTEM
Keadaan umum : composmentis
Tanda-tanda vital

TD : 130/90 mm/Hg N : 80 x/menit


S : 37C RR : 28 x/menit
Breath (B1) (Pernafasan/Respirasi)
Pergerakan dada : simetris
Pemakaian otot :
bantu napas : tidak ada
Suara napas : vesikuler
Batuk : produktif
Sputum : encer
Alat bantu napas : oksigen

Blood (B2) (Kardiovaskuler /Sirkulasi)


Suara jantung S1 S2 S3 S4 : tunggal
Irama jantung : regular
CRT : ≤ 2 detik
JVP (Jugular,venous,pressure): normal
CVP (Central,Venous,Pressure): normal

23
Edema : Tidak ada

Brain (B3) (Persyarafan/Neurologik)


Tingkat kesadaran : Delirium
Kualitatif :9
Kuantitatif (GCS) :
E :3 V :3 M :3
Reaksi pupil : Ishokor
Reflek fisiologis
Bladder(B4) (Perkemihan – Eliminasi Uri/Genitourinaria)
Urine Jumlah : 800 Ml warna: kuning kecoklatan
Jenis :-
Kesulitan BAK : Ya
Bowel (B5) (Pencernaan – Eliminasi Alvi/Gastrointestinal)
Mukosa bibir : Kering
Lidah : Bersih
Keadaan gigi : Gigi palsu
Nyeri telan : tidak
Abdomen : supel (Lemas)
distensiPeristaltik usus: menurun
Mual : Ya
Muntah : Ya
Jumlah/frekuansi : > 3 kali
Haematemesis : Ya
Jumlah/frekuensi : < 3 kali
Melena : Ya
Jumlah/frekuansi : < 3 kali
Terpasang NGT : Ya
Diare : Tidak

24
Jumlah/frekuensi :
Konstipasi : Tidak
Sejak:
Ascites : Tidak
Bone (B6) (Tulang – Otot – Integumen)
Turgor : Baik
Perdarahan : Ya
Kulit : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Akral : Hangat
Pergerakan sendi : Terbatas
Fraktur : Tidak ada
Jenis :-
Lokasi :-
Luka : Tidak ada
5. BASIC PROMOTING PHYSIOLOGY OF HEALTH
1. Aktivitas dan latihan
Sebelum Sakit : Px menjalankan aktivitas sehari-hari dengan normal, yaitu
bekerja disebuah perusahaan swasta dan sebagai ibu rumah tangga
Selama Sakit : Px berbaring lemah di tempat tidur.

2. Tidur dan istirahat


Sebelum Sakit : Px tidur ± 8-9 jam perhari. Mulai jam 21.00 WIB sampai
04.00 WIB
Selama Sakit : Px tidur ± 5-7 jam perhari. Mulai jam 22.00 WIB sampai
05.00 WIB

25
3. Kenyamanan dan nyeri
Sebelum Sakit: Px nyeri pada bagian ulu hati
Selama Sakit :
P : infeksi dengan bakteri Helicobacteri pylori
Q : seperti tertusuk
R : perut (Abdomen)
S : nyeri 10 (1-10)
T : sebelum dan sesudah makan dan beraktifitas
4. Psiko sosio budaya Dan Spiritual :
Psikologis :
a. Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah : sangat sedih
b. Cara mengatasi perasaan tersebut : dengan mengingat wajah anak -
anaknya
c. Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah : menjaga pola hidup
sehat
d. Jika rencana klien tidak dapat diselesaikan maka : selalu ingin berusaha
e. Pengetahuan klien tentang masalahah/penyakit yang ada : kurang
mengetahuitentang ulkus peptikum
Sosial :
a. Aktivitas atau peran di masyarakat adalah : hidup rukun dengan tetangga
maupun masyarakat
b. Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah : membuang sampah
disembarangan tempat
c. Cara mengatasinya : mengajak tetangga dan masyarakat membuang
sampah pada tempatnya
d. Pandangan klien tentang aktifitas sosial dilingkungannya masih kurang
dalam menjaga kebersihan

B. ANALISIS DATA

26
N Analisis Data Diagnosa Keperawan
O
1 Data subjektif : Gangguan perfusi jaringan
1. Pasien mengatakan sakit perut, nyeri serebral berhubungan
dan seperti terbakar dibagian dengan edema serebral
epigastrum tengah yang
2. Pasien tidak nafsu makan mengubah/menghentikan
Data objektif : darah arteri/virus
1. Nyeri berada pada skala nyeri 9
2. Tekanan darah 130/90 mmHg
3. Pasien Nampak meringis
2 Data subjektif :
1. Pasien mengeluh mual dan muntah
> 3 kali
2. Pasien mengatakan nafsu makan
berkurang
Data objektif :
1. Pasien Nampak pucat dan lemah
2. Berat badan menurun
3 Data subjektif : Defisit nutrisi berhubungan
1. Pasien mengatakan mual dan berhubungan dengan
muntah > 3 kali ketidak mampuan mencerna
2. Pasien mengatakan tidak nafsu makanan
makan
Data objektif :
1. Berat badan menurun
2. Pasien nampa lemah

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

27
1. Risiko ketidakefektiafan perfusi jaringan sereberal berhubungan dengan
edema serebral yang mengubah/menghentikan darah arteri/virus
2. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
konsentrasi HB
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dipsnea
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Intervensi
1. Risiko ketidakefektifan 1. Manajemen edema serebral
perfusi jaringan sereberal - Monitor status neurologi dengan ketat
berhubungan dengan dan bandingkan dengan nilai normal
edema serebral yang - Monitor tanda-tanda vital
mengubah/menghentikan - Monitor karakteristik cairan
darah arteri/virus serebrospinal: warna, kejernihan
konsistensi
- Monitor TIK dan CPP
- Monitor status pernafasan: frekuensi
irama, kedalaman pernafasan.
- Posisikan tinggi kepala tempat tidur 30
derajat atau lebih.
2. Monitor Tekanan Intrakranial (TIK)
- Monitor kualitas dan karakteristik
gelombang TIK
- Monitor tekanan aliran darah ke otak
- Monitor status neurologis
- Monitor intake dan putput
- monitor daerah penyisipan terkait
dengan ada tidaknya infeksi aau
kebocoran cairan

28
- monitor suhu dan jumlah wbc
- sesuaikan kepala tempat tidur untuk
mengoptimalkan perfusi serebral
- berikan agen farmakologis untuk
mempertahankan TIK dalam
jangkauan tertentu.

2. Ketidak efektifan perfusi 1. Pemantaun hasil lab


jaringan perifer - Identifikasi pemeriksaan
berhubungan dengan laboratorium yang di perlukan
penurunan konsentrasi - Monitor hasil laboratorium yang di
HB perlukan
- Ambil sampel darah / sputum/push /
jaringan hasil protocol
- Kolaborasi dengan dokter jika hasl
laboratorium memerlukan intervensi
media.
2. Pemberian obat
- Identifikasi kemungkinan alergi
interaksi, dan kontra indikasi obat
- Monitor efek samping, toksisitas, dan
interaksi obat
- Perhatikan jadwal pemberian obat
jenis hipnotik, narkotika, dan anti
biotik.

3. Pola nafas tidak efektif 1. Manajemen jalan nafas


berhubungan dengan - Monitor pola napas (frekuensi,
dipsnea kedalaman, usaha napas)

29
- Monitor bunyi napas tambahan
(gurling, mengi, wheezing, ronkhi
kering) gangguan makan
- Pertahankan kepatenan jalan napas,
dengan head-tilt dan chin-lift
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan oksigen
2. Pemantauan respirasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
dana upaya napas
- Monitor pola napas (Bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
chyne-stokes, biot, ataksik)
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemanatuan
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWTAN

No Hari/Tanggal jam Dx Implementasi Evaluasi


1 Senin, 02 08.00 1 1. Manajemen edema S : keluarga
November serebral mengatakan
2019 - Memonitor status pasien tidak
neurologi dengan sadarkan diri
ketat dan bandingkan O : TTV
dengan nilai normal didapatkan TD :
- Memonitor tanda- 130/90 mmHg,
tanda vital N: 80 X/m S :

30
- Memonitor 37 C, RR : 28
karakteristik cairan X/m
serebrospinal: warna, A : masalah
kejernihan konsistensi belum teratasi
- Memonitor TIK dan P : lanjutkan
CPP intervensi
- Memonitor status
pernafasan: frekuensi
irama, kedalaman
pernafasan.
- Memposisikan tinggi
kepala tempat tidur
30 derajat atau lebih.
2. Monitor Tekanan
Intrakranial (TIK)
- Memonitor kualitas
dan karakteristik
gelombang TIK
- Memonitor tekanan
aliran darah ke otak
- Memonitor status
neurologis
- Memonitor intake
dan putput
- Memonitor daerah
penyisipan terkait
dengan ada
tidaknya infeksi aau

31
kebocoran cairan
- memonitor suhu
dan jumlah wbc
- Menyesuaikan
kepala tempat tidur
untuk
mengoptimalkan
perfusi serebral
- Memberikan agen
farmakologis untuk
mempertahankan
TIK dalam
jangkauan tertentu.

2 Senin, 02 08.45 2 1. Pemantaun hasil lab S : keluarga


November - mengidentifikasi pasien
2019 pemeriksaan mengatakan
laboratorium yang tidak ada
di perlukan riwayat alergi
- memonitor hasil O : pasien
laboratorium yang belum sadarkan
di perlukan diri
- mengambil sampel A : masalah
darah / belum teratasi
sputum/push / P : Lanjutkan
jaringan hasil intervensi
protocol
- Kolaborasi dengan
dokter jika hasl

32
laboratorium
memerlukan
intervensi media.
2. Pemberian obat
- mengidentifikasi
kemungkinan alergi
interaksi, dan
kontra indikasi obat
- memonitor efek
samping, toksisitas,
dan interaksi obat
-
3 Senin, 02 09.00 3 1. Manajemen jalan S : keluarga
November nafas mengatakan
2019 - memonitor pola pasien tidak
napas (frekuensi, sesak
kedalaman, usaha O : pasien
napas) belum sadarkan
- memonitor bunyi diri
napas tambahan A : masalah
(gurling, mengi, belum teratasi
wheezing, ronkhi P : lanjutkan
kering) gangguan intervensi
makan
- mepertahankan
kepatenan jalan
napas, dengan head-
tilt dan chin-lift
- memposisikan semi

33
fowler atau fowler
- memberikan oksigen
2. Pemantauan respirasi
- memonitor
frekuensi, irama,
kedalaman, dana
upaya napas
- memonitor pola
napas (Bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi,
kussmaul, chyne-
stokes, biot, ataksik)
- memonitor adanya
produksi sputum
- memonitor adanya
sumbatan jalan napas
- mengauskultasi
bunyi napas
- memonitor saturasi
oksigen

34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pencernaan (digestive system) merupakan sistem organ dalam
hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan
nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Proses
pencernaan makanan berlangsung di dalam saluran pencernaan makanan.
Proses tersebut di mulai dari rongga mulut. Berdasarkan prosesnya,
pencernaan makanan dapat dibedakan menjadi dua macam seperti berikut:
Proses mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu lidah serta
peremasan yang terjadi di lambung.
Alat-alat pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar

pencernaan. Saluran pencernaan terdiri atas mulut, pharynk, esophagus,

lambung, usus halus, usus besar, dan berakhir pada anus. Sedangkan kelenjar

35
pencernaan terdiri atas kelenjar ludah, kelenjar lambung, kelenjar usus, hati,

dan pankreas. Adapun gangguan-gangguan yang disebabkan oleh system

pencernaan adalah: diare, sembelit, peritonitis, apendisitas, kolik, dan ulkus.

B. Saran

Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah yang kami buat masihlah

jauh dari kata sempurna. Masih banyak kekurangan bahasan dan materi yang

kami sampaikan dalam makalah ini. Dan kami tak menutup kemungkinan bagi

pembaca untuk memberikan kritik maupun saran agar bisa menyempurnakan

makalah yang kami buat. Kami ucapkan terima kasih kepada pembaca yang

telah memberikan kritik maupun saranya.

Daftar Pustaka

Suratun, & Lusiana. (2010). Asuhan keperawatan klien gangguan Gastrointetinal.


Jakarta : cv.trans info media.

Mutaqqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.


Jakarta: Salemba Medika.

36

Anda mungkin juga menyukai