Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menetapkan usia 10 – 20 tahun

sebagai batasan Usia Remaja dan membagi kurun usia tersebut dalam 2

bagian yaitu : Remaja awal 10 -14 tahun dan Remaja Akhir 15 – 20 tahun.

Pedoman umur remaja di Indonesia menggunakan batasan Usia 11 -24 tahun

dan belum menikah. Remaja yang sehat secara fisik dan psikologi menjadi

harapan bangsa dan negara maupun harapan reproduksinya. Dalam koridor

kesehatan reproduksi perlu dipersiapkan dengan sebaik- baiknya kesehatan

fisik terutama bagi remaja putri karena berkaitan erat dengan kualitas

pertumbuhan dan perkembangan janin selama mengandung dan persiapan

persalinan. Kematangan organ reproduksi pada remaja yang sudah matur,

ditunjangi dengan kesehatan ibu secara fisik dan mental dalam

mempersiapkan persalinan dan laktasinya menyebabkan organ reproduksi

tersebut dapat berfungsi secara optimal sehingga janin yang dikandungnya

dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan apa yang

diharapkan.

Menurut survei terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) melalui

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun 2012 angka

kehamilan remaja pada kelompok usia 15 – 19 tahun mencapai 48 dari 1.000

kehamilan, presentase remaja wanita 15-19 tahun yang sudah melahirkan dan

hamil anak pertama mencapai 9,5%.

1
2

Menurut BKKBN usia reproduksi sehat yaitu usia antara 20 – 30

tahun sedangkan usia reproduksi aman adalah antara 20 – 35 tahun. Pada usia

tersebut secara fisik dan mental ibu telah siap bereproduksi yang di dukung

dengan kematangan organ reproduksinya. Namun kehamilan dapat terjadi

pada usia kurang dari 20 tahun. Hal ini biasanya disebabkan oleh usia

menstruasi yang semakin dini disertai penundaan dan peningkatan jarak usia

perkawinan, ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku

seksual yang dapat menyebabkan kehamilan remaja, kehamilan yang

diakibatkan oleh pemerkosaan (Kumalasari dkk, 2012). Kehamilan usia muda

juga dapat berdampak buruk pada keadaan fisik, psikologi, dan sosial dari ibu

hamil tersebut antara lain .

Pada tahun 2012 menurut WHO mengatakan sekitar 16 juta remaja

perempuan melahirkan setiap tahun, sebagian besar di negara berpenghasilan

rendah dan menengah. Diperkirakan 3 juta perempuan berusia 15-19 tahun

menjalani aborsi yang tidak aman setiap tahun. Di negara berpenghasilan

rendah dan menengah, komplikasi dari kehamilan dan persalinan merupakan

penyebab utama kematian di kalangan perempuan berusia 15-19 tahun.

Kematian bayi baru lahir sebesar 50% lebih tinggi dari pada bayi yang

memiliki ibu berusia 20-29 tahun (Muliani, 2013). Hasil Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, presentase remaja wanita di provinsi

NTT 15-19 tahun yang sudah melahirkan dan hamil anak pertama mencapai

9,5 %.
3

Berdasarkan data yang diperoleh penulis di SMA Negri Maurole, 3

(tiga) tahun terakhir banyak terjadi kasus kehamilan dibangku sekolah (SMA)

dan kenakalan remaja dimana pada tahun 2013 jumlah siswa 320 orang, putri

sebanyak 210 dan putra sebanyak 110 orang, tahun 2013 terdapat 4 siswi

putri yang hamil, tahun 2014 jumlah siswa SMA 365 siswa, 156 putra dan

209 putri dan tahun 2014 siswi putri yang hamil sebanyak 4 orang.

Sedangkan tahun 2015 jumlah siswa SMA Negri Maurole sebanyak 384 yang

terdiri dari 178 siswa putra serta 206 siswa putri dan siswi putri yang hamil

ditahun 2015 yaitu 5 orang (Register Siswa SMA Negri Maurole, 2015).

Kahamilan usia muda seharusnya dapat dicegah dengan cara

pemberian informasi tentang reproduksi sehat yang diberikan secara terus –

menerus kepada remaja mulai dari SD, SMP, SMA sehingga remaja tersebut

memiliki pengetahuan cukup tentang reproduksi sehat dan dapat

menghindarkan diri dari aktivitas yang bisa menyebabkan terjadinya

kehamilan usia muda. Pengetahuan reproduksi sehat dapat diperoleh melalui

media maupun pengalaman yang diperoleh dari teman yang pernah

mengalami kehamilan usia muda dengan segala resikonya. Pendampingan

orangtua dan pemilihan teman sebaya dalam pergaulan dapat mengurangi

resiko terjadinya kehamilan usia muda. Rendahnya pengetahuan mengenai

kesehatan reproduksi dan kuatnya dukungan sosial terhadap hubungan

seksual pra-nikah membuat remaja menjadi populasi yang berisiko (Muliani,

2013).
4

Kehamilan usia muda perlu  mendapat perhatian yang sungguh-

sungguh dari semua pihak. Dengan kata lain perlu adanya penanganan  yang

serius mengenai  penundaan kehamilan usia muda. Di desa-desa, merupakan

bagian integral dari Negara Republik Indonesia yang perlu mendapat

perhatian  yang sungguh-sungguh, mengingat masyarakat  di daerah ini

belum mengerti dampak kehamilan usia muda. Hal ini ditunjukan oleh 

adanya pasangan suami istri yang relative kawin pada usia muda dan

mengalami hamil pada usia kurang dari 20 tahun.

Dari  uraian tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk menelaah dan

mengkaji lebih lanjut  dengan suatu penelitian  yang berjudul: ”Gambaran

Pengetahuan Remaja Tentang Dampak Kehamilan Usia Muda Di SMA Negri

Maurole”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis dapat menentukan

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Gambaran

Pengetahuan Remaja Tentang Dampak Kehamilan Usia Muda di SMA Negri

Maurole Tahun 2016?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan Remaja tentang dampak kehamilan

usia muda di SMA Negri Maurole Tahun 2016


5

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang dampak fisik

kehamilan usia muda di SMA Negri Maurole.

b. Mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang dampak psikologi

kehamilan usia muda di SMA Negri Maurole.

c. Mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang dampak sosial

kehamilan usia muda di SMA Negri Maurole.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Remaja Puteri

Untuk memberikan informasi tentang dampak kehamilan usia muda.

b. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam

melakukan penelitian deskriptif.

c. Bagi tenaga kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam

memberikan penyuluhan kesehatan kepada remaja tentang dampak

kehamilan usia muda.

d. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan dapat

dijadikan sebagai bahan masukan penelitian selanjutnya.


6

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan literatur yang diperoleh peneliti tentang Dampak

Kehamilan Usia Muda, sudah pernah diteliti oleh: Silviana Pratama (2011),

dengan judul: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswi Tentang Seks Pranikah

Dengan Kejadian Kehamilan Pada Remaja di SMA Muhammadiyah 1

Prambanan Sleman”. Perbedaan penelitian silviana dengan penelitian ini

adalah penelitian silviana bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswi

tentang seks pranikah, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengetahuan siswa tentang dampak kehamilan usia muda.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu yang terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo,2012)

Pengetahuan adalah dua buah kelebihan manusia dibanding

dengan makhluk lain ciptaan Allah, dengan pengetahuan (Knowledge)

maka manusia dapat mengetahui apa air, api, alam dan sebagainya.

(Suyanto dan Umi Salamah,2009 hal 1)

2. Jenis-Jenis Pengetahuan

Menurut Irmayanti (2007), pengetahuan terdiri dari dua jenis,

yaitu:

a. Pengetahuan empiris

Pengetahuan empiris adalah pengetahuan yang lebih menekankan

pengamatan dan pengalaman inderawi. Pengetahuan empiris bisa

didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang

dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris juga bisa

6
8

didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi

berulangkali.

b. Pengetahuan rasionalisme

Pengetahuan rasionalisme adalah pengetahuan yang didapatkan

melalui akal budi. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan

yang bersifat apriori dan tidak menekankan pada pengalaman.

Misalnya pengetahuan tentang matematika atau ilmu eksata.

3. Tingkatan Pengetahuan

Adapun tingkat pengetahuan dalam domain kognitis menurut

Notoatmodjo (2003) adalah tahu, memahami, menerapkan, menganalisis,

menggabungkan dan mengevaluasi.

a. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu yang telah dipelajari sebelumnya,

termasuk ke dalam tingkat pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali terhadap apa yang telah diterima juga bisa dikatakan suatu

kata kerja untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang tentang

apa yang telah dipelajari antara lain ibu bisa menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut dengan benar. Seseorang yang telah paham terhadap

objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan,


9

menyimpulkan tentang materi yang dipelajari. Misalnya menjelaskan

mengapa remaja harus mengetahui dampak kehamilan usia muda.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang sudah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Misalnya

remaja mampu memecahkan masalah atau problem yang terjadi pada

dampak kehamilan remaja

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen - komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih saling keterkaitan antara

yang satu dengan yang lain. Misalnya kemampuan remaja untuk bisa

membedakan dampak fisik, psikologi dan sosial dari kehamilan

remaja.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis ini menunjuk kepada kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Misalnya dalam teori dampak kehamilan remaja, apabila

remaja dapat mengetahui dampak dari kehamilan remaja dengan

baik maka segala kemungkinan komplikasi yang akan terjadi pada

kehamilan remaja dapat di antisipasi dengan baik.


10

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi/obyek. Penilaian berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri.

g. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang

ingin diketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan di atas (Notoamodjo, 2012).

Menurut Arikunto (2006) bahwa pengukuran pengetahuan

dapat dikategorikan menjadi empat bagian, yaitu:

1). Tingkat pengetahuan baik : 76% - 100%

2). Tingkat pengetahuan cukup baik : 56% - 75%

3). Tingkat pengetahuan kurang baik : 40% - 55%

4). Tingkat pengetahuan tidak baik : < 40%

4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2003), adalah :

a. Tingkat pendidikan

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangannya terhadap diri

dan lingkungan. Oleh karena itu akan berbeda orang yang

berpendidikan tinggi dibanding yang berpendidikan rendah dalam


11

menyikapi proses dan berinteraksi. Pendidikan juga merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi persepsi seorang untuk lebih mudah

menerima ide dan teknologi baru, semakin meningkat pendidikan

seseorang maka akan bertambah pengalaman yang mempengaruhi

wawasan dan pengetahuan. Adapun tujuan yang hendak dicapai

melalui pendidikan adalah untuk mengubah pengetahuan (pengertian,

pendapat, konsep – konsep) sikap dan persepsi serta menanamkan

tingkah laku atau kebiasaan yang baru.

b. Informasi

Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi ini dapat

diperoleh dari beberapa sumber antara lain TV, radio, koran, kader,

bidan, puskesmas dan majalah.

c. Budaya

Adat istiadat yang berlaku setiap daerah akan mempengaruhi terhadap

prilaku seseorang.

d. Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang tentang

sesuatu. Individu dapat memaknai suatu kejadian untuk meningkatkan

pengetahuannya.

e. Umur

Umur lama hidup seseorang dihitung sejak kelahirannya. Umur terkait

dengan kedewasaan berpikir. Individu dengan usia dewasa cenderung


12

mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan

individu dengan usia yang jauh lebih muda (Notoatmodjo, 2003).

f. Pekerjaan

Pekerjaan adalah pencaharian yang dijadikan pokok penghidupan atau

sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Pekerjaan

berhubungan erat dengan interaksi dengan orang lain. Jenis pekerjaan

yang menuntut seseorang berinteraksi secara intens dengan orang

mempunyai kemungkinan adanya tranfers on knowledge.

Sebagaimana dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) yang

mengatakan bahwa sumber informasi dapat berasal dari rekan kerja.

5. Sumber Pengetahuan

Menurut WHO (1992, dalam Notoatmodjo, 2003), pengetahuan

seseorang dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dan pihak lain, seperti

orang tua, petugas, teman, buku dan media komunikasi lainnya. Selain itu,

Notoatmodjo (2003) juga mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang

memiliki korelasi positif dengan pengetahuan adalah tingkat pendidikan.

Korelasi positif dimaksudkan dengan semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, maka pengetahuannya juga akan semakin baik.

B. Konsep Remaja

1. Pengertian

Pada tahun 1974, WHO dalam Sarwono (2008), memberikan

defenisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual yaitu biologis,

psikologis dan sosial ekonomi. Secara lengkap defenisi tersebut adalah :


13

a. Individu berkembang saat pertama kali menunjukan tanda – tanda

seksual sekundernya sampai mencapai kematangan seksual

b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi

dari anak – anak menjadi dewasa

c. Menjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif mandiri. Misalnya remaja

sudah mulai enggan untuk melakukan sesuatu dengan orangtuanya

seperti ketika berangkat ke sekolah remaja tidak suka di antar

orangtuanya dan lebih suka berangkat sendiri atau bersama teman –

temannya.

2. Tahap – tahap perkembangan remaja

Menurut Widyastuti dkk (2009), ciri – ciri perubahan masa

remaja dibagi menjadi 3 tahap yaitu:

a. Masa remaja awal (10 – 12 tahun), dengan ciri khas antara lain: ingin

bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak dan

lebih memperhatikan keadaan tubuhnya.

b. Masa remaja tengah (13 - 15 tahun), dengan ciri khas antara lain:

mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan atau

ketertarikan pada lawan jenis, berhayal tentang aktivitas seksual,

mempunyai rasa cinta mendalam.

c. Masa remaja akhir (16 – 19 tahun), dengan ciri khas antara lain:

mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya,


14

mempunyai citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya,

dapat diwujudkan rasa cinta dan pengungkapan kebebasan diri.

C. Konsep Kehamilan

1. Pengertian kehamilan

a. Kehamilan adalah suatu proses ovulasi sampai kelahiran yang

berumur 280 hari atau 40 minggu dan tidak lebih dari 300 hari atau

43 minggu (Prawiroharjo, 2009).

b. Kehamilan adalah suatu keadaan untuk menjadikan janin mampu

hidup diluar lingkungan tubuh ibunya dengan aman, nyaman, dan

terlindung, sedangkan ibu hamil tersebut dan pasangannya menjadi

orang tuanya, yang berlangsung selama sembilan bulan (Simkin.

2007)

c. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di

hitung dari hari pertama haid terakhir (Saefudin. 2006)

2. Tanda – Tanda Kehamilan

a. Tanda tidak pasti hamil

1)  Amenorea (terlambat datang bulan)

Amenorea ini disebabkan karena konsepsi dan nidasi yang

menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graff dan

ovulasi. Bila seorang wanita dalam masa mampu hamil, apabila

sudah kawin mengeluh terlambat haid, maka pikirkan bahwa dia


15

hamil, meskipun keadaan stres, obat – obatan, penyakit kronis

dapat pula mengakibatkan terlambat haid. (Prawirohardjo. 2009)

2) Mual dan muntah

Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam

lambung yang berlebihan menyebabkan mual muntah. Mual dan

muntah merupakan gejala umum, mulai dari rasa tidak enak

sampai muntah yang berkepanjangan. Dalam kedokteran sering

dikenal morning sickness karena munculnya seringkali pagi hari.

Mual muntah biasanya terjadi mulai usia kandungan 6 minggu

setelah hari pertama menstruasi terakhir dan berakhir spontan 6

– 12 minggu kemudian.

3) Ngidam

Sering terjadi pada bulan – bulan pertama dan akan hilang

dengan makin tuanya kehamilan

4) Pingsan

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan

pingsan.

5)   Perubahan berat badan

Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat

badan, karena nafsu makan menurun dan muntah-muntah.

Pada bulan selanjutnya berat badan akan selalu meningkat

sampai stabil menjelang aterem.


16

6) Mastodinia

Rasa kencang dan sakit pada payudara terutama pada hamil

pertama disebabkan payudara membesar. Vaskularisasi

bertambah, asinus dan duktus berproliferasi karena pengaruh

hormon estrogen dan progesteron.

7) Konstipasi

Ini terjadi karena efek relaksasi progesterone yang dapat

menghambat peristaltik usus sehingga menyebabkan kesulitan

untuk buang air besar atau dapat juga karena perubahan pola

makan.

8) Hiperpigmentasi kulit

a) Sekitar pipi

Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofis

anterior menyebabkan pigmentasi kulit.

b) Dinding perut

Striae lividae, striae nigra atau disebut juga striae

gravidarum : tanda yang disebabkan oleh peregangan kulit

dan terlihat pada perut terjadi pada bulan ke 6-7. linea alba

atau nigra : garis berpigmen yang sering terlihat selama

kehamilan pada abdomen diantara umbilikus dan pubis.

Pigmentasi terjadi ini terjadi karena terjadinya penurunan

hormon melanosit oleh kelenjar hipofisis. Linea nigra

berangsur – ansur akan menghilang setelah melahirkan


17

karena terjadinya penurunan kadar hormon melanosit

tersebut.

c) Sekitar payudara

Hiperpigmentasi areola mammae, puting susu makin

menonjol, kelenjar montgomery menonjol, pembuluh darah

manifes sekitar putting.

d) Varises atau penampakan pembuluh darah vena Karena

pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan

pembuluh darah vena

b. Tanda – tanda mungkin hamil

1) Tanda Hegar; Tanda ini berupa perlunakan pada daerah isthmus

uteri, sehingga daerah tersebut pada penekanan mempunyai

kesan lebih tipis dan uterus mudah difleksikan dapat diketahui

melalui pemeriksaan bimanual. Tanda hegar mulai tampak

sekitar usia kehamilan 6 – 8 minggu setelah hari pertama

menstruasi terakhir.

2) Tanda Chadwicks; Dinding vagina mengalami kongesti, warna

kebiru-biruan.

3) Tanda Piskacek’s; Terjadinya pertumbuhan yang asimetris pada

bagian uterus yang dekat dengan implantasi plasenta.

4) Kontraksi Braxton His; Uterus berkontraksi bila dirangsang.

5) Tanda Goodell’s; Diketahui melalui pemeriksaan bimanual.

Serviks terasa lebih lunak. Terjadi pada minggu ke 6 – 8.


18

6) Tanda Mc Donald; Fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah

difleksikan satu sama lain dan tergantung pada lunak atau

tidaknya jaringan isthmus.

7) Terjadinya Pembesaran Abdomen; Pembesaran perut menjadi

nyata setelah minggu ke-16, karena pada saat itu uterus telah

keluar dari rongga pelvik dan menjadi organ rongga perut.

8) Pemeriksaan tes biologis kehamilan; Pada pemeriksaan ini

hasilnya positif, dimana kemungkinan positif palsu.

c. Tanda Pasti Kehamilan

Tanda pasti kehamilan dan ditemukan dengan cara :

1) Denyut jantung janin.

Dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu 17 - 18.

Pada orang gemuk lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonic

(Doppler), DJJ dapat didengarkan lebih awal lagi sekitar minggu

ke-12. Melakukan auskultasi pada janin bisa juga

mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain, seperti bising tali pusat,

bising uterus dan nadi ibu (Kusmiyati dkk. 2010).

2) Palpasi

Yang harus ditentukan adalah outline janin. Biasanya menjadi

jelas setelah minggu ke 22. Gerakan janin dapat dirasakan

dengan jelas setelah minggu ke 24 (Kusmiyati.dkk, 2010).


19

3. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan adalah suatu kehamilan yang memiliki

suatu tanda bahaya atau risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu

maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum

maupun sesudah persalinan (Tiran, 2007). Tanda-tanda bahaya pada

kehamilan adalah tanda-tanda yang terjadi pada seorang Ibu hamil yang

merupakan suatu pertanda telah terjadinya suatu masalah yang serius

pada Ibu atau janin yang dikandungnya.Tanda-tanda bahaya ini dapat

terjadi pada awal kehamilan Sedangkan menurut uswhaya 2009, Tanda-

tanda bahaya  kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan

bayi dalam keadaan bahaya.

a. Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester 1

1) Perdarahan pervaginam

Perdarahan pervaginam atau perdarahan dari jalan lahir

adalah perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang

dari 22 minggu. Perdarahan pervaginam dalam kehamilan

adalah cukup normal. Pada masa awal kehamilan, ibu akan

mengalami perdarahan yang sedikit (spotting) di sekitar waktu

terlambat haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi

dan  normal, perdarahan kecil dalam kehamilan adalah pertanda

dari “Friabel cervik”. Jika terjadi perdarahan yang lebih (tidak

normal) yang menimbulkan rasa sakit pada ibu berarti


20

perdarahan ini bisa berarti aborsi, kehamilan mola atau

kehamilan ektopik. Macam – macam perdarahan pervaginam :

a. Abortus

Abortus adalah berakhirnya kehamilan oleh akibat – akibat

tertentu pada atau sebelum kehamilan 22 minggu atau buah

kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.

Secara klinik dapat bedakan beberapa jenis abortus, antara

lain :

(a) Abortus imminiens; peristiwa terjadinya perdarahan

dari uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

(b) Abortus insipiens; peristiwa perdarahan uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi

serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi

masih dalam uterus.

(c) Abortus inkomplitus; peristiwa pengeluaran sebagian

hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

(d) Abortus kompletus; Pada abortus kompletus semua

hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

(e) Abortus servikalis; Pada abortus servikalis keluarnya

hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri

eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya

terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri


21

menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding

menipis.

(f) Missed abortion; kematian janin berusia sebelum 20

minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8

minggu atau lebih.

(g) Abortus habitualis; abortus spontan yang terjadi 3 kali

atau lebih berturut-turut.

b). Kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah

fertilisasi implantasi terjadi di luar endometrium kavum

uteri, seperti di ovarium, serviks dan tuba fallopi.

Penanganan : dilakukan stabilisasi dengan merestorasi

cairan tubuh dengan larutan kristaloid dan tindakan operatif.

c). Kehamilan Mola

Kehamilan mola adalah dimana setelah fertilisasi, hasil

konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi

proliferasi dari vili korealis di sertai dengan degenerasi

hidropik. Penanganan : jika diagnosis kehamilan mola

ditegakkan, lakukan evaluasi uterus dan lakukan evakuasi

jaringan mola dan berikan infuse.

2) Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang

berlebihan pada wanita hamil sehingga mengganggu perkerjaan


22

sehari – hari dan keadaan umum menjadi buruk. Muntah yang

berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkurang,

sehingga darah menjadi kental yang dapat melambatkan

peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke janin

berkurang. Penanganan : Hindari makan yang sulit dicerna dan

berlemak.

Komplikasi : Jika muntah terus menerus biasa terjadi kerusakan

hati, komplikasi lain perdarahan pada retina yang disebabkan

oleh meningkatnya tekanan darah ketika muntah.

3) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala merupakan ketidak nyamanan yang normal

dalam kehamilan. Sakit kepala pada kehamilan dapat menunjuka

suatu masalah yang serius apabila sakit kepala itu dirasakan

menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kondisi sakit

kepala yang hebat dalam kehamilan Dapat menjadi gejala dari

preeklamsi. Jika rasa sakit kepala disertai dengan penglihatan

kabur atau terbayang. Lakukan pemeriksaan tekanan darah,

protein urine, refleks dan edema serta periksa suhu dan jika suhu

tubuh tinggi, lakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui

adanya parasit malaria (Marmi, 2011).

4) Nyeri perut yang hebat

Nyeri perut atau abdomen yang tidak berhubungan

dengan persalinan normal adalah normal. Nyeri abdomen yang


23

menunjuka masalah yang mengancam jiwa adalah yang hebat,

menetap, dan tidak hilang meskipun istirahat. Hal ini bisa terjadi

pada apendisitis, kehamilan ektopik, abortus, penyakit radang

pelvik, persalinan preterm, gastritis, solusia plasenta, infeksi

saluran kemih atau infeksi lain. Lakukan pemeriksaan umum

meliputi tanda vital (nadi, tensi, respirasi, suhu).

5) Anemia / selaput kelopak mata pucat

Anemia adalah masalah yang umum terjadi pada banyak

wanita hamil. Jumlah sel darah merah dalam keadaan rendah,

jumlah kuantitas dari sel-sel ini tidak memadai untuk

memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh bayi. Anemia sering

terjadi pada kehamilan karena volume darah meningkat

kira0kira 50% selama kehamilan. Darah terbuat dari darh dan

sel, cairan tersebut biasanya meningkat lebih cepat dari pada sel-

selnya. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hematokrit

(volume, jumlah atau persen sel darah merah dalam darah).

Penurunan ini dapat mengakibatkan anemia. Anemia dapat

ditangani dengan minum tablet zat besi dan istirahat yang

cukup.

Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan

pengaruh langsung terhadap janin sedangkan komplikasi pada

kehamilan trimester I yaitu anemia dapat menyebabkan


24

terjadinya missed abortion, kelainan kongenital, abortus /

keguguran.

6) Demam

Ibu hamil dengan suhu lebih dari 38 0C merupakan

masalah gejala infeksi dalam kehamilan. Penanganan : Istirahat

yang cukup, minum air putih yang banyak dan kompres untuk

menurunkan suhu.

b. Kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu).

Trimester II adalah usia kehamilan 4-6 bulan atau kehamilan

berusia 13-28 minggu. Di masa ini organ – organ dalam tubuh janin

sudah terbentuk tapi viabiltasnya masih diragukan. Apabila janin

lahir, belum bisa bertahan hidup dengan baik. Pada masa ibu merasa

nyaman dan bisa beradaptasi dengan kehamilannya.

Tanda Bahaya   Kehamilan Trimester II meliputi: 

1) Bengkak pada Wajah, Kaki dan Tangan

Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebihan dalam

jaringan tubuh dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan

serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Oedema

pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa,

sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-

eklampsia. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami

bengkak yang normal pada kaki yang biasanya hilang setelah

beristirahat atau meninggikan kaki. Oedema yang


25

mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak dan

cenderung meluas.

Penanganan Umum : Istirahat cukup , mengatur diet,

yaitu meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung

protein dan mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat

serta lemak. Kalau keadaan memburuk namun memungkinkan

dokter akan mempertimbangkan untuk segera melahirkan bayi

demi keselamatan ibu dan bayi (Hendrayani, 2009)

Komplikasi : Kondisi ibu disebabkan oleh kehamilan

disebut dengan keracunan kehamilan dengan tanda tanda

oedema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan

muka, tekanan darah tinggi dan dalam air seni terdapat zat putih

telur pada pemeriksaan urin dan laboratorium. (Rochjati, 2003).

2) Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya

Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah

kehamilan 22 minggu, ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi

sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput

ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum

kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.

Penanganan Umum :

a) Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG


26

b) Dilakukan pemeriksaan inspekulo (dengan speculum DTT)

untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau) dan

membedakan dengan urin.

c) Jika ibu mengeluh perdarahan akhir kehamilan (setelah22

minggu) lakukan pemeriksaan dalam secara digital.

d) Mengobservasi tidak ada infeksi

e) Mengobservasi tanda tanda inpartu (Saifuddin, 2002)

Komplikasi :

a)  Perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio

plasenta

b)   Tanda tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau)

c)   Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi

persalinan preterm (Saifuddin, 2002).

3) Gerakan bayi berkurang

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5

atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih

awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus

bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi

akan lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika

ibu makan dan minum dengan baik. Apabila ibu tidak

merasakan gerakan bayi seperti biasa, hal ini merupakan suatu

risiko tanda bahaya. Bayi kurang bergerak seperti biasa dapat

dikarenakan oleh aktivitas ibu yang terlalu berlebihan, keadaan


27

psikologis ibu maupun kecelakaan sehingga aktivitas bayi di

dalam rahim tidak seperti biasanya. Penaganan : segera

menganjurkan ibu untuk melakukan USG.

c. Kehamilan triwulan ketiga/terakhir (antara 28 sampai 40 minggu).

1) Plasenta previa

Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal,

yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi

sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada kadaan

normal plasenta terletak dibagian atas uterus.

Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya

jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu

tertentu. Disebut plasenta previa totalis apabila seluruh

pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta, plasenta previa

pasialis apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan

plasenta, dan plasenta previa marginalis apabila pinggir

plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan. Plasenta yang

letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi

belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir, disebut

plasenta letak rendah. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4

cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada

pembukaan jalan lahir.

Penanganan:
28

Setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera

dikirim kerumah sakit yang memiliki fasilitas melakukan

transfusi darah dan operasi. Apabila dengan penilaian yang

tenang dan jujur ternyata perdarahan yang telah berlangsung,

atau yang akan berlangsung tidak akan membahayakan ibu dan

janinnya (janin masih hidup), dan kehamilannya belum cukup

36 minggu, atau tafsiran berat janin belum sampai 2500 gram,

dan persalinan belum mulai, dapat dibenarkan untuk menunda

persalinan sampai janin dapat hidup diluar kandungan lebih

baik lagi.

2) Preeklamsia Berat (PEB)

Preeklamsi dan eklamsia merupakan kesatuan penyakit,

yaang termasuk dalam bagiamm keenam subbagian A, yakni

yang lansung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum

jelas hal itu terjadi.

Preeklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda

hipertensi, edema, dan protein urine yang timbul karena

kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ketiga

kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada

mola hidatidosa. Untuk menegakan diagnosa preeklamsia,

kenaikan tekanan histolik harus 30 mmHg atau lebih diatas

tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg

atau lebih.
29

Edema ialah penimbulan cairan secara umum dan

berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasa dapat diketahui dari

kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan,

dan muka. Protein urine berarti konsentrasi protein dalam air

kencing yang melebihi 0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam atau

pemeriksaan kualitatif menunjukan 1 atau 2 atau 1 g/liter atau

lebih dalam air kencing yang dikeluarkan oleh kateter. Protein

urine timbul lebih lama dari pada hipertensi dan kenaikan berat

badan, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup

serius. Preeklamsia dibagi dalam golongan ringan dan berat.

Pencegahan:

Periksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat

menemukan tanda-tanda dini preeklamsia, dan dalam hal itu

harus dilakukan pengangan. Penerangan tentang manfaat

istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak

selalu berarti berbaring ditempat tidur, namun pekerjaan sehari-

hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan

berbaring. Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbonhidrat,

garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebbihan

perlu dianjurkan.

Penanganan:
30

Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis

karena etiologi preeklamsia, dan faktor-faktor apa dalam

kehamilan yang menyebabkannya, belum diketahui.

Tujuan utama penanganan ialah mencegah terjadinya

preeklamsia berat dan eklamsia, melahirkan janin hidup,

melahirkan janin dengan truma sekecil-kecilnya.

Pengobatan preeklamsi yang tepat ialah pengakiran kehamilan

karena tindakan tersebut menghilangkan sebabnya dan

mencegah terjadinya eklamsia dengan bayi yang masih

prematur penundaan pengakhiran kehamilan mungkin dapat

menyebabkan eklamsia atau kematian janin. Pada umumnya

indikasi untuk pengakhiran kehamilan ialah, preeklamsia

ringan dengan kehamilan lebih dari cukup bulan, preeklamsia

dengan hipertensi dan protein urine menetap selama 10-14 hari,

dan janin sudah cukup matur, preeklamsia berat dan eklamsia.

Penanganan preeklamsia ringan:

Istirahat ditempat tidur masih merupakan terapi utama

untuk penangan preeklamsia. Istirahat dengan berbaring

menyebabkan pengaliran darah keplasenta meningkat, aliran

darah keginjal juga lebih banyak, tekanan vena pada

ekstermitas bawah turun dan resorbsi cairan dari daerah

tersebut bertambah. Selain itu, juga mengurangi kebutuhan

volume darah yang beredar. Dengan istirahat biasanya tekanan


31

darah turun dan edema berkurang. Beberapa kasus preeklamsia

ringan tidak membaik dengan penanganan konservatif.

Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan protein urine

bertambah, walaupun penderita istirahat dengan pengobatan

medik. Dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan

walaupun janin masih prematur.

Penanganan preeklamsia berat :

Tanda dan gejala preeklamsia berat segera harus diberi

sedativa yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang-kejang.

Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut dapat diatasi, dapat

difikirkan cara yang terbaik untuk menghentikan kehamilan.

Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang-kejang

dapat diberikan, larutan sulfas magnesikus 40% sebanyak 10

ml (4 gram) disuntikan intramuskulus bokong kiri dan kanan

sebagai dosis permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap 6 jam

menurut keadaan. Tambahan sulfasmagnesikus hanya diberika

bila diuresis baik, refleks patella positif, dan kecepatan

pernapasan lebih dari 16 permenit. Obat tersebut selain

menenangkan, juga menurunkan tekanan darah dan

meningkatkan diuresis, klorpromazin 50 mg intramuskulus,

diazepam 20 mg intramuskulus.

Penggunaan obat hipotensif pada preeklamsi berat diperlukan

karena dengan menurunkan tekanan darah kemungkinan kejang


32

dan apopleksia serebri menjadi lebih kecil. Umumnya pada

preeklamsia berat sesudah bahaya akut berakhir sebaiknya

dipertimbangkan untuk menghentikan kehamilan oleh karena

dalam keadaan demikian harapan bahwa janin hidup terus tidak

besar, dan adanya janin dalam uterus menghambat sembuhnya

penderita dari penyakitnya. Pengakhiran kehamilan dapat

dilakukan sesuai dengan ketentuan–ketentuan yang disebut

dalam bab eklamsia.

Eklamsia

Gejala dan tanda Pada umumnya kejangan didahului oleh

makin memburuknya preeklamsia dan terjadinya gejala-gejala

nyeri kepala didaerah frontal, gangguan penglihatan, mual

keras, nyeri di epigastrium, dan hiperefleksia. Bila keadaan ini

tidak dikenal dan tidak segera diobati, akan timbul kejangan,

terutama pada persalinan. Kvulasi eklamsi dibagi dalam 4

tingkat, yakni :

a) Tingkat awal atau aura, keadaan ini berlangsung kira-kira 30

detik. Mata penderita membuka tanpa melihat, kelopak mata

bergetar kemudian tangannya, dan kepalanya diputar

kekanan dan kiri.

b) Tingkat kejangan tonik yang berlangsung kurang lebih 30

detik. Dalam tingkat ini seluruh otot akan menjadi kaku,

wajahnya kelihatan kaku, tangan menggegam, dan kaki


33

membengkok kedalam, pernapasan berhenti, muka mulai

menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.

c) Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejangan klonik

yang berlangsung antara 1-2 menit. Spasmus tonik

menghilang, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang

dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan

lidah dapat tergigit lagi, bola mata menonjol, dari mulut

keluar ludah yang berbusa, muka yang menunjukan kongesti

dan sianosis. Penderita menjadi tidak sadar. Kejangan klonik

ini dapat demikian hebatnya, sehingga penderita dapat

terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya, kejangan terhenti

dan penderita menarik napas secara mendengkur.

d) Tingkat koma, lamanya ketidaksadaran tidal selalu sama.

Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan

tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan

baru dan berulang, sehingga ia tetap dalam koma. Selama

serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu

meningkat sampai 400c, sebagai akibat serangan terjadi

komplikasi-komplikasi seperti lidah tergigit dan perlukaan

dan fraktura, gangguan pernapasan, solusio plasenta, dan

perdarahan otak.

Pencegahan:
34

Pada umumnya timbulnya eklamsi dapat dicegah,

atau frekuensinya dikurangi. Usaha-usaha untuk

menurunkan frekuensi eklamsia terdiri dari :

(a) Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan

mengusahakan agar semua wanita hamil memeriksakan

diri sejak hamil muda.

(b) Mencari tiap pemeriksaan tanda-tanda preeklamsia dan

mengobati segera apabila ditemuka.

(c) Mengakhiri kehamilan secepat-cepatnya pada

kehamilan 37 minggu keatas apabila setelah dirawat

tanda-tanda preeklamsia tidak juga dapat dihilangkan.

D. Dampak Kehamilan Usia Muda

Kehamilan usia muda disebut juga sebagai kehamilan remaja.

Kehamilan remaja merupakan kehamilan yang terjadi sebelum usia 20 tahun.

Kehamilan ini biasanya tidak direncanakan dan diluar nikah (Keperawatan

Pediatrik).

Menurut BKKBN usia untuk reproduksi sehat adalah 20 sampai 30

tahun sedangkan usia reproduksi aman adalah antara 20 – 35 tahun. Lebih

atau kurang dari usia tersebut adalah berisiko. Kesiapan seorang perempuan

untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan

dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/ emosi/psikologis dan

kesiapan sosial/ekonomi. Secara umum, seorang perempuan dikatakan siap

secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya


35

berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa

dijadikan pedoman kesiapan fisik (BKKBN.2005)

Menurut Soetjiningsih (2010), ada dua hal yang biasa dilakukan

remaja jika mengalami kehamilan usia muda terutama jika kehamilan tersebut

tidak direncanakan dan diluar nikah yaitu mempertahankan kehamilan atau

menggugurkan kehamilan dengan aborsi yang keduanya mempunyai dampak

yang sama – sama berat.

1. Dampak Fisik

a. Bila mempertahankan

1) Rahim siap melakukan fungsinya setelah wanita berumur 20

tahun pada usia ini fungsi hormonal melewati masa kerja yang

maksimal. Pada usia 14 – 18 tahun otot – otot rahim belum cukup

baik kekuatan dan kontraksinya sehingga jika terjadi kehamilan

rahim dapat ruptur (robek) (Kusmiran, 2011).

2) Pada usia 14 – 18 tahun selain otot rahim, penyangga rahim yaitu

ligamen juga belum cukup kuat untuk menyangga kehamilan

sehingga resiko yang lain dapat juga terjadi yaitu prolapsus uteri

(Turunnya rahim ke liang vagina) (Kusmiran, 2011).

3) Pada usia 14 – 19 tahun sistem hormonal belum stabil ditandai

dengan belum teraturnya haid. Ketidak teraturan hormon

membuat kehamilan menjadi tidak stabil, mudah terjadi

pendarahan dan terjadilah abortus atau kematian janin (Kusmiran,

2011).
36

4) Bila kehamilan diteruskan dalam usia yang relatif muda dari

sudut ilmu kebidanan dapat mengakibatkan penyulit (komplikasi)

kehamilan yang cukup besar diantaranya belum cukup bulan

(prematuritas) atau BBLR, pertumbuhan janin dalam rahim yang

kurang sempurna, kehamilan dengan keracunan yang memerlukan

penanganan khusus, persalinan sering berlangsung dengan

tindakan operasi, perdarahan setelah melahirkan makin

meningkat, kembalinya alat reproduksi yang terlambat setelah

persalinan, mudah terjadi infeksi setelah persalinan dan

pengeluaran ASI yang tidak cukup (Manuaba, 2009).

b. Bila menggugurkan kehamilan dengan aborsi

Pada saat melakukan dan setelah melakukan aborsi, ada

beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, diantaranya

sebagai berikut:

1) Kematian mendadak karena perdarahan hebat atau karena

pembiusan yang gagal

2) Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan

3) Rahim yang sobek (uterin perforation)

4) Kerusakan leher rahim yang akan menyebabkan cacat pada anak

berikutnya

5) Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen

pada wanita), kanker indung telur (ovarian cancer), kanker leher

rahim (cervikal cancer), kanker hati (liver cancer)


37

6) Kelainan pada plasenta (placenta previa)

7) Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (ectopic

pregnancy)

8) Infeksi rongga panggul (pelvic inflammatory disease) dan infeksi

pada lapisan rahim (endometriosis)

2. Dampak Psikologi

a. Bila mempertahankan kehamilan

1) Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena

pasangan tidak mau menikahinya atau mempertanggungjawabkan

kewajibannya (Widyastuti, 2009).

2) Jika mau menikah, ini juga mengakibatkan perkawinan

bermasalah penuh konflik karena berdua belum dewasa dan siap

memikul tanggung jawab sebagai orangtua (Widyastuti, 2009).

3) Pasangan muda terutama perempuan akan dibebani oleh perasaan

tidak nyaman seperti dihantui rasa malu terus menerus, rendah

diri, bersalah/berdosa, depresi/tertekan (Widyastuti dkk, 2009).

Menurut Manuaba (2009), jika remaja tersebut hamil

diluar nikah semakin tertekan karena hal – hal sebagai berikut :

a) Takut menyampaikan kepada orangtua

b) Tersisih dari keluarga karena hamil diluar nikah

c) Dianggap amoral dalam pergaulan

d) Melanggar norma masyarakat dan agama

e) Mungkin tidak diakui atau ditinggalkan pacar


38

b. Bila menggugurkan kehamilan dengan aborsi

1) Perasaan sedih karena kehilangan bayi.

2) Beban batin akibat timbulnya perasaan bersalah

3) Penyesalan yang dapat mengakibatkan depresi

4) Kehilangan harga diri dan hilangnya kepercayaan diri

5) Trauma berhubungan seksual

3. Dampak Sosial

a. Bila mempertahankan kehamilan

1) Ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba

– tiba berubah (Kusmiran, 2011).

2) Tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaannya

tersebut (Kusmiran, 2011).

3) Dikucilkan dari masyarakat dan hilang kepercayaan dirinya

(Kusmiran, 2011).

4) Berhenti atau putus sekolah atas kemauan sendiri dikarenakan

rasa malu atau cuti melahirkan (Kumalasari dkk, 2012)

b. Bila menggugurkan kehamilan dengan aborsi

1) Diasingkan oleh masyarakat

2) Tekanan dari masyarakat akan keberadaannya

3) Dikucilkan dari keluarga

4) Mendapat celaan dari oarang – orang sekitar


39

E. Kerangka Konsep

Pengetahuan 1. Dampak fisik,


remaja tentang kehamilan usia muda
Baik
dampak 2. Dampak psikologi, Cukup
kehamilan usia kehamilan usia muda
muda 3. Dampak sosial Kurang
kehamilan usia muda

Keterangan : : Ditelii

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian


40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian

deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu penelitian

yang dilakukan dengan tujuan umum untuk membuat gambaran antara

deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2012). Desain

penelitian yang digunakan adalah penelitian Survey yaitu penelitian yang

mengambil sampel dari suatu populasi yang menggunakan kuesioner sebagai

alat pengumpul data (Nursalam,2003).Survey dalam penelitian ini untuk

mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang dampak kehamilan usia

muda di SMA Negeri Maurole.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan data yang mengidentifikasikan suatu

fenomena. Populasi tidak terbatas pada masalah manusia, tetapi juga

dapat hewan, tumbuhan dan sebagainya (Mario, 2006). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA Negri Maurole kelas X

dan kelas XI berjumlah 202 orang tahun 2016

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang akan di teliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010). Menurut

Nursalam (2009), apabila jumlah populasi ≤ 1.000, besar sampel yang

39
41

diambil 20 – 30% dari jumlah populasi, bila populasi ≥ 1.000 besar sampel

yang diambil 10-20%, maka sampel yang diambil oleh peneliti dalam

melakukan penelitian ini adalah sebanyak 20%.

20 X 202
= 40,4 dibulatkan menjadi 40.
100

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini di lakukan dengan teknik


random sampling yaitu suatu pengambilan sampel secara acak (Nursalam,
2009). Besar sampel yang diambil adalah 40 orang.

Adapun kriteria inklusif sampel meliputi :

a. Bersedia menjadi responden

b. Siswa dari masing-masing kelas yang memiliki nomor absen genap

yang diambil sebagai responden.

C. Varibel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (Nursalam,2003). Dalam penelitian ini variabel yang di

gunakan adalah variabel bebas yakni pengetahuan remaja tentang dampak

kehamilan usia muda

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel dengan cara memberi arti, menspesifikasikan kegiatan atau memberi

suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nazir,

1999)
42

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi
Alat
Variabel operasional Parameter Skala Skor
Ukur
Pengetahuan Segala sesuatu 1. Dampak Kuisioner ordinal Benar: 1
remaja tentang yang diketahui Fisik Salah : 0
dampak dan dipahami 2. Dampak
kehamilan usia remaja tentang Psikologi
muda dampak 3. Dampak
kehamilan usia Sosial
muda.

E. Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder,

data primer yaitu data yang langsung diambil dari responden dengan alat

pengumpulan data multiple Choice yaitu sekelompok pertanyaan yang

menyediakan beberapa alternatif jawaban dan responden hanya memilih salah

satu jawaban diantaranya sesuai dengan pendapatnya (Notoadmodjo, 2012).

Jumlah pertanyaan sebanyak 15 pertanyaan, jawaban “benar” : diberi skor 1

(satu), dan jawaban “salah” diberi skor 0 (nol), sedangkan data sekunder

adalah data tambahan untuk membantu proses pengumpulan data,

Adapun prosedur pengisian kuesioner meliputi:

1. Penjelasan penelitian

2. Responden mengisi lembar persetujuan / informed consent

3. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang cara pengisian kuisioner

4. Responden mengisi lembar kuisioner yang dibuat oleh peneliti.


43

F. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan masih berupa data mentah. Agar memberikan

informasi yang berguna maka data harus diolah terlebih dahulu. Adapun

langkah – langkah dalam mengolah data adalah :

a. Coding : Memberikan kode jawaban responden pada lembaran


kuisioner
b Editing : Mengoreksi kembali jawaban responden apakah

sudah sesuai dengan pilihan jawaban yang

disediakan.
c Clasificatin : Setelah data diambil, kemudian data dikelompokkan

sesuai dengan kategori yang sudah ditentukan


d Tabulation : Data yang sudah diklasifikasi, dimasukan dalam tabel

untuk menghitung jumlah atau frekuensi data atau

nilai presentasenya (Notoatmodjo, 2010).

G. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan tabel distribusi

frekuensi yaitu menguraikan isi tabel berdasarkan pengetahuan remaja

tentang dampak kehamilan usia muda dalam bentuk narasi dan prosentase,

dengan kategori : 1) baik : 76%-100%, 2) sedang : (51%-75%, 3) kurang :

≤50%, berdasarkan rumus :

N = Jumlah Skor yang diperoleh X 100


Jumlah skor Maksimum

H. Etika Penelitian
44

Penilitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Ketua

Program Studi Keperawatan Ende kepada Kepala SMA Negri Maurole untuk

mendapatkan persetujuan. Setelah mendapatkan ijin, peneliti memberi

kuisioner kepada subyek yang diteliti untuk diisi dengan menekankan pada

etika riset, yang meliputi :

a. Informed Concent (lembar persetujuan) yaitu lembar persetujuan

diberikan kepada responden yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan

maksud dari penelitian, jika responden bersedia, maka mereka harus

menandatangani surat persetujuan menjadi responden, jika responden

menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormati hak responden.

b. Anonimity (tanpa nama) yaitu untuk menjaga kerahasiaan subyek, maka

dalam lembar pengumpulan data penelitian tidak dicantumkan nama

tetapi diberi nomor kode

c. Confydentiality ( kerahasiaan), yaitu kerahasiaan inofrmasi yang

diberikan subyek, dijamin oleh peneliti (Nursalam,2003).

I. Jadwal Penelitian
45

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

TAHUN 2016
B U L A N
NO JENIS KEGIATAN
Maret April Mei Juni Juli
I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II III IV I IIIII IV
1 Penentuan Judul
Penyusunan
2
Proposal
3 Konsultasi Proposal
4 Ujian Proposal
5 Perbaikan Proposal
Penelitian &
6
Pengolahan Data
Konsultasi Hasil
7
Penelitian
8 Ujian KTI
9 Perbaikan KTI
10 Penyerahan KTI
J. Pengorganisasian Penelitian

Nama : Yoseph Sukamto Soru Sey


NIM : P0. 530320213.597
Judul KTI : Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Dampak

Kehamilan Usia Muda di SMA Negri Maurole.


Pembimbing : Anatolia Karmelita Doondori, S.Kep, Ns, M.Kep
Penguji : 1. Yoseph Woge, SST., M.Kes.
2. Emilia Riberu, SPd., SST.

Anda mungkin juga menyukai