Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

“NILAI DAN FUNGSI AFEKSI KELUARGA”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V

Azi Serandi 1611316012


Aprilita Putri Yuza 1611316013
Dilla Tri Audina 1611316024
Ade Tri Weli 1611316038
Yulfiani Nazrita 1611316050

Program B

Dosen Pembimbing :
Fitra Yeni, S.Kp. MA

UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala kebesaran dan
limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami sebagai penulis dapat menyelesaikan
makalah keperawatan keluarga ini tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti.
Shalawat serta salam tidak lupa pula penulis kirimkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi
gambaran bagi pembaca mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga pada masalah nilai dan
fungsi afeksi keluarga.
Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Asuhan
Keperawatan Keluarga pada masalah nilai dan fungsi keluarga. Dalam penulisan makalah ini,
penulis menyadari pengetahuan dan pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah
ini lebih baik dan bermanfaaat.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Padang , Oktober 2017

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................i


DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Tujuan .....................................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................2


A. Konsep Nilai Keluarga ............................................................................................2
B. Konsep Fungsi Afeksi Keluarga .............................................................................6

BAB III PENUTUP .................................................................................................................16


A. Kesimpulan .............................................................................................................16
B. Saran .......................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu
sistem sosial yang ada dimasyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan
miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana keluarga yang
kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik karena dalam keluargalah
seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan masyarakat.
Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak IPTEK berkembang
secara pesat, baik yang bersifat positif maupun negatif. kehidupan keluargapun banyak
mengalami perubahan dan berada jauh dari nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya.
Dalam kondisi masa kini, yang ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak
pihak yang menilai bahwa kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini berakar dari kondisi
kehidupan dalam keluarga (Setiawati, 2009).
Keluarga adalah bagian masyarakat yang peranannya sangat penting untuk
membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu
dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk
membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga (Setiadi, 2008).
Membentuk keluarga sejahtera pada dasarnya adalah menggerakkan proses dan fungsi
manajemen dalam kehidupan rumah tangga.
Kecerdasan dan kepekaan juga diperlukan untuk menjalankan dan mengefektifkan
delapan fungsi keluarga yaitu : 1.fungsi keagamaan ; 2.fungsi cinta kasih ; 3. fungsi
reproduksi ; 4. fungsi perlindungan ; 5. fungsi sosial budaya ; 6. fungsi sosialisasi dan
pendidikan ; 7. fungsi ekonomi ; 8.fungsi pelestarian lingkungan. Menjalankan dan
mengefektifkan delapan fungsi keluarga akan memperjelas arah dan tujuan terbentuknya
keluarga sejahtera yang berkualitas. Karena delapan fungsi keluarga merupakan esensi
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Tujuan
1. Mengetahui Nilai dalam keluarga dan fungsi afeksi keluarga
2. Mengetahui masalah keperawatan dalam nilai dan fungsi keluarga
3. Mengetahui asuhan keperawatan untuk masalah nilai dan fungsi dalam keluarga

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. NILAI KELUARGA
1. Defenisi
a. Nilai adalah gambaran utama sistem keyakinan individu karena kualitas yang
berlangsung lama, bukan merupakan perilaku sementara (Rokeach, 1973). Nilai
berfungsi sebagai panduan untuk bertindak. Nilai bersifat tidak statis dan
memiliki hirarki.
b. Nilai keluarga adalah suatu sitem ide, perilaku, dan keyakinan tentang nilai suatu
hal atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat anggota keluarga
dalam kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum (Parad & Caplan, 1965).
Nilai keluarga akan berbeda-beda berdasarkan kelas sosial, latar belakang etnis,
pekerjaan, jenis kelamin, kelompok teman sebaya, agama yang dianut.
c. Keyakinan adalah mata atau cetak biru bagaimana kita melihat atau
mempersepsikan kehidupan, keyakinan membimbing dan mengarahkan keluarga
serta individu dalam bertindak (Wright & Leahey, 2000).
d. Norma adalah pola perilaku yang dianggap benar oleh masyarakat, sebagai
sesuatu yang berdasarkan pada sistem nilai keluarga (Friedman, 2010).
e. Aturan keluarga merupakan refleksi atau ungkapan yang lebih khusus dari nilai
keluarga dibandingkan dengan norma keluarga (Friedman, 2010). Peraturan
adalah pengaturan khusus bagaimana keluarga menegakkan atau menetapkan
perilaku yang dapat diterima atau yang tidak dapat diterima.

2. Kesenjangan di Dalam Sistem Nilai


Ada beberapa hal yang menyebabkan kesenjangan di dalam sistem nilai, yaitu:
a. Keragaman nilai sosial
Di dalam komunitas, kelompok atau individu tertentu menolak norma-norma baru
dan lebih berpegang teguh pada pola tradisional, sedangkan individu dan
kelompok lain menemukan pola tradisional yang tidak dapat diterima dan terikat
pada serangkaian norma dan nilai yang baru. Secara tradisional, pernikahan telah
dipandang sebagai sesuatu yang sakral dan mengikat.

2
b. Pertentangan nilai antara budaya dan sub-budaya yang dominan
Ketidaksesuain dalam nilai antara kelompok rujukan kebudayaan keluarga dan
masyarakat yang lebih luas mengakibatkan konflik nilai tertentu, yang
meningkatkan ketegangan dalam keluarga sebagai suatu sistem dan juga
berpengaruh negatif terhadap anggota keluarga.
c. Pertentangan nilai antara generasi
Suatu keluarga dapat terdiri dari beberapa generasi individu, masing-masing
membawa nilai dasar generasinya kedalam kelompok keluarga.
d. Perbedaan antara anggota keluarga dan profesional pelayanan kesehatan
Salah satu stresor utama dalam hubungan antara tenaga profesional kesehatan dan
klien keluarga adalah perbedaan sosial yang ada karena perbedaan kelas sosial
dan nilai kebudayaan.

3. Orientasi Nilai Utama


a. Produktivitas / Pencapaian Individu
Produktivitas dan pencapaian individu secara konsisten merupakan nilai
tradisional pokok dalam masyarakat yang merupakan reputasi hasil dari produktif.
Agar sebuah nilai dapat terus menciptakan perilaku dan tujuan individu, harus
tersedia sistem sosial yang mamiliki sanksi dan reward.
b. Individualisme
Kecenderungan saat ini semakin individualisme dan bebas serta jauh dari sifat
kekeluargaan dan kolektivisme semakin lemah namun tidak mematikan idealisme
lembaga pernikahan yang permanen. Kecenderungan nilai ini juga telah
menyebabkan pergeseran dari kebudayaan yang berpusat pada anak ke egosentris.
c. Materialisme / etika konsumsi
Kepemilikan uang dan barang tidak hanya merupakan reward penting terhadap
hasil produktif, tetapi juga merupakan nilai utama masyarakat yang disebut
materialisme. Uang dan kekayaan menjadi landasan kekuasaan dan prestise serta
menjadi simbol utama kesuksesan dan pencapaian.
d. Etika kerja
Kemampuan anggota keluarga untuk bekerja, kehilangan pekerjaan, perubahan
budaya kerja di masyarakat menciptakan kondisi berupa stressor dan rasa
ketakutan anggota keluarga terhadap kehilangan pekerjaan agar dapat menghidupi
anak-anak dan anggota keluarga yang lain.

3
e. Pendidikan
Pendidikan dipandang sebagai alat untuk mencapai produktivitas dan
mendapatkan kesuksesan.
f. Persamaan
Adanya perbedaan antara pencapaian individu di dalam masyarakat meyebabkan
timbulnya tuntutan persamaan. Sementara dalam bidang kesehatan, setiap orang
mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
g. Perkembangan dan penguasaan lingkungan
Sikap umum yang mampu menyelesaikan berbagai masalah dan mengatasi
kendala yang sulit disebut sebagai kemajuan. Perubahan dipandang sebagai
kemajuan.
h. Orientasi masa depan
Semua masyarakat pasti berhadapan dengan tiga dimensi waktu yaitu lampau, kini
dan masa depan. Semua kebudayaan memiliki konsep tentang masa lampau, masa
kini, dan juga masa depan.
i. Efesiensi, keteraturan dan kepraktisan
Ilmu pengetahuan dinilai tinggi sebagai upaya untuk mencapai efesiensi,
kepraktisan dan kemajuan. Cara kita memperlakukan makanan dan
mengkonsumsinya merupakan ekspresi dari nilai yang kita anut.
j. Rasionalitas
Agar efisien, teratur, maju, produktif dan praktis, seseorang harus rasional dan
mampu bereaksi dengan memecahkan masalah dan dengan berfikir logis pada
situasi dan tujuan tertentu.
k. Kualitas hidup dan pemeliharaan kesehatan
Masyarakat saat ini semakin tertarik membuat perubahan kualitatif dalam hidup
mereka. Perubahan ini mencakup mengurangi merokok, perubahan pola diet, dan
ikut serta mengurangi stress secara mandiri, serta program kesehatan jiwa.
l. Toleransi terhadap perbedaan
Perbedaan dalam keluarga berarti bahwa terdapat perbedaan tipe keluarga yang
menggunakan beragam cara memenuhi kebutuhan mereka untuk reproduksi,
hubungan seksual, kerja sama ekonomi, pengasuhan, afeksi, berlindung dan
bermakna.

4
4. Nilai Keluarga
Sistem nilai keluarga dianggap sangat dipengaruhi oleh nilai inti masyarakat,
nilai sub budaya keluarga serta kelompok. Perubahan dalam nilai dan norma keluarga
sangat berkaitan erat dengan pergeseran mendasar dalam nilai dan norma di
masyarakat. Nilai keluarga dasar yang tertanam di dalam keluarga tidak berubah
secara dramatis, tetapi norma dan aturan keluarga yang menuntun perilaku keluarga
dapat berubah.
Nilai dan sistem keyakinan keluarga membentuk pola perilaku terhadap masalah
kesehatan yang mereka hadapi. Nilai dan keyakinan keluarga membentuk pandangan
keluarga terhadap situasi stres dan bagaimana mereka seharusnya bersikap terhadap
situasi tersebut. Ada beberapa variabel utama yang mempengaruhi nilai keluarga :
a. Status sosial ekonomi
b. Etnisitas dan akulturasi keluarga
c. Letak geografi
d. Perbedaan generasi

5. Pengkajian Keluarga
1. Dimulai dengan membandingkan dan membedakan nilai keluarga dengan
nilai kebudayaan
Nilai inti masyarakat Nilai inti keluarga

2. Perbedaan di dalam sistem nilai


 Sejauh mana kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai kelompok rujukan
keluarga atau sistem nilai interaksi dan sistem pelayanan kesehatan serta
komunitas yang lebih besar.
 Sejauh mana kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai masing-masing
anggota keluarga
3. Nilai Keluarga
 Seberapa penting pengenalan nilai terhadap keluarga?
 Nilai apa yang dianut secara disadari atau tidak disadari?
 Apakah terdapat bukti konflik nilai dalam keluarga?
 Bagaimana kelas sosial, latar belakang kebudayaan dan tingkat penyesuaian
keluarga, perbedaan generasi, letak geografi mempengaruhi nilai keluarga?
 Bagaimana nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga?

5
6. Diagnosis Keperawatan Keluarga
Diagnosis keperawatan keluarga di area nilai keluarga bukan merupakan hal yang
umum. Karena masalah nilai keluarga dianggap sebagai penyebab pokok dari area
masalah lain yang lebih berorientasi pada perilaku. Salah satu diagnosis keperawatan
mengenai nilai keluarga adalah “Konflik Nilai”. Tetapi diagnosa ini belum tersedia di
NANDA atau SDKI. Sehingga diagnosa yang mendekati untuk area nilai keluarga
adalah :
1. Kesiapan Menigkatkan Pengambilan Keputusan.
2. Konflik Pengambilan Keputusan.
3. Hambatan Pengambilan Keputusan Emansipasi.

6
DIAGNOSA KEP KELUARGA NOC NIC
KONFLIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN  Pembuatan Keputusan 1. Dukungan Pengambilan Keputusan
(kemampuan untuk membuat  Tentukan apakah terdapat perbedaan
Defenisi : ketidakpastian mengenai rangkaian tindakan penilaian dan keputusan diantara dua antara pandangan keluarga dan pendangan
yang diambil ketika pilihan diantara tindakan yang ada pilihan atau lebih) penyedia perawatan kesehatan mengenai
melibatkan resiko, kerugian/kehilangan, atau tantangan kondisi keluarga
bagi nilai dan keyakinan Indikator :  Bantu keluarga untuk mengklarifikasi nilai
 Mengidentifikasi informasi yang dan harapan yang mungkin akan membatu
Batasan Karakteristik relevan dalam membuat pilihan
 Berfokus pada diri sendiri  Mengidentifikasi alternatif pilihan  Informasikan pada keluarga mengenai
 Bimbang mengenai pilihannya  Mengidentifikasi kemungkinan pandangan atau solusi alternatif dengan
 Distres ketika mengambil keputusan konsekuensi dari masing-masing cara yang jelas dan mendukung
 Ketidakpastian tentang pilihan pilihan  Bantu keluarga mengidentifikasi
 Mempertanyakan aturan moral ketika membuat  Mengidentifikasi sumber daya yang keuntungan dan kerugian dari setiap
keputusan dibutuhkan untuk mendukung setiap alternatif pilihan
 Mempertanyakan keyakinan personal ketika alternatif  Hormati hak-hak keluarga untuk menerima
membuat keputusan  Mengidentifikasi kerangka waktu atau tidak menerima informasi
 Mempertanyakan nilai moral ketika membuat yang dibutuhkan untuk mendukung
keputusan setiap alternatif
 Mempertanyakan nilai personal ketika membuat  Mengidentifikasi urutan kebutuhan
keputusan untuk mendukung setiap alternatif
 Mempertanyakan prinsip moral ketika membuat  Mengenali kontradiksi dari
keputusan keinginan yang lain
 Mengenali konsekuensi yang tidak diinginkan dari  Mengetahui konteks sosial dari
tindakan yang dipilih sebuah situasi
 Menunda membuat keputusan  Mengetahui implikasi legal yang
 Tanda fisik distres relevan
 Tanda fisik ketegangan  Mempertimbangkan alternatif
 Memilih diantara alternatif pilihan

7
B. FUNGSI AFEKSI KELUARGA
1. Defenisi
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga-perlindungan
psikososial dan dukungan terhadap anggotanya. Sejumlah penelitian penting
dilakukan untuk memastikan pengaruh positif kepribadian yang sehat dan ikatan
keluarga pada kesehatan serta kesejahteraan individu (Singer & Ryff, 2001).

Keluarga menyelesaikan tugas-tugas yang mendukung kesehatan


perkembangan dan pertumbuhan anggotanya dengan memenuhi kebutuhan
sosioemosional anggotanya, dimulai pada tahun-tahun awal kehidupan individu dan
berlanjut selama masa hidupnya. Pemenuhan fungsi afektif adalah basis sentral baik
bagi pembentukkan maupun kesinambungan unit keluarga (Satir, 1972). Citra diri
individu dan rasa memilikinya berasal dari interaksi kelompok primer (keluarga).
Oleh karena itu, keluarga berfungsi sebagai sumber cinta, pengakuan, penghargaan,
dan dukungan primer.

2. Komponen Fungsi Afektif


Fungsi afektif melibatkan persepsi keluarga terhadap penghargaan akan dan
asuhan kebutuhan psikososial anggotanya. Melalui pemenuhan fungsi afektif
keluarga meningkatkan kualitas kemanusiaan, stabilisasi kepribadian dan perilaku,
relatabilitas (kemampuan berhubungan sangat baik), dan harga diri anggota keluarga.
a. Memelihara Saling Asuh

Yang pertama dan yang terutama, pemenuhan fungsi efektif terkait dengan
menciptakan dan memelihara sistem keluarga yang saling asuh. Prasyarat untuk
mencapai saling asuh adalah komitmen dasar dari pasangan dewasa baik terhadap satu
sama lain maupun terhadap hubungan pernikahan yang secara emosional saling
memuaskan dan memerhatikan. Hal ini menjadi landasan emosional bagi orang tua
membangun struktur suportif mereka. Sikap dan perilaku memerhatikan yang
mengalir dari orang tua dan saudara kandung ke anak yang lebih kecil akan
menghasilkan suatu aliran balik dari anak serta ke orang tua. Brown (1978)
memandang aliran ini sebagai fenomena spiral. Ketika masing-masing anggota
mendapat kasih sayang dan asuhan dari anggota lainnya dalam keluarga, kapasitasnya
untuk memberi ke anggota lainnya meningkat, dengan hasil saling mendukung dan
memberikan kehangatan emosional di antara anggota keluarga. Dalam sebuah

8
pernikahan atau hubungan rumah tangga. kebutuhan untuk memelihara saling asuh
dapat dicapai dengan menentukan kebutuhan emosional terpenting dari
pasangan/mitra dalam rumah tangga dan seberapa efektif mereka saling memenuhi
kebutuhan tersebut.

b. Membina Keakraban
Keakraban penting dalam hubungan manusia, karena keakraban memenuhi
kebutuhan psikologis terhadap kedekatan emosional dengan manusia lain dan
memungkinkan individu dalam hubungan untuk mengetahui kisaran penuh dari
keunikan satu sama lain. Rasa kedekatan dan kepercayaan memberikan seseorang
kepercayaan diri untuk mencapai batasan luar keluarga dan membina hubungan dekat
serta memuaskan secara emosional dengan orang lain.
Sebaliknya, jika ikatan awal dan rasa percaya serta keakraban tidak teriadi
dalam keluarga asal, individu tersebut tidak akan memiliki kepercayaan diri dan
kemampuan untuk berhubungan secara akrab dengan orang lain. Sayangnya,
ketidakmampuan untuk memercayai orang lain ini biasanya diteruskan ke generasi
berikutnya kecuali beberapa faktor mengintervensi seperti pengalaman pribadi dan
pertumbuhan pada tahapan akhir kehidupan terjadi (Bowen, 1978; Bying-Hall, 1995).
Kedekatan hubungan dalam keluarga tidak sama pada semua anggota keluarga.
Dijelaskan dengan baik dalam literatur bahwa anak merasa berbeda terhadap ibu dan
ayah serta terhadap ayah tiri atau ayah biologis (Thornton Orburch, & Axinn, 1995).
Terdapat bukti kuat bahwa hu bungan ayah dengan anak sering kali diperantarai oleh
ibu, sedangkan hubungan ibu dengan anaknya lebih tidak ter gantung dibandingkan
ayah. Sebuah studi oleh Barber dan Thomas (1986) menemukan bahwa ikatan
emosional bervariasi, bergantung pada jenis kelamin anak dan orang tua. Para peneliti
tersebut melakukan survei pada sebagian besar 527 mahasiswa sekolah tinggi Mormon
mengenai hubungan mereka dengan orang tua mereka. Ayah ditemukan lebih
memberikan afeksi secara fisik kepada anak perempuan, sementara ibu menunjukkan
jumlah afeksi fisik yang sama kepada anak dari kedua jenis kelamin. Ibu biasanya
lebih memiliki persahabatan dengan anak perempuan, dan ayah dengan anak laki-laki.

c. Keseimbangan Saling Menghormati


Literatur mengenai pedoman orang tua-anak menampilkan pendekatan yang
dikenal baik untuk menjadi yang disebut sebagai keseimbangan saling menghormati

9
(Colley, 1978). Ketika diterapkan, keseimbangan ini membantu anggota keluarga
memenuhi fungsi afektif mereka. Pendorong utama dari pendekatan ini adalah
keluarga harus memelihara suasana yang sangat menghargai kehormatan maupun
matan diri yang positif dan hak baik orang tua keluarga anak. Keseimbangan
menghormati dapat dicapai saat masing-masing anggota keluarga menghargai hak,
kebutuhan, dan tanggung anggota lainnya (Colley. 1978).
Pola komunikasi yang positif (yang menunjukkan empati, mendengarkan
reflektif. dan pendapat yang mendukung antara anak dan orang tua mereka adalah
faktor utama dalam membangun dan memelihara kesepakatan pandangan moral antara
anggota keluarga dan penghormatan berikutnya untuk berbagai pandangan moral.

d. Ikatan dan Identifikasi


Kekuatan yang terus-menerus di balik persepsi dan kepuasan terhadap
kebutuhan individu dalam keluarga disebut ikatan (bonding) atau pelekatan
(attachment). Pelekatan menurut wright dan Leahey (2000, hlm. 100) adalah "suatu
ikatan emosional unik yang secara relatif tahan lama. Ikatan pertama kali diprakarsai
dalam sebuah keluarga baru dalam hubungan pasangan rumah tangga pernikahan. Ini
adalah saat pasangan menemukan Ikatan dan identifikasi terjadi saat pasangan
menemukan kepentingan, tujuan, dan nilai umum serta menemukan bahwa hubungan
tersebut memvalidasi kesemuanya itu, membawa manfaat nyata tertentu (prestise,
hubungan teman sebaya, hak istimewa komunitas, dll.), memungkinkan pemenuhan
tujuan tertentu yang tidak dapat dipenuhi sendirian (mis., memiliki anak), dan
memberikan kesenangan dan kenyamanan bersama karena kontak mereka yang terus-
menerus satu sama lain (Perry, 1983; Turner, 1970. Bowlby (1977) menyebut
pembentukan ikatan emosional ini "jatuh cinta". Ikatan dan pelekatan yang sejenis
terbentuk kemudian antara orang tua dan ini anak serta antara sibling saat mereka
secara bersinambung dan positif saling terkait.

e. Keterpisahan dan Keterkaitan

Satu isu utama psikologis yang mendominansi dan melibatkan kehidupan


keluarga adalah cara keluarga memenuhi kebutuhan psikologis anggotanya, dan
bagaimana ini memengaruhi identitas dan harga diri individu. Minuchin (1974)
menjelaskan: "Pengalaman identitas manusia memiliki unsur rasa memiliki dan rasa
terpisah. Agar keluarga menyadari dan memenuhi kebutuhan psikologis anggota

10
keluarga, keluarga harus mencapai sebuah keseimbangan memuaskan dari
keterpisahan atau dan keterkaitan (Peterson, 1995). Anggota keluarga saling terkait
dan terpisah. Masing-masing keluarga menangani isu terpisah dan keterkaitan dengan
cara yang unik, beberapa keluarga menempatkan lebih banyak penekanan pada satu
sisi dibandingkan pada sisi yang lain. Keseimbangan antara otonomi dan keterkaitan
sering kali dibentuk oleh latar belakang kebudayaan keluarga dan tahapan siklus
kehidupannya.
Kedua kondisi adalah landasan dan menyusun kehidupan keluarga. Bayi
memulai proses perpisahan sekitar usia 6 bulan. Melalui tahun-tahun pembentukan
sebuah identitas, sementara individualitas dan pertumbuhan berlanjut selama masa
hidupnya. Meskipun demikian, keterkaitan adalah sama mendasarnya, yang
mengambil berbagai bentuk dari kedekatan fisik sampai keterlibatan besar yang
menyingkirkan kepentingan orang lain (Handel, 1972).

f. Pola Kebutuhan Respons


Komponen afektif dari hubungan keluarga perlu dievaluasi dalam hal sejauh
mana anggota keluarga tampak saling peduli (Hartman Laird, 1983). Aspek saling
asuh, menghargai, ikatan, dan keterpisahan-keterkaitan muncul sebagai prasyarat
penting atau syarat utama bagi pola kebutuhan-respons yang memuaskan dalam
keluarga. Tiga fase terpisah dan saling terkait diturunkan dalam respons afektif
keluarga terhadap kebutuhan ini. Yang pertama, anggota keluarga harus memahami
kebutuhan anggota lain dalam batasan kebudayaan keluarga. Selan jutnya, kebutuhan
ini harus dipandang dengan pertimbangan dan dilihat sebagai makna dari perhatian
(seperti yang dibahas di keseimbangan saling menghargai). Akhirnya kebutuhan yang
dikenali dan dihargai ini harus dipuaskan sampai sebanyak mungkin dari sudut
pandang sumber keluarga.

g. Peran Terapeutik

Peran terapeutik pasangan sangat diharapkan dari peran yang kehidupan keluar dari
semua kelas sosial, terutama dalam pasangan rumah. Peran ini sangat mirip dengan
peran kebutuhan orang dewasa dalam memenuhi menguraikan pasangan mereka.
Sementara fungsi afektif kesehatan jiwa yang luas sebagai kelompok yang dirancang
untuk memenuhi kebutuhan peran anggotanya, peran terapeutik menguraikan sebuah
sosioemosional yang penting dalam pernikahan/subsistem pasangan dewasa.

11
Khususnya, peran terapeutik yang diperankan pasangan hidup/pasangan dalam rumah
tangga adalah berorientasi pada masalah. Peran ini melibatkan saling mendengarkan
masalah masing-masing, bersimpati memberikan ketentraman, dan afeksi, serta
memberikan bantuan dalam menyelesaikan masalah.
3. Fungsi Afektif Dalam Keluarga Sehat
Gambaran struktur keluarga yang sehat adalah kecenderungan untuk
memberikan otonomi dan menjadi responsif terhadap kepetingan khusus dan
kebutuhan anggota keluarga individu. Kelas sosial keluarga dan variabilitas budaya
harus dipertimbangan dalam mengevaluasi perilaku apa yang sehat dan kurang sehat
dalam keluarga berkenaan dengan manifestasi fungsi afektif yang optimal.

4. Keluarga Di Bawah Tekanan: Fungsi Afektif


Memelihara lingkungan keluarga yang saling asuh sering kali merupaka
sebuah tugas berat,karena banyak stresor cederung mengganggu homeostastis keluarga
dan membuat anggota keluarga menjadi kurang senisitif dankurang saling mencintai.
Ancaman terhadap fungsi afektif termasuk stresor terkait kesehatan.
Gejala disfungsi keluarga ini dapat meliputi repons emosional seperti marah,
cemas, depresi, perilaku lalasi atau berpura-pura dan keluhan somatik serta penyakit
anggota keluarga. Disfungsi ini dapa menghambat fungsi afektif dalam hubungan
keluarga, yang menyebabkan proses menurun drastis sampai beberapa langkah positif
diambil untuk mengurangi dan memulihkan kekacauan lebih lanjut.
Kematian anggota keluarga kemungkinan merupakan peristiwa bencana yang
paling besar bagi keluarga.

5. Pengkajian Keluarga
Pengkajian keperawatan untuk menilai fungsi afektif keluarga sebagai berikut :
No Pertanyaan pengkajian fungsi afektif
1. Pengasuhan, Kedekatan dan Identfifikasi Bersama
a. Sejauh mana anggota keluarga saling asuh?
b. Sejauh mana masing-masing anggota saling mendukung?
c. Apakah rasa kedekatan dan keakraban ada diantara perangkat hubungan
dalam keuarga?
d. Seberapa baik anggota keluarga saling akrab?
e. Apakah mereka menunjukkan afeksi terhdap satu sama lain?
f. Apakah identifikasi dan ikatan bersama atau pelekatan tampak ada?
(Pertanyaan empati menganai persaaan, pengalaman, dan penderitaan orang
lain semuannya adalah petunjuk adanya kedekatan)

12
2. Keterpisahan dan keterkaitan
a. Bagaimana keluarga mengatasi isu keterpisahan dan keterkaitan
b. Bagaiman keluarga membantu anggotanya yang ingin bersama dan
memelihara kohesivitas (keterkaitan)?
c. Apakah kesempatan mengembangkan perpisahan ditekankasecara adekuat
dan apakah hal ini sesuai dengan usia dan kebutuhan masing-masing
anggota keluarga?
3. Pola Kebutuhan-Repons Keluarga
a. Sejauh mana anggota keluarga memahami kebutuhan individu lain dalam
keluarga?
b. Apakah orang tua dan pasangan mampu menjelaskan kebutuhan dan
kekhawatiran anak dan pasangan mereka?
c. Sejauh mana kepekaan anggota keluarga mencari isyarat tentang perasaan
dan kebutuhan anggota keluarga lain?
d. Apakah masing-masing kebutuhan, kepentingan dan perbedaan anggota
dihormati oleh yang lainnya?
e. Sejauh mana kepekaan keluarga terhadap tindakan dan perhatian dari
masing-masing individu?
f. Apakah kebutuhan anggota yang dikendali telah terpenuhi keluarga dan jika
demikian sampai seberapa banyak?
g. Bagaimana proses pelepasan emosional (pelepasan beban) dalam keluarga?

6. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada area fungsi afektif
keluarga berdasarkan Friedman antara lain :
1. Gangguan proses keluarga (Ada di SDKI)
2. Ketidakmampuan menjadi orang tua (NANDA)
3. Ketidakmampuan koping keluarga (Ada di SDKI)
4. Beduka disfungsional (Ada di SDKI : Berduka)
5. Penuruna koping keluarga (Ada di SDKI)
6. Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (Ada di SDKI : Perilaku
kekerasan)

13
7. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Gangguan Proses (SDKI) Fungsi Keluarga Pemeliharaan Proses Keluarga
Defenisi: Kriteria Hasil: 1. Tentukan proses keluarga
Perubahan dalam hubungan atau 1. Mampu menunjukkan bersosialisasi dengan 2. Tentukan gangguan proses
fungsi keluarga anggota keluarga baru keluarga
2. Mampu merawat anggota keluarga yang 3. Identifikasi efek perubahan peran
memiliki ketergantungan terhadap proses keluarga
3. Mampu mengalokasi tangguang jawab antara 4. Dukung untuk tetap kontak
anggota keluarga dengan anggota keluarga
4. Mampu mempertahankan tradisi inti secara 5. Diskusikan strategi untuk
stabil menormalkan kehidupan keluarga
5. Mampu beradaptasi terhdap risi tak terduga dengan seluruh anggota keluarga

2. Ketidakmampuan menjadi orang Kinerja Pengasuhan Peningkatan Pengasuhan


tua (NANDA) Kriteria Hasil: 1. Dorong para ibu untuk menerima
Defenisi: 1. Mampu menyediakan kebutuhan fisik anak perawatan prenatal lebih awal dan
Ketidakmampuan pengasuh primer 2. Mampu menyediakan nutrisi yang sesuai usia terartur
untuk menciptakan, 3. Mampu memnghilangkan bahaya lingkungan 2. Bantu orang tua untuk memiliki
mempertahankan atau yang bisa dikontrol harapan yang realistik sesuai
memperbaiki, lingkungan yang 4. Mampu meingkatkan nilai-nilai yang bisa dengan tingkat perkembangan
meningkatkan pertumbuhan dan meningkatkan fungsi bermasyarakat anak
perkembangan optimum anak 3. Bantu orang tua terkait dengan
peran tarnsisi dan harapan
4. Bantu stategi manajemn perilaku
yang sesuai dengan usia
3. Ketidakmampuan koping keluarga KINERJA Caregiver: Perawatan Langsung Dukungan pengasuhan (Caregiver
(SDKI) Kriteria Hasil: Support)
Defenisi: 1. Pengetahuan proses penyakit adekuat 1. Mengkaji tingkat pengetahuan
Perilaku orang terdekat (anggota 2. Pengetahuan tentang manajemen pegobatan caregiver
keluarga atau orang berarti) yang adekuat 2. Mendukung upaya bertangguang

14
membatasi kemampuan dirinya dan jawab caregiver, sesuai kebutuhan
klien untuk beradaptasi sebagai 3. Menyediakan dukungan untuk
masalah kesehatan yang dihadapi pengambilan keputusan caregiver
klien 4. Mengajarkan caregiver mengenai
cara meningkatkan rasa aman bagi
pasien
5. Monitor indikator stres

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nilai keluarga adalah suatu sitem ide, perilaku, dan keyakinan tentang nilai suatu
hal atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat anggota keluarga dalam
kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum. Sistem nilai keluarga dianggap sangat
dipengaruhi oleh nilai inti masyarakat, nilai sub budaya keluarga serta kelompok.
Perubahan dalam nilai dan norma keluarga sangat berkaitan erat dengan pergeseran
mendasar dalam nilai dan norma di masyarakat. Nilai keluarga dasar yang tertanam di
dalam keluarga tidak berubah secara dramatis, tetapi norma dan aturan keluarga yang
menuntun perilaku keluarga dapat berubah.
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga-perlindungan
psikososial dan dukungan terhadap anggotanya. Sejumlah penelitian penting dilakukan
untuk memastikan pengaruh positif kepribadian yang sehat dan ikatan keluarga pada
kesehatan serta kesejahteraan individu.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca bisa mengetahui mengenai.
Asuhan Keperawatan Keluarga pada masalah nilai dan fungsi afeksi keluarga. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat serta menjadi sumber acuan dan referensi bagi pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.2013. Nursing Intervention Classification (NIC).6th Edition. Missouri:Elseiver


Mosby

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5.
Jakarta: EGC.

Herdman.T.H. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses :Definition& Classification


2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell

Moorhead, S. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health


Outcomes.5th Edition. Missouri: Elsevier Saunder

17

Anda mungkin juga menyukai