Strategi Pengendalian Diri Dalam Bimbingan Dan Konseling
Strategi Pengendalian Diri Dalam Bimbingan Dan Konseling
Oleh:
Kelompok 7
Dosen Pembimbing :
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020
KATA PENGANTAR
Penulis membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bimbingan dan Konseling. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini, terkhusus kepada Bapak Dr. M. Syukri Azwar Lubis, MA selaku dosen
pembimbing yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum sempurna dan masih
banyak kesalahannya. Oleh karena itu, kami memohon kepada pembaca untuk
kritik dan saran yang membangun guna untuk melengkapi dan memperbaiki
makalah kami. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat
menambah wawasan bagi para pembaca.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era ini, masyarakat ditantang dengan berbagai peluang sekaligus
ancaman baik dari dalam maupun dari luar negeri. Agar masyarakat mampu
menghadapi berbagai tantangan yang ada di era ini, diperlukan manusia yang
handal yang akan memimpin diri mereka keluar dari berbagai krisis dan kesulitan.
Pemimpin masyarakat di era ini jauh lebih sulit dibandingkan dengan pemimpin di
era sebelumnya. Banyak tantangan dan ancaman yang akan dihadapi pemimpin di
era ini.
Untuk itu disekolah, siswa perlu dibekali dengan berbagai kompetensi
pengendalian diri. Pribadi yang mempunyai mental yang sehat dan mampu
menyesuaikan diri melalui suatu layanan yang disebut dengan bimbingan dan
konseling. Salah satu strategi bimbingan dan konseling yang perlu dimiliki siswa
adalah untuk mengembangkan kompetensi kepemimpinannya adalah strategi
pengendalian diri. Strategi pengendalian diri ini akan membekali siswa dalam
menghadapi berbagai godaan yang akan menghancurkan dirinya dan masyarakat.
Siswa yang manpu mengendalikan diri akan mampu mengatasi kelemahan-
kelemahan yang ada pada dirinya dan mampu mengembangkan potensi-potensi
dirinya. Seoptimal mungkin siswa yang mampu mengendalikan diri akan dijadikan
contoh dan teladan oleh masyarakat yang ada disekitarnya.
B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan pengendalian diri?
b. Bagaimanakah mengenal potensi diri?
c. Apakah yang dimaksud EQ, IQ dan SQ?
d. Apakah saja manfaat pengendalian diri?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ahmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung:
Aditama 2005), h. 69
2
Dalam pandangan Zakia Darajat orang yang sehat mentalnya akan dapat
menunda buat sementara pemuasan kebutuhannya itu atau ia dapat mengendalikan
diri dari keinginan-keinginan yang bisa menyebabkan hal-hal yang merugikan.
Lebih lanjut Zaskia Darajat menjelaskan orang yang sehat mental, sanggup
menunggu adanya kesempatan yang memungkinkannya mencapai keinginannya
itu. Tetapi jika orang tidak manpu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara-cara
yang wajar, maka ia akan berusaha mengatasinya dengan cara-cara lain tanpa
mengindahkan orang dan keadaan sekitarnya.2 Ciri-ciri orang yang sehat mentalnya
dalam pandangan penulis adalah orang yang manpu mengendalikan diri.
2
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Haji Mas Agung, 1989), h. 24
3
Gunarsa, Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Perkembangan,
(Bandung: BPK Gunung Mulia, 2004), h.250
4
Ibid., h.250
3
negatif yang merusak diri dan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pengendalian diri adalah kemampuan individu untuk mengatur diri sendiri dalam
mengungkapkan perasaan, berperilaku sesuai norma, dan berkerjasama dengan
orang lain.
Dalam bahasa agama pengendalian itu adalah upaya untuk menjaga diri dari
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama. Allah memerintahkan kepada kita
untuk menjaga diri dari keluarga kita dari api neraka. Api neraka ditafsirkan disini
sebagai sesuatu yang menyakitkan, merugikan dan menghancurkan. Allah juga
memerintahkan kita untuk tidak menjerumuskan diri kedalam lembah kebinasaan
dan kerusakan.
Islam menyuruh kita untuk mengendalikan diri dalam menghadapi ujian dan
cobaan. Sebab dengan ujian dan cobaan menyebabkan manusia dengan mudah
tergelincir. Banyak orang mengaku muslim dan beriman, setelah diuji iman dan
agamanya oleh Allah dengan berbagai cobaan, ternyata ia lemah dan terjerumus
dalam lembah kesesatan.
4
3. Mengungkapkan hakekat manusia itu sendiri sehingga tampak jelas
kesabaran dan ketaatannya.
4. Membentuk dan menempa kepribadiannya menjadi pribadi yang benar-
benar tahan menderita dan tahan uji.
Dalam istilah lain, Islam juga mengenal istilah sabar. Sabar artinya tabah,
tahan cobaan. Orang yang sabar akan tahan dan menerima hal-hal yang tidak
disenangi dan menyerah diri kepada Allah SWT. Kita diperintahkan untuk
senantiasa sabar, sebab apapun yang diberikan Allah kepada kita pasti ada
hikmahnya. Kita hendaknya mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang kita
alami. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa orang yang sabar adalah orang yang
mampu mengendalikan diri dalam menerima ujian dan cobaan hidup.
5
Ahmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung,
Aditama 2005), h. 70
5
dengan menahan diri dari perbuatan yang buruk, dan menyusulnya dengan gembira
dan senang waktu ditaati dan terasa sakit dan pedih dilangganya.
Suara hati ini kita rasakan seolah-olah yang timbul dari hati kita, perintah
kepada kita supaya melakukan kewajiban dan memperingatkan kita agar jangan
sampai menyalahinya, walaupun kita tidak mengharap-harap balasan atau takut
siksaan yang lahir. Seorang miskin yang mendapat barang dijalan, ia yakin bahwa
tidak ada yang melihatnya kecuali Allahnya dan kekuasaan undang-undang negeri
tidak akan mengenainya, kemudian ia sampaikan barang tersebut kepada
pemiliknya atau kepada pusat kepolisian, maka apakah yang mendorongnya
berbuat demikian ?. Jawabannya adalah suara hati.
Berdasarkan kutipan diatas jelas bagi kita bahwa suara hati sangat erat
kaitannya dengan pengendalian diri. Dengan mengikuti suara hati maka seseorang
harus mampu mengendalikan diri. Berikut ini adalah strategi pengendalian diri :
1. Ingin terus kepada allah yang senantiasa mengatur diri kita.
2. Berfikir terlebuh dahulu dengan menggunakan akal yang jernih keuntungan dan
kerugian bagi diri kita sebelum melakukan sesuatu
3. Bertanya pada hati nurani kita yang paling dalam kebaikan dan keburukan yang
akan di timbulkan dari perbuatan kita.
4. Bersabar apabila kita terkena musibah
5. Kita bersabar dalam mengerjakan sesuatu yang di perintahkan Allah
6. Kita bersabar dalam menghindari sesuatu yang dilarang Allah
7. Kita bersyukur apabila mendapat nikmat
8. Kita empati pada orang lain.6
Agar kita dapat mengendalikan diri ke arah yang lebih baik, sehingga
potensi kita dapat berkembang seoptimal mungkin, maka terlebih dahulu perlu
mengenal dan memahami potensi diri. Manusia memiliki berbagai potensi atau
6
Ibid., h.71
6
kecerdasan. Howard Gardner (1993) menyebutkan dengan istilah multiple
inteligences yang terdiri dari :
7
Ibid., h. 79
7
mereka dapat meraih keberhasilan dan kebahagian. Cara untuk mengembangkan itu
adalah dengan cara belajar terus sepanjang hayat. Senada dengan penjelasan diatas,
Tohirin menegaskan bahwa inteligensi merupakan kecakapan yang terdiri atas tiga
jenis, yaitu:8
1. Kecakapan untuk mengetahui dan menyesuaikan diri kedalam situasi yang baru
dengan cepat dan efektif.
2. Mengetahui dan menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif.
3. Mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
8
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005), h.117
8
mungkin. Sekolah harus menyajikan “lingkungan yang subur” dan memberikan
kepada mereka arah yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan itu.
9
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta
2004), h.197
9
kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan
kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang
manusiawi. Lain lagi menurut Salovey dan Mayer yang dikutip Goleman (1999)
bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan memantau dan mengendalikan
perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan sendiri dan orang lain
kemudian menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan
tindakan. Ginanjar (2003) menyebut kecerdasan emosional sebagai sebuah
kemampuan untuk mendengarkan bisikan emosi dan menjadikannya sebagai
sumber informasi maha penting untuk memahami diri sendiri dan orang lain demi
mencapai sebuah tujuan. Dan Silalahi (2005) menyebutnya sebagai kemampuan
seseorang mengendalikan emosinya saat menghadapi situasi yang menyenangkan
maupun menyakitkan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diartikan bahwa kecerdasan emosi
adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengelola emosi dan perasaannya
secara tepat dan efektif untuk berhubungan atau bekerjasama dengan orang lain,
untuk mencapai suatu tujuan. Seseorang yang EQ nya rendah biasanya dicirikan,
pertama, jika bicara cenderung menyakitkan dan menyalahkan pihak lain sehingga
persoalan pokok bergeser oleh pertengkaran ego pribadi, dan kemudian persoalan
tidak selesai bahkan bertambah. Kedua, rendahnya motivasi kinerja anak buah
untuk meraih prestasi karena tidak mendapat dorongan dan apresiasi dari atasan.
Menurut riset panjang yang dilakukan Goleman seperti dikutip Silalahi (2005)
menyimpulkan, kecerdasan intelektual bukan faktor dominan dalam keberhasilan
seseorang, terutama dalam dunia bisnis maupun sosial. Banyak sarjana yang cerdas
dan saat kuliah selalu menjadi bintang kelas, namun ketika masuk dunia kerja
menjadi anak buah teman sekelasnya yang prestasi akademisnya pas-pasan. EQ
tinggi akan membantu seseorang dalam membangun relasi sosial dalam lingkungan
keluarga , kantor, bisnis maupun sosial.
10
(a) Kesadaran diri, terdiri dari: kesadaran emosi, penilaian secara teliti dan percaya
diri. (b) Pengaturan diri, terdiri dari: pengendalian diri, dapat dipercaya, waspada,
adaptif dan inovatif. (c) Motivasi, terdiri dari: dorongan prestasi, komitmen,
inisiatif dan optimisme. (d) Empati, terdiri dari: memahami orang lain, orientasi
pelayanan, mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman dan kesadaran
politis. (e) Keterampilan sosial, terdiri dari: pengaruh, komunikasi, kepemimpinan,
katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan kolaborasi dan
kooperasi serta kerjasama tim. Emotional Intelligence (EQ) atau kecerdasan
emosional seseorang dapat dikembangkan lebih baik, lebih menantang dan lebih
prospek dibanding IQ.
10
Yuli Lestari, Pengaruh IQ EQ dan SQ terhadap Prestasi, (online) Diakses 03 Mei 2020
di http://yulilestari3.blogspot.com/2012/09/pengaruh-iq-eq-dan-sq-terhapat-prestasi.html?m=1
11
3. Spiritual Quotient (SQ)
Menurut Mahanaya dalam Nggermanto (2002) ada beberapa ciri orang yang
ber- SQ tinggi, antara lain adalah memiliki prinsip dan visi yang kuat, mampu
melihat kesatuan dan keragaman, mampu memaknai setiap sisi kehidupan dan
mampu mengelola serta bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.
12
menunggu (mampu mengendalikan diri), cenderung tidak tahan menghadapi stres,
mudah tersinggung, mudah berkelahi, dan kurang tahan uji dalam mengejar cita-
cita mereka.
13
pada garis orbit yang telah “digariskan” dalam prinsip berfikir berdasarkan rukun
iman. Disinilah sesungguhnya letak keunggulan puasa yang tertinggi yaitu
pengendalian diri agar selalu berada pada jalur fitrah, agar selalu memiliki tingkat
kecerdasan emosi yang tinggi.11
Puasa yang merupakan rukun islam ketiga memiliki hikmah dan manfaat
bagi kehidupan umat manusia. Diantara hikmah puasa itu adalah mampu
mengendalikan diri dari perbuatan yang dilarang agama. Ibadah puasa mendidik
orang-orang yang beriman untuk menahan diri dari lapar dan haus dan dari
perbuatan-perbuatan godaan-godaan syaitan: bayangkan saja dalam keadaan tanpa
pengawasan siapapun dari manusia namun tetap orang-orang yang beriman itu tidak
mau membatalkan puasanya (tidak makan, tidak minum dan tidak pula mau
melakukan sesuatu yang membatalkan ibadah puasa). Ibadah puasa bisa dijadikan
sebagai benteng diri dari berbagai godaan dan kenikmatan dunia.
Frustasi adalah suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya
hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya atau menyangka bahwa
akan terjadi suatu hal yang menghalangi keinginannya.12 Dalam kondisi ini manusia
membutuhkan suatu dorongan diri yang memberikan arahan-arahan bagaimana ia
bisa menghadapi proses tersebut. Dan dalam kondisi kalau ia bisa mengendalikan
11
Ary Ginanjar Agustian, EQS Emotional Spritual Question, (Jakarta: Arga, 2005), h. 309
12
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Haji Mas Agung, 1989), h. 24
14
diri, maka tidak akan muncul perilaku-perilaku menyimpang yang merugikan
dirinya dan orang lain.
Siswa teladan yang memiliki kepribadian adalah mereka yang memiliki cirri
sebagai berikut :
1. Penampilan sesuai dengan profesi.
2. Memiliki sikap terbuka.
3. Memiliki pendirian yang teguh
4. Tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negative.
5. Memiliki stabilitas emosi.
6. Toleransi terhadap sesama teman, atasan dan bawahan.
7. Bisa bergaul, ramah tamah dan tenggang rasa.
8. Tidak mudah frustrasi jika mendapatkan kesulitan.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam bahasa umum pengendalian diri adalah tindakan menahan diri untuk
tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang akan merugikan dirinya dimasa kini
maupun dimasa yang akan datang Atau Dalam bahasa agama pengendalian itu
adalah upaya untuk menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
agama. Allah memerintahkan kepada kita untuk menjaga diri dari keluarga kita dari
api neraka.
B. SARAN
Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan
atau kekurangan, baik itu dari segi tulisannya, bahasanya ataupun materinya. Oleh
karena itu kami mengharapkan kepada pembaca sekalian untuk dapat memberikan
kritik dan sarn yang membangun, agar kami dapat membuat makalah lebih baik lagi
kedepannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, S.D, 2004. Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi
Perkembangan, Bandung: BPK Gunung Mulia
Prayitno dan Amti, Erman. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta
Agustian, Ary Ginanjar. 2005. EQS Emotional Spritual Question. Jakarta: Arga
17