Anggota:
Kelas:
I MA 5
2018
Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Wewenang, Tanggung
Jawab, dan Pendelegasian Wewenang”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi syarat mata kuliah Management
Introduction tahun ajaran 2018-2019. Selain itu, penulis juga berharap makalah ini dapat
berguna untuk kedepannya sebagai bahan bacaan dan bahan ajar.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa dalam makalah
ini masih jauh dari sempurna. Mengingat atas kemampuan yang kami miliki, kami merasa
masih terdapat kekurangan baik dari segi teknis maupun materi. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
Asas Pendelegasian....................................................................................................................14
Kesimpulan......................................................................................................................................18
Daftar Pustaka......................................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan yang telah dibentuk pastinya membutuhkan suatu struktur organisasi.
Struktur organisasi dibutuhkan agar struktur-struktur kepemimpinan dalam perusahaan jelas.
Dalam struktur organisasi dibutuhkan seorang pemimpin. Pemimpin jelas dibutuhkan oleh suatu
perusahaan agar arah kebijakan serta tugas-tugas perusahaan dapat terkoordinir dengan baik.
Seorang pemimpin harus mengetahui lebih jelas kewenangan dan tanggung jawabnya.
Pemahaman mengenai wewenang dan tanggung jawab diperlukan agar pemimpin dapat dengan
anggota dapat bekerja sama dengan baik dalam menjalankan tugasnya. Pemimpin memiliki
wewenang untuk mengatur anggota-anggotanya. Pemimpin harus dapat mengarahkan setiap
kegiatan anggotanya agar suatu perusahaan dapat mencapai visi dan misi perusahaan tersebut.
Selain memiliki wewenang, pemimpin juga memiliki konsekuensi yaitu harus bertanggung
jawab atas keadaan perusahaan. Namun, saat wewenang dan tanggung jawab tidak
dapat diemban sepenuhnya oleh pemimpin perusahaan, maka pemimpin dapat
mendelegasikan wewenang tersebut kepada seseorang yang dapat dipercayainya.
a. G. R. Terry
“Authority is the official and legal right to command by others and enforce
compliance” atau dalam bahasa Indonesia, wewenang adalah kekuasaan resmi dan
kekuasaan pejabat untuk menyuruh pihak lain, supaya bertindak dan taat kepada pihak
yang memiliki wewenang itu.
b. Louis A Allen
“Authority is the sum of the power and rights entrusted to make possible the
performance of the worh delegated” atau dalam bahasa Indonesia, wewenang adalah
sejumlah kekuasaan (powers) dan hak (rights) yang didelegasikan pada suatu jabatan.
c. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel
“Authority is legal or right full power, right to command or to act.” atau dalam
bahasa Indonesia, wewenang adalah kekuasaan yang sah, suatu hak untuk memerintah
atau bertindak.
Berdasarkan pengertian dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa wewenang
(authority) merupakan dasar untuk bertindak, berbuat, dan melakukan kegiatan dalam
suatu perusahaan. Tanpa wewenang orang-orang dalam perusahaan tidak dapat
berbuat apa-apa. Pentingnya wewenang (authority) bagi seseorang:
1. Authority merupakan dasar hukum bagi seseorang untuk dapat melakukan pekerjaan
atau tugas-tugasnya.
2. Authority selalu akan menciptakan power, right, dan responsibility.
3. Authority menyebabkan perintah-perintah manajer dipatuhi dan ditaati.
4. Authority menyebabkan tolok ukur kedudukan, sifat pekerjaan, dan tanggung jawab
seorang karyawan dalam perusahaan.
5. Authority menjadi batas apa yang boleh dikerjakan dan apa yang tidak boleh
dikerjakan seseorang.
6. Authority merupakan kunci pekerjaan material, yaitu:
a. Hak yang dengannya, para manajer dapat menuntut kepatuhan para bawahannya
terhadap keputusan-keputusan dan perintah-perintahnya.
b. Adalah dasar bagi tanggung jawab/kewajiban dan merupaka daya pengikat
organisasi.
c. Penggolongan kegiatan/pekerjaan guna mencapai tujuan dan spesifikasi
hubungan-hubungan wewenang antara atasan dengan bawahan.
d. Dasar bagi manajer untuk mengorganisasi, mengarahkan, mengendalikan, dan
mengkoordinasikan semua bagian demi mencapai tujuan.
Jenis - Jenis Wewenang
Ada dua pandangan yang saling berlawanan mengenai sumber wewenang, yaitu:
1. Teori Formal (Classical View)
Wewenang adalah dianugerahkan. Wewenang ada karena seseorang tersebut diberi,
dilimpahi, atau diwarisi hal tersebut. Pandangan ini menganggap bahwa wewenang
berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan kemudian secara hukum
diturunkan dari tingkat ke tingkat. Pandangan klasik ini menelusuri sumber tertinggi
dari wewenang ke atas sampai sumber terakhir, dimana untuk organisasi perusahaan
adalah pemilik atau pemegang saham.
2. Teori Penerimaan (Acceptance Theory of Authority)
Pandangan ini dimulai dengan pengamatan bahwa tidak semua perintah dipatuhi
oleh penerima perintah. Wewenang seseorang timbul hanya bila hal itu diterima
oleh kelompok atau individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan.
Pandangan ini menyatakan kunci dasar wewenang oleh yang dipengaruhi
(influencer). Jadi, wewenang tergantung pada penerima (receiver), yang
memutuskan untuk menerima atau menolak.
Hester Barnard, menyatakan bahwa seseorang akan bersedia menerima
komunikasi yang bersifat kewenangan hanya bila empat kondisi berikut dipenuhi secara
simultan:
1. Memahami komunikasi tersebut
2. Tidak menyimpang dari tujuan organisasi
3. Tidak bertentangan dengan kebutuhan pribadi
4. Mampu secara mental dan fisik untuk mengikutinya
1. Kemampuan jasmaniah (fisik), artinya tidak dapat memerintahkan suatu tugas kepada
bawahannya di luar kemampuan manusia. Misal yang tidak diperbolehkan, manajer
menyuruh mengangkat barang dengan berat 2.000 kg.
2. Alamiah, artinya manajer tidak dapat menugaskan bawahannya untuk menantang kodrat
alam, misalnya manajer menugaskan bawahan untuk mencegah matahari jangan terbit, itu
tidak boleh.
3. Teknologi artinya manajer tidak dapat memerintahkan bawahannya untuk melakukan tugas
yang belum tercapai teknologi/ilmu pengetahuan. Misalnya membuka cabang di planet
mars.
4. Pembatasan ekonomi artinya wewenang manajer di batasi oleh keadan ekonomi, manajer
tidak dapat memerintah atau memaksakan kehendaknya terhadap harga pasar dan
persaingan.
5. Partnership agreemen, artinya wewenang seorang manajer di batasi oleh rekannya misalnya
oleh dewan komisarisnya.
6. Lembaga artinya wewenang seorang manajer dibatasi oleh anggaran dasar dan angaran
rumah tangga, kebijakan dan prosedur lembaga yang bersangkutan.
7. Pembatasan hukum artinya wewenang seseorang manajer di batasi oleh hukum, agama
tradisi dan semakin tinggi posisi/kedudukan seorang manajer dalam organisasi maka
semakin besar wewenang dan tanggug jawabnya, begitupun sebaliknya.
2.2 TANGGUNG JAWAB (Responsibility)
Tanggung jawab adalah keharusan untuk melakukan semua kewajiban/tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya sebagai akibat dari wewenang yang diterima atau
dimilikinya.
Tanggung jawab tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Wewenang diterima
maka tanggung jawab harus juga diterima dengan sebaik-baiknya. Inilah sebabnya top
manager yang menjadi penangung jawab terakhir mengenai maju/mundurnya suatu
perusahaan. Setiap wewenang akan menimbulkan hak (right) yang selalu diikuti dengan
tanggung jawab, kewajiban untuk melaksanakan serta mempertanggungjawabkan
(accountability). Jadi, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab tercipta karena adanya
penerimaan wewenang.
1. Pemilik perusahaan
2. Karyawan perusahaan
3. Pemerintah dan konsumen
Selain memiliki tugas tugas utama, manajer juga memiliki tanggung jawab secara
khusus dalam menjalankan manajemen pada organisasi maupun perusahaan. Tanggung
jawab manajer secara khusus adalah sebagai berikut:
Tugas dan tanggung jawab manajer secara khusus ialah berusaha bekerja sama
dengan karyawan/staff yang dipimpinnya untuk bersama-sama mencapai tujuan
perusahaan. Tercapainya tujuan perusahaan maupun departemen merupakan
tanggung jawab besar seorang manajer karena melalui manajerlah perencanaan dan
langkah-langkah dalam pencapaian tujuan diambil.
Manajer memiliki tugas dan fungsi dalam manajemen. Tugas dan fungsi manajer kali
ini lebih pada pelaksanaan fungsi manajemen mulai dari perencanaan hingga
evaluasi. Manajer harus memastikan fungsi manajemen berjalan dengan baik.
Fungsi Manajer
1. Fungsi Perencanaan
Manajer bersama jajarannya memiliki tugas merencanakan langkah dalam pencapaian
tujuan organisasi sesuai dengan kebijakan/aturan organisasi. Manajer perlu
mempertimbangkan sumberdaya yang diperlukan, langkah yang diambil dan
memprediksi hasil dari langkah tersebut.
2. Fungsi Pengaturan
Tugas manajer dalam fungsi ini adalah mengatur karyawan atau tim melalui
wewenang dan kekuasaan yang dimiliki dan mengkoordinir dalam pencapaian tujuan
organisasi.
3. Fungsi Pengawasan
Manajer bertugas untuk menyediakan standard kualitas kerja baik kinerja karyawan
maupun barang dan jasa yang diproduksi sehingga dapat menjadi acuan dalam
aktivitas manajemen. Standard tersebut juga dapat digunakan untuk proses
pengawasan yang ditentukan waktunya oleh pihak manajemen.
4. Fungsi Kepemimpinan
Manajer juga harus mampu membuat orang lain khususnya yang berada di dalam tim
untuk bekerja sesuai dengan arahan. Oleh karena itu kemampuan akan kepemimpinan
merupakan skill yang harus dimiliki oleh manajer atau lebih tepatnya adalah
kepemimpinan merupakan tugas pokok manajer yang harus dikuasai.
5. Fungsi Evaluasi
Tugas manajer pada fungsi manajemen yang terakhir adalah evaluasi berdasarkan
perencanaan dan standar kualitas yang telah dibuat. Manajer bertugas untuk
melakukan evaluasi dengan berbagai cara seperti SWOT, Balanced Scorcard dll.
Melalui langkah ini diharapkan organisasi akan lebih berkembang.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility adalah
bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan eksternal perusahaan melalui
berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma
masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lain.
Sebagai bagian dari masyarakat, maka organisasi bisnis perlu memiliki tanggung
jawab bahwa kegiatan yang dilakukannya membawa ke arah perbaikan lingkungan
masyarakat pada umumnya, dan bukan sebaliknya. Sebagai contoh, perusahaan yang
membuang limbah sembarangan pada dasarnya kurang bertanggung jawab terhadap
lingkungan masyarakat. Dengan demikian, sudah semestinya organisasi bisnis atau
perusahaan perlu menyadari bahwa dirinya memiliki apa yang dinamakan tanggung
jawab sosial. Tanggung jawab sosial ini dapat berupa tanggung jawab kebersihan, dan
kesehatan lingkungan, keadaan ekonomi masyarakat pada umumnya, partisipasi
perusahaan dalam pembangunan lingkungan dan sebagainya.
Teori tentang tanggung jawab social perusahaan yang mengatakan bahwa tanggung
jawab manajemen yang terpenting, kelangsungan hidup jangka panjang (bukan hanya
memaksimalkan laba), dicapai dengan memuaskan keinginan berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan (bukan hanya pemegang saham).
1. Strategi Reaktif
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial
cenderung menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab social. Contohnya,
perusahaan tembakau di masa lalu cenderung untuk menghindarkan diri dari isu yang
menghubungkan konsumsi rokok dengan peluang penyakit kanker. Akan tetapi,
karena adanya peraturan pemerintah unuk mencantumkan bahaya rokok setiap iklan,
maka hal tersebut dilakukan oleh perusahaan rokok.
2. Strategi Defensif
Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terkait
dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri
atau menolak tanggung jawab sosial.
3. Strategi Akomodatif
4. Strategi Proaktif
Perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari tanggung
jawab untuk memuaskan stakeholders. Jika stakeholders terpuaskan, maka citra
positif terhadap perusahaan akan terbangun. Dalam jangka panjang perusahaan akan
diterima oleh masyarakat dan perusahaan tidak akan khawatir akan kehilangan
pelanggan, justru akan berpotensi untuk menambah jumlah pelanggan akibat citra
positif yang disandangnya. Langkah yang dapat diambil oleh perusahaan adalah
dengan mengambil inisiatif dalam tanggung jawab sosial, misalnya dengan membuat
khusus penanganan limbah, keterlibatan dalam setiap kegiatan sosial lingkungan
masyarakat atau dengan membarikan pelatihan terhadap masyarakat di sekitar
lingkungan masyarakat.
Memiliki partner dalam menjalankan misi sosial dari pemerintah dalam hal tanggung
jawab sosial. Pemerintah pada akhirnya tidak hanya berfungsi sebagai wasit yang
menetapkan aturan main dalam hubungan masyarakat dengan dunia bisnis, dan
memberikan sanksi bagi pihak yang melanggarnya. Pemerintah sebagai pihak yang
mendapat legitimasi untuk mengubah tatanan masyarakat agar ke arah yang lebih
baik mendapatkan partner dalam mewujudkan tatanan masyarakat tersebut. Sebagian
tugas pemerintah dapat dilaksanakan oleh anggota masyarakat, dalam hal ini
perusahaan atau organisasi bisnis.
1. Asas kepercayaan
2. Asas delegasi atau hasil yang diharapkan
3. Asas penentuan fungsi atau asas kejelasan tugas
4. Asas rantai berkala
5. Asas tingkat wewenang
6. Asas kesatuan komando
7. Asas keseimbangan wewenang dan tanggung jawab
8. Asas pembagian kerja
9. Asas efisiensi
10. Asas kemutlakan tanggung jawab
1. Penugasan Pekerjaan
Seorang Manajer atau disini disebut dengan Delegator harus mendefinisikan dengan
jelas tugas dan pekerjaan yang harus dikerjakan oleh bawahannya. Kejelasan tugas
serta hasil yang diharapkan harus menjadi langkah pertama dalam pendelegasian
wewenang.
2. Pemberian Wewenang
Pemberian wewenang terjadi ketika atasan membagi wewenang kepada bawahannya.
Karena alasan inilah, setiap bawahan diberikan kebebasan yang cukup untuk
melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya oleh atasannya. Para Manajer disemua
tingkatan mendelegasikan wewenang dan kekuasaan yang melekat pada jabatan
mereka. Pembagian wewenang dan kekuasaan ini sangat penting untuk mendapatkan
hasil yang efektif.
3. Menciptakan Tanggung Jawab dan Akuntabilitas
Proses delegasi wewenang tidak sebatas hanya sampai pada pembagian wewenang
dan kekuasaan dari atasan ke bawahannya. Karena pada waktu yang sama harus
menjadi kewajiban terhadap tugas yang ditugaskan ke mereka. Tanggung jawab
dikatakan sebagai faktor atau kewajiban seorang individu untuk melaksanakan
tugasnya berdasarkan kemampuannya sesuai dengan arahan atasannya. Tanggung
jawab sangat penting dalam pendelegasian wewenang karena akan memberikan
efektivitas pada wewenang yang diberikan. Akuntabilitas muncul dari tanggung jawab
dan tanggung jawab muncul dari wewenang. Oleh karena itu, Tanggung Jawab dan
Akuntabilitas harus melekat pada wewenang yang didelegasikan ini.
Elemen-elemen Pendelegasian Wewenang (Delegation of Authority)
1. Wewenang (Authority)
Wewenang atau Otoritas dalam konteks organisasi bisnis dapat didefinisikan sebagai
kekuasaan dan hak seseorang untuk menggunakan dan mengalokasikan sumber daya
secara efisien, untuk mengambil keputusan dan memberi perintah agar dapat
mencapai tujuan organisasinya. Louis A. Allen berpendapat bahwa wewenang adalah
sejumlah kekuasaan (powers) dan hak (rights) yang didelegasikan pada suatu jabatan.
Oleh karena itu, wewenang atau otoritas harus didefinisikan dengan baik agar orang-
orang yang memegang jabatan tertentu mengetahui dengan jelas ruang lingkup
wewenang mereka dan mereka tidak boleh salah mengartikannya. Dengan kata lain,
wewenang atau otoritas adalah hak untuk memberikan perintah, pesan atau instruksi
untuk menyelesaikan segala sesuatu yang ditugaskannya. Manajemen Tingkat Atas
merupakan tingkat manajemen yang memiliki wewenang terbesar. Otoritas atau
wewenang selalu mengalir dari atas ke bawah. Ini berarti seorang atasan harus
menjelaskan dengan jelas bagaimana bawahannya melakukan pekerjaan yang
didelegasikannya serta menjelaskan apa yang diharapkan dari pendelegasian
wewenang tersebut agar dapat menerima hasil kerja sesuai dengan harapan dan
keinginannya. Otoritas atau Wewenang harus disertai dengan tanggung jawab yang
sama. Mendelegasikan wewenang kepada orang lain tidak berarti keluar dari
akuntabilitas. Akuntabilitas masih melekat pada orang yang memiliki wewenang
tertinggi.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, arti dari Tanggung Jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa dapat dituntut, dipersalahkan,
diperkarakan dan sebagainya). Dalam manajemen, Tanggung Jawab atau
Responsibility dapat diartikan sebagai kewajiban seseorang untuk menyelesaikan
tugas yang dibebankan kepadanya. Seseorang yang diberi tanggung jawab harus
memastikan bahwa dia menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Jika Tugas
yang merupakan tanggung jawabnya tersebut tidak selesai sesuai dengan yang
diharapkan, maka orang yang bersangkutan harus memberikan penjelasan atau alasan
mengapa tugas yang dibebankannya tersebut tidak selesai. Tanggung Jawab tanpa
wewenang atau otoritas yang memadai dapat menyebabkan ketidakpuasan dan
kesulitan dalam melaksanakan tugasnya. Seseorang memiliki tanggung jawab atas
pekerjaan yang dibebankannya. Jika melakukan tugasnya dengan baik maka orang
yang bersangkutan akan mendapatkan pujian ataupun penghargaan. Namun apabila
tidak menyelesaikan tugas yang ditetapkan seperti yang diharapkan, maka dia juga
bertanggungjawab sepenuhnya.
3. Akuntabilitas (Accountability)
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang sudah dipaparkan, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
Mukhyi, Abdul Muhammad, dan Iman Hadi Saputra. 1995. Pengantar Manajemen Umum.
https://prezi.com/m/qzdk8orevt5i/tanggung-jawab-manajemen/
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-pendelegasian-wewenang-elemennya/
http://www.academia.edu/Dasar-Dasar-Manajemen-Wewenang-dan-Delegasi-Wewenang/
jurnalmanajemen.com/pendelegasian-wewenang/