Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada zaman ini sebagian besar masyarakat Indonesia banyak yang kehilangan

pekerjaannya dikarenakan banyak sekali pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh mesin-

mesin yang canggih. Apalagi sekarang adalah zaman dimana teknologi modern sedang

berkembang pesat.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sebagian besar dari masyarakat

menggunakan hutan sebagai jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan hidup, yaitu dengan

cara menebang pohon secara liar.

Dewasa ini mungkin kita sudah sering mendengar, membaca, dan bahkan kita

sendiri juga menyaksikan sendiri penebangan hutan secara liar sehingga kita

menganggap itu tidak penting dan merupakan kejadian yang sudah biasa. Namun, apakah

kita tidak menyadari apa yang akan terjadi nanti?

Penebangan hutan secara liar saat ini sudah sangat merajalela sehingga tidak

sedikit masyarakat yang hidup di sekitar daerah perhutanan merasa resah.

Masalah ini timbul karena masyarakat tidak menyadari apa yang akan terjadi

akibat ulah mereka itu, atau mungkin mereka tahu namun tidak memperdulikannya.

Lantas, apa yang menyebabkan masyarakat menebang hutan secara liar walaupun tahu

dampak yang akan terjadi?

1.2. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai, yaitu untuk:

1.2.1 Mengetahui penyebab terjadinya penebangan hutan secara liar.

1
1.2.2 Mengetahui dampak yang akan timbul akibat penebangan hutan secara liar.

1.2.3 Memberitahukan kepada masyarakat bahwa penebangan hutan merupakan tindakan

yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

1.2.4 Mencegah penebangan hutan secara liar menjadi kebiasaan bagi masyarakat.

1.3. Rumusan Masalah

1.3.1. Apa sebab akibat masyarakat menebang hutan secara liar?

1.3.2. Apa dampak yang ditimbulkan akibat penebangan hutan secara liar?

1.3.3. Mengapa masalah penebangan hutan secara liar sulit dihentikan?

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan yang penulis gunakan dalam penulisan makalah ini yaitu dengan

menggunakan metode studi teks (studi kepustakaan) dimana dalam penulisan makalah

ini penulis melakukan penelusuran dari data-data yang diperoleh dari internet.

1.5. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis terlebih dahulu membuat sistematika

penulisan agar memudahkan dalam penyusunan karya tulis ini. Adapun sistematika

penulisan yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penulisan

1.4. Metode Penulisan

1.5. Sistematika Penulisan

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hutan

2.2. Penebangan Liar

2.3. Penyebab Terjadinya Penebangan Hutan Secara Liar

2.4. Oknum-oknum yang Terlibat dalam Kegiatan Illegal Logging

2.5. Akibat dan Dampak yang Ditimbulkan

2.6. Upaya-upaya Mencegah dan Menanggulangi Penebangan Hutan

2.7. Hukum Pidana Pelaku Penebangan Hutan

2.8. Kerugian yang Dialami Akibat Penebangan Hutan Secara Liar

2.9. Keadaan Hutan Di Indonesia Saat Ini

2.10. Negara Dengan Tingkat Penebangan Hutan Secara Liar Terbesar

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hutan

Hutan adalah suatu kawasan yang ditumbuhi oleh kumpulan tumbuhan-tumbuhan

yang bermacam-macam terutama pepohonan dan tumbuhan berkayu lainnya yang

menempati daerah yang cukup luas. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis

maupun daerah beriklim dingin, di daratan rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil

maupun di benua besar.

Fungsi hutan sendiri yaitu sebagai penampung CO2 (karbon dioksida), sebagai

habitat hewa, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang

paling penting. Hutan sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal

seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berbagai jenis flora dan

fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global.

2.2. Penebangan Liar

Penebangan hutan merupakan suatu usaha menebang pohon yang ada di dalam

suatu kawasan hutan, baik yang dilakukan oleh perorangan maupun oleh badan usaha.

Penebangan hutan dapat dibenarkan selama tidak merusak ekosistem hutan dan juga

mendapatkan izin dari pemerintah.

Menurut konsep manajemen hutan, penebangan adalah salah satu rantai kegiatan

yaitu memanen proses biologis dan ekosistem yang telah terakumulasi selama daur

hidupnya. Penebangan sangat diharapkan atau jadi tujuan, tetapi harus dicapai dengan

rencana dan dampak negatif seminimal mungkin (reduced impact logging). Penebangan

dapat dilakukan oleh siapa saja asal mengikuti kriteria pengelolaan hutan lestari

4
(sustainable forest management), tetapi kegiatan penebangan liar (illegal logging) bukan

dalam kerangka konsep manajemen hutan.

Penebangan liar dapat didefinisikan sebagai tindakan menebang kayu dengan

melanggar peraturan kehutanan. Tindakan ini adalah sebuah kejahatan yang mencakup

kegiatan seperti menebang kayu di area yang dilindungi, area konservasi dan taman

nasional, serta menebang kayu tanpa ijin yang tepat di hutan-hutan produksi.

Mengangkut dan memperdagangkan kayu illegal dan produk kayu illegal juga dianggap

sebagai kejahatan kehutanan.

Praktek penebangan liar dan eksploitasi hutan yang tidak mengindahkan

kelestarian dapat mengakibatkan kehancuran sumberdaya hutan yang tidak ternilai

harganya. Kehancuran kehidupan masyarakat dan kehilangan kayu senilai US$ 5 milyar

setiap tahun.  Kerugian tersebut belum menghitung hilangnya nilai keanekaragaman

hayati serta jasa-jasa lingkungan yang dapat dihasilkan dari sumberdaya hutan.

2.3. Penyebab Terjadinya Penebangan Hutan Secara Liar

Terjadinya kegiatan penebangan liar di Indonesia didasari oleh beberapa

permasalahan yang terjadi, yaitu:

2.3.1. Sosial dan Ekonomi

Sekitar 60 juta rakyat Indonesia sangat bergantung kepada hutan, dan pada

kenyataannya sebagian besar dari mereka hidup dalm kondisi kemiskinan.

Kondisi kemiskinan tersebut kemudian dimanfaatkan oleh para pemodal yang

tidak bertanggung jawab, yang menginginkan keuntungan dengan cepat dengan

menggerakkan masyarakat untuk melakukan penebangan liar. Hal ini diperburuk

dengan datangnya era reformasi dan demokratisasi, yang disalah tafsirkan yang

mendorong terjadinya anarki melalui pergerakan massa.

5
2.3.2. Kelembagaan

Sistem pengusahaan melalui HPH telah membuka celah-celah dilakukannya

penebangan liar, disamping lemahnya pengawasan instansi kehutanan. Selain itu

penebangan hutan melalui pemberian hak penebangan huatn skala kecil oleh

daerah telah menimbulkan peningkatan fragmentasi hutan.

2.3.3. Kesejangan Ketersediaan Bahan Baku

Terdapat kesenjangan penyediaan bahan baku kayu untuk kepentingan industri

dan kebutuhan domestik yang mencapai sekitar 37 juta m 3 pertahun telah

mendorong terjadinya penebangan kayu secara liar. Disamping itu terdapat juga

permintaan kayu dari luar negeri, yang mengakibatkan terjadinya penyelundupan

kayu dalam jumlah besar. Dibukanya keran ekspor kayu menyebabkan sulitnya

mendeteksi aliran kayu ilegal lintas batas.

2.3.4. Lemahnya Koordinasi

Kelemahan korodinasi antara lain terjadi dalam hal pemberian ijin industri

pengolahan kayu antara instansi perindutrian dan instansi kehutanan serta dalam

hal pemberian ijin eksplorasi dan eksploitasi pertambangan antara instansi

pertambangan dan instansi kehutanan. Koordinasi juga dirasakan kurang dalam

hal penegakan hukum antara instansi terkait, seperti kehutanan, kepolisian,

kejaksaan dan pengadilan.

2.3.5. Kurangnya Komitmen dan Lemahnya Law Enforcement

Rendahnya komitmen terhadap kelestarian hutan menyebabkan aparat

pemerintah, baik pusat maupun daerah, eksekutif, legislatif maupun yudikatif,

banyak terlibat dalam praktek KKN yang berkaitan dengan penebangan secara

liar. Penegak hukum bisa “dibeli” sehingga para pelaku pencurian kayu,

khususnya para cukong dan penadah kayu curian dapat terus lolos dari hukuman.

6
Adapun faktor-faktor terjadinya penebangan liar antara lain

a. Faktor-faktor yang berkaitan dengan nilai-nilai masyarakat dan situasi penduduk desa

yang berdekatan dengan hutan dipengaruhi oleh unsur-unsur:

1) Kebutuhan lapangan kerja dan pendapatan.

2) Pengaruh tenaga kerja lain yang sudah berkerja secara illegal.

3) Ketidakpuasan lokal atas kebijakan kehutanan pusat.

b. Faktor-faktor ekonomi yang suplai dan permintaan normal berkaitan dengan industri

penebangan hutan dipengaruhi oleh unsure-unsur:

1) Kebutuhan kapasitas industri kayu dalam negeri dan permintaan kayu dari luar

negeri.

2) Tingginya laba dari perusahaan industri kayu.

c. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pengusaha, politisi, dan pemimpin dipengaruhi

oleh unsur-unsur:

1) Keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha kayu.

2) Besarnya pengaruh pengusaha kayu terhadap penjabat lokal.

3) Besarnya partisipasi penjabat lokal dalam kegiatan penebangan hutan secara liar.

4) Banyaknya kerja sama illegal yang dilakukan oleh pengusaha dengan pengusaha

atau penjabat lokal.

2.4. Oknum-oknum yang Terlibat dalam Kegiatan Penebangan Liar

Beberapa pelaku yang terlibat dalam kegiatan penebangan liar menurut hasil

identifikasi hingga saat ini terdapat 6 (enam) pelaku utama, antara lain:

2.4.1. Pemilik modal

Pemilik modal atau yang biasa dikenal dengan nama cukong merupakan pihak

yang membiayai kegiatan penebangan liar. Di beberapa daerah dilaporkan bahwa

7
para cukong terdiri dari: anggota MPR, anggota DPR, pejabat pemerintah

(termasuk para pensiunan pejabat), para pengusaha kehutanan, TNI, dan POLRI.

2.4.2. Masyarakat

Khususnya yang tinggal di sekitar kawasan hutan berperan sebagai pelaku

penebang dan pengangkut kayu hasil curian.

2.4.3. Pemilik pabrik pengolahan kayu

Sebagian pemilik pabrik industry perkayuan berperan sebagai pembeli kayu hasil

curian (penadah).

2.4.4. Pegawai pemerintah

Khususnya dari instansi kehutanan yang melakukan KKN; memanipulasi

dokumen SAKB (SKSHH); tidak melaksanakan tugas pemeriksaan sebagaimana

semestinya.

2.4.5. Penegak hukum

Para cukong dan penadah kayu curian menyuap para penegak hukum (hakim,

jaksa, polisi, dan TNI), sehingga mereka dapat terus lolos dengan mudah dari

hukuman praktek KKN. Oknum TNI dan POLISI turut terlibat dalam mengawal

pada saat pengangkutan kayu curian.

2.4.6. Pengusaha asing

Pengusaha asing berperan pada saat penyelundupan kayu curian ke berbagai

Negara.

2.5. Akibat dan Dampak yang Ditimbulkan

Penebangan hutan secara liar akan berdampak buruk bagi penduduk di sekitarnya.

Salah satu bencana yang ditimbulkan adalah kekeringan. Pepohonan yang berfungsi

sebagai penahan air tidak dapat lagi memenuhi fungsinya akibat kekeringan. Air hujan

akan langsung mengalir ke laut dan cadangan air tanah tidak akan ada lagi.

8
Akibatnya, bencana besar yang juga dapat ditimbulkan adalah banjir. Jika

penebangan utan secara tidak ditanggulangi dan hanya dibiarkan bukan tidak mungkin

banjir akan terus terjadi dan akan membawa korban yang lebih banyak lagi.

Ketika bencana-bencana besar datang, maka yang akan menanggung resikonya

adalah manusia sendiri. Dan yang lebih menyedihkan lagi, para pelaku penebang liar itu

sendiri tidak akan mau bertanggung jawab.

Dari perspektif ekonomi, kegiatan penebangan secara liar telah mengurangi

penerimaan devisa Negara dan pendapatan Negara. Berbagai sumber mengatakan bahwa

kerugian Negara yang diakibatkan oleh penebangan liar mencapai Rp. 30 trilyun per

tahun.

Sebenarnya pendapatan dari penebang itu sendiri sangatlah kecil dibandingkan

dengan para penyandang dana. Dan bisa dikatakan bahwa para penebang tersebut

mendapat kerugian yang besar dikarenakan dapat berdampak buruk seperti datangnya

banjir dan tanah longsor ke pemukiman penduduk di sekitarnya.

Tak hanya itu, penebangan liar juga mengakibatkan timbulnya anomali di sektor

kehutanan. Salah satu situasi yang paling buruk iahalah anacama proses deindustrialisasi

sektor kehutanan. Artinya, sektor kehutanan nasional yang secara konseptual bersifat

berkelanjutan karena ditopang oleh sumber daya alam yang bersifat terbaharui kini

tengah berada di ambang kehancuran.

2.6. Upaya-upaya Mencegah dan Menanggulangi Penebangan Hutan

Departemen Kehutanan telah menetapkan 5 (lima) kebijakan pokok, yaitu:

a. Pemberantasan penebangan liar

b. Penanggulangan kebakaran hutan

c. Rektrukturisasi sektor kehutanan

d. Rehabilitas dan konservasi alam

9
e. Desentralisasi sektor kehutanan

Sedangkan kita sendiri juga dapat membantu guna mencegah datangnya bencana-

bencana lainnya yang timbul akibat penebangan hutan secara liar, yaitu dengan cara:

a. Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang sudah gundul

b. Menerapkan sistem tebang-tanam dalam kegiatan penebangan hutan

c. Meminimalisir pemakaian barang-barang yang berbahan dasar kayu seperti kertas

d. Menerapkan program menanam seribu pohon secara missal dan merawatnya

e. Menjaga hutan dari para penebang pohon liar dengan cara menjadikan hutan sebagai

hutan lindung

2.7. Hukum Pidana Pelaku Penebangan Hutan

Ketentuan pada Pasal 50 ayat (3) huruf c menyatakan bahwa, “Setiap orang

dilarang melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak

sampai dengan:

1) 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau;

2) 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa;

3) 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai;

4) 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai;

5) (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang;

6) 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi

pantai.

Pelanggaran terhadap ketentuan ini, diancam dengan pidana penjara paling lama

10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,. (lima miliar rupiah)

(Pasal 78 ayat (1), (2) dan ayat (3)) tersebut jika dilakukan oleh badan hukum atau badan

10
usaha, tuntutan dan sanksi pidananya dijatuhkan terhadap pengurusnya sesuai dengan

ancaman pidana masing – masing di tambah 1/3 (sepertiga) dari pidana yang dijatuhkan

(Pasal 78 ayat(4)).

2.8. Kerugian yang Dialami Akibat Penebangan Hutan Secara Liar

Penelitian Greenpeace mencatat tingkat kerusakan hutan di Indonesia mencapai

angka 3,8 juta hektar pertahun, sebagian besar disebabkan oleh aktivitas penebangan liar.

Sedangkan menurut data Badan Penelitian Departemen Kehutanan, kerugian finansial

akibat penebangan liar menunjukan angka 83 milyar rupiah perhari.

2.9. Keadaan Hutan Di Indonesia Saat Ini

Data yang dikeluarkan Bank Dunia menunjukkan bahwa sejak tahun 1985-1997

Indonesia telah kehilangan hutan sekitar 1,5 juta hektar setiap tahunnya dan diperkirakan

sekitar 20 juta hektar hutan produksi yang tersisa.

Berdasarkan hasil analisis FWI dan GFW dalam kurun waktu 50 tahun, luas

tutupan hutan Indonesia mengalami penurunan sekitar 40% dari total tutupan hutan di

seluruh Indonesia. Dan sebagian besar, kerusakan hutan (deforestasi) di Indonesia akibat

dari sistem politik dan ekonomi yang memperlakukan sumber daya hutan sebagai sumber

pendapatan dan dieksploitasi untuk kepentingan politik serta keuntungan pribadi.

Menurut data Departemen Kehutanan RI tahun 2006, luas hutan yang rusak dan

tidak dapat berfungsi optimal telah mencapai 59,6 juta hektar dari 120,35 juta hektar

kawasan hutan di Indonesia, dengan laju deforestasi (perusakan hutan / penggundulan

hutan) dalam 5 tahun terakhir mencapai 2,83 juta hektar per tahun. Bila keadaan seperti

ini berjalan terus, dimana Sumatera dan Kalimantan sudah kehilangan hutannya, maka

hutan di Sulawesi dan Papua akan mengalami hal yang sama. Menurut analisis World

Bank, hutan di Sulawesi diperkirakan akan hilang tahun 2010.

11
Gambar: Hutan di Kalimantan yang hilang dari tahun 1950 – 2010.

Warna hjiau adalah hutan yang tersisa.

Gambar: Hutan Indonesia yang hilang dari tahun 2000 – 2005. Warna hijau adalah hutan

yang tersisa. Warna merah adalah penggundulan hutan.

12
2.10. Negara Dengan Tingkat Penebangan Hutan Secara Liar Terbesar

Selain Indonesia, negara lainnya dengan tingkat penebangan liar yang tinggi salah

satunya adalah Brazil. Penggundulan hutan di hutan Amazon sudah muncul sejak akhir

tahun 1960-an, namun skalanya tidak terlalu besar. Namun penebangan hutan tersebut

berlanjut hingga tahun 2000.

Sejak Juni 2000 hingga Juni 2008, lebih dari 150.000 km2 hutan hujan Amazon

telah hilang. Meski tingkat penebangan hutan telah melambat sejak tahun 2004, namun

telah diperkirakan bahwa hilangnya hutan akan berlanjut di masa mendatang.

Hingga saat ini, Brazil telah menduduki peringkat pertama untuk kehilangan

hutan alam, tempat ke-tiga untuk menggunakan pupuk, posisi ke-empat untuk spesies

terancam, posisi ke-empat untuk emisi CO2, dan tempat ke-delapan untuk polusi air .

Oleh karena itu, Brazil menduduki peringkat 1 (pertama) sebangai Negara

penyumbang kerusakan alam terbesar di dunia.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Penebangan hutan secara liar merupakan gejala yang muncul akibat dari berbagai

permasalahan yang sangat kompleks melibatkan banyak pihat dari berbangai lapisan.

Pelaku penebangan hutan secara liar bukan hanya melibatkan masyarakat-

masyarakat golongan bawah dan yang bertempat tinggal disekitar hutan. Namun, justru

para pelaku utama dari penebangan liar adalah orang-orang dari golongan tinggi dan

terhormat seperti anggota DPR, MPR, pengusaha-pengusaha, dan lain sebagainya.

Penebangan hutan secara liar sudah menjadi permasalahan nasional sehingga

komitmen dari pemerintah di tingkat nasional harus nyata. Sehubungan dengan

permasalahan tersebut, diperlukan tindakan dan komitmen yang harus dilaksanakan

secara terintegritas dan tegas.

3.2. Saran

Hutan akan tetap lestari bila kita melestarikannya. Namun, apabila hutan tidak

kita lestarikan , maka akan timbul kerusakan terhadap ekosistem hutan tersebut.

Oleh karena itu sebaikanya kita sebagai anak bangsa dan juga sebagai penerus

bangsa harus peduli dengan keadaan sekitar dan juga ikut aktif dalam melestarikan hutan

mengingat bahwa keadaan hutan di Indonesia sangat menyedihkan.

Dan juga pemerintah harus tegas dalam menghadapi para penebang liar yang tak

bertanggung jawab dan member sanksi seberat-beratnya agar para penebang liar jera dan

tidak melakukannya kembali

14
DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, Wahyu Catur. 2009. Penebangan Liar (Illegal Logging), Sebuah Bencana Bagi

Dunia Kehutanan Indonesia yang Tak Kunjung Terselesaikan. Jurnal Sekolah

Sarjana Pasca Sarjana Institut Pertanian. Bogor.

pericantikk.blogspot.com/2013/01/penebangan-liar-illegal-logging_1226.html

id.wikipedia.org/wiki/Hutan

www.infowagu.co.vu/2013/01/kondisi-hutan-di-indonesia-dulu-dan.html

www.unikdunia.com/2013/07/8-negara-penyumbang-kerusakan-bumi-terbesar-di-

dunia.html#

world.mongabay.com/indonesian/amazon_threats.html

15

Anda mungkin juga menyukai