Anda di halaman 1dari 44

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan kehidupan pribadi, sosial, belajar, dan karier akan
dilaksanakan dalam beberpa jenis layanan yang meliputi: (a) layanan orientasi, (b)
layanan informasi, (c) layanan penempatan dan penyaluran, (d) layanan
penguasaan konten, (e) layanan konseling perorangan, (f) layangan bimbingan
kelompok, (g) layanan konseling kelompok, (h) layanan konsultasi, dan (i)
layanan mediasi.
Permendiknas nomor 22 tahu 2006 tentang standar isi, dinyatakan bahwa
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai
bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri
merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang
dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah
pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta
kegiatan ekstrakurikuler yang dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
sekolah. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan
peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Guru pembimbing (Guru BK) memiliki tanggung jawab agar layanan yang
diberikan dapat berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak bergantung kepada
usaha guru pembimbing membangkitkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti
layanan bimbingan dan konseling. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau
gagalnya perbuatan belajar. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk
berhasil. Pemberian layanan bimbingan konseling yang bermotivasi pada
hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan,
motif, minat yang ada pada diri murid. Pengajaran yang beermotivasi menuntut
kreatifitas dan imajinasi guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari
cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi
belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar murid-murid akhirnya memilki self
motivation yang baik (Oemar Hamalik, 2007: 161-162).

1
Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
pada siswa kelas IX.2 SMPN 16 Pekanbaru. Tahun 2015 .diperoleh data sebagai
berikut: (1) kegiatan layanan bimbingan dan konseling masih banyak didominasi
oleh guru sehingga siswa kurang aktif dalam belajar, hal ini ditandai dengan
banyak siswa yang tidak berani bertanya dan aktivitas siswa hanya mendengar dan
mencatat. (2) metode yang digunakan dalam layanan bimbingan konseling masih
menggunakan metode yang membosankan, dimana informasi/ konsep-konsep
yang dipelajari diberitahukan atau disajikan dengan eramah saja.; (3) proses
pembelajaran menitikberatkan pada pengerjaan lembar kerja siswa; (4) siswa
kurang termotivasi dalam proses layanan, hal ini disebabkan oleh tidak adnya
penghargaan dalam layanan, kegiatan layanan kurang menarik, dan lingkungan
belajar yang kurang kondusif.
Dari hasil evaluasi proses layanan di atas ternyata belum memberikan
dampak yang baik terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dalam layanan
bimbingan konseling. Hal ini disebabkan karena proses layanan yang dilakukan
masih menggunakan metode dan model yang membosankan dan kurang menarik
perhatian siswa.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka perlu dicari solusinya,
yaitu dengan melakukan perbaikan-perbaikan dalam tindakan di kelas sebagai
upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dalam layanan bimbingan konseling.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penggunaan model belajar kooperatif
jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam layanan
bimbingan dan konseling pada siswa kelas X.2 SMPN Negeri 16
Pekanbaru Tahun 2015
2. Apakah penggunaan metode penemuan terbimbing
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam layanan bimbingan dan
konseling pada siswa kelas X.2 SMP Negeri 16 Pekanbaru.Tahun 2015 .

2
3. Apakah penggunaan teknik dinamika kelompok
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam layanan bimbingan dan
konseling pada siswa kelas X.2 SMP Negeri 16 Pekanbaru Tahun 2015.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
“Apakah penggunaan model belajar kooperatif jigsaw dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa dalam layanan bimbingan dan konseling pada siswa
kelas X.2 SMP Negeri 16 Pekanbaru Tahun 2015”.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
penggunaan model belajar kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa dalam layanan bimbingan dan konseling pada siswa kelas X.2
SMP Negeri 16 Pekanbaru Tahun 2015
E. Kegunaan Penelitian
1. Bagi siswa:
Dapat berpartisipasi aktif secara langsung di dalam kegiatan layanan
bimbingan konseling serta memberikan suasana pembelajaran yang
menyenangkan sehingga dapat meningkatkan dan mngerahkan motivasi
belajar siswa.
2. Bagi guru
Bermanfaat untuk perbaikan dan mengembangkan kemampuan,
merencanakan dan menggunakan model belajar kooperatif Jigsaw sebagai
upaya meningkatkan motivasi belajar dalam layanan bimbingan konseling.
3. Bagi sekolah
Bermanfaat sebagai sarana dalam rangka meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan guru dalam upaya menciptakan
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar
Oemar Hamalik (2007: 161) mengatakan bahwa dalam garis besarnya
motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
1. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar
murid. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil.
2. Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri
murid. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam
pendidikan.
3. Pengajaran bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinasi guru untuk
berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan
sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru
senantiasa berusaha agar murid-murid akhirnya memilki self motivation
yang baik.
4. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan menggunakan motivasi
dalam pengajaran erat pertaliannya dengan pengaturan disiplin kelas.
Kegagalan dalam hal ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin di
dalam kelas.
5. Asas motivasi menjadi salah satu bagian integral dari pada asas-asas
mengajar. Penggunaan asas motivasi adalah sangat esensial dalam proses
belajar mengajar.
Hamzah Uno (2007: 23) mengatakan bahwa hakikat motivasi belajar
adalah dorongan internal dan eksternal pada diri siswa yang sedang mengikuti
proses layanan untuk mengadakan perubahan tingkah laku dalam melakukan

4
aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Indikator motivasi belajar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Faktor intrinsik, berupa: (a) hasrat dan keinginan
berhasil, (b) dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (c) harapan dan cita-
cita masa depan.
2. Faktor ekstrinsik, berupa: (a) adanya penghargaan dalam belajar, (b)
adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (c) adanya lingkungan
belajar yang kondusif.
Depdiknas (2006: 20) mengemukakan bahwa layanan informasi adalah
salah satu komponen dalam program bimbingan dan konseling yang diberikan
oleh guru pembimbing (guru BK) kepada peserta didik dalam bentuk klasikal
untuk membekali siswa tentang informasi tentang data dan fakta di bidang
bimbingan pribadi; bidang bimbingan sosial; bidang bimbingan belajar;
bidang bimbingan karir. Layanan informasi bertujuan membekali dengan
berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna
untuk mengenali diri, merencanakan dan mengembangkan kehidupan sebagai
pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat.
Depdikanas (2006: 31-32) menyatakan bahwa materi pengembangan layanan
informasi adalah sebagai berikut:
1. Bidang bimbingan pribadi, meliputi:
a. Tugas-tugas perkembangan masa remaja
b. Kemapuan dan perkembangan pribadi
c. Kebiasaan dan sikap dalam keimanan dan ketaqwaan
d. Bakat dan minat serta penyalurannya
e. Pola hidup sehat
f. Masa peralihan masa remaja awal ke masa remaja
2. Bidang bimbingan sosial, meliputi:
a. Tugas perkembangan masa remaja dalam hubungan sosial
b. Tata karma di sekolah
c. Tata karma di rumah
d. Tata karma di masyarakat
e. Hak dan kewajiban warga Negara

5
f. Keamanan dan ketertiban masyarakat
g. Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masyarakat
h. Permasalahan hubungan sosial dan ketertiban di masyarakat
3. Bidang bimbingan belajar, meliputi:
a. Tugas-tugas perkembangan masa remaja berkenaan dengan
pengembangan diri, keterampilan, ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian.
b. Kebiasaan belajar yang baik
c. Cara belajar di perpustakaan, meringkas buku, dan membuat catatan
d. Masalah belajar dan penanggulangannya
e. Pengajaran perbaikan dan pengayaan
f. Kursus-kursus dan jenis-jenis sekolah.

4. Bidang bimbingan karir, meliputi:


a. Tugas perkembangan masa remaja tentang kemampuan dan
perkembangan karir
b. Perkembangan karir di masyarakat
c. Pendidikan formal dan non formal
d. Kriteria memasuki SMA
e. Permasalahan dalam pemilihan pekerjaan.
Dari beberapa pendapat di atas layanan yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah layanan informasi bidang bimbingan social.
Hamzah Uno (2007: 27) mengatakan bahwa motivasi pada dasarnya
dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu,
termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting
dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam: (a)
menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar. (b) memperjelas
tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ragam kendali terhadap
rangsangan belajar, dan (d) menentukan ketekunan belajar.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat dikemukakan bahwa:
1. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada diri siswa
yang sedang mengikuti proses layanan untuk mengadakan perubahan

6
tingkah laku dalam melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan
semangat.
2. Peranan motivasi dalam belajar adalah menentukan tingkat keberhasilan
dalam belajar, sebagai penguat belajar, dapat memperjelas tujuan belajar,
dapat merangsang kegiatan belajar, dan dapat menentukan ketekunan
belajar.
3. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Faktor intrinsik, berupa: (1) hasrat dan
keinginan berhasil, (2) dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3)
harapan dan cita-cita masa depan.
2. Faktor ekstrinsik, berupa: (1) adanya
penghargaan dalam belajar, (2) adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar, (3) adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Motivasi belajar yang akan ditingkatkan adalah motivasi belajar
ekstrinsik yang meliputi (a) adanya penghargaan dalam belajar, (b) adanya
kegiatan yang menarik dalam belajar, (c) adanya lingkungan belajar yang
kondusif
B. Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Depdiknas (2006: 8-9) menyatakan bahwa jenis-jenis layanan
bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
Depdiknas (2006: 8-9) menyatakan bahwa ruang lingkup materi
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai berikut:
1. Layanan Orientasi
2. Layanan informasi
3. Layanan penempatan dan penyaluran
4. Layanan pembelajaran
5. Layanan konseling perorangan
6. Layanan bimbingan kelompok
7. Layanan konseling kelompok
8. Layanan konsultasi
9. Layanan mediasi

7
Semua jenis layanan tersebut diselenggarakan dengan mengacu kepada
bidang bimbingan dan konseling, yaitu bidang bimbingan pribadi; bidang
bimbingan sosial; bidang bimbingan belajar; bidang bimbingan karir. Bentuk
dan isi pelayanan bimbingan dan konseling disesuaikan dengan karakteristik
dan kebutuhan siswa di sekolah.

C. Model Belajar Cooperative Learning


Hamid Hasan dalam Etin Solihatin (1996: 3) mengemukakan bahwa
cooperative mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan
bersama. Dalam kegiatan kooperatif siswa secara individual mencari hasil
yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi belajar
kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang
memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka
dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan
pendapat tersebut Slavin dam EtinSolihatin (1984: 4) mengatakan bahwa
Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang
bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari
kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik
secara individual maupun secara kelompok.
Stahl dalam Etin Solihatin (1994: 5) mengemukakan bahwa
Cooperative Learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok
kerja, karena belajar dalam model Cooperative Learning harus ada “struktur,
dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat
interdependensi yang efektif di antara anggota kelompok. Di samping itu pola
hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif
tenang apa yang dapat mereka lakukan untuk berhasil berdasarkan
kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari anggota lainnya
selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Model
pembelajaran vooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari

8
system satu kerja sama alam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar.
Model pembelajaran ini berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan
masyarakat, yaitu “getting better together” atau :raihlah yang lebih baik secara
bersama-sama”(Slavin 1992).
Etin Solihatin Raharjo (2007: 5) menegmukakan bahwa model
pembelajaran ini mengetengahkan realita kehidupan di masyarakat yang
dirasakan dan dialami siswa dalam kesehariannya, dengan bentuk yang
disederhanakan dalam kehidupan di kelas. Model pembelajaran ini
memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus
diperoleh dari guru, melainkan bias juga dari pihak lain yang terlibat dalam
pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Keberhasilan belajar menurut model
belajar ini bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara
utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan
secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur
dengan baik. Melalui belajar dari teman yang sebaya dan di bawah bimbingan
guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah
dan cepat terhadap materi yang dipelajari. Model belajar Cooperative
Learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam
mengembangakan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di
masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama diantara sesama
anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan
belajar. Cooperative Learning is more effective in increasing motive and
performance student ( Michaels, 1997).
Etin Solihatin Raharjo (2007: 6) mengemukakan bahwa suasana belajar
yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya, terbuka, dan rilek
diantara anggota kelompok memberikan kesempatan bagi siswa untuk
memperoleh dan memberi masukan diantara mereka untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap, nilai, dan moral serta keterampilan yang ingin
dikembangkan dalam pembelajaran. Secara umum, pola interaksi yang bersifat
terbuka dan langsung diantara anggota kelompok sangat penting bagi siswa
untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar. Hal ini dikarenakan setiap saat
mereka akan melakukan diskusi, saling membagi pengetahuan, pemahaman,

9
dan kemampuan serta saling mengoreksi antar sesame dalam belajar.
Tumbuhnya rasa ketergantungan yang positif diantara sesame anggota
kelompok akan menimbulkan rasa kebersamaan dan kesatuan tekad untuk
sukses dalam belajar. Hal ini terjadi karena dalam proses Cooperative
Learning siswa diberi kesempatan yang memadai untuk melengkapi dan
memperkaya pengetahuan yang dimiliki dari anggota kelompok belajar
lainnya dan guru.
Suasana belajar dan rasa kebersamaan tumbuh dan berkembang diantara
sesame anggota kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti dan
memahami materi pelajaran dengan lebih baik. Proses pengembangan
kepribadian yang demikian, juga membantu mereka yang kurang berminat
menjadi lebih bergairan dalam belajar (Hamid Hasan:1996). Siswa yang
kurang bergairah dalam belajar akan dibantu oleh siswa lain yang mempunyai
gairah lebih tinggi dan memiliki kemampuan untuk menrapkan apa yang telah
dipelajarinya. Suasana belajar seperti itu, disamping proses belajarnya
berlangsung lebih efektif, juga akan terbina nilai-nilai lain yaitu nilai gotong
royong, kepedulian social, saling percaya, kesediaan menerima dan memberi,
dan tanggung jawab siswa baik terhadap dirinya maupun terhadap anggota
kelompoknya. Dalam kelompok belajar tersebut, sikap, nilai, dan moral
dikembangkan secara mendasar. Belajar secara kelompo dalam pembelajaran
ini merupakan miniature masyarakat yang diterapkan dalam kehidupan di
kelas yang akan melatih siswa untuk mengembangkan dan melatih mereka
menjadi anggota masyarakat yang baik.
Stahl & Slavi dalam Etin Solihatin (2007: 10-12) mengemukakan
bahwa langkah-langkah dalam penggunaan model cooperative leraning adalah
sebagai berikut:
1. Langkah pertama yang dilakukan guru adalah merancang rencana
program pembelajaran. Pada langkah ini guru mempertimbangkan dan
menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
Disamping itu gurupun menetapkan sikap dan keterampilan social yang
diharapkan dikembangkan dan diperlihatkan oleh siswa selama
berlangsungnya pembelajaran. Guru dalama merancang program

10
pembelajaran harus mengorganisasikan materi dan tugas-tugas siswa yang
mencerminkan system kerja dalam kelompok kecil. Artinya bahwa materi
dan tugas-tugas itu adalah untuk dibelajarkan dan dikerjakan secara
bersama dalam dimensi kerja kelompok. Untuk memulai pembelajarannya,
guru harus menjelaskan tujuan dan sikap serta keterampilan social yang
ingin dicapai dan diperlihatkan oleh siswa selama pembelajaran. Hal ini
mutlak harus dilakukan oleh guru, karena dengan demikian siswa tahu dan
memahami apa yang harus dilakukannya selama proses belajar mengajar
berlangsung.
2. Langkah kedua, dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang
lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan
siswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil.
Dalam menyampaikan materi, guru tidak lagi menyampaikan materi secara
panjang lebar, karena pemahaman dan pendalaman materi tersebut
nantinya akan dilakukan siswa ketika belajar secara bersama dalam
kelompok. Guru hanya menjelaskan pokok-pokok materi dengan tujuan
siswa mempunyai wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi
yang diajarkan. Pada saat guru selesai menyajikan materi, langkah
berikutnya yang harus dilakukan adalah menggali pengetahuan dan
pemahaman siswa tentang materi pelajaran berdasarkan apa yang telah
dibelajarkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengkondisikan kesiapan belajar
siswa. Berikutnya guru membimbing siswa untuk membuat kelompok
yang terbentuk. Kegiatan ini dilakukan sambil menjelaskan tugas yang
harus dilakukan oleh siswa dalam kelompoknya masing-masing. Pada saat
siswa belajar secara berkelompok, maka guru mulai melakukan monitoring
dan mengobservasi kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar observasi
yang telah dirancang sebelumnya.
3. Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa,
guru mengarahkan dan membimbing siswa, baik secara individual maupun
kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan
prilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung. Pemberian pujian dan
kritik membangun dari guru kepada siswa merupakan aspek penting yang

11
harus diperhatikan oleh guru pada saat siswa bekerja dalam kelompok-
kelompoknya. Disamping itu pada saat kegiatan kelompok berlangsung,
ketika siswa terlibat dalam diskusi masing-masing kelompok, guru secara
periodik memberikan layanan kepada siswa, baik secara individu maupun
secara klasikal.
4. Langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada siswa dari
masing-masing kelompok untuk mempresentaskan hasil kerjanya. Pada
saat diskusi kelas ini, guru bertindak sebagai moderator. Hal ini
dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan
pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah
ditampilkannya. Pada saat presentasi siswa berakhir, guru mengajak siswa
untuk melakukan refleksi diri terhadap proses jalannya pembelajaran,
dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada atau
sikap serta perilaku menyimpang yang dilakukan selama pembelajaran.
Disamping itu, pada saat tersebut guru juga memberikan beberapa
penekanan terhadap nilai, sikap dan perilaku social yang harus
dikembangkan dan dilatih oleh siswa. Dalam melakukan refleksi diri ini,
guru tetap berperan sebagai mediator dan moderator aktif. Artinya
pengembangan ide, saran dan kritik terhadap proses pembelajaran harus
diupayakan berasal dari siswa kemudian barulah guru melakukan beberapa
perbaikan dan pengarahan terhadap ide, saran, dan kritik yang
berkembang.
D. Model Belajar Jigsaw
Melvin L Silberman (2006: 180-182) menyatakan bahwa belajar ala
jigsaw (menyusun potongan gambar) merupakan teknik yang paling banyak
dipraktikan. Teknik ini serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok,
namun ada satu perbedaan penting, yakni setiap siswa mengajarkan sesuatu.
Ini merupakan alternative menarik bila ada materi belajar yang bisa
disegmentasikan atau dibagi-bagi dan bila bagian-bagiannya harus diajarkan
secara berurutan. Tiap siswa mempelajari sesuatu yang apabila digabungkan
dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain, membentuk kumpulan

12
pengetahuan atau keterampilan yang terpadu. Prosedur belajar ala jigsaw
adalah sebagai berikut:
a. Pilihan materi belajar yang bisa dipecahkan menjadi beberapa bagian.
Sebuah bagian bisa sependek kalimat atau sepanjang beberapa paragraph.
(Jika materinya panjang, perintahkan siswa untuk membaca tugas mereka
sebelum pelajaran): contohnya antara lain: (1) modul berisi beberapa poin
penting, (2) bagian-bagian eksperimen ilmu pengetahuan, (3) sebuah
naskah yang memilki bagian atau sub judul yang berbeda, (4) sebuah
daftar definisi, (5) sejumlah artikel setebal majalah atau sejenis materi
bacaan pendek yang lain.
b. Hitunglah semua bagian yang hendak dipelajari dan jumlah siswa.
Bagikan secara adil berbagai tugas kepada berbagai kelompok siswa.
Sebagian contoh, baying sebuah kelas yang terdiri dari 12 siswa.
Dimisalkan bahwa Anda bisa membagi materi pelajaran menjadi tiga
segmen atau bagian. Selanjutnya dalam membentuk kuartet (kelompok
empat anggota) dengan memberikan segmen 1, 2, 3 kepada tiap kelompok.
Kemudian perintahkan tiap kuartet atau kelompok belajar untuk membaca,
mendiskusikan, dan mempelajari materi yang mereka terima. (Jika anda
menghendaki anda dapat membentuk du pasang “rekan belajar terlebih
dahulu dan kemudian menggabungkan pasangan-pasangan itu menjadi
quartet untuk berkonsultasi dan saling berbagi pendapat).
c. Setelah waktu belajar selesai, bentuklah kelompok-kelompok belajar ala
jigsaw. Kelompok tersebut terdiri dari perwakilan tiap kelompok belajar di
kelas. Dalam contoh yang baru saja diberikan, anggota dari tiap kuartet
dapat berhitung mulai dari 1, 2, 3, dan 4. kemudian bentuklah kelompok
belajar jigsaw dengan jumlah yang sama. Hasilnya adalah empat
kelompok trio. Dalam masing-masing trio akan ada satu siswa yang telah
mempelajari segmen 1, segmen 2, dan segmen 3.
d. Perintahkan anggota kelompok jigsaw untuk mngajarkan satu sama lain
apa yang telah mereka pelajari.

13
e. Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dalam rangka
membahas pertanyaan yang masih tersisa guna memastikan pemahaman
yang akurat.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe
Jigsaw adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang
memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar
mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok jigsaw, sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan efektif diantara
anggota kelompok.
2. Manfaat model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Jigsaw adalah
Dapat membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya
sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja
secara bersama-sama diantara sesame anggota kelompok akan
meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar.
3. Langkah-langkah dalam Cooperative Learning tipe Jigsaw adalah:
a. Pra Layanan:
1. Menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai
2. Memilih materi belajar yang sesuia dengan tipe jigsaw
3. Membagi materi layanan menjadi beberapa segmen
b. Inti layanan
1. . Membagi siswa dalam beberapa kelompok
kecil (4-5 orang
2. Membagi segmen materi layanan secara adil
kepada kelompok kecil
3. Mengajak siswa dalam kelompok kecil untuk membaca,
mendiskusikan, mempelajari materi yang diterima
4. Membentuk kelompok-kelompok kecil menjadi kelompok belajar
jigsaw
5. Mengarahkan anggota kelompok jigsaw untuk mengajarkan satu
sama lain apa yang telah dipelajari dalam kelompok kecil

14
6. Mengarahkan dan membimbing siswa, dalam memahami materi
layanan
7. Memberikan pujian dan kritik membagun kepada siswa
8. Memberikan kesempatan siswa dari masing-masing kelompok
untuk mempresentasikan hasil kerjanya
9. Mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa
terhadap materi atau hasil kerja yang telah ditampilkannya
10. Mengorganisasikan siswa ke posisi semula dalam rangka
memastikan pemahaman yang akurat.
c. Penutup layanan
1. Mengajak siswa untuk melakukan refleksi terhadap proses layanan
2. Melakukan beberapa perbaikan dan pengarahan terhadap ide, saran
dan kritik yang berkembang.

E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adlah “ Penggunaan model
Cooperative Learning tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
dalam layanan bimbingan dan konseling pada siswa kelas X.2 SMP Negeri 16
Pekanbaru Tahun 2015.

15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan Tahun 2015 .selama 2 bulan yaitu pada bulan
Maret dan April 2015
2. Tempat Penenlitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 16 Pekanbaru
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas X.2 SMP Negeri 16 Pekanbaru
sebanyak 40 orang yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 23 siswa
perempuan.
C. Sumber Data Penelitian
1. Lembar penilaian 1: digunakan untuk menilai kinerja guru pembimbing
dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dengan
menggunakan model belajar kooperatif jigsaw. Adapun format lembar
penilaian 2 adalah sebagai berikut:
No Aspek yang dinilai Skor
1 2 3 4 5
Pra layanan
1 Menetapkan target pembelajaran yang ingin
dicapai
2 Memilih materi belajar yang sesuia dengan
tipe jigsaw
16
3 Membagi materi layanan menjadi beberapa
segmen
Inti layanan
4 Membagi siswa dalam beberapa kelompok
kecil (4-5 orang)
5 Membagi segmen materi layanan secara adil
kepada kelompok kecil
6 Mengajak siswa dalam kelompok kecil
untuk membaca, mendiskusikan,
mempelajari materi yang diterima
7 Membentuk kelompok-kelompok kecil
menjadi kelompok belajar jigsaw
8 Mengarahkan anggota kelompok jigsaw
untuk mengajarkan satu sama lain apa yang
telah dipelajari dalam kelompok kecil
9 Mengarahkan dan membimbing siswa,
dalam memahami materi layanan
10 Memberikan pujian dan kritik membagun
kepada siswa
11 Memberikan kesempatan siswa dari masing-
masing kelompok untuk mempresentasikan
hasil kerjanya
12 Mengarahkan dan mengoreksi pengertian
dan pemahaman siswa terhadap materi atau
hasil kerja yang telah ditampilkannya
13 Mengorganisasikan siswa ke posisi semula
dalam rangka memastikan pemahaman yang
akurat.
Penutup layanan
14 Mengajak siswa untuk melakuakan refleksi
terhadap proses layanan
15 Melakukan beberapa perbaikan dan
pengarahan terhadap ide, saran dan kritik
yang berkembang.
Jumlah skor
Persentase Kinerja guru
Kategori kinerja guru

17
Keterangan:
(1) sangat tidak baik; (2) tidak baik; (3) kurang baik; (4) baik; (5) sangat
baik
2. Lembar penilaian 2: digunakan untuk menilai motivasi belajar dalam
mengikuti pelayanan bimbingan dan konseling pada setiap siklus. Adapun
format lembar penilaian 3 adalah sebagai berikut:
No Aspek yang dinilai/Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
Adanya penghargaan dalam belajar
1 Apakah dalam kegiatan layanan ini anda merasa
mendapatkan penghargaan dari teman satu kelompok?
2 Apakah dalam kegiatan layanan ini anda merasa
mendapatkan penghargaan anggota kelompok lain?
3 Apakah dalam kegiatan layanan ini anda merasa
mendapatkan penghargaan dari guru pembimbing?
Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
1 Apakah model/cara yang pembelajaran yang
disajikan guru menarik/menyenangkan bagi anda?
2 Apakah teman-teman satu kelompok dalam
kegiatan layanan ini menarik/menyenangkan bagi
anda?
3 Apakah selama kegiatan layanan sikap guru
pembimbing menarik/menyenangkan bagi anda?
Adanya lingkungan belajar yang kondusif
1 Apakah tempat yang digunakan untuk layanan
mendukung terlaksananya kegiatan?
2 Apakah lingkungan di sekitar tempat kegiatan
layanan mendukung terlaksananya kegiatan?
3 Apakah suasana/cuaca di sekitar tempat kegiatan
layanan mendukung kegiatan layanan?
Jumlah skor
Kategori motivasi

Keteranagan:
Jawaban “Ya” diberi skor 2
Jawaban “Tidak” diberi skor 1

18
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data sekunder : dilakukan dengan menggunakan
lembar penilaian 1 : adalah berbentuk lembar observasi yang digunakan
untuk menilai kinerja guru pembimbing dalam pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling pada setiap siklus. Pengisian lembar pengamatan
1 dilakukan oleh pengamata lain selain peneliti.
2. Teknik pengumpulan data primer: dilakukan dengan menggunakan
lembar penilaian 2: dalah berbentuk lembar angket yang digunakan untuk
mengetahui tingkat motivasi belajar siswa dalam mengikuti pelayanan
bimbingan dan konseling pada setiap siklus. Lembar angket ini diisi oleh
siswa.

E. Evaluasi Data
1. Validasi data primer: dilakukan dengan cara triangulasi data
2. Validasi data sekunder: dilakukan dengan cara triangulasi data
F. Teknik Analisis Data
1. Lembar penilaian 1 : dilakukan dengan menggunakan teknik analisis
kualitatif, karena data yang diperoleh berbentuk kategori/ kualitatif. Teknik
ini digunakan untuk menganalisis sejauh mana kinerja guru pembimbing
dalam pelaksanaan layanan informasi dengan menggunakan model
kooperatif Jigsaw pada setiap siklus, dengan teknik analisis data sebagai
berikut:
JSKG
% KG= 100 %
JSM
Keteranagan:

%KG : Persentase kinerja guru dalam pelaksanaan layanan


bimbingan dan konseling pada setiap siklus
JSKG : Jumlah skor yang diperoleh guru pada setiap siklus
JSM : Jumlah skor maksimal pada setiap siklus.

19
Selanjutnya dari hasil perhitungan rumus tersebut dianalisis dengan
menggunakan table kategori kinerja guru dalam layanan informasi, yaitu
sebagai berikut:
No Persentase Kategori Kinerja Guru

1 1% - 20% Sangat tidak baik

2 21% -40% Tidak baik

3 41% -60% Kurang baik

4 61% -80% Baik

5 81% -100% Sangat baik

2. Lembar penilaian 2 : dilakukan dengan menggunakan teknik analisis


kualitatif, karena data yang diperoleh berbentuk kategori/ kualitatif. Teknik
ini digunakan untuk menganalisis sejauh mana tingkat motivasi belajar
setiap siswa dalam mengikuti proses layanan bimbingan dan konseling
pada setiap siklus, dengan teknik analisis data sebagai berikut:
a. Hasil pengisian lembar angket dari siswa diberi skor dengan ketentuan:
jawaban “Ya” diberi skor 2, dan jawaban “Tidak” diberi skor 1
b. Jumlah skor yang diperoleh masing-masing siswa kemudian dianalisis
berdasarkan tingkat motivasi siswa, yaitu sebagai berikut:
No Jumlah Skor Tingkat Motivasi
1 9-11 Rendah
2 12-14 Sedang
3 15-18 Tinggi

G. Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian ini akan dilakukan melalui 3

20
(tiga) siklus, setiap siklus dilakukan selama 2 x 40 menit yang terdiri dari 4
tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
1. Tahap Perencanaan
a. Iidentifikasi permasalahan pada kondisi awal melalui pengamatan,
wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan identifikasi permasalahan
pada kondisi setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II
menggunakan lembar penilaian pelaksanaan layanan serta lembar
angket motivasi belajar siswa.
b. Merancang rencana program layanan BK (membuat satuan layanan)
c. Menetapkan target layanan yang ingin dicapai.
d. Menetapkan sikap dan keterampilan sosial yang diharapkan
dikembangkan dan diperlihatkan siswa
e. Mengorganisasikan materi dan tugas-tugas siswa yang mencerminkan
system kerja dalam kelompok
f. Merancang lembar observasi yang akan digunakan dalam layanan.
2. Tahap Pelaksanaan:
a. Pra Layanan:
1. Menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai
2. Memilih materi belajar yang sesuia dengan tipe jigsaw
3. Membagi materi layanan menjadi beberapa segmen
b. Inti layanan
1. Membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil (4-5 orang)
2. Membagi segmen materi layanan secara adil kepada kelompok kecil
3. Mengajak siswa dalam kelompok kecil untuk membaca, mendiskusikan,
mempelajari materi yang diterima
4, Membentuk kelompok-kelompok kecil menjadi kelompok belajar
jigsaw
5. Mengarahkan anggota kelompok jigsaw untuk mengajarkan satu sama
lain apa yang telah dipelajari dalam kelompok kecil
6. Mengarahkan dan membimbing siswa, dalam memahami materi layanan
7. Memberikan pujian dan kritik membagun kepada siswa

21
8, Memberikan kesempatan siswa dari masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerjanya
9. Mengar ahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap
materi atau hasil kerja yang telah ditampilkannya
10. Mengorganisasikan siswa ke posisi semula dalam rangka memastikan
pemahaman yang akurat.
a. Penutup layanan
1. Mengajak siswa untuk melakuakan refleksi terhadap proses layanan
2. Melakukan beberapa perbaikan dan pengarahan terhadap ide, saran dan
kritik yang berkembang.
3. Tahap Pengamatan dan Penilaian
Pada tahap ini menggunakan tiga lembar penilaian yaitu :
1. Lembar penilaian 1 : digunakan untuk menilai kinerja guru dalam
proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Jigsaw. Pengamatan ini dilakukan oleh guru
lain (bukan peneliti) pada saat proses pelayanan sedang berlangsung
pada setiap siklus. Kemudian untuk mengetahui tingkat/kategori
kinerja guru, jumlah skor dianalisis dengan menggunakan ketentuan
sebagai berikut:
No Persentase Kategori Kinerja Guru
1 1% - 20% Sangat tidak baik
2 21% -40% Tidak baik
3 41% -60% Kurang baik
4 61% -80% Baik
5 81% -100% Sangat baik

c. Lembar penilaian 2 : digunakan untuk menilai tingkat motivasi


belajar siswa dalam mengikuti proses pelayanan bimbingan dan
konseling pada setiap siklus. Pengisian lembar angket dilakukan oleh
siswa dan diskor oleh guru (peneliti) setelah proses layanan selesai
pada setiap siklus.kemudian untuk mengetahui tingkat motivasi belajar
siswa, jumlah skor dianalisis dengan menggunakan ketentuan sebagai
berikut:
22
No Jumlah Skor Tingkat Motivasi
1 9-11 Rendah
2 12-14 Sedang
3 15-18 Tinggi

4. Refleksi
Refleksi merupakan tindakan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari hasil
pengamatan dan penilaian. Dari hasil pengamatan dan penilaian dapat
direfleksikan sebagai berikut:
a. Dari hasil pengamatan pada data
sekunder (lembar penilaian 1) akan terlihat kelemahan dan kekurangan
kinerja guru. Kelemahan dan kekurangan tersebut ditindak lanjuti
dalam bentuk rencana tindakan yang akan digunakan untuk
memeperbaiki kinerja guru dalam penggunaan teknik dinamika
kelompok pada siklus berikutnya.
b. Dari hasil penskoran pada data primer (lembar penilaian 2) akan
terlihat presentase siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi.
Kemudian presentase siswa yang memiliki motivasi tinggi. Tersebut
dijadikan acuan dalam menentukan apakah indikator keberhasilan
sudah tercapai atau belum dan apakah penelitian ini akan dilanjutkan
pada siklus berikutnya atau tidak.

H. Indikator Keberhasilan
Indikator Keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini 75% siswa memilki
motivasi tinggi dalam mengikuti proses layanan bimbingan konseling.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

23
A. Hasil Penelitian
1. Siklus I:
Siklus I dilakukan sebanyak satu kali pertemuan, yaitu pada tanggal 3
Maret 2017 dengan materi layanan Tata Krama di Sekolah. Pada siklus ini
berlangsung selama 1 jam pelajaran (1 x 40 menit) yang terdiri dari 4
tahapan, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
1. Merancang rencana program layanan BK (membuat satuan layanan)
2. Menetapkan target layanan yang ingin dicapai.
3. Menetapkan sikap dan keterampilan social yang diharapkan dikembangkan
dan diperlihatkan siswa
4. Mengorganisasikan materi dan tugas-tugas siswa yang mencerminkan
system kerja dalam kelompok
5. Merancang lembar observasi yang akan digunakan dalam layanan
b. Tahap Pelaksanaan
Pra Layanan:
1. Menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai
2. Memilih materi belajar yang sesuia dengan tipe jigsaw
3. Membagi materi layanan menjadi beberapa segmen

c. Inti layanan
1. Membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil (4-5 orang)
2. Membagi segmen materi layanan secara adil kepada kelompok kecil
3. Mengajak siswa dalam kelompok kecil untuk membaca, mendiskusikan,
mempelajari materi yang diterima
4. Membentuk kelompok-kelompok kecil menjadi kelompok belajar jigsaw
5. Mengarahkan anggota kelompok jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain
apa yang telah dipelajari dalam kelompok kecil
6. Mengarahkan dan membimbing siswa, dalam memahami materi layanan
7. Memberikan pujian dan kritik membagun kepada siswa
8. Memberikan kesempatan siswa dari masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerjanya

24
9. Mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap
materi atau hasil kerja yang telah ditampilkannya
10. Mengorganisasikan siswa ke posisi semula dalam rangka memastikan
pemahaman yang akurat.

d. Penutup layanan
1. Mengajak siswa untuk melakukan refleksi terhadap proses layanan
2. Melakukan beberapa perbaikan dan pengarahan terhadap ide, saran dan
kritik yang berkembang.

e. Tahap Pengamatan dan Penilaian


2) Hasil pengamatan kinerja guru dalam pelaksanaan layanan informasi
dengan menggunakan model belajar kooperatif Jigsaw dapat dilihat
dari hasil penilaian pada lembar penilaian 1 yaitu sebagai berikut:
No Aspek yang dinilai Skor
1 2 3 4 5
Pra layanan
1 Menetapkan target pembelajaran yang ingin 4
dicapai
2 Memilih materi belajar yang sesuia dengan tipe 4
jigsaw
3 Membagi materi layanan menjadi beberapa 4
segmen
Inti layanan
4 Membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil 4
(4-5 orang)
5 Membagi segmen materi layanan secara adil 4
kepada kelompok kecil
6 Mengajak siswa dalam kelompok kecil untuk 3
membaca, mendiskusikan, mempelajari materi
yang diterima
7 Membentuk kelompok-kelompok kecil menjadi 3
kelompok belajar jigsaw
8 Mengarahkan anggota kelompok jigsaw untuk 3
mengajarkan satu sama lain apa yang telah
dipelajari dalam kelompok kecil
9 Mengarahkan dan membimbing siswa, dalam 4
memahami materi layanan
25
10 Memberikan pujian dan kritik membagun kepada 2
siswa
11 Memberikan kesempatan siswa dari masing- 4
masing kelompok untuk mempresentasikan hasil
kerjanya
12 Mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan 3
pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja
yang telah ditampilkannya
13 Mengorganisasikan siswa ke posisi semula dalam 4
rangka memastikan pemahaman yang akurat.
Penutup layanan
14 Mengajak siswa untuk melakuakan refleksi 4
terhadap proses layanan
15 Melakukan beberapa perbaikan dan pengarahan 3
terhadap ide, saran dan kritik yang berkembang.
Jumlah skor 54
Persentase Kinerja guru 70,66%
Kategori kinerja guru Baik

Keterangan:
(2) sangat tidak baik; (2) tidak baik; (3) kurang baik; (4) baik; (5) sangat baik

3) Motivasi belajar siswa dalam layanan bimbingan dan konseling


dapat dilihat pada rekapitulasi hasil pengamatan lembar penilaian 2,
yaitu sebagai berikut:
No Nama Siswa Jumlah Skor Tingkat Motivasi
1 Andika putra pradana 13 Sedang
2 Adinda safitri 14 Sedang
3 Agung kelvin rahman 17 Tinggi
4 Annisa zahalianty 10 Rendah
5 Arianti wulandari 16 Tinggi
6 Aryadi putra 17 Tinggi
7 Delvara karika 12 Sedang
8 Dhea aprilia dinda 16 Tinggi
9 Dinda sativa velvy 17 Tinggi
10 Enjelina 14 Sedang
11 Fahmi fahrezi 16 Tinggi
12 Farrel putra 10 Rendah
13 Fathasya aulia 17 Tinggi
14 Findi audia agusha 15 Sedang
15 Fitri ulaida 12 Sedang
16 Guntur 16 Tinggi
17 Hanifan zikri 11 Rendah
26
18 Ibnu dahlan 16 Tinggi
19 Jesika Elisabet 18 Tinggi
20 Kassandra hendika 10 Rendah
21 Kevin habungapan 16 Tinggi
22 M.Dwi dermawan 16 Tinggi
23 Mona monica 16 Tinggi
24 Muhammad Akbar 13 Sedang
25 Muhammad Rezky 16 Tinggi
26 Nabilla 11 Rendah
27 Nadhira Putri 18 Tinggi
28 Putri permata miza 17 Tinggi
29 Ragiel Wieri Putra 12 Rendah
30 Ramanda putra 16 Tinggi
31 Reysa Sepmaiwandari 13 Sedang
32 Robin 18 Tinggi
33 Sari ananda putri 18 Tinggi
34 Septi sahara 16 Tinggi
35 Syafrani Risha Agusri 13 Sedang
36 Syifa nur Medina 16 Tinggi
37 Tiara ananda Utami 17 Tinggi
38 Vany lestari 15 Sedang
39 Wahyu Adi Sanjaya 17 Tinggi
40 Yogi aldian 14 Sedang
Jumlah siswa yang bermotivasi tinggi 23 Siswa
Presentase siswa bermotivasi tinggi 57,50%

1. Tahap Refleksi
a. Model cooperative tipe Jigsaw:
Hasil penilaian pada kinerja guru dalam melaksanakan layanan dengan
menggunakan model belajar kooperatif Jigsaw adalah jumlah skor 54,
presentase kinerja 70,66% dengan kategori kinerja guru baik. Sedangkan
kelemahan/kekurangan dalam menggunakan model kooperatif Jigsaw
pada siklus I, adalah sebagai berikut:
1. Guru kurang memperhatikan siswa dalam membimbing anggota
kelompok kecil untuk membaca, mendiskusikan, dan mempelajari
materi yang diterima (6)
2. Guru kurang menguasai kelas dalam membentuk kelompok-
kelompok kecil menjadi kelompok belajar Jigsaw (7)

27
3. Guru kurang terampil dalam mengarahkan anggota kelompok
Jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa yang telah dipelajari
pada kelompok kecil (8)
4. Guru tidak/belum memberikan pujian dan kritik membangun kepada
siswa (10)
5. Guru kurang mahir dalam mengarahkan dan mengoreksi pengertian
dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah
ditampilkannya (12)
6. Guru kurang berani dalam melakukan beberapa perbaikan dan
pengarahan terhadap ide, saran, dan kritik yang berkembang (5)

2. Motivasi Belajar Siswa


Dari hasil penilaian pada motivasi belajar siswa dalam mengikuti layanan
bimbingan dan konseling pada siklus I terdapat 23 siswa atau 57,50% siswa
memiliki motivasi belajar tinggi dalam layanan bimbingan konseling.
Dengan demikian penelitian pada siklus I belum memenuhi indicator
keberhasilan, karena indicator keberhasilan dalam penelitian ini adalah 70%
siswa memiliki motivasi tinggi, sehingga penelitian ini perlu dilanjutkan
pada siklus berikutnya.

2. Siklus II:
Siklus II dilakukan sebanyak satu kali pertemuan, yaitu pada tanggal 17
Maret 2015 dengan materi layanan Tata Krama dalam keluarga. Pada siklus
ini berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) yang terdiri dari 4
tahapan, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
a. Merancang rencana program layanan BK (membuat satuan layanan)
b. Menetapkan target layanan yang ingin dicapai.
c. Menetapkan sikap dan keterampilan social yang diharapkan
dikembangkan dan diperlihatkan siswa

28
d. Mengorganisasikan materi dan tugas-tugas siswa yang
mencerminkan system kerja dalam kelompok
e. Merancang lembar observasi yang akan digunakan dalam layanan

b. Tahap Pelaksanaan
1) Pra Layanan:
1. Menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai
2. Memilih materi belajar yang sesuia dengan tipe jigsaw
3. Membagi materi layanan menjadi beberapa segmen

2) Inti layanan
1. Membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil (4-5 orang)
2. Membagi segmen materi layanan secara adil kepada kelompok
kecil
3. Meningkatkan perhatian dalam membimbing siswa sebagai
anggota kelompok kecil untuk membaca, mendiskusikan, dan
mempelajari materi yang diterima
4. Berusaha menguasai kelas untuk membentuk kelompok-
kelompok kecil menjadi kelompok belajar Jigsaw
5. Meningkatkan keterampilan dalam mengarahkan anggota
kelompok Jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa yang
telah dipelajari pada kelompok kecil
6. Mengarahkan dan membimbing siswa, dalam memahami
materi layanan
7. Harus melakukan tindakan dalam memberikan pujian dan
kritik membangun kepada siswa
8. Memberikan kesempata kepada siswa dari masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya
9. Meningkatkan kemahiran dalam mengarahkan dan mengoreksi
pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil
kerja yang telah ditampilkannya

29
10. Mengorganisasikan siswa ke posisi semula dalam rangka
memastikan pemahaman yang akurat.
3) Penutup layanan
a) Mengajak siswa untuk melakuakan refleksi terhadap proses
layanan
b) Meningkatkan keberanian dalam melakukan beberapa
perbaikan dan pengarahan terhadap ide, saran dan kritik yang
berkembang. Menjelaskan tujuan, sikap dan keterampilan
sosial yang ingin dicapai siswa selama proses layanan.

c. Tahap Pengamatan dan Penilaian


1) Hasil pengamatan kinerja guru dalam pelaksanaan
layanan informasi dengan menggunakan model belajar kooperatif Jigsaw
dapat dilihat dari hasil penilaian pada lembar penilaian 1 yaitu sebagai
berikut:
No Aspek yang dinilai Skor
1 2 3 4 5
Pra layanan
1 Menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai 4
2 Memilih materi belajar yang sesuia dengan tipe jigsaw 4
3 Membagi materi layanan menjadi beberapa segmen 4
Inti layanan
4 Membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil (4-5 4
orang)
5 Membagi segmen materi layanan secara adil kepada 4
kelompok kecil
6 Membimbing siswa dalam kelompok kecil untuk 4
membaca, mendiskusikan, dan mempelajari materi
yang diterima
7 Membentuk kelompok-kelompok kecil menjadi 4
kelompok belajar jigsaw
8 Mengarahkan anggota kelompok jigsaw untuk 3
mengajarkan satu sama lain apa yang telah dipelajari
dalam kelompok kecil
9 Mengarahkan dan membimbing siswa, dalam 4

30
memahami materi layanan
10 Memberikan pujian dan kritik membagun kepada 3
siswa
11 Memberikan kesempatan siswa dari masing-masing 4
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya
12 Mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan 4
pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja
yang telah ditampilkannya
13 Mengorganisasikan siswa ke posisi semula dalam 4
rangka memastikan pemahaman yang akurat.
Penutup layanan
14 Mengajak siswa untuk melakuakan refleksi terhadap 4
proses layanan
15 Melakukan beberapa perbaikan dan pengarahan 3
terhadap ide, saran dan kritik yang berkembang.
Jumlah skor 57
Persentase Kinerja guru 76,00%
Kategori kinerja guru Baik

Keterangan:
1. sangat tidak baik; (2) tidak baik (3) kurang baik; (4) baik (5) sangat baik
2) Motivasi belajar siswa dalam layanan bimbingan dan konseling dapat dilihat
pada rekapitulasi hasil pengamatan lembar penilaian 2, yaitu sebagai
berikut:
No Nama Siswa Jumlah Skor Tingkat Motivasi
1 Andika Putra Pradana 16 Tinggi
2 Adinda Safitri 15 Sedang
3 Agung Kelvin Rahman 16 Tinggi
4 Annisa Zahalianty 11 Rendah
5 Ariaty Wulandari 16 Tinggi
6 Aryadi Putra 15 Tinggi
7 Delvara Karizka 14 Sedang
8 Dhea Aprilia Dinda 16 Tinggi
9 Dinda satifa delfi 15 Tinggi
10 Enjelina 14 Sedang
11 Fahmi fahrezi 17 Tinggi
12 Farrel putra 11 Rendah
13 Fatasha aulia 17 Tinggi
14 Findi audia agustin 17 Tinggi
15 Fitri ulaida 17 Tinggi
16 Guntur 17 Tinggi
17 Hanifan ikri 17 Tinggi
31
18 Ibu dahlan 17 Tinggi
19 Jesika elysabeth 18 Tinggi
20 Kassandra hendikas 11 Rendah
21 Kevin habungapan 16 Tinggi
22 M..dwi dermawan 13 Sedang
23 Mona monica 16 Tinggi
24 Muhammad akbar 13 Sedang
25 Muhammad reky 16 Tinggi
26 Nabilla 13 Rendah
27 Nadhira putri 18 Tinggi
28 Putri permata mia 18 Tinggi
29 Ragiel wieri putra 14 Sedang
30 Ramanda saputra 16 Tinggi
31 Reysa sepmaiwandari 14 Sedang
32 Robin 18 Tinggi
33 Sari ananda putri 15 Sedang
34 Septi sahara 17 Tinggi
35 Syafrani risha agusri 16 Tinggi
36 Syifa nur medina 17 Tinggi
37 Tiara ananda utami 16 Tinggi
38 Vany lestari 15 Sedang
39 Wahyu adi sanjaya 17 Tinggi
40 Yogi aldian 17 Tinggi
Jumlah siswa yang bermotivasi tinggi 27 Siswa
Presentase siswa bermotivasi tinggi 67,50%

d. Tahap Refleksi
1) Model cooperative tipe Jigsaw:
Hasil penilaian pada kinerja guru dalam melaksanakan layanan dengan
menggunakan model belajar kooperatif Jigsaw adalah jumlah skor 57,
presentase kinerja 76,00% dengan kategori kinerja guru baik. Sedangkan
kelemahan/kekurangan dalam menggunakan model kooperatif Jigsaw
pada siklus II, adalah sebagai berikut:
a) Guru kurang terampil dalam mengarahkan anggota kelompok Jigsaw
untuk mengajarkan satu sama lain apa yang telah dipelajari pada
kelompok kecil (8)
b) Guru kurang mantap memberikan pujian dan kritik membangun
kepada siswa (10)
c) Guru masih kurang berani dalam melakukan beberapa perbaikan dan
pengarahan terhadap ide, saran, dan kritik yang berkembang (15)

32
2) Motivasi Belajar Siswa
Dari hasil penilaian pada motivasi belajar siswa dalam mengikuti
layanan bimbingan dan konseling pada siklus II terdapat 27 siswa atau
67,50% siswa memiliki motivasi belajar tinggi dalam layanan bimbingan
konseling. Dengan demikian penelitian pada siklus II belum memenuhi
indicator keberhasilan, karena indicator keberhasilan dalam penelitian
ini adalah 70% siswa memiliki motivasi tinggi, sehingga penelitian ini
perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

3. Siklus III:
Siklus III dilakukan sebanyak satu kali pertemuan, yaitu pada tanggal 24
Maret 2015 dengan materi layanan Tata Krama dalam masyarakat. Pada
siklus ini berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) yang terdiri
dari 4 tahapan, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
(1) Merancang rencana program layanan BK (membuat satuan
layanan)
(2) Menetapkan target layanan yang ingin dicapai.
(3) Menetapkan sikap dan keterampilan social yang diharapkan
dikembangkan dan diperlihatkan siswa
(4) Mengorganisasikan materi dan tugas-tugas siswa yang
mencerminkan system kerja dalam kelompok
(5) Merancang lembar observasi yang akan digunakan dalam layanan
b. Tahap Pelaksanaan
1) Pra Layanan:
1. Menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai
2. Memilih materi belajar yang sesuia dengan tipe jigsaw
3. Membagi materi layanan menjadi beberapa segmen
2) Inti layanan
1. Membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil (4-5 orang)
2. Membagi segmen materi layanan secara adil kepada kelompok
kecil

33
3. Membimbing siswa sebagai anggota kelompok kecil untuk
membaca, mendiskusikan, dan mempelajari materi yang
diterima
4. Membentuk kelompok-kelompok kecil menjadi kelompok
belajar Jigsaw
5. Meningkatkan keterampilan lagi dalam mengarahkan anggota
kelompok Jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa yang
telah dipelajari pada kelompok kecil
6. Mengarahkan dan membimbing siswa, dalam memahami
materi layanan
7. Meningkatkan kemampuan dalam memberikan pujian dan
kritik membangun kepada siswa
8. Memberikan kesempata kepada siswa dari masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya
9. Mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman
siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah
ditampilkannya
10. Mengorganisasikan siswa ke posisi semula dalam rangka
memastikan pemahaman yang akurat.
3) Penutup layanan
1. Mengajak siswa untuk melakuakan refleksi terhadap proses
layanan
2. Lebih meningkatkan lagi keberanian dalam melakukan
beberapa perbaikan dan pengarahan terhadap ide, saran dan
kritik yang berkembang. Menjelaskan tujuan, sikap dan
keterampilan sosial yang ingin dicapai siswa selama proses
layanan.

c. Tahap Pengamatan dan Penilaian


3) Hasil pengamatan kinerja guru dalam pelaksanaan
layanan informasi dengan menggunakan model belajar kooperatif Jigsaw

34
dapat dilihat dari hasil penilaian pada lembar penilaian 1 yaitu sebagai
berikut:
No Aspek yang dinilai Skor
1 2 3 4 5
Pra layanan
1 Menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai 5
2 Memilih materi belajar yang sesuia dengan tipe jigsaw 5
3 Membagi materi layanan menjadi beberapa segmen 5
Inti layanan
4 Membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil (4-5 orang) 4
5 Membagi segmen materi layanan secara adil kepada 4
kelompok kecil
6 Membimbing siswa dalam kelompok kecil untuk membaca, 5
mendiskusikan, dan mempelajari materi yang diterima
7 Membentuk kelompok-kelompok kecil menjadi kelompok 4
belajar jigsaw
8 Mengarahkan anggota kelompok jigsaw untuk mengajarkan 4
satu sama lain apa yang telah dipelajari dalam kelompok kecil
9 Mengarahkan dan membimbing siswa, dalam memahami 5
materi layanan
10 Memberikan pujian dan kritik membagun kepada siswa 4
11 Memberikan kesempatan siswa dari masing-masing kelompok 4
untuk mempresentasikan hasil kerjanya
12 Mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman 4
siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah
ditampilkannya
13 Mengorganisasikan siswa ke posisi semula dalam rangka 4
memastikan pemahaman yang akurat.
Penutup layanan
14 Mengajak siswa untuk melakuakan refleksi terhadap proses 4
layanan
15 Melakukan beberapa perbaikan dan pengarahan terhadap ide, 4
saran dan kritik yang berkembang.
Jumlah skor 65
Persentase Kinerja guru 86,66%
Kategori kinerja guru Sangat Baik
Keterangan:
(1)sangat tidak baik; (2) tidak baik; (3) kurang baik; (4) baik; (5) sangat baik

4) Motivasi belajar siswa dalam layanan bimbingan dan konseling dapat


dilihat pada rekapitulasi hasil pengamatan lembar penilaian 2, yaitu
sebagai berikut:
No Nama Siswa Jumlah Skor Tingkat Motivasi
35
1 Andika Putra Pradana 16 Tinggi
2 Amaliya 15 Sedang
3 Andri Agasi 17 Tinggi
4 Ari Kurniawan 16 Tinggi
5 Danu Ramadan 16 Tinggi
6 Destiana 16 Tinggi
7 Dewi Apriyani 16 Tinggi
8 Dwi Sri Astuti 16 Tinggi
9 Dicky A.Saputra 15 Tinggi
10 Eka Melisa 14 Sedang
11 Erda Novita 17 Tinggi
12 Eva Astuti 16 Tinggi
13 Feti Aprila Putri 17 Tinggi
14 Fina Sefita Sari 18 Tinggi
15 Juni Karya 15 Tinggi
16 Madrofi 17 Tinggi
17 Mainandar Kristanto 16 Tinggi
18 Meijal Noor 17 Tinggi
19 Mairijal Eko Saputra 17 Tinggi-
20 M.Sipur Hasan 12 Rendah
21 Nita Sari 15 Tinggi
22 Nur Fitriani 13 Sedang
23 Prihatin Anjar 17 Tinggi
24 Purwaningtias Apri 15 Sedang
25 Revita Viora 16 Tinggi
26 Rian Dermawan 14 Sedang
27 Riski 18 Tinggi
28 Riza Sapitri 18 Tinggi
29 Siti Amanah 16 Tinggi
30 Siti Soleha 16 Tinggi
31 Suhayati 14 Sedang
32 Susi Fitriani 18 Tinggi
33 Toni Irawan 16 Tinggi
34 Tri Kesuma Dewi 15 Sedang
35 Wahyu Alfajar 14 Sedang
36 Yunita Efendi 17 Tinggi
37 Wulandari 16 Tinggi
38 Yulinda 16 Tinggi
39 Yuli Agustin 17 Tinggi
40 Zahlul Muzakkir 14 Sedang
Jumlah siswa yang bermotivasi tinggi 31 Siswa
Presentase siswa bermotivasi tinggi 77,50%

d. Tahap Refleksi
1) Model cooperative tipe Jigsaw:
Hasil penilaian pada kinerja guru dalam melaksanakan layanan
dengan menggunakan model belajar kooperatif Jigsaw adalah jumlah
skor 65, presentase kinerja 86,66% dengan kategori kinerja guru
36
sangat baik. Pada siklus III ini tidak terdapat kelemahan/kekurangan
dalam menggunakan model kooperatif Jigsaw.

2) Motivasi Belajar Siswa


Dari hasil penilaian pada motivasi belajar siswa dalam mengikuti
layanan bimbingan dan konseling pada siklus III terdapat 31 siswa
atau 77,50% siswa memiliki motivasi belajar tinggi dalam layanan
bimbingan konseling. Dengan demikian penelitian pada siklus III
sudah memenuhi indicator keberhasilan, karena indicator
keberhasilan dalam penelitian ini adalah 70% siswa memiliki
motivasi tinggi, sehingga penelitian ini tidak perlu dilanjutkan pada
siklus berikutnya.

B. Pembahasan
Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru
untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan
sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru
senantiasa berusaha agar murid-murid akhirnya memiliki self motivation yang
baik.
Belajar ala Jigsaw merupakan teknik dimana setiap siswa memahami
materi yang disegmentasi pada kelopok kecil kemudian setiap siswa tersebut
saling mengajarkan segmen materi dalam kelompok Jigsaw. Tiap siswa
mempelajari sesuatu yang apabila digabungkan dengan materi yang dipelajari
oleh siswa lain, akan membentuk kumpulan pengetahuan atau keterampilan
yang terpadu. Model belajar kooperatif jigsaw dapat membantu siswa dalam
mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di
masyarakat, sehingga dengan bekerja bersam-sama diantara sesame anggota
kelompok akan meningkatkan motivasi belajar siswa.
Dengan demikian semakin baik kinerja guru dalam menggunakan
model belajar kooperatif tipe jigsaw maka semakin meningkat pula motivasi
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada pembahasan sebagai berikut:

37
1) Siklus I
Hasil penilaian pada kinerja guru dalam melaksanakan layanan dengan
menggunakan model belajar kooperatif Jigsaw adalah 70,66% dengan
kategori baik. Hal ini berpengaruh pada motivasi belajar siswa dalam
mengikuti layanan bimbingan dan konseling yaitu terdapat 23 siswa atau
57,50% siswa memiliki motivasi belajar tinggi dalam layanan bimbingan
konseling. Dengan demikian penelitian pada siklus I belum memenuhi
indicator keberhasilan. Hal ini disebabkan karena adanya
kelemahan/kekurangan dalam menggunakan model cooperative lerarning
tipe Jigsaw pada siklus I, yaitu sebagai berikut:
a. Guru kurang memperhatikan siswa dalam membimbing anggota
kelompok kecil untuk membaca, mendiskusikan, dan mempelajari
materi yang diterima
b. Guru kurang menguasai kelas dalam membentuk kelompok-kelompok
kecil menjadi kelompok belajar Jigsaw
c. Guru kurang terampil dalam mengarahkan anggota kelompok Jigsaw
untuk mengajarkan satu sama lain apa yang telah dipelajari pada
kelompok kecil
d. Guru tidak/belum memberikan pujian dan kritik membangun kepada
siswa
e. Guru kurang mahir dalam mengarahkan dan mengoreksi pengertian
dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah
ditampilkannya
f. Guru kurang berani dalam melakukan beberapa perbaikan dan
pengarahan terhadap ide, saran, dan kritik yang berkembang

2) Siklus II

38
Pada siklus II ini diadakan perbaikan-perbaikan dalam rangka untuk
mengatasi kekurangan dan kelemahan pada siklus I, yaitu sebagai berikut:
a) Lebih meningkatkan perhatian dalam membimbing siswa sebagai
anggota kelompok kecil untuk membaca, mendiskusikan, dan
mempelajari materi yang diterima
b) Meningkatkan kemampuan dalam menguasai kelas untuk membentuk
kelompok-kelompok kecil menjadi kelompok belajar Jigsaw
c) Meningkatkan keterampilan dalam mengarahkan anggota kelompok
Jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa yang telah dipelajari
pada kelompok kecil
d) Harus melakukan tindakan dalam memberikan pujian dan kritik
membangun kepada siswa
e) Meningkatkan kemahiran dalam mengarahkan dan mengoreksi
pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja yang
telah ditampilkannya
f) Meningkatkan keberanian dalam melakukan beberapa perbaikan dan
pengarahan terhadap ide, saran, dan kritik yang berkembang.

Dari upaya perbaikan-perbaikan dalam penggunaan model belajar


kooperatif Jigsaw pada siklus II maka diperoleh peningkatan kinerja guru yaitu
dari 70,66% menjadi 76,00% dengan kategori baik. Hal ini berpengaruh pula
terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dalam mengikuti layanan bimbingan
dan konseling yaitu terdapat 27 siswa atau 67,50%% siswa memiliki motivasi
belajar tinggi dalam layanan bimbingan konseling. Dengan demikian penelitian
pada siklus II belum memenuhi indicator keberhasilan. Hal ini disebabkan karena
adanya kelemahan/kekurangan dalam menggunakan model cooperative lerarning
tipe Jigsaw pada siklus II, yaitu sebagai berikut:
a) Guru masih kurang terampil dalam mengarahkan anggota kelompok
Jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa yang telah dipelajari pada
kelompok kecil
b) Guru masih kurang mantap memberikan pujian dan kritik
membangun kepada siswa

39
c) Guru masih kurang berani dalam melakukan beberapa perbaikan dan
pengarahan terhadap ide, saran, dan kritik yang berkembang.

3) Siklus III
Pada siklus III ini diadakan perbaikan-perbaikan dalam rangka untuk
mengatasi kekurangan dan kelemahan pada siklus II, yaitu sebagai berikut:
a) Meningkatkan keterampilan dalam mengarahkan anggota kelompok
Jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa yang telah dipelajari
pada kelompok kecil
b) Guru harus mantap memberikan pujian dan kritik membangun kepada
siswa
c) Guru harus berani dalam melakukan beberapa perbaikan dan
pengarahan terhadap ide, saran, dan kritik yang berkembang.

Dari upaya perbaikan-perbaikan dalam penggunaan model belajar


kooperatif Jigsaw pada siklus III maka diperoleh peningkatan kinerja guru yaitu
dari 76,00% menjadi 86,66% dengan kategori sangat baik. Hal ini sanagt
berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dalam mengikuti
layanan bimbingan dan konseling yaitu terdapat 31 siswa atau 77,50% siswa
memiliki motivasi belajar tinggi dalam layanan bimbingan konseling. Dengan
demikian penelitian pada siklus III sudah memenuhi indicator keberhasilan, maka
penelitian ini tidak perlu dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya.

40
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Belajar model Jigsaw merupakan teknik dimana setiap siswa
memahami materi yang disegmentasi pada kelopok kecil kemudian setiap
siswa tersebut saling mengajarkan segmen materi dalam kelompok Jigsaw.
Tiap siswa mempelajari sesuatu yang apabila digabungkan dengan materi
yang dipelajari oleh siswa lain, akan membentuk kumpulan pengetahuan atau
keterampilan yang terpadu. Model belajar kooperatif jigsaw dapat membantu
siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan
kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja bersam-sama
diantara sesame anggota kelompok akan meningkatkan motivasi belajar siswa.
Dengan demikian semakin baik kinerja guru dalam menggunakan
model kooperatif Jigsaw maka semakin meningkat pula motivasi belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi dalam proses layanan
bimbingan dan konseling dengan menggunakan model Cooperative Learning
tipe Jigsaw pada siswa kelas X2 SMP Negeri 16 Pekanbaru semester ganjil
Tahun 2015, sebagaiman terlihat pada grafik sebagai berikut: pada sikulus I
kinerja guru mencapai 70,66% dan motivasi siswa mencapai 57,50%. Pada
siklus II kinerja guru mencapai 76,00% dan motivasi siswa mencapai 67,50%.
Pada siklus III kinerja guru mencapai 86,66% dan motivasi siswa mencapai
77,50%.
B. Saran
1. Karena model belajar kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa, maka sekolah yang memiliki karakteristik sama dapat

41
menerapkan penggunaan model kooperatif Jigsaw untuk meningkatkan
prestasi siswa secara lebih efektif.
2. Supaya penggunaan model belajar kooperatif Jigsaw dapat lebih baik dan
efektif lagi, maka guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan model belajar kooperatif Jigsaw harus memahami beberapa
prinsip penggunaan dan pengembangannya.
3. Karena pelaksanaan penelitian ini baru berjalan 3 siklus, maka peneliti
atau guru lain diharapkan dapat melanjutkan untuk mendapatkan temuan
yang lebih akurat
4. Karena model belajar kooperatif Jigsaw dapat membantu siswa dalam
mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata
di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama diantara
sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi belajar siswa,
maka harus dilaksanakan dengan memperhatikan prosedur
pelaksanaannya.

42
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Rineka
Cipta. Jakarta

Depdiknas. 2007. Wawasan Pengembangan Diri Dalam KTSP melalui Pelayanan


Konseling. PPPTK Penjas dan BK. Bogor

Kemmis & Targgart, dalam Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan


Kelas.. Bumi Aksara. Jakarta

Depdiknas. 2006. Layanan Bimbingan dan Konseling di SMP. PPPG Keguruan.


Jakarta

Etin Solihatin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning, Analisis Model


Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta

Hamalik Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Hamzah Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Bumi Aksara. Jakarta

Melvin L Silberman. 2006. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Nusa
Media. Bandung

Sardiman, AM. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta

Suhardjono. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta

Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta

Zainal Aqib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya. Jakarta

43
LAMPIRAN-LAMPIRAN

44

Anda mungkin juga menyukai