Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tujuan dan fungsi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah
pertama berorientasi pada kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dan bahasa negara. Fungsi dan tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu
sebagai sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa; sarana peningkatan
keterampilan dan pengetahuan dalam rangka pelestarian dan pengembangan
budaya; sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; sarana penyebarluasan
pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan; dan sarana
pemahaman keaneka-ragaman budaya Indonesia melalui khazanah bahasa
Indonesia.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa selain berbicara,
membaca, mendengarkan, dan menyimak. Menulis merupakan sebuah wujud cara
berkomunikasi dengan menggunakan media. Setiap orang mempunyai bakat
untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, baik menulis, berbicara,
membaca, mendengarkan, maupun menyimak. Optimalisasi penggunaan
keterampilan tersebut bergantung pada cara seseorang melakukan proses
pembelajaran secara terus- menerus, mengingat kemampuan berbahasa seseorang
dilakukan melalui proses pembelajaran dan bukan oleh faktor genetis atau
keturunan (Pamungkas, 2012:57).
Sebuah memiliki karya ilmiah harus memiliki totalitas memiliki makna
yang dibangun dari urutan kata, frasa maupun klausa pembentuknya. Penulisan
huruf (mulai huruf kapital hingga huruf miring) serta penggunaan tanda baca
(seperti tanda titik, koma, titik koma, titik dua, tanda tanya, tanda seru, tanda
hubung) harus benar-benar diperhatikan. Selain itu, aturan pemenggalan huruf,
suku kata, maupun kata benar-benar harus diteliti apakah sudah sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan atau belum. Penggunaan kata-kata
baku yang diserap dari bahasa asing, baik yang diserap dengan cara menyesuaikan

1
bunyi maupun akhiran harus mendapatkan perhatian agar kualitas karya ilmiah
dapat dipertanggungjawabkan.
Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah agar siswa
mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis, serta
memiliki kegemaran menulis (Depdiknas, 2007). Dengan kemampuan menulis
yang dimiliki, siswa dapat mengembangkan kreativitas, mengekspresikan ide, dan
dapat mempergunakan bahasa sebagai sarana menyalurkan kreativitasnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Penulis adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 3
Pekanbaru. Seiring dengan pentingnya peranan Bahasa Indonesia untuk dipelajari
oleh para siswa, penulis menemukan berbagai permasalahan dalam proses
pembelajaran bahasa Indonesia terutama pada aspek kemampuan menulis.
Berkisar 55% dari 38 siswa kelas VII pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia memiliki tingkat keterampilan menulis karangan ilmiah siswa yang
masih rendah. Hal ini disebabkan oleh siswa yang belum mampu menyusun
kalimat dengan pola susunan yang benar dalam mendeskripsikan suatu karangan.
Tidak mengherankan masih ada siswa yang kurang memahami makna suatu
kalimat dalam bahasa Indonesia sehingga mereka juga mengalami kesukaran
mengekspresikan ide dan gagasan ke dalam bentuk tulisan.
Hal ini juga terlihat dari hasil tulisan mereka pada materi kemampuan
menulis. Sebagian siswa belum mampu menyusun kalimat dengan pola susunan
yang benar. Dalam mendeskripsikan suatu karangan, siswa kerap terkesan
berbelit-belit. Sebagian besar siswa belum mampu mengekspresikan ide dan
gagasan, belum mampu menggunakan pilihan kata yang tepat, serta memiliki
pengetahuan yang rendah dalam penggunaan tanda baca pada karangan atau
tulisan mereka.
Menghadapi permasalahan siswa dalam menulis tersebut, sebagai guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia, penulis berusaha mencari suatu alternatif
pemecahan untuk memberi kemudahan bagi siswa dalam meningkatkan
kemampuan menulis siswa (Nurchasanah, 1997). Berdasarkan model

2
pembelajaran kooperatif, penulis tertarik untuk menerapkan Three Stay One
Stray, yang berarti “tiga tetap, satu pergi”, yaitu suatu model pembelajaran yang
dapat menyatukan pendapat siswa serta memperoleh laporan hasil diskusi dari
kelompok lain dalam waktu yang singkat (Ibrahim, 2000:5).
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Armis (2010) berjudul “Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural Three Stay One Stray dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa jumlah siswa yang mencapai titik minimum 80 pada skor dasar sebesar
40%, pada siklus I sebesar 51,43%, pada siklus II sebesar 65,71%, dan pada
siklus III sebesar 80%. Rata–rata pada skor dasar adalah 60%, pada siklus I
sebesar 65,66%, pada siklus II sebesar 71%, dan pada siklus III sebesar 76,28%.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Three Stay One Stray (TSOS) dapat meningkatkan hasil belajar
Bahasa Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan: Apakah penerapan
model pembelajaran kooperatif Three Stay One Stray dapat meningkatkan hasil
belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VII.2 SMPN 3 Pekanbaru Tahun Pelajaran
2017/2017.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan penerapan model
pembelajaran kooperatif Three Stay One Stray dalam meningkatkan hasil belajar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
1. Siswa
a. Dapat meningkatkan pemahaman ketentuan menulis siswa.
b. Melatih kemampuan berpikir sesuai dengan tingkat perkembangannya
dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
Bahasa Indonesia.

3
2. Guru
a. Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran
khususnya pelajaran Bahasa Indonesia.
b. Dapat dijadikan sebagai alternatif model pelajaran Bahasa
Indonesia.
3. Bagi sekolah
Temuan penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk mencerahkan
kegiatan pembelajaran dan meningkatkan pemahaman ketentuan menulis
siswa kelas VII 2 di SMPN 3 Pekanbaru.
4. Peneliti selanjutnya yakni dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan
penelitian lebih lanjut terkait dalam mengembangkan model pembelajaran
dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran.

E. Defenisi Operasional
Defenisi operasional dalam penelitian ini perlu dijelaskan agar tidak
terjadi kesalahpahaman antara pembaca dan penulis.
1. Pembelajaran kooperatif tipe Three Stay One Stray adalah suatu model
pembelajaran yang sesuai untuk menyatukan pendapat dimana siswa
mendapatkan laporan hasil diskusi dari kelompok lain dalam waktu yang
singkat.
2. Hasil belajar adalah nilai atau skor yang diperoleh siswa setelah terjadinya
proses belajar (skor kognitif). Skor tersebut diperoleh melalui serangkaian
tes penguasaan terhadap kompetensi-kompetensi yang telah dipelajari
siswa sebelumnya.

4
BAB II
KAJIAN TEORETIS

A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konep yang sulit jika anak saling berdiskusi dengan
temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu
memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan
penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran
kooperatif (Trianto, 2007: 41).
Eggen and Khaucak (dalam Trianto, 2007:42) mengatakan “Pembelajaran
kooperatif merupakan sebuah strategi pengajar yang melibatkan siswa bekerja
secara berkolerasi untuk mencapai tujuan bersama.”
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok
kecil yang terdiri atas 4 sampai 6 orang siswa yang sederajat, tetapi heterogen,
kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras, dan satu sama lain saling membantu.
Tujuan didesainnya kelompok terebut adalah untuk memberikan kesempatan
kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan
kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah
mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman
sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar (Trianto, 2007: 41).
Slavin dalam Trianto (2007: 52) dalam pembelajaran kooperatif siswa
ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan 4 atau 5 orang yang
merupakan campuran tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan
pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok anak untuk memastikan
bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran tersebut. Pada
akhirnya siswa diberikan tes yang mana pada saat tes ini anak tidak dapat saling
membantu. Poin setiap anggota tim ini selanjutnya dijumlahkan untuk mendapat
skor kelompok. Tim yang mencapai kriteria tertentu diberikan penghargaan tepuk
tangan dan pujian.
5
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran
yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan
bersama oleh Eggen dan Khaucak dalam Trianto (2007:42).
Arends dalam Trianto (2007: 47) ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajar.
b. Kelompok didesain dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang beragam.
d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu
Dari uraian tinjauan tentang pembelajaran kooperatif ini, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan kerjasama antar siswa dan
saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan dan penghargaan.
Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan masing-masing
individu tersebt sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam
belajar kelompok.
Terdapat enam tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran
Kooperatif. Ibrahim dalam Trianto (2007: 48) menyebutkan enam langkah dalam
pembelajaran Kooperatif, yakni:

6
Tabel 2.1
Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Kooperatif
No. Indikator Tingkah Laku
1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan
memotivasi siswa pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar
2 Menyampaikan informasi Guru menyampaikan informasi kepada
dengan jalan mendemonstrasikan atau
lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa ke Guru menjelaskan kepada siswa
dalam kelompok-kelompok bagaimana caranya membentuk
belajar kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
4 Membimbing kelompok bekerja Guru membimbing kelompok-
dan belajar kelompok belajar pada saat anak
mengerjakan tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk
menghargai upaya atau hasil belajar
individu maupun kelompok
Sumber: Ibrahim dalam Trianto (2007: 48)

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Three Stay One Stray


Pembelajaran kooperatif Three Stay One Straymerupakan suatu contoh
suatu model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mempengaruhi pola
7
interaksi siswa, yang melibatkan siswa dalam memahami materi pelajaran secara
kelompok.Millis (2008), mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif Three Stay
One Strayini juga merupakan teknik untuk mendapatkan laporan hasil diskusi dari
kelompok lain dalam waktu yang singkat apabila tidak ada waktu untuk
mendengar dari masing-masing kelompok.
Pembelajaran kooperatif Three Stay One Stray yang berarti “tiga tetap,
satu pergi”, dimana dalam satu kelompok terdiri dari 4 orang secara heterogen,
salah satu anggota dari setiap kelompok dipilih untuk pergi kekelompok lain
dengan waktu yang ditetapkan untuk melihat dan membandingkan hasil kerja
kelompoknya dengan kelompok yang dikunjungi, sedangkan 3 anggota yang
tinggal dikelompok asal akan menyambut pengunjung dari kelompok lain, setelah
selesai siswa yang pergi kembali kekelompok asal untuk melaporkan hasil diskusi
dari kelompok yang dikunjungi.
Kunandar (2007:342) mengatakan bahwa secara individual atau kelompok,
setelah satu kompetensi dasar akan dilakukan evaluasi oleh guru untuk menilai
sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Tiap siswa
atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna akan
diberi penghargaan.
Untuk lebih jelasnya ada 6 tahap dalam pembelajaran kooperatif Three
Stay One Stray (TSOS) yaitu :
a. Persiapan, pada tahap persiapan ini guru melaksanakan beberapa langkah
antara lain sebagai berikut :
1. Menetapkan pokok bahasan
Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif Three Stay One
Straydisiapkan materi yang akan disajikan dalam pembelajaran.
2. Menyiapkan perangkat pembelajaran, berupa silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS).
3. Menentukan skor dasar individu.
Skor dasar berdasarkan dari skor tes individual pada evaluasi terhadap materi
sebelumnya.

8
4. Membuat kelompok –kelompok kooperatif
Sebelum memulai pembelajaran kooperatif terlebih dahulu dibentuk kelompok
belajar kooperatif teknik Three Stay One Straydengan anggota kelompok
sebanyak 4 orang bersifat heterogen secara akademik yaitu terdiri dari siswa
berkemampuan tinggi, sedang dan normal.
5. Menentukan posisi kelompok dan perpindahan siswa dalam pembelajaran
kooperatif Three Stay One Stray, yang dapat dilihat pada bagan dibawah ini
FASE 1
KEL 1 KEL 2 KEL 3 KEL 4
AB AB AB AB
BC BC BC BC

FASE 2
AB AB AB AB
BC BC BC BC

FASE 3
AB AB AB AB
BC BC BC BC

FASE 4
AB AB AB AB
BC BC BC BC

Gambar 2.1 bagan diskusi perpindahan kelompok dengan model


pembelajaran kooperatif Three Stay One Stray

Keterangan:
A = Siswa berkemampuan tinggi
B = Siswa berkemampuan sedang
9
C = Siswa berkemampuan rendah
b. Tahap pelaksanaan
1. Penyajian Materi
Pada tahap penyajian materi, guru memulai dengan menyampaikan
indikator yang harus dicapai dan memotivasi siswa tentang materi yang
akan dipelajari.
2. Kerja Kelompok
Dalam kelompok siswa bekerja sama dengan anggota kelompok sebanyak
4 orang. Setiap kelompok diberikan LKS yang berisikan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang dijelaskan oleh guru. Dalam
kelompok, siswa akan berinteraksi dan saling membantu dalam
menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS, kemudian
hasil kerja kelompok dituangkan dalam suatu lembar kerja yag telah
disediakan guru. Selama kegiatan kelompok, guru bertindak sebagai
fasilitator yang memonitor kegiatan kelompok.
Setelah selesai, satu orang anggota kelompok pergi kekelompok lain
dengan waktu yang telah ditentukan oleh guru (sekitar 5 menit) untuk
meninjau apa yang dilakukan oleh kelompok lain, sementara tiga orang
anggota kelompok ditinggalkan dikelompok asal untuk menerima
kunjungan dari kelompok lain.
Setelah selesai, anggota kelompok pergi tadi kembali lagi kekelompok asal
dan memberitahu anggota-anggota yang lain apa yang telah ditinjau.
Kelompok asal membahas dan mendiskusikan hasil kerja yang diperoleh
dari kelompok lain.
3. Pengumpulan Tugas
Guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil kerja kelompoknya
untuk dinilai.
4. Pemberian Penghargaan Kelompok
Menurut (slavin, 2008:160) skor kelompok dihitung berdasarkan rata-rata
nilai perkembangan yang di sumbangkan oleh anggota kelompok. Dari nilai

10
individu yang diperoleh, terdapat tiga tingkat kriteria penghargaan yang
diberikan untuk penghargaan kelompok,yaitu :
a) Kelompok dengan rata-rata skor 15 sebagai kelompok baik
b) Kelompok dengan rata-rata skor 20 sebagai kelompok hebat
c) Kelompok dengan rata-rata skor 25 sebagai kelompok super
Bentuk penghargaan bagi kelompok yang berprestasi dapat dipilih sendiri
oleh guru.Tujuannya adalah untuk meningkatkan motivasi siswa agar tetap giat
belajar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar secara kelompok.
Pembelajaran kooperatif Three Stay One Strayini juga memiliki kelebihan,
diantaranya sebagai berikut :
1) Melatih siswa untuk membangun dan mengembangkan keterampilan sosial
yang dimiliki.
2) Mendorong siswa untuk bertukar ide dan menghargai pendapat orang lain.
3) Melatih siswa untuk belajar dengan mengajar.
4) Melatih siswa untuk lebih bertanggung jawab terhadap tugas dalam kelompok.
5) Melatih siswa untuk berani berbicara didepan kelas.
6) Terciptanya interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru.
7) Dapat meningkatkan kemampuan akademik siswa.
C. Pengertian Hasil Belajar
Belajar bukan sekedar menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Gagne dalam Dimyati (2006:10), belajar merupakan kegiatan yang kompleks.
Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai. Keberhasilan dalam belajar dapat dilihat dari hasil
belajar siswa yang diperoleh dalam kegiatan belajar.
Mulyasa (2008:97), mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan
prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator,
kompetensi, dan perubahan tingkah laku yang bersangkutan. Kemudian Slameto
(2003:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

11
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dengan lingkungannya.
Arikunto (2005:45) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil
yang diperoleh siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan hasil belajar ini
biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf ataupun kata-kata. Penjelasan ini
tidak juah berbeda dengan yang dijelaskan Nana (2003:103), bahwa hasil belajar
di sekolah dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang
ditempuhnya yang dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-
10 pada pendidikan dasar dan menengah, dan huruf A, B, C, D pada pendidikan
tinggi. Artinya, hasil belajar siswa di sekolah lebih banyak penekanannya dalam
bidang kognitif yang dilambangkan dengan angka-angka ataupun huruf.
Berdasarkan pengertian-pengertian pakar di atas, diperoleh suatu
kesimpulan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang menjadi milik siswa berupa
tingkat penguasaan atau pemahaman setelah dilakukan proses pembelajaran.
Sedangkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada penelitian ini merupakan
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Bahasa Indonesia setelah mengikuti
pembelajaran yang dinyatakan dalam desain skor yang diperoleh melalui tes hasil
belajar. Pelaksanaan evaluasi dan penilaian hasil belajar penting dilakukan. Sebab
hasil belajar sebagai ungkapan dan perwujudan hasil dari pelaksanaan
pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas hasil belajar secara umum dipandang sebagai
perwujudan perubahan tingkah laku dalam domain kognitif, afektif, dan
psikomotor yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran. Dalam hal ini
dapat dinyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai oleh siswa
setelah melakukan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan. Hasil belajar Bahasa Indonesia yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki atau dicapai setelah melalui proses
belajar Bahasa Indonesia, yang diikuti dengan perubahan tingkah laku dan prestasi
belajar.
D. Hipotesis

12
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika diterapkan
pembelajaran kooperatif Tipe Three Stay One Stray maka dapat meningkatkan
hasil belajar menulis siswa Kelas VII 2 di SMPN 3 Pekanbaru.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

13
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 3 Pekanbaru.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Pekanbaru di kelas VII 2 Tahun
Pembelajaran 2016/2017. Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan
dari bulan Oktober sampai November 2017. Penelitian ini dilaksanakan
dalam 6 kali pertemuan.
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil desain di SMPN 3 Pekanbaru dengan jumlah
siswa 38 orang yang terdiri dari 15 orang siswa laki-laki dan 23 orang siswa
perempuan. Penelitian dilakukan selama Semester Genap Tahun Pelajaran
2016/2017.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
tindakan kelas, merupakan rangkaian penelitian yang dilakukan secara kolaborasi
dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu terpecahkan. PTK
bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak
untuk digeneralisasi. Penelitian tindakan di sini adalah kolaboratif, yaitu kerja
sama antara peneliti dengan guru kelas yang berperan melakukan pengamatan
terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam menerapkan pembelajaran di
kelas. Peneliti terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi.
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dimana tiap siklus terdiri atas
dua kali pertemuan, daur siklus penelitian tindakan kelas (PTK) menurut
Arikunto, dkk. (2008: 16) adalah sebagai berikut:

14
Ref leksi Awal

Perencanaan
1

Refleksi 1 SIKLUS I Pelaksanaan


1

Pengamatan
1

Perencanaan
2

Refleksi 2 SIKLUS II Pelaksanaan


2

Pengamatan
2
?

Gambar 3.1
Desain Penelitian Tindakan Kelas

1. Perencanaan
Rencana tindakan kelas “Apa” yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau perubahan tingkah laku dan sikap sebagai solusi. Pada
tahap ini guru menetukan fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian
khusus untuk diamati. Dalam hal ini guru menetapkan Standar Kompetensi
yang akan menjadi fokus. Selanjutnya guru menetapkan cara yang akan
dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa hipotesis tindakan.
Kemudian guru menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan
menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrument
pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator
keberhasilan itu. Dalam hal ini guru menentukan indikator dari hasil
belajar siswa.

15
2. Pelaksanaan
Apa yang harus dilakukan oleh guru atau guru sebagai upaya perbaikan,
peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
Tahap merencanakan yaitu. merancang strategi dan skenario penerapan
model pembelajaran akan diterapkan. Pelakasanaan tindakan dilaksanakan
dengan suasana belajar yang wajar seperti hari biasanya.
3. Pengamatan
Mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau
dikenakan terhadap siswa. Tujuannya untuk mengetahui kualitas
pelaksanaan tindakan.
Tahap mengamati yaitu guru melibatkan teman sejawat sebagai pengamat
untuk melakukann pengamatan dan mencatat semua hal dilakukan selama
pelaksanaan tindakan berlangsung dengan menggunakan lembar
pengamatan yang sudah disusun sebelumnya.
4. Refleksi
Guru mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak
dari tindakan dari berbagai kriteria. Tujuannya adalah mengetahui
kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang dilakukan untuk dapat
diperbaiki pada siklus berikutnya.
Tahap Refleksi yaitu. merefleksikan siklus sebelumnya dan meneliti
apakah dalam siklus tersebut terdapat masalah. Jika ada maka dilakukan
proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan.
perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga
permasalahan dapat teratasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan:
b.Observasi
Observasi adalah mengamati langsung kegiatan siswa dan guru dalam
proses pembelajaran Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe

16
Three Stay One Stray. Untuk mengumpulkan data ini digunakan lembar
observasi “aktivitas guru dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif Tipe Three Stay One Stray dan aktivitas belajar siswa”.
c.Hasil belajar siswa
Untuk memperoleh data hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VII 2
pada pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 3 Pekanbaru, dalam proses
penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Three Stay One Stray
digunakan lembar evaluasi.
E. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data yang digunakan yaitu:
a. Lembar observasi
1) Lembar observasi aktivitas guru
2) Lembar observasi aktivitas siswa
b. Tes hasil belajar
1) Lembar soal tes
2) Lembar Kerja Siswa (LKS)
F. Teknik Analisis Data
a. Aktivitas guru
Observasi aktivitas guru dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran, yang dilakukan oleh observer, dengan kategori sebagai
berikut (Anonimus, 1991):
Tabel 3.1
Kategori Aktivitas Guru
Interval
No. Kategori
(%)
1 91 – 100 Baik sekali
2 71 – 90 Baik
3 61 – 70 Cukup
4 <61 Kurang baik

17
b. Aktivitas siswa
Observasi aktivitas siswa dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran melalui observasi, dengan rumus (Anas Sudijono, 2007):
F
x100%
P = N
Keterangan:
P = Angka persentase
F = Frekuensi aktivitas siswa
N = Jumlah siswa
Analisa data untuk mengetahui aktivitas siswa mengacu pada kategori
seperti pada tabel berikut (Anonimus, 1991):
Tabel 3.2
Kategori Aktivitas Belajar Siswa
No. Interval (%) Kategori
1 80 – 100 Baik sekali
2 65 – 74 Baik
3 55 – 64 Cukup
4 <55 Kurang baik

c. Hasil belajar Siswa


Untuk menentukan ada tidaknya peningkatan prestasi belajar siswa pada
setiap siklus, skor tes dari setiap siklus dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) 80 perseorangan dan klasikal.
Skor yang diperoleh siswa setiap akhir siklus selanjutnya dinyatakan
dalam bentuk persentase yang menyatakan ketuntasan belajar secara klasikal.
2) Ketuntasan individu. Dengan kriteria apabila seorang siswa (individu) telah
mencapai skor 70% dari jumlah soal yang diberikan atau dengan nilai 80
maka individual tersebut dikatakan tuntas, dengan rumus (Anonimus, 1995):
SS
x100
KI = SM
Keterangan:
KI = Ketuntasan individual

18
SS = Skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum
3) Ketuntasan klasikal. Dengan kriteria apabila suatu kelas telah mencapai skor
85% dari jumlah yang tuntas atau dengan KKM 80 maka kelas tersebut
dikatakan tuntas, dengan rumus (Anonimus, 1995):
JT
x100
KK = JS
Keterangan:
KK = Persentase ketuntasan belajar secara klasikal
JT = Jumlah siswa yang tuntas
JS = Jumlah siswa seluruhnya
d. Penghargaan kelompok
Untuk menentukan penghargaan kelompok dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
4) Menghitung skor individu dan skor kelompok.
Perhitungan skor individu ditujukan untuk menunjukkan nilai
perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok.
Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan skor tes
terdahulu dengan tes akhir. Dengan cara ini setiap anggota kelompok
memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor
maksimal bagi kelompoknya. Kriteria sumbangan skor dari Slavin dalam
Trianto (2007) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Kriteria Nilai Perkembangan Individu
No Skor Test Nilai Perkembangan
1 Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0
2 10 poin hingga 1 poin di bawah skor dasar 10
3 Skor dasar sampai l0 poin di atas skor dasar 20
4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30
5 Kertas jawaban sempurna (lebih besar dari skor 30
dasar) 30
Sumber: Slavin dalam Trianto (2007:55)

19
5) Pemberian penghargaan kelompok.
Skor kelompok dihitung berdasarkan rata-rata nilai perkembangan
yang disumbangkan anggota kelompok. Berdasarkan rata-rata nilai
perkembangan yang diperoleh maka terdapat tiga tingkat penghargaan yang
diberikan untuk kelompok.
Nilai perkembangan kelompok yang digunakan dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.4
Kriteria Penghargaan Kelompok
Rentang Kriteria
5 ≤ x ≤ 11,80 Baik
11,80 < x ≤ 23,25 Hebat
23,45 < x ≤ 30 Super
Sumber: Ratumanan dalam Trianto (2007:56)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria nilai
perkembangan kelompok sebagai berikut:
Selisih nilai perkembangan: 30 – 5 = 25
27
1. Kelompok rendah 100 x 25 = 6,80
Nilai perkembangan kelompok baik 5 ≤ x ≤ 5 + 6,80 = 11,80
46
2. Kelompok sedang 100 x 25 = 11,5
Nilai perkembangan kelompok hebat 11,80 < x ≤ 11,80 + 11,5 = 23,25
27
3. Kelompok tinggi 100 x 25=6,80
Nilai perkembangan kelompok super 23,25 < x ≤ 23,25 + 6,80 = 30

Untuk menentukan nilai rata-rata perkembangan kelompok dalam


penelitian ini peneliti hanya menghitung jumlah nilai perkembangan individu
yang mengikuti ulangan harian pada setiap kelompok. Siswa yang tidak mengikuti
ulangan harian pada setiap siklus tidak diikutsertakan dalam perhitungan nilai
rata-rata kelompok.
20
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus,
terdiri atas delapan kali pertemuan. Untuk siklus yang pertama, terdiri atas
empat kali pertemuan yaitu tiga kali pertemuan penyajian materi dan satu kali
penyajian pelaksanaan ulangan harian I. Pada siklus II juga terdiri atas empat kali
pertemuan dengan satu kali pelaksanaan ulangan harian II.
Sebelum melaksanakan tindakan proses penerapan pembelajaran
kooperatif teknik TSOS, terlebih dahulu peneliti memperkenalkan diri dan
memberi tahu akan melakukan penelitian di kelas VII.2 untuk satu bab
pembelajaran, yaitu pada materi menulis karangan ilmiah.
1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Sebelum pelaksanaan pembelajaran diterapkan pada siklus I, terlebih
dahulu penulis mempersiapkan instrumen penelitian seperti silabus, RPP
pertemuan 1 dan 2, lembaran kegiatan siswa (LKS) pertemuan 1 dan 2, soal
ulangan harian pertemuan 1 dan 2, soal ulangan harian untuk siklus I, dan lembar
pengamatan aktivitas siswa pertemuan 1 dan 2, lembar pengamatan aktivitas guru
pertemuan 1 dan 2.
a) Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
1) Pertemuan Pertama (Selasa, 3 Oktober 2016)
Pelaksanaan pertemuan pertama, guru memulai pembelajaran dengan
mengabsensi kehadiran siswa, pada pertemuan pertama seluruh siswa hadir
sebanyak 38 orang. Guru mengajak siswa berdoa bersama. Kemudian guru
melakukan apersepsi, yang dapat berupa penyampaian deskripsi singkat tentang
materi pelajaran yang akan diajarkan dan kaitannyadengan pengalaman atau
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Kemudian, memberikan motivasi dengan
penjabaran tujuan pembelajaran. Guru menyampaian tujuan pembelajaran tentang
rukun menulis.

21
Guru menyampaikan materi pembelajaran secara umum sesuai dengan
indikator tentang rukun menulis. Guru membagi siswa dalam 8 kelompok.
Selama kegiatan kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator yang
memonitor kegiatan kelompok. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (lampiran
4a) pada setiap kelompok sebagai bahan yang akan didiskusikan, anak bekerja
bersama, saling membantu untuk menyelesaikan tugas.
Setiap 2 orang dari anggota mengunjungi kelompok lain untuk bertamu,
sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil
kerja dan informasi anak ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota
yang tinggal tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan
melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil kerja anak.
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang
diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian
guru membahas dan mengarahkan siswa ke desain formal.
Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif model TSOS. Masing-masing siswa diberi kisi yang
berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSOS, yang
selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang
mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
2) Pertemuan Kedua (Selasa, 10 Oktober 2016)
Pelaksanaan pertemuan pertama, guru memulai pembelajaran dengan
mengabsensi kehadiran siswa, pada pertemuan pertama seluruh siswa hadir
sebanyak 38 orang. Guru mengajak siswa berdoa bersama. Kemudian guru
melakukan apersepsi, yang dapat berupa penyampaian deskripsi singkat tentang
materi pelajaran yang akan diajarkan dan kaitannyadengan pengalaman atau
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Kemudian, memberikan motivasi dengan
mengaitkan sunah menulis. Guru menyampaian tujuan pembelajaran tentang
siswa dapat menjelaskan pengertian menulis.

22
Selama kegiatan kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator yang
memonitor kegiatan kelompok. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa pada
setiap kelompok sebagai bahan yang akan didiskusikan, anak bekerja bersama,
saling membantu untuk menyelesaikan tugas.
Setiap 2 orang dari anggota mengunjungi kelompok lain untuk bertamu,
sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil
kerja dan informasi anak ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota
yang tinggal tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan
melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil kerja anak.
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang
diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian
guru membahas dan mengarahkan siswa ke desain formal.
Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif model TSOS. Masing-masing siswa diberi kisi yang
berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSOS, yang
selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang
mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
3) Pertemuan Ketiga (Selasa, 17 Oktober 2016)
Pada pertemuan ketiga siklus I, peneliti memberikan ulangan harian I
kepada siswa. Tes dilaksanakan selama 70 menit. Siswa yang hadir pada saat
ulangan harian I adalah 38 orang siswa. Soal ulangan harian I yang diberikan
sebanyak 20 soal tentang indikator rukun menulis dan indikator sunah menulis.
Setelah waktu berakhir semua kertas jawaban dikumpulkan. Kemudian peneliti
mengajak siswa membahas soal ulangan dengan cara meminta beberapa siswa
maju ke depan untuk menyelesaikan soal ulangan yang telah dikerjakan.
4) Refleksi Siklus I
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I ditemui adanya
ketertarikan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, adanya siswa yang

23
memperhatikan tetapi masih melakukan aktivitas lain, siswa dalam melakukan
prensentasi tidak tepat waktu, urutan sajian tidak betul dan penggunaan bahasa
tidak tepat dan tidak lancar, hanya beberapa siswa yang berani mengemukakan
pendapat.
Dalam memotivasi dan menjelaskan secara singkat materi yang akan
dipelajari. Peneliti memberikan dorongan kepada siswa yang kurang aktif dalam
kerja kelompok agar dapat bekerjasama dalam kelompok dengan baik. Memberi
dorongan kepada siswa yang dianggap lemah agar berani mengemukakan
pendapat. Memberikan pujian dan penghargaan atas hasil kerja siswa untuk
menumbuhkan semangat kerjanya.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
a) Tahap Persiapan
Untuk pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, penulis juga
mempersiapkan instrumen penelitian seperti silabus, RPP pertemuan 1 dan 2,
lembaran kegiatan siswa (LKS) pertemuan 1 dan 2, soal ulangan harian pertemuan
1 dan 2, soal ulangan harian untuk siklus I, dan lembar pengamatan aktivitas
siswa pertemuan 1 dan 2, lembar pengamatan aktivitas guru pertemuan 1 dan 2.
b) Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
5) Pertemuan Pertama (Selasa, 31 Oktober 2016)
Pelaksanaan pertemuan pertama, guru memulai pembelajaran dengan
mengabsensi kehadiran siswa, pada pertemuan pertama seluruh siswa hadir
sebanyak 38 orang. Guru mengajak siswa berdoa bersama. Kemudian guru
melakukan apersepsi, yang dapat berupa penyampaian deskripsi singkat tentang
materi pelajaran yang akan diajarkan dan kaitannya dengan pengalaman atau
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Kemudian memberikan motivasi dengan
mengaitkan syarat menulis.
Guru menyampaian tujuan pembelajaran tentang siswa dapat menjelaskan
pengertian syarat menulis. Guru menyampaikan pembelajaran materi secara
umum sesuai dengan program. Guru membagi siswa dalam 8 kelompok.

24
Selama kegiatan kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator yang
memonitor kegiatan kelompok. Guru memberikan Lembar Kerja Siswapada setiap
kelompok sebagai bahan yang akan didiskusikan, anak bekerja bersama, saling
membantu untuk menyelesaikan tugas.Setiap 2 orang dari anggota mengunjungi
kelompok lain untuk bertamu, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok
bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi anak ke tamu. Setelah
memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal tamu mohon diri dan kembali
ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mancocokkan dan
membahas hasil kerja anak.
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang
diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian
guru membahas dan mengarahkan siswa ke desain formal.
Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif model TSOS. Masing-masing siswa diberi kisi yang
berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSOS, yang
selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang
mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
6) Pertemuan Kedua (Selasa, 7 November 2016)
Pelaksanaan pertemuan pertama, guru memulai pembelajaran dengan
mengabsensi kehadiran siswa, pada pertemuan pertama seluruh siswa hadir
sebanyak 38 orang. Guru mengajak siswa berdoa bersama. Kemudian guru
melakukan apersepsi, yang dapat berupa penyampaian deskripsi singkat tentang
materi pelajaran yang akan diajarkan dan kaitannyadengan pengalaman atau
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Kemudian memberikan motivasi dengan
mengaitkan dengan hal-hal yang membatalkan salat. Guru menyampaian tujuan
pembelajaran tentang siswa dapat menyebutkan hal-hal yang membatalkan salat.
Selama kegiatan kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator yang
memonitor kegiatan kelompok. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (lampiran

25
4a) pada setiap kelompok sebagai bahan yang akan didiskusikan, anak bekerja
bersama, saling membantu untuk menyelesaikan tugas.
Setiap 2 orang dari anggota mengunjungi kelompok lain untuk bertamu,
sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil
kerja dan informasi anak ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota
yang tinggal tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan
melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil kerja anak.
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang
diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian
guru membahas dan mengarahkan siswa ke desain formal.
Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif model TSOS. Masing-masing siswa diberi kisi yang
berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSOS, yang
selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang
mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
7) Pertemuan Ketiga (Rabu, 10 Mei 2017)
Pada pertemuan ketiga siklus II, peneliti memberikan ulangan harian II
kepada siswa. Tes dilaksanakan selama 70 menit. Siswa yang hadir pada saat
ulangan harian I adalah 38 orang siswa. Soal ulangan harian II yang diberikan
sebanyak 20 soal tentang indikator syarat syah menulis dan indikator hal yang
membatalkan menulis. Setelah waktu berakhir semua kertas jawaban
dikumpulkan. Kemudian peneliti mengajak siswa membahas soal ulangan dengan
cara meminta beberapa siswa maju ke depan untuk menyelesaikan soal ulangan
yang telah dikerjakan.
c) Refleksi Siklus II
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus II ditemui siswa sudah
mulai memperhatikan dengan serius, sudah mulai sering bertanya, siswa sudah
berani beberapa kali memberikan pendapat, dalam melakukan presentasi tepat

26
waktu, urutan sajian betul dan penggunaan bahasa tepat dan lancar.
Sebagaimana dalam siklus I, maka setelah melaksanakan pengamatan atas
tindakan pembelajaran di dalam kelas, selanjutnya diadakan refleksi atas segala
kegiatan yang telah dilakukan. Dalam kegiatan pada siklus II dihasilkan produk
hasil refleksi sebagai berikut.
a. Dalam menyampaikan materi pelajaran sudah banyak melibatkan siswa.
b. Diskusi kelihatan hidup karena guru berhasil memotivasi siswa untuk
aktif dalam diskusi baik dengan pasangannya maupun secara kelompok.
c. Keberanian anak untuk bertanya atau maju kedepan kelas untuk
persentasi hasil kerja kelompok semakin meningkat. Hal ini pengaruh
dari motivasi guru untuk membangkitkan kepercayaan diri siswa untuk
maju.
B. Analisis Hasil Tindakan
1. Aktivitas Guru dan Siswa
a) Aktivitas Guru
Hasil analisa aktivitas guru selama pembelajaran kooperatif tipe TSOS
dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1
Hasil Analisis Aktivitas Guru Selama
Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Siklus I dan II
No Aktivitas Guru
1 2 3 4
1 Menyampaikan apersepsi 4 4 4 4
2 Menuliskan materi dipapan tullis 3 4 4 4
3 Menyampaikan tujuan 2 3 4 4
pembelajaran
4 Menyampaikan langkah-langkah 2 4 3 4
sesuai dengan model
pembelajaran tipe Three Stay
One Stray
5 Menyampakan garis-garis besar 2 3 4 4
materi pembelajaran
6 Mengorganisasikan siswa 4 4 4 4
kedalam kelompok belajar dan
memberikan LKS
7 Membimbing kelompok dalam 2 4 4 4

27
bekerja
8 Menyampaikan kepada siswa 4 4 4 4
untuk kembali kekelompok asal
dan mengajarkan hasil diskusi
pada kelompoknya
9 Memberi waktu untuk diskusi 2 3 4 4
secara umum
10 Memberikan penghargaan 4 3 4 4
terhadap kelompok cooperative
Jumlah Skor 29 36
39 40
Rata-rata Skor 2,9 3,6
3,9 4
Persentase 72,50 90,00
97,50 100
Baik Baik
Kategori Baik Baik
Sekali Sekali
Berdasarkan data tabel di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan 1 siklus
I persentase aktivitas guru adalah 72,50% pada kategori baik, kemudian menjadi
meningkat pada pertemuan 2 siklus I adalah 90,00% pada kategori baik. Hingga
terjadi peningkatan pada pertemuan 1 siklus II yaitu 97,50% pada kategori baik
sekali, hingga pada pertemuan 2 siklus II menjadi 100% pada kategori baik sekali.
Dengan demikian terjadi peningkatan aktivitas guru dari siklus I hingga aktivitas
guru pada siklus II sebesar 17,50%.
Gambar 4.1
Hasil Analisis Aktivitas Guru Selama
Kegiatan Pembelajaran

120,00%
97,50% 100,00% 98,75%
100,00% 90,00%
81,25%
80,00% 72,50%

60,00%

40,00%

20,00%

0,00%
Cukup Baik Baik Sekali Baik Baik Sekali Baik Sekali Baik Sekali

1 2 Rata-rata 1 2 Rata-rata

Siklus I Siklus II

28
b) Aktivitas Siswa
Hasil analisa aktivitas siswa selama pembelajaran kooperatif tipe TSOS
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Hasil Analisis Aktivitas Siswa Selama
Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Siklus I dan II
No Aktivitas Siswa
1 2 3 4
1 Memperhatikan guru 74 79 85 86
memberikan apersepsi,
menuliskan materi, tujuan
pembelajaran dan langkah-
langkah Pelaksanaan Metode
Pembelajaran Kooperatif TSOS,
2 Bertanya, 12 56 60 65
3 Menjawab pertanyaan, 20 62 59 66
4 Memberikan pendapat, 11 57 61 68
5 Menyelesaikan LKS, 73 76 80 88
6 Mempersentasekan hasil 64 71 85 97
kelompok di depan kelas.
Jumlah Skor 254 401 430 470
Rata-rata Skor 10,16 16,04 17,2 18,8
Persentase (%) 42,33 66,83 71,67 78,33
Kurang Baik
Kategori Baik Baik
Baik Sekali

Berdasarkan data tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan 1
siklus I persentase aktivitas siswa adalah 42,33% pada kategori kurang baik,
kemudian meningkat pada pertemuan 2 siklus I yaitu dengan rata-rata 66,83%
dengan kategori baik, hingga meningkat terus pada pertemuan 2 siklus II yaitu
78,33% pada kategori baik sekali. Keadaan ini menunjukkan adanya peningkatan
aktivitas siswa dari siklus I hingga pada siklus II sebesar 20,42%. Untuk melihat
gambarannya dapat dilihat gambar berikut:

29
Gambar 4.2
Hasil Analisis Aktivitas Siswa dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Kooperatif Tipe TSOS
90,00%
78,33% 75,00%
80,00% 71,67%
66,83%
70,00%
60,00% 54,58%
50,00% 42,33%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik Baik Sekali Baik Sekali

1 2 Rata-rata 1 2 Rata-rata

Siklus I Siklus II

Berdasarkan gambar 4.2 di atas dapat diketahui aktivitas siswa dalam


pembelajaran kooperatif tipe TSOS, persentase aktivitas yang paling rendah
adalah pada pertemuan 1 siklus I yaitu 42,33%, sedangkan persentase aktivitas
yang paling tinggi adalah pada pertemuan 2 siklus II yaitu 78,33%.

2. Hasil Belajar Bahasa Indonesia siswa


a. Ketuntasan Individual dan Klasikal
Dari hasil penelitian yang dilihat dari nilai ulangan harian pada siklus I
dan siklus II di kelas VII 2 SMPN 3 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2016/2017
setelah menggunakan kooperatif tipe TSOS dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut
ini:

30
Tabel 4.3
Ketuntasan Individual Siswa Setelah Menggunakan Kooperatif tipe TSOS
di Kelas VII 2 SMPN 3 Pekanbaru
Tahun Pelajaran 2016/2017
Siklus I Siklus II
No Ketuntasan Individu
Jumlah Siswa (%) Jumlah Siswa (%)
1 Tuntas 38 (100) 38 (100)
2 Tidak Tuntas - -
Jumlah 38 (100) 38 (100)
Ketuntasa klasikal Tuntas Tuntas

Pada tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan individual siswa
kelas VII 2 dari nilai ulangan harian pada siklus I dan II setelah menggunakan
kooperatif tipe TSOS di kelas VII 2 SMPN 3 Pekanbaru Tahun Pelajaran
2016/2017, baik pada UH 1 maupun UH 2 siswa kelas VII 2 sudah mencapai
ketuntasan individu dan klasikal (100%).
Secara klasikal kelas tersebut dikategorikan tuntas 80% dengan rata-rata
nilai ulangan harian 78,4. Tuntasnya seluruh siswa disebabkan oleh siswa sudah
aktif bekerjasama dengan kelompoknya dalam mengikuti pembelajaran dan
mengerjakan LKS, selain itu selama proses pembelajaran berlangsung siswa
sudah mengikuti pembelajaran dengan serius, hal tersebut dapat memberikan
kontribusi positif bagi peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan guru.

Gambar 4.3
Ketuntasan Individual dan Klasikal Siswa dalam Pelaksanaan

31
Pembelajaran Kooperatif tipe TSOS

120
100 100
100

80

60

40
25 25
20

0
siklus I Siklus II

Tuntas %

Secara klasikal kelas tersebut dikategorikan tuntas apabila suatu kelas


telah mencapai skor 85% dari jumlah yang tuntas atau dengan KKM 80 maka
kelas tersebut dikatakan tuntas (100%).

3. Penghargaan Kelompok
Nilai perkembangan dihitung pada siklus I (indikator jenis–jenis teknologi
komunikasi pada masa lalu dan masa kini dan indikator sunah menulis), dan
siklus II (materi pokok tentang menyebutkan jenis – jenis teknologi transportasi
masa lalu dan masa kini dan indikator cara penggunaan alat – alat teknologi
transportasi pada masa lalu dan masa kini)
Dalam menentukan nilai perkembangan siklus I dihitung berdasarkan
selisih skor ulangan sebelum tindakan dengan skor ulangan harian I, sedangkan
nilai perkembangan siklus II dihitung dari selisih skor dasar dan ulangan harian II,
pada pertemuan ini pembentukan kelompok terjadi dua kali. Penyusunan
kelompok kooperatif tipe TSOS putaran I dan putaran II berturut-turut
berdasarkan nilai skor dasar dan ulangan harian I.
Berdasarkan data nilai perkembangan siswa pada siklus I dan lampiran
12b tentang nilai perkembangan siswa siklus II dapat disimpulkan pada tabel
32
berikut.
Tabel 4.4
Nilai Perkembangan Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Nilai
Jumlah
Perkembangan Jumlah Siswa Persentase Persentase
Siswa
5 - - - -
10 1 4,0% - -
20 12 48,0% 10 40,0%
30 12 48,0% 15 60,0%
Jumlah 25 100% 25 100%

Berdasarkan data menunjukkan nilai perkembangan siswa pada siklus II


lebih baik dari pada siklus I hal ini terbukti dari ada peningkatan nilai
perkembangan siswa terutama pada nilai 20 dan nilai 30.
Dari lampiran predikat masing-masing kelompok pada materi pokok sifat-
sifat bangun datar dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 4.4
Nilai Perkembangan Kelompok pada Siklus I dan Siklus II
UH I UH II
Predikat
Kelompok Kelompok
Baik - -
Hebat I, III, IV II
Super II, V, VI I, III,IV,V,VI

Berdasarkan data tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa penghargaan


kelompok pada ulangan harian II lebih baik dari ulangan harian I. Pada ulangan
harian I kelompok yang paling banyak mendapat predikat baik dan hebat,
sedangkan pada ulangan harian II yang paling banyak mendapat predikat super.

C. Pembahasan Hasil Penelitian


Pada siklus I siswa masih beradaptasi terhadap model pembelajaran TSOS

33
karena baru pertama kali melaksanakannya sehingga anak sulit untuk memahami
prosedur yang harus dilaksanakan sedangkan pada siklus II, siswa sudah mulai
terbiasa sehingga guru tidak perlu panjang lebar lagi memberikan penjelasan
kepada siswa. Hal sesuai dengan pendapat Ibrahim, dkk (2000:34) bahwa “siswa
yang belum berpengalaman dengan model pembelajaran kooperatif mungkin pada
awalnya model ini kelihatannya tidak berjalan”. Pada tahap persiapan ini guru
telah memulai proses pembelajaran dengan baik sehingga diharapkan dapat
memberikan efek positif pada pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
model TSOS selanjutnya. Menurut Hasibuan, dkk (2000:29) “jika guru berhasil
membuka pelajaran dengan baik akan menjadikan siswa benar-benar siap mental
untuk belajar (timbul perhatian dan motivasi untuk belajar)”.
Tahap kedua yaitu tahap presentasi guru. Pada tahap ini, secara umum
sudah dilaksanakan dengan baik oleh guru. Pada tahap ini guru memulainya
dengan menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Guru
menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran dengan mengaitkan
materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya. Setelah menyampaikan
tujuan, guru kemudian melanjutkan dengan menyampaikan dan menuliskan
materi yang akan dipelajari.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibrahim (2000:39) bahwa “beberapa
aspek dari penyampaian tujuan dan motivasi siswa untuk pembelajaran kooperatif
dimulai dengan menelaah ulang, menjelaskan tujuan dengan bahasa yang mudah
dipahami, dengan menunjukkan bagaimana pelajaran itu terkait dengan pelajaran-
pelajaran sebelumnya”.
Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran kooperatif model TSOS
didasarkan pada lima unsur dasar pembelajaran kooperatif yang meliputi interaksi
tatap muka, tanggung jawab individu, saling ketergantungan positif, keterampilan
berkomunikasi antar individu dan kelompok dan evaluasi proses kelompok.
Pembelajaran kooperatif model TSOS mengajarkan kemandirian, kerjasama dan
tanggung jawab individu pada diri siswa sehingga siswa tidak selalu tergantung
pada teman.

34
Penggunaan model pembelajaran kooperatif membuat siswa menjadi lebih
banyak belajar dari pada pembelajaran sebelumnya (konvensional), sebagaimana
disampaikan oleh Ibrahim, (2000:17) bahwa “sejumlah penelitian menunjukkan
bahwa dalam “setting’ kelas kooperatif, siswa lebih banyak belajar dari satu
teman ke teman yang lain di antara sesama siswa daripada belajar dari guru”.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

35
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe TSOS sangat membantu dalam
pembelajaran karena itu penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TSOS
dapat memperbaiki hasil belajar siswa.
2. Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TSOS dapat
meningkatkan pemahaman ketentuan menulis siswa, baik secara individu
maupun secara klasikal. Adapun peningkatan persentase ketuntasan individu
adalah 38 siswa (100%), sedangkan peningkatan persentase secara klasikal
adalah 38 siswa (100%).

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dapat dikemukakan saran berikut:
1. Guru dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TSOS dalam
pembelajaran, karena pembelajaran kooperatif tipe TSOS dapat
meningkatkan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia.
2. Guru sebaiknya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TSOS, karena
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TSOS dapat
meningkatkan pemahaman ketentuan menulis siswa.
3. Guru dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TSOS untuk
membantu memperbaiki hasil belajar Bahasa Indonesia siswa.

DAFTAR PUSTAKA

36
Arikunto, Suharsimi & Suhardjono. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Bumi Aksara.
Anonimus, 1991, Petunjuk Operasional Peningkatan Mutu Pendidikan,
Pekanbaru: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah
Propinsi Riau
---------, 1995, Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Depdiknas. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemp. Jerrold E. 1994. Proses Perancangan Pengajaran (terjemahan). Bandung:
ITB.
Syafaat, Aat H. TB. Dan Sahrani, Sohari dan Muslih. 2008. Peranan Pendidikan
Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Syah, Muhibbin. (2009). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Muslim Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Program
Pascasarjana Unesa University Press.
Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta : Rineka
Cipta.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.

37

Anda mungkin juga menyukai