Anda di halaman 1dari 85

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pelayanan merupakan indikator kinerja bagi

penyelenggara pelayanan kesehatan. Institusi kesehatan akan

semakin maju jika kinerjanya dapat dipertahankan. Oleh karena itu

pelayanan harus berubah mengarah pada kekuatan pasar sehingga

orientasi rumah sakit maupun institusi kesehatan lain bergeser arah

dari organisasi sosial kearah sosial ekonomi, dengan demikian

mempertahankan pelanggan adalah tujuan utama yang harus dicapai.

Kualitas jasa atau kualitas pelayanan (service quality)

berkontrabisi signifikan dengan penciptaan diferefisensi, positioning,

dan strategi bersaing setiap organisasi pemasaran, baik perusahaan

manifektur maupun penyedia jasa. Sayangnya, minat dan perhatian

pada pengukuran kualitas jasa dapat dikatakan baru berkembang

pada dekade 1980-an. Perspektif pengukuran kualitas biasa

dikelompokan jadi dua jenis yaitu internal dan eksternal (Tjiptono,

2016).

Terdapat 5 indikator kualitas pelayanan dan dijadikan indikator

dalam penelitian ini yaitu bukti fisik (tangibles) berupa penampilan

fasilitas fisik, kehandalan (reliability) berupa kemampuan petugas

kesehatan dalam menangani masalah dengan cepat,tanggung jawab

(responsiviness) berupa kesediaan petugas kesehatan dalam


2

membantu pasien saat mengalami kesulitan,jaminan (assurance)

berupa kemampuan menjawab pertanyaan pasien perihal sakitnya,

dan empaty (empathy) berupa perhatian kepada semua

pasien(Tjiptono, 2016).

Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan

antara persepsinya terhadap pelayanan dengan harapan sebelum

mendapatkan pelayanan tersebut. Apabila harapannya terpenuhi,

berarti pelayanan tersebut telah memberikan suatu kualitas yang luar

biasa dan juga akan menimbulkan kepuasan yang tinggi. Sebaliknya

apabila harapanya itu tidak tercapai, maka diartikan kualitas

pelayanan tersebut tidak memenuhi apa yang diharapkannya

(Saragih, 2009).

Sebenarnya konsep kepuasan pelanggan masih bersifat

abstrak. Pencapaian kepuasan dapat merupakan proses yang

sederhana, maupun kompleks dan rumit. Dalam hal ini peranan setiap

individu dalam service encounter sangatlah penting dan berpengaruh

terhadap kepuasan yang dibentuk. Untuk dapat mengetahui tingkat

kepuasan pelanggan secara lebih baik, maka perlu dipahamipula

sebab-sebab kepuasan.Pelanggan tidak suka lebih banyak kecewa

pada jasa daripada barang, tetapi mereka juga jarang mengeluh.

Salah satu alasannya adalah karena juga ikut terlibat dalam proses

penciptaan jasa (Wahdi, 2006).


3

Petugas kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan

kepada pasien diharapkan sesuai dengan standar profesi masing-

masing yang dalam hal ini adalah standar praktek asuhan

keperawatan yang telah ditetapkan. Semakin patuh semua tenaga

profesional kepada standar yang diakui oleh masing-masing profesi,

akan semakin tinggi pula kualitas asuhan keperawatan terhadap

pasien. Yang berarti bahwa kualitas pelayanan tenaga kesehatan atau

keperawatan semakin meningkat (Zakiyah Yasin & Puspitasari, 2014).

Pusat Kesehtan Masyarakat adalah organisasi kesehatan

fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan

masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan

memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes

RI, 1991). Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan

tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam

wilayah kerjanya. Menurut kemenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004

Puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (H. H. Hapid, 2015)

Di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar Prov. Sulawesi

Selatan dengan jumlah kunjungan pasien rawat jalan terhitung dengan

rata-rata per bulan 2017 sebanyak 611 pasien rawat jalan, sebagai

unsur pelaksana pemerintah kabupaten/kota dalam hal ini Puskesmas


4

perlu mendeteksi masalah kualitas pelayanan kesehatan sehubungan

dengan pentingnya kepuasan pasien, pemberian insentif dan promosi

jabatan. Sehingga pegawai dan tenaga medis mampu

memaksimalkan peran agar dapat menjawab perubahan-perubahan

yang terjadi (Puskesmas,2017)

Berdasarkan hasil wawancara singkat pada pasien rawat jalan

Puskesmas Cendrawasih kota Makassar ada beberapa keluhan

pasien tentang pelayanan yang di peroleh antara lain proses

pendaftaran yang cukup lama, empati perawat terhadap pasien,

proses penanganan pasien yang rumit pada pasien rawat jalan

(puskesmas, 2017)

Uraian di atas jelas diketahui bahwa kualitas suatu pelayanan

kesehatan khususnya di puskesmas memiliki kesenjangan antara

harapan dan kenyataan, dari dasar ini yang menjadi acuan dan

pertimbangan sehingga mengapa perlu dilakukan penelitian terhadap

kualitas pelayanan kesehatan terhadap kepuasan pasien di

Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar Prov. Sulawesi Selatan.

Untuk itu diperlukan pemecahan masalah sebagai titik temu melalui

suatu pendekatan manajemen dalam rangka meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan yang akan dapat meningkatkan tingkat

kepuasan pasien di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar Prov.

Sulawesi Selatan Provinsi Sulawesi Selatan.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi rumusan

masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan kesehatan dilihat dari segi

tangibles terhadap tingkat kepuasan pasien rawat Jalan dii

Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar ?

2. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan kesehatan dilihat dari segi

reliability terhadap tingkat kepuasan pasien rawat jalan di

Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar ?

3. Bagaimana kualitas pelayanan kesehatan dilihat dari segi

responsiveness terhadap tingkat kepuasan pasien rawat jalan di

Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar ?

4. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan kesehatan dilihat dari segi

assurance terhadap tingkat kepuasan pasien rawat jalan di

Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar ?

5. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan kesehatan dilihat dari segi

empathy terhadap tingkat kepuasan pasien rawat jalan di

Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan petugas

kesehatan terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar Prov. Sulawsesi Selatan 2018.


6

b. Tujuan Khusus

1. Untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan kesehatan

terhadap kepuasan pasien rawat jalan ditinjaudari segi

tangibles.

2. Untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan kesehatan

terhadap kepuasan pasien rawat jalan ditinjaudari segi

reliability.

3. Untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan kesehatan

terhadap kepuasan pasien rawat jalan ditinjau dari segi

responsiveness.

4. Untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan kesehatan

terhadap kepuasan pasien rawat jalan ditinjau dari segi

assurance.

5. Untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan kesehatan

terhadap kepuasan pasien rawat jalan ditinjau dari segi

empathy.

6. Untuk menganalisis variable paling berpengaruh terhadap

kualitas pelayanan kesehatan terhadap kepuasan pasien rawat

jalan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademik

Peneliti ini diharapkan dapat memperkuat teori – teori yang

mengenai kualitas pelayanan, kepuasan pasien, dan untuk


7

mengetahui pengaruh kualitas pelayanan yang menyebabkan

kepuasan pasien serta dapat dimanfaatkan bagi peneliti

selanjutnya, khususnya dibidang yang sesuai.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini kiranya dapat dipergunakan sebagai

salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang

berkaitan dengan kualias pelayanan petugas kesehatan khususnya

pada Puskesmas Cendrawasih.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang kualitas

a. Pengertian Kualitas

Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir

pada presepsi pelanggan (Kotler, 1994). Hal ini berarti bahwa citra

kualitas yang baikbukanlah berdasarkan sudut pandang atau

persepsi pihak penyedia jasa, melainkanberdasarkan sudut

pandang atau presepsi pelanggan.Persepsi pelanggan

terhadapkualitas jasa merupakan penilaian menyeluruh atas

keunggulan suatu jasa(Wahdi, 2006).

Kualitas adalah kumpulan kepuasan para pelanggan pada

berbagai pengalaman layanan. Penyedia layanan yang berkualitas

adalah penyedia layanan yang secara konsisten memberikan

pengalaman layanan selama periode waktu yang lama.Hubungan

antara kepuasan pelanggan dengan kualitas pelayanan penting

bagi perusahaan (penyedia layanan) karena perusahaan perlu

mengetahui apakah tujuan perusahaan memiliki pelanggan yang

puas dengan kinerja perusahaan atau memberikan kulitas

pelayanan yang dipersepsikan pada tingkat maksimum.Ciri

kepuasan adalah keterkejutan pelanggan setelah melakukan

pembelian dan keterkejutan ini mengakibatkan sikap pelanggan

kurang dinamis, karena adanya kecenderungan untuk megulangi


9

pembelian tersebut. Dengan demikian kepuasan dapat

mempengaruhi evaluasi pelanggan terhadap kualitas layanan.

Pentingnya isu tersebut telah mendorong usaha usaha untuk

memperjelas hubungan antara kepuasan dan kualitas pelayanan

(Utama, 2003)

Rumah Sakit memiliki masalah utama yaitu mengenai

pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai harapan pasien

atau tidak. Oleh karena itu, pihak rumah sakit dituntut untuk selalu

menjaga kepercayaan pasien dengan meningkatkan kualitas

pelayanannya. Menurut Azwar (1996), pelayanan kesehatan yang

bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan

setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat

kepuasan rata rata penduduk serta yang penyelenggaraannya

sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.

Pihak rumah sakit perlu memberikan pelayanan sesuai dengan

yang diharapkan pasien, dengan pelayanan yang sesuai maka

harapan pasien terhadap pelayanan suatu jasa dapat terpenuhi

atau bahkan melebihi harapannya, sehingga menimbulkan

kepuasan dalam diri pasien. Rumah Sakit perlu mengetahui

bagaimana cara melayani pasien yang efektif dan cepat. Pelayanan

jasa telah berorientasi pada pasien karena ukuran persepsi kualitas

bukan berada pada pandangan penyedia jasa kesehatan namun

terletak pada diri pasien. Apabila pelayanan yang diterima oleh


10

pasien sesuai dengan yang diharapkan maka pelayanan tersebut

dapat dikatakan baik. Dalam mencapai tujuan pelayanan yang

berorientasi pada kepuasan pasien maka perlu diperhatikan hal

yang berperan penting dalam menentukan persepsi kualitas pasien

antara lain meliputi fasilitas, peranan dokter, tenaga medis dan

perawat (Arifah, 2013).

Kualitas pelayanan merupakan indikator kinerja bagi

penyelenggara pelayanan kesehatan. Institusi kesehatan akan

semakin maju jika kinerjanya dapat dipertahankan. Oleh karena itu

pelayanan harus berubah mengarah pada kekuatan pasar sehingga

orientasi rumah sakit maupun institusi kesehatan lain bergeser dari

arah dari organisasi sosial ke arah sosial ekonomi, dengan

demikian mempertahankan pelanggan adalah tujuan utama yang

harus dicapai(Wahdi, 2006).

Untuk mempertahankan pelanggan, pihak rumah sakit

maupun institusi kesehatan lainnya dituntut selalu menjaga

kepercayaan konsumen dengan memperhatikan secara cermat

kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan

dan harapan atas pelayanan yang diberikan. Konsumen dalam hal

ini pasien tidak hanya mengharapkan pelayanan medik dan

keperawatan tetapi juga mengharapkan kenyamanan, akomodasi

yang baik dan hubungan yang harmonis antara staf Rumah Sakit

dan pasien. Dengan demikian perlu adanya peningkatan kualitas


11

pelayanan kesehatan di rumah sakit dan institusi kesehatan

lainnya(Arifah, 2013).

Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dapat dilakukan

dari berbagai aspek pelayanan seperti peningkatan kualitas fasilitas

kesehatan, peningkatan kualitas profesionalisme sumber daya

manusia dan peningkatan manajemen rumah sakit maupun institusi

kesehatan lain. Pelayanan yang berkualitas harus dijaga dengan

melakukan pengukuran secara terus menerus, agar diketahui

kekurangan dan kelemahan dari jasa pelayanan yang diberikan,

dan dibuat tindak lanjut sesuai prioritas permasalahannya.

Kualitas meliputi setiap aspek dari suatu perusahaan dan

sesungguhnya merupakan suatu pengalaman emosional bagi

pelanggan. Pelanggan ingin merasa senang dengan pembelian

mereka, merasa bahwa mereka telah mendapatkan nilai terbaik

dan ingin memastikan bahwa uang mereka telah dibelanjakan

dengan baik, dan mereka merasa bangga akan hubungan mereka

dengan sebuah perusahaan yang bercitra mutu tinggi.

Kualitas sangat bersifat subjektif, tergantung pada persepsi,

sistem nilai, latar belakang sosial, pendidikan, ekonomi, budaya,

dan banyak faktor lain pada masyarakat atau pribadi yang terkait

dengan jasa pelayanan perusahaan tersebut.

Kualitas pelayanan adalah merupakan fungsi harapan pasien

pada saatsebelum melakukan keputusan atas pilihan yang


12

dilakukan, pada proses penyediaan kualitas yang diterima pada

dan pada kualitas output yang diterima. Kualitas pelayanan harus

dimulai dari kebutuhan pasien dan berakhir dengan kepuasan

pasien.Dua faktor utama yang mempengaruhi kepuasan pasien

terhadap kualitas jasa yaitu jasa yang diharapkan (expected

service) dan jasa yang dirasakan atau dipersepsikan

(perceivedservice). Apabila perceived service sesuai dengan

expected service, maka kualitas jasa akan dipersepsikan baik atau

positif. Jika perceived servicemelebihi expected service, maka

kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas ideal atau excellence.

Apabila perceived service lebih jelek dibandingkan expected

service, maka kualitas jasa dipersepsikan negatif atau

buruk(Anjaryani, 2009).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kualitaspelayanan adalah ukuran seberapa bagus pelayanan yang

diberikan kepada pasien melalui pemenuhan kebutuhan pasien

sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan pasien.

Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dapat dilakukan

dari berbagai aspek pelayanan seperti peningkatan kualitas fasilitas

kesehatan, peningkatan kualitas profesionalisme sumber daya

manusia dan peningkatan manajemen rumah sakit maupun institusi

kesehatan lain. Pelayanan yang berkualitas harus dijaga dengan

melakukan pengukuran secara terus menerus, agar diketahui


13

kekurangan dan kelemahan dari jasa pelayanan yang diberikan,

dan dibuat tindak lanjut sesuai prioritas permasalahannya(Arifah,

2013).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh dan

mempertahankan kepuasan pelanggan adalah dengan

mempertahankan sekaligus meningkatkan kinerja karyawan, agar

tetap baik merupakan pekerjaan yang sulit dilakukan oleh

perusahaan jasa. Hal ini terjadi karena yang merekajual adalah

jasa/pelayanan kepada pelanggan. Jika pelanggan tidak merasa

terpuaskan, dapat menandakan terjadinya penurunan kinerja

karyawan. Kinerja karyawan diperlukan agar mutu pelayanan

kepada pelanggan tetap tinggi sesuai dengan harapan perusahaan.

Tranggono (2008) dalam penelitiannya memperoleh kesimpulan

bahwa kinerja karyawan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan

konsumen.Semakin baik kinerja karyawan, maka konsumen akan

semakin terpuaskan. Pelanggan akan menyatakan puas, jika

perusahaan yang diwakili karyawan mereka mampu memberikan

kinerja layanan sesuai denganharapan konsumen. Hal ini akan

menyebabkan konsumen melakukan pembelian ulang atas jasa

yang ditawarkan perusahaan. Jadi, kepuasan pelangganakan

terbentuk jika karyawan berkinerja tinggi untuk memenuhi

kebutuhan pelanggan. Terry and Israel (2004) menyatakan bahwa

faktor yang dapatmempengaruhi kualitas layanan kepada


14

konsumen sehingga konsumen merasa terpuaskan adalah kinerja

karyawan (Indrawati, 2013).

pelayanan yang diberikan petugas (dokter) merupakan salah

satu penunjang keberhasilan pelayanan kepada pasien yang

sedang menjalani pengobatan serta perawatan khususnya pasien

rawat jalan. Perilaku pelayanan diantaranya ditunjukkan sikap

dokter dalam melayani pasien. Sikap yang ditunjukkan dengan

tingkah laku hendaknya memenuhi norma yang dikehendaki oleh

masyarakat terutama oleh penderita dan keluarga pasien. Dalam

memberikan pelayanan seorang dokter harus bersikap sopan,

sabar, ramah, tidak ragu-ragu, penuh perhatian terhadap penderita,

selalu memberikan pertolongan yang di berikan, membina

hubungan yang baik dengan perawat yang menangani pasien,

menjalin hubungan yang baik dengan pasien dan keluarganya agar

timbul kepercayaan penderita kepada dokter tersebut(Sarage,

Lubis, & Ningsih, 2010).

Kualitas dan pelayanan adalah sarana untuk mencapai

kepuasan danikatan. Tujuan keseluruhan bisnis adalah

menghasilkan pelanggan yang puas dan setia yang akan terus

menjalin bisnis dengan perusahaan. Oleh karena itu memberikan

kualitas yang tinggi dan pelayanan yang prima adalah suatu

keharusan apabila ingin mencapai tujuan pelanggan yang puas dan

setia.
15

Melalui serangkaian penelitian terdapat berbagi industri

jasa.Parasuraman, Zeithaml, Dan Berry. Berhasil mengidentifikasi

sepuluh dimensi pokok kualitas jasa atau pelayanan(Tjiptono,

2016).

1. Relibialitas, meliputi dua aspek utama, yaitu konsistensi kerja

(performance) dan sipat dapat dipercaya (dependability). Hal ini

berarti perusahaan manpumenyampaikan jasanya secara

terpat semenjak saat pertama (right the firsttime). Memenuhi

janjinya secara akurat(misalnya menyampaikan jasanya sesuai

dengan jadwal yang disepakati), menyimpan data (recotd)

secara tepat, dan mengimkan kiriman secara akurat.

2. Responsivenessatau daya tangkap, yaitu kesedian atau

kesiapan para karayawan untuk membantu para pelanggan dan

menyampaikan secara tepat. Beberapa contoh diantaranya

ketepatan waktu layanan, pengiriman slip teransaksi secara

cepatnya kecepatan menghubungi kembali pelanggan, dan

menyampaikan layanan secara cepat.

3. Kompotensi, penguasaanketerampilan dan pengetahuan yang

dibutuhkan agar dapat memberikan jasasesuai kebutuhan

pelanggan. Termasuk didalamnya adalah pengetahuandan

keterampilan tenaga kontrak, pengetahuan dan keterampilan

porsonil dukungan oprasional, dan kapabilitas riset organisasi.


16

4. Akses, meliputi kemudahan untuk dihubungkan dan ditemui

(approachability) dan kemudahan kontak. Hal ini berarti lokasi

fasilitas jasa yang mudah dijangkau, waktu mengantri atau

menunggu yang tidak terlalu lama, saluran komunikasi

perusahaanmudah dihubungi (contohnya, telepon, surat email,

fax dan seterusnya), dan operasi nyaman.

5. Kesopanan (courtesy), meliputi sikap sopan santun, respek,

perhatian, keramahan yang dimiliki para contact personnel

(seperti resepsionis, petugas pendaftaran, kasir, operator

telepon, dan lain-lain).

6. Komunikasi, artinya menyampaikan informasi kepada

pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta

selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Termasuk

di dalamnya adalah penjelasan mengenai jasa/layanan yang

ditawarkan, biaya jasa, trade-off antara jasa dan biaya, serta

proses penanganan masalah potensial yang mungkin timbul.

7. Kredibilitas, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas

mencakup namaorganisasi pelayanan kesehatan,reputasi,

karakteristik pribadi contact personel, dan interaksi dengan

pelanggan.

8. Keamanan (security)yaitu aman dari bahaya, risiko, atau

keragu-raguan. Termasuk didalanya adalah keamanan secara


17

fisik (physical safety), keamanan finansial (finansial security),

prifasi dan kerahasiaan (confidentiality).

9. Kemampuan memahami pelanggan, yaituberupaya memahami

pelanggan kebutuhan sfesifik mereka, memberikan perhatian

individual, mengenal pelanggan reguler.

10. Bukti Fisik (tangibles), meliputi fasilitas fisik, peralatan, porsonil,

dan bahan bahan komunikasi perusahaan.

Dalam riset selanjutnya, Parasurahman, Zeithaml, dan

Berry.Menemukan adanya overlapping di antara beberapa dimensi

diatas. Oleh sebab itu, mereka menyerdehanakan kesepuluh dimensi

tersebut menjadi limadimensi pokok. kompotensi, kesopanan,

kredibilitas, dan keamanan disatukan menjadi jaminan (assurance).

Sedangkan akses, komunikasi, dan kemampuan melayani pelanggan

diintegrasikan menjadi empati (empaty) dengan demikian terdapat

lima dimensi utama yang disusun sesuai dimensi tingkat kepentingan

relatifnya sebagai berikut (Tjiptono, 2016)

1. Keandalan (reliability) yaitu kemampuan perusahaan untuk

memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara

akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan

pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama

untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik,

dan dengan akurasi yang tinggi.


18

2. Ketanggapan (responsiveness) yaitu suatu kemauan untuk

membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan

tepat kepada pelanggan dengan penyampaian informasi yang

jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya alasan

yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas

pelayanan.

3. Jaminan (assurance) yaitu pengetahuan, komponen antara lain

komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan

(security), kompetensi (competence) dan sopan santun (courtesy).

4. Perhatian (emphaty) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan

bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para

pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen.

Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan

pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan

pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian

yang nyaman.

5. Bukti fisik (tangibles) yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam

menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan

dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan

keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan

yang diberikan oleh pemberi jasa. Yang meliputi fasilitas fisik

(gedungdan sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang

dipergunakan (teknologi) serta penampilan pegawainya.


19

B. Tinjauan Umum Tentang Kepuasan pasien

Kepuasan adalah reaksi emosional terhadap kualitas pelayanan

yang dirasakan dan kualitas pelayanan yang dirasakan merupakan

pendapat menyeluruh atau sikap yang berhubungan dengan

keutamaan pelayanan.Dengan kata lain kepuasan pelanggan adalah

kualitas pelayanan yang dipandang dari kepentingan konsumen dalam

hal ini adalah pasien.

Kepuasan pelanggan adalah keluaran dari proses kualitas kinerja

sebuah perusahaan yang dirasakan oleh seorangkonsumen, dimana

hasilnya sesuai dengan harapan konsumen tersebut (Kotler, 2000).

Seorang pelanggan akan terpuaskan jika harapannya terpenuhi dan

merasa sangat gembira jika harapannya terlampaui. Kepuasan

pelanggan berkaitan erat dengan kualitas, dimana akanberdampak

langsung pada prestasi produk. Jikadikaitkan dengan industri jasa,

seperti rumah sakit maka yang dimaksud dengan produk adalah

pelayanan yang diberikan oleh sumber daya manusia SDM/karyawan

perusahaan kepada konsumennya, dalam hal pasien.Hal ini

menunjukkan bahwa peranan sdm/karyawan untuk tetap menjaga

kepuasan pelanggan sangat besar.

Kepuasan masyarakat sebagai sebagai penerima layanan

merupakan perbandingan antara pelayanan yang diterima dan

pelayanan yang diharapkan. Bila hasilnya mendekati satu maka

masyarakat akan puas, begitu juga sebaliknya bila harganya jauh lebih
20

kecil dari satu maka masyarakat semakin tidak puas. Idealnya adalah

melebihi satu yang berarti jasa layanan yang diberikan melebihi

harapan, atau ada harapan yang tidak diduga (antisipasi) yang

dipuaskan, bila hal ini tercapai maka masyarakat akan sangat puas

terhadap layanan yang diterima (Syahruddin, 2012)

Kepuasan konsumen dalam hal ini pasien penting karena

konsumen yangpuas akan menjaga hubungannya dengan provider.

Sedangkan Strasser danDavies, menyatakan bahwa konsumen

memainkan peran yang besarsebagai evaluator mutu atau kualitas,

maka keberhasilan organisasi di masadepan akan tergantung pada

derajat kepuasan konsumen.

Kepuasan konsumen dapat diartikan sebagai sikap konsumen,

yakniberapa derajat kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap

pelayanan yangpernah dirasakan. Oleh karena itu perilaku konsumen

dapat juga sebagaimodel perilaku pembeli, sedangkan kepuasan dan

kesetiaan (loyalitas)pasien sebagai pengguna pelayanan adalah unsur

pokok diantara kepuasandan kesetiaan lainnya.

Berdasarkan kajian literatur, data wawancara kelompok, dan

wawancara personal.Giese dan Cote (2000).Mengajukan kerangka

defisional untuk menyusun definisi kepuasan pelanggan yang sifatnya

spesifik untuk konten tertentu. Kerangka tersebut bukanlah definisi

generik untuk istilah kepuasan, menurut mereka definisi kepuasan tidak

bias lepas dari chameleon effects, artinya interpretasi terhadap sebuah


21

defenisi sangat bervariasi antar individu dan antar situasi(Tjiptono,

2016).

Tingkat kepuasan pelanggan institusi pelayanan kesehatan

adalah added value bagi dokter, paramedis, perusahaan farmasi,

pemasok alat-alat kesehatan, termasuk pimpinan, institusi penyedia

jasa pelayanan kesehatan. Value berasal dari jenis pelayanan yang

diberikan kepada pelanggan atau, system manejemen institusi tersebut,

atau sesuatu yang bersifat emosional. Kalau pelanggan mengatakan

value mereka adalah kesembuhan dari serangan penyakit atau

gangguan kesehatan yang mereka derita, kepuasan pelanggan

kesehatan adalah pelayanan yang memberikan kesembuhan kepada

mereka(Muninjaya, 2002).

Ketidakpuasan pasien diartikan sama dengan keluhan

terhadaprumah sakit, berikut pelayanan yang dilakukan oleh

tenagakesehatan (dokter, perawat, apoteker, psikolog dan lainnya)

danstruktur sistem perawatan kesehatan (biaya, sistem

asuransi,kemampuan dan prasarana pusat kesehatan dan lain-lain).

Pasienmengharapkan interaksi yang baik, sopan, ramah, nyaman

dengantenaga kesehatan, sehingga kompetensi, kualifikasi serta

kepribadianyang baik dari pelayan kesehatan. Faktor utama dalam

mempengaruhikepuasan pasien adalah lengkapnya peralatan medis,

bangunan danfasilitas yang memadai, kelengkapan sarana

pendukungdalam pelayanan(Anjaryani, 2009).


22

Seiring meningkatnya kebutuhan dan keinginan pasien dalam

memperoleh pelayanan kesehatan, maka peningkatan kualitas

pelayanan sangatlah penting agar rumah sakit dan puskesmas mampu

berkompetisi baik di tingkat regional, nasional bahkan internasional.

Oleh karena itu, tuntutan yang semakin meningkat terhadap pelayanan

kesehatan yang bermutu sehingga mengakibatkan persaingan yang

semakin keras di antara provider pelayanan kesehatan untuk

meningkatkan kualitas maupun kuantitas pelayanan sesuai dengan

standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh

masyarakat(Nur Ifah Intan Suaib, Sukri Palutturi, & Amir, 2014).

Kepuasan adalah salah satu hasil pelayanan kesehatan.

Pengguna pelayanan kesehatan mempunyai kaitan dengan hasil

pelayanan kesehatan yang penting, baik secara medis maupun secara

ekonomis seperti kepatuhan terhadap pengobatan, pemahaman

terhadap informasi medis dan kelangsungan perawatan.

Kepuasan pasien mempunyai kaitan dengan hasil pelayanan.

Pasien merasa puas apabila diberi pelayanan yang baik, diperlakukan

dengan baik dan mendapat kemudahan dalam pelayanan. Variable

yang dapat memprediksi kepuasan pasien adalah faktor kualitas

pelayanan, faktor hubungan antar pribadi, faktor system dan prosodur,

faktor kemudahan pelayanan, faktor pendidikan, sosial budaya dan

ekonomi.
23

Kepuasan adalah terpenuhinya harapan pelanggan. Kepuasan

pasien adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang

merupakan hasil dari membandingkan penampilan.Prosedur yang

dirasakan dalam hubunganya dengan harapannya.

Dengan demikian tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari

perbedaan antara penampilan yang dirasakan dan harapan.

Ada tiga tingkat kepuasan :

a. Bila penampilan kurang dari harapan, pelanggan tidak

merasakan kepuasan.

b. Bila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan pakan

merasa puas dan

c. Apabila penampilanmelebihi harapan, pelanggan akan merasa

amat puas atau senang.

Untuk menentukan kebutuhan bagi pelanggan, maka

memerlukan persyaratan yang amat vital untuk dipergunakan dalam

program pengukuran kebutuhan pelanggan adalah mempelajari

kebutuhan saat ini dan akan datang.

Penilaian pasien terhadap pelayanan perawat bersumber dari

pengalamanpasien. Aspek pengalaman pasien dapat diartikan sebagai

suatu perlakuan atautindakan dari perawat yang sedang atau pernah

dijalani, dirasakan dan ditanggungoleh seseorang yang menggunakan

pelayanan perawat.
24

Menurut Kenedy dan Young (dalam Supranto 2006,107) untuk

mengukur kepuasan konsumen dengan indikator sebagai berikut :

1. Keberadaan pelayanan (availability of service). merupakan

tingkatan dimana pasien mendapatkan kontak langsung dengan

pemberi jasa yang bertugas.

2. Ketanggapan pelayanan(responsiveness of service). Merupakan

tingkatan di mana pemberi jasa beraksi dengan cepat terhadap

permintaan pasien.

3. Jangka waktu pelayanan (timeliness of service). merupakan

tingkatan dimana pekerjaan diselesaikan dalam kerangka waktu

sesuai dengan perjanjian.

4. Profesionalisme pelayanan (profesionalism of

service).merupakan tingkatan dimana pemberi jasa

menggunakan prilaku dan gaya profesional yang tepat selama

bekerja dengan pasien.

Dari penjelasan di atas, indikator digunakan sebagai standar

pengukuran data kepuasan pasien, data dapat diperoleh dari

pengukuran secara kualitatif maupun kuantitatif atas pendapat

masyarakat

C. Tinjauan Umum Tentang Rawat jalan

Pelayanan rawat jalan merupakan kegiatan pelayanan medis yang

berkaitan dengan kegiatan poliklinik (Cecep A, 2012). Karena bersifat

rawat jalan maka pasien yang berobat hanya jam kerja saja, pasien
25

tidak menginap dirumah sakit. Alur pelayanan pasien yang berkunjung

ke poliklinik rawat jalan yaitu mulai dari pendaftaran, menunggu

pemeriksaan di ruang tunggu dan mendapatkan pelayanan

pemeriksaan/ pengobatan di ruang periksa. Kemudian pelayanan

pengambilan obat di apotik, pemeriksaan laboratorium ataupun

pemeriksaan penunjang lainnya.

Menurut Sabarguna B (2012), pelayanan rawat jalan fokus pada

elemen penting dari segi: pasar; pelayanan; organisasi termasuk pula:

sistem pembayaran; sistem pemberian pelayanan; batasan hukum;

kepuasan pasien; hasil manajemen; dan status kesehatan masyarakat.

Keterkaitannya sebagai berikut:

Sistem pem- Batasan hukum Sistem pemberian pelayanan

Pasar Pemberi pela- Organisasi Pembayaran

Kepuasan pasien Status kesehatan Hasil Manajemen


Masyarakat

Peran masing-masing segi akan tergantung pada jenis pelayanan.

Pelayanan rawat jalan harus memperhatikan dan melibatkan segi yang

terkait dan berperan termasuk didalamnya yaitu kepuasan pasien

(Sabarguna B, 2012)
26

1. Proses Pelayanan Rawat Jalan

Prosedur pelayanan rawat jalan di rumah sakit menurut Bagus

(2010) adalah sebagai berikut:

a. Penerimaan Pasien Rawat Jalan

Pelayanan bagian penerimaan memegang peranan penting

di rumah sakit. Kesan baik atau buruknya manajemen rumah

sakit tergantung pada pelayanan ini. Untuk itu kesiapan

petugas, kelengkapan dan prasarana dibagian penerimaan

pasien haruslah optimal. Diperlukan petugas yang memiliki

dedikasi tinggi seperti terampil, ramah, sopan, simpatik,

luwes, penuh pengertian, mempunyai kemampuan

berkomunikasi dengan baik.prosedur kerja yang jelas dan

tegas serta tersusun rapi, data yang akurat, tariff serta

peralatan untuk pelayanan harus sesuai standar.

b. Pemeriksaan Dokter

Pelayanan dokter dalam proses rawat jalan merupakan

pelayanan utama rumah sakit, dengan tujuan

mengupayakan kesembuhan bagi pasien secara optimal,

melalui prosedur serta tindakan yang dapat dipertanggung

jawabkan. Mereka dapat memberikan dampak langsung

pada mutu pelayanan dan dapat memberikan prestige pada

rumah sakit. Dokter umum maupun doker spesialis

memeriksa pasien dengan menjalankan penatalaksanaan


27

perawatan pasien tersebut yang meliputi pemeriksaan,

diagnosa, pemeriksaan tambahan, pemeriksaan lanjutan,

ajuran-anjuran dan lain-lain.

c. Hak Perawatan oleh Dokter

Hak perawatan pasien di ruang pemeriksaan/poli ialah oleh

dokter yang jaga/ bertugas. Pasien mendapatkan proses

pengobatan dan nasihat yang diberikan oleh dokter akan

tercapai dengan baik bila dokter dapat mengadakan

komunikasi timbal balik dengan pasiennya. Dokter sangat

memperhatikan kepentingan pasien, dan bersedia

mendengarkan pendapat dan keluhan pasien, akan

menyebabkan pasien lebih bersedia mematuhi

bimbingan/nasihatnya sehingga kesembuhan sebagai

produk yang diinginkan oleh kedua belah pihak akan segera

terwujud (Isfandyarie A, 2006).

d. Pemberian Informasi

Dalam memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi

dari dokter yang mengobati, bisa disebut sebagai hak atas

informasi. Inti dari hak informasi ini adalah hak pasien dalam

memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya tentang hal-hal

yang berhubungan penyakitnya. Dalam hal ini terjadi

hubungan dokter- pasien, hak pasien atas informasi ini

secara otomatis menjadi kewajiban dokter untuk dijalankan


28

baik diminta atau tidak oleh pihak pasien.

Menurut Isfandyarie (2006), beberapa kendala dalam

memberikan informasi yang mungkin kurang dapat dilakukan

oleh banyak dokter:

a) Kesibukan dan rutinitas pekerjaan dokter yang

banyak menyita waktu, sehingga dokter kurang

mempunyai waktu untuk memberikan seluruh

informasi.

b) Banyaknya pasien yang dihadapi dokter setiap hari

mungkin dapat menyebabkan dokter mengalami

kebosanan atau kejenuhan dalam memberikan

informasi yang berlebihan.

Keadaan pasien yang sakit baik secara fisik maupun

psikis menimbulkan kesulitan pula bagi dokter. Informasi

yang terlalu banyak dapat menyebabkan pasien menjadi

takut sehingga dapat memperburuk proses penyembuhan.

Bahkan pasien mungkin akan menolak tindakan medis

karena ketakutan. Sedangkan pemberian terlalu sedikit

informasi dapat menyebabkan salah penafsiran.

2. Mutu Pelayanan Rawat Jalan

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang

terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan


29

orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan

pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan

pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain.

Sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan

(mengurus) apa yang diperlukan seseorang. Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara No 81/93 menyatakan

pelayanan umum adalah segala bentuk pelayanan yang

diberikan oleh pemerintah pusat/daerah, BUMN/BUMD dalam

rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat, dan atau peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas

dan sesuai (yang berhubungan dengan standar –standar) dari

suatu intervensi yang diketahui aman yang dapat memberikan

hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan telah

mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada

kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi

(Thabrany, 2001)

Menurut Montgomery yang dikutip Supranto (1997), kualitas

dinyatakan sebagai berikut: Quality is the extent to which

products meet the requirements of people who use them. Jadi,

suatu produk dikatakan berkualitas bagi seseorang kalau

produk tersebut memenuhi kebutuhannya (Wijono D, 2009).


30

Kualitas pelayanan kesehatan sering kali dipertanyakan banyak

orang namun pembahasannya

juga seringkali tidak utuh sehingga setiap pengguna memiliki

persepsi berbeda. Bagi seorang pasien kualitas yang baik ia

kaitkan dengan kesembuhan penyakitnya, meningkatnya derajat

kesehatan, kecepatan pelayanan kesehatan, kepuasannya

terhadap lingkungan fisik sarana kesehatan dan tarif yang

dianggapnya memadai.

Setiap orang yang menilai kualitas pelayanan kesehatan

berdasarkan standar atau kriteria karakteristik yang berbeda-

beda. Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh perbedaan

dalam latar belakang, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan,

pengalaman, lingkungan dan kepentingan . Setiap pasien yang

berkunjung ke rumah sakit tentu mempunyai keinginan atau

harapan terhadap pelayanan yang diberikan. Rumah sakit

selayaknya memahami keinginan dan harapan pasien tersebut.

Dengan memperhatiakan berbagai sudut pandang, dapat

dirangkum dalam sembilan dimensi kualitas (Wijono

Djoko,2009).

a. Manfaat, pelayanan yang diberikan menunjukan manfaat dan

hasil yang diinginkan.

b. Ketepatan, pelayanan yang diberikan relevan dengan

kebutuhan pasien sesuai dengan standar keprofesian.


31

c. Ketersediaan, pelayanan yang dibutuhkan tersedia.

d. Keterjangkauan, pelayanan yang diberikan dapat dicapai dan

mampu dibiayai.

e. Kenyamanan, pelayanan diberikan dalam suasana nyaman.

f. Hubungan interpersonal, pelayanan yang diberikan

memperhatikan komunikasi, rasa hormat, perhatian dan

empati yang baik.

g. Waktu, pelayanan yang diberikan memperhatikan waktu

tunggu pasien dan tepat waktu sesuai perjanjian.

h. Kesinambungan, pelayanan kesehatan yang diberikan

dilaksanakan berkesinambungan yang memerlukan tindak

lanjut perawatan.

i. Legitimasi dan akuntabilitas, pelayanan yang diberikan dapat

dipertanggung jawabkan, baik dari aspek medik maupun

aspek hukum.

Pada hakikatnya sebuah perusahaan memberikan pelayanan

yang terbaik kepada pelanggannya adalah untuk memperoleh

dan mempertahankan keuntungan (Lerbin R, 2005). Kunci dari

hal ini adalah kepuasan pelanggan. Sehingga penting sekali

untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan sebaik-

baiknya. Dapat dikatakan bahwa pelayanan pelanggan adalah

menyediakan segala sesuatu untuk orang lain yang dilakukan

berdasarkan kesadaran untuk melayani, berpandangan ke masa


32

depan, penuh inisiatif, menunjukkan perhatian serta selalu

melakukan evaluasi salah satunya adalah melakukan survey

kepuasan pelanggan.

D. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas

Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat disamping

memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan

pokok(Ingratubun, 2009).

Fungsi pelayanan puskesmas memberikan pelayanan kesehatan

secara menyeluruh (promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif) yang

berkualitas dan terjangkau dalam rangkah meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat.

Wilayah kerja puskesmas satu kecamatan atau lebih dari satu

kecamatan.Faktor pendapatan penduduk, luas daerah, keadaan

geografis, dan keadaan infrastruktur lainyamerupakan bahan

pertimbangan dalam menentukan wilaya kerja puskesmas.

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang

terjadi dalam intraksi langsung antara seorang dengan orang lain atau

mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam

kamus besar Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani

kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah membantu

menyiapkan apa yang diperlukan seseorang.


33

Disamping itu puskesmas harus dapat memberikan pelayanan

kesehatan yang cepat, akurat dan sesuai dengan kemajuan teknologi

kedokteran sehingga dapat berfungsi sebagai rujukan puskesmas

sesuai dengan tindakannya.

Pelayanan puskesmas adalah kegiatan pelayanan berupa

pelayanan rawat jalan, rawat jalan dan pelayanan rawat darurat yang

mengcakup pelayanan medis dan penunjang medis, sedangkan untuk

dapat disebut sebagai bentuk pelayanan kesehatan baik dari jenis

pelayanan kedokteran maupun pelayanan kesehatan masyarakat harus

memiliki berbagai syarat pokok yaitu :

1. Tersedia dan berkesinambungan

Syarat pokok pertama pelayan kesehatan yang baik adalah

pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia dimasyarakat serta

bersifat berkesinambungan.

2. Dapat diterima dan wajar

Syarat pokok yang kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah

dapat diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar, Artinya

pelayan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan

kepercayaan dan keyakinan masyarakat.

3. Mudah dicapai

Syarat pokok yang ketiga pelayanan kesehatan yang baik

adalahmudah dicapai oleh masyarakat.

4. Mudah dijangkau
34

Syaratpokok yang keempatpelayan kesehatan yang baik adalah

mudah dijangkau oleh masyarakat.Pengertian keterjangkauan yang

dimaksud disini termasuk dalam sudut biaya.Untuk mewujudkan

keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan pelayanan

kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi

masyarakat.

5. Bermutu

Syarat pokok kelima pelayan kesehatan yang baik adalah yang

bermutu. Pengertian yang dimaksud adalah yang menuju pada

tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,

yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan,

dan dipihak lain tatacara penyelenggaraannya sesuai dengan kode

serta standar yang telah ditetapkan.

Dalam upaya pelayanan dipuskesmas, maka pasien yang

memperoleh jasa pelayanan memiliki harapan tertentu. Bila jasa

puskesmas yang diterimanya dapat memenuhi bahkan melebihi apa

yang diharapkan dari waktu kewaktu tumbuh pemikiran dalam diri

pasien bahwa inilah suatu jasa pelayan puskesmas.

Puskesmas di Indonesia yang semula bersifat sosial, dalam

proses selanjutnya mengalami perubahan menjadi badan usaha yang

bersifat sosial ekonomi, sebagai suatu badan usaha puskesmas harus

menciptakan dan mempertahankan para pelangganya. Dengan


35

memahami pelanggan maka organisasi akan bertahan hidup dan

meningkat.
36

E. Peneliti Terdahulu

No Judul Peneliti Metode Variabel Hasil


/Tahun
1 Analisis ting (Hardi, Cross  Mutu Hasil uji Chi Square
kat kepuasan 2010) Sectional pelayanan menemukan adanya
umum dan  Tingkat hubungan yang
pasien kepuasan siknifikan antara mutu
jamkesmas pasien pelayanan dan
terhadap tingkat kepuasan
mutu pasien (p=0,000)
pelayanan
rawat jalan di
RSUD
pasaman
barat.
2 Hubungan (M. a. Cross  Kinerja p-Value sebesar
kinerja Hapid, sectional petugas 0,008 hasil uji statistic
perawat 2014)  Kepuasan menunjukan ada
terhadap pasien hubungan antara
tingkat kinerja perawat
kepuasan dengan kepuasan
pasien pasien karena nilai
pengguna p< Alpha 0,05 dapat
yankestis disimpulkan bahwa
dalam kinerja perawat
pelayanan dalam pelayanan
keperawatan keperawatan pada
di RSUD pasien yankestis.
syeh yusuf.
3 Kepuasan (Anjariani, Cross Karakteristik  Nilai p sebesar
pasien rawat 2009) sectional pasien, 0,002 yang berarti
jalan umur, jenis ada hubungan
terhadap kelamin, antara karakterustik
pelayanan pendidikan lama pasien dengan
perawatan di , pekerjaa, kepuasan
RSUD jenis
tugurejo penyakit.
semarang Kepuasan
pasien
total
4 Pengaruh (Chitami, Probality X1 sebagai  Hasilperhitungan
kualitas 2013) Sampling variabel RS sebesar 0,776
pelayanan bebas artinya variabel
dan X2 sebagai kualitas pelayanan
37

kepuasan variabel (X1), dan kepuasan


terhadap bebas (X2) memiliki
loyalitas Y sebagai keeratan hubungan
pasien rawat variabel yang kuat dengan
jalan dan terikat loyalitas pasien (Y)
rawat jalan rawat jalan dan inap
Rumah Sakit  Hasil hipotesis
Otorita Batam diperoleh bahwa
nilai
Fhitung(68,740)>Ft
abel (3,232) artinya
Ho ditolak dan Ha
diterimah.
5 Kualitas (Hermanto, Cross Umur  Dimensi efisiensi
pelayanan 2010) sectional Efisiensi (p=0.000) dan
kesehatan Stady Akses dimensi kompotensi
dengan Pelayanan teknis (p=0,000)
kepuasan Kompotensi dengan kepuasan
pasien BPJS Teknis pasien BPJS di
di RSUD Dr. RSUD Dr. H.
H. Soemarno SoemarnoSosroatm
Sosroatmodjo odjo
bulungan  Dimensi akses
kalimantan pelayanan
timur (p=0,693) dengan
kepuasan pasien
BPJS di RSUD
Dr.H.
SoemarnoSosroatm
odjo
6 Pengaruh (Sihombing, Hipotesis Kineerja  Koleransi antara
kinerja 2007) pegawai kinerja pegawai dan
pegawai Kepuasan kepuasan pasien
terhadap pasien sebesar 0,625
tingkat artinya adanya
kepuasan pengaruh kinerja
pasien pegawai memiliki
pengguna hubungan yang
asuransi tinggi dengan nilai
kesehatan 0,625 atau 62,5%
PT.ASKES terhadap kepuasan
pasien pengguna
PT.ASKES
F. Kerangka Teori

Dari mulut Kebutuhan Pengalaman Komunikasi


kemulut pribadi masalalu

Dimensi kualitas
 Tangibles (Bukti Fisik) Pelayanan yang
 Reliability (Kehandalan) diterima
 Responsivenness
(Ketanggapan) Tingkat
 Emphaty kepuasan
(empati/kepedulian) pasien
 Assurance (Jaminan)

Pelayanan yang
diharapkan

Sumber : Kerangka teori Servqual oleh Parasuraman, Zaintral, Berry dan

Bitner (Tosirahmadian, 2015)


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Dimensi Kualitas

 Tangibles (Bukti Fisik)

 Reliability (Kehandalan)

 Responsivenness KEPUASAN PASIEN


(Ketanggapan)

 Emphaty
(empati/kepedulian)

 Assurance (Jaminan)

Keterangan :

: Variabel Independent

: Variabel Dependent
B. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis nol (Ho)

a. Tidak ada pengaruh tangibles terhadap kualitas pelayanan

kesehatan terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar tahun 2018.

b. Tidak ada pengaruh realibility terhadap kualitas pelayanan

kesehatan terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar tahun 2018.

c. Tidak ada pengaruh responsiveness terhadap kualitas pelayanan

kesehatan terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar tahun 2018.

d. Tidak ada pengaruh assurance terhadap kualitas pelayanan

kesehatan terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar tahun 2018.

e. Tidak ada pengaruh empathy terhadap kualitas pelayanan

kesehatan terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar tahun 2018.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada pengaruh tangibles terhadap kualitas pelayanan kesehatan

terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar tahun 2018.


b. Ada pengaruh realibility terhadap kualitas pelayanan kesehatan

terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar tahun 2018.

c. Ada pengaruh responsiveness terhadap kualitas pelayanan

kesehatan terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar tahun 2018.

d. Ada pengaruh assurance terhadap kualitas pelayanan kesehatan

terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar tahun 2018.

e. Ada pengaruh empathy terhadap kualitas pelayanan kesehatan

terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar tahun 2018


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Survey analitik untuk

menganalisis pengaruh kualitas pelayanan petugas kesehatan

terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Cendrawasih

Kota Makassar Prov. Sulawesi Selatan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Cendrawasih Kota

Makassar Prov. Sulawesi Selatan

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan 1 Maret 2018 – 02 April 2018.

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung

terhadap responden dan wawancara dengan menggunakan

kuisioner untuk pengumpulan data tentang pengaruh kualitas

pelayanan petugas kesehatan terhadap kepuasan pasien rawat

jalan Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar Prov. Sulawesi

Selatan tahun 2018


2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan pada bagian pencatatan

dan pelaporan, dokumen-dokumen Puskesmas Cendrawasih Kota

Makassar Prov. Sulawesi Selatan tahun 2018

D. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data terlebih dahulu melakukan persuratan

pada instansi terkait. Pelaksanaan penelitian meliputi :

1. Menentukan sampel

penelitian dengan uji instrumen kuesioner untuk menguji validitas

dan reliabilitas kuesioner yang hasilnya digunakan untuk peroses

penelitian.

2. Peneliti menjelasan

maksud dan tujuan penelitian dan menandatangani kesediaan

menjadi responden.

3. Proses pelaksanaan

penelitian dimulai dengan wawancara langsung pada pasien

dengan alat bantu kuesioner.

4. Melakukan pengecekan

kembali terhadap kuesioner yang telah dilakukan responden.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan

yang ada di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar Prov.

Sulawesi Selatan.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah

dengan cara teknik accidental sampling. Accidental sampling

yaitu pengambilan sampel secara aksidental (accidental) dengan

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau

tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Sehingga dalam teknik sampling ini peneliti

mengambil responden pada saat itu juga di Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar.

3. Ukuran Sampel

Menentukan ukuran sampel yang akan diteliti


2
N .Z . p.q
n = d .(N −1)+Z 2 . p . q
2

Keterangan

N : Populasi

n : Sampel

d :Derajat Kebebasan (0,1)

Z :Nilai standar distribusi normal (1,96)

P:Proporsi variabelyang diteliti 50% (0,5)

Q :Proporsi populasi yang dihitung dengan 1-p(0,5).


Dik :

n= 611. 1,962 . 0,5 . 0,5


0,12 . (611 – 1) + 1,962 . 0,5 . 0,5
n= 611 . 3,84 . 0,25
0,01 . 610 + 3,84 . 0,25
n= 586,56
6,1 + 0,9625
n= 586,58
7,0625
n= 83,05

Dengan menggunakan teknik Accidental Sampling

didapatkan jumlah sampel 83 orang.

4. Kriteria Sampel

Adapun kriteria sampel pada penilitia ini terbagi atas dua

macam yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

a. Kriteria inklusi

1) Pasien rawat jalan yang bersedia menjadi responden

2) Pasien rawat jalan yang sebelumnya pernah datang

minimal 3 kali menggunakan pelayanan rawat jalan.

3) Pasien berada diusia > 16 tahun

4) Dapat berkomunikasi dengan baik

b. Kriteria eksklusif

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena

berbagai sebab (Nursalam,2008).

Kriteria eksklusi dalam pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah


a) Tidak bersedia menjadi responden.

b) Pasein berumur ≤ 16 tahun.

c) Tidak bisa membaca dan menulis.

F. Metode AnalisisData

Pada tahap ini metode analisis data yang digunakan adalah :

1. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi

masing masing variabel, baik variabel bebas, variabel terikat

maupun deskripsi karakteristik responden.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh variabel

bebas dan variabel tidak bebas dengan uji nomalitas data terlebih

dahulu. Apabila data berdistribusi normal maka dilakukan uji

indepent sampel test dan pairet tes. Apa bila data berdistribusi

tidak normal maka digunakan uji wilcoxon.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakuakan untuk melihat pariabel yang

oaling pengaruh antara variabel bebas dab variabel tidak bebas.

G. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif

1. Tangibles (Tampilan)

Dimensi ini merujuk pada penampilan petugas kesehatan

yang melakukan pelayanan.


Merujuk pada skala dimana setiap item dengan jawaban

diberi skor Sangat setuju = 5, Setuju = 4, Ragu ragu = 3, Tidak

Setuju = 2, Sangat Tidak setuju= 1 Kriteria penilaian didasarkan

atas jumlah pertanyaan.

1. Skor tertinggi = 5 x 30 pertanyaan

= 150 (100%)

2. Skor terendah = 1 x 30 pertanyaan

= 30 (20%)

Kemudian dikur dengan rumus.I = R/K

Dimana :

I : Interval kelas

R : Range = kisaran = Nilai skor tertinggi dikurangi nilai

skor terendah (100% - 20% = 80%)

K : Jumlah kategori = 2 (Setuju dan Kurang setuju)

Maka interval kelasnya :

I = 80%
2
= 40%

Standar penilaian adalah : 100% - 40% = 60%

Setuju : Bila total jawaban responden ≥ 60%

Kurang kurang : Bila total jawaban responden < 60%

2. Realibility (Kehandalan)
Dimensi ini merujuk pada kemapuan untuk menghantarkan

pelayanan sesuai yang telah dijanjikan tampa suatu kesalahan

(konsisten) serta akurat.

Merujuk pada skala dimana setiap item dengan jawaban

sangat puas diberi skor Sangat setuju = 5, Setuju = 4, Ragu ragu

= 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak setuju= 1 Kriteria penilaian

didasarkan atas jumlah pertanyaan

1. Skor tertinggi = 5 x 24 pertanyaan

= 120 (100%)

2. Skor terendah = 1 x 24 pertanyaan

= 24 (20%)

Kemudian dikur dengan rumus.I = R/K

Dimana :

I : Interval kelas

R : Range = kisaran = Nilai skor tertinggi dikurangi nilai

skor terendah (100% - 20% = 80%)

K : Jumlah kategori = 2 (Setuju dan Kurang Setuju)

Maka interval kelasnya :

I = 80%

= 40%

Standar penilaian adalah : 100% - 40% = 60%

Setuju : Bila total jawaban responden ≥ 60%


Kurang Setuju : Bila total jawaban responden < 60%

3. Responsiveness (Ketanggapan)

Dimensi ini merujuk pada kemauan untuk menolong para

pasien dan menyediakan suatu layanan segera/tepat waktu.

Merujuk pada skala dimana setiap item dengan jawaban

sangat puas diberi skor Sangat setuju = 5, Setuju = 4, Ragu ragu

= 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak setuju= 1 Kriteria penilaian

didasarkan atas jumlah pertanyaan.

1.Skor tertinggi = 5 x 15 pertanyaan


= 75 (100%)

2.Skor terendah = 1 x 15 pertanyaan

= 15 (20%)

Kemudian dikur dengan rumus.I = R/K

Dimana :

I : Interval kelas

R : Range = kisaran = Nilai skor tertinggi dikurangi nilai

skor terendah (100% - 20% = 80%)

K : Jumlah kategori = 2 (Setuju dan Kurang Setuju)

Maka interval kelasnya :

I = 80%
2
= 40%
Standar penilaian adalah : 100% - 40% = 60%

Setuju : Bila total jawaban responden ≥ 60%


Kurang Setuju : Bila total jawaban responden < 60%

4 Assurance(Kepercayaan)

Dimensi ini merujuk pada pengetahuan dan kesopanan dari

para petugas kesehatan serta kemampuan mereka untuk

menimbulkan rasa percaya dan yakin.

Merujuk pada skala dimana setiap item dengan jawaban sangat

puas diberi skor Sangat setuju = 5, Setuju = 4, Ragu ragu = 3,

Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak setuju= 1 Kriteria penilaian

didasarkan atas jumlah pertanyaan.

1.Skor tertinggi = 5 x 22 pertanyaan

= 110 (100%)

2.Skor terendah = 1 x 22 pertanyaan

= 22 (20%)

Kemudian dikur dengan rumus.I = R/K

Dimana :

I : Interval kelas

R : Range = kisaran = Nilai skor tertinggi dikurangi nilai

skor terendah (100% - 20% = 80%)

K : Jumlah kategori = 2 (Setuju dan Kurang Setuju)

Maka interval kelasnya :


I = 80%

= 40%

Standar penilaian adalah : 100% - 40% = 60%

Setuju : Bila total jawaban responden ≥ 60%

Kurang Setuju : Bila total jawaban responden < 60%

5. Empathy (Empati)

Dimensi ini merujuk pada sejauh mana tingkat

pemahaman/simpati serta perhatian secara individual yang

diberikan petugas kesehatan terhadap pasien.

Merujuk pada skala dimana setiap item dengan jawaban sangat

puas diberi skor Sangat setuju = 5, Setuju = 4, Ragu ragu = 3,

Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak setuju= 1 Kriteria penilaian

didasarkan atas jumlah pertanyaan.

1.Skor tertinggi = 5 x 27 pertanyaan

= 135 (100%)

2.Skor terendah = 1 x 27 pertanyaan

= 27 (20%)

Kemudian dikur dengan rumus.I = R/K

Dimana :

I : Interval kelas

R : Range = kisaran = Nilai skor tertinggi dikurangi nilai

skor terendah (100% - 20% = 80%)


K : Jumlah kategori = 2 (Setuju dan Kurang setuju)

Maka interval kelasnya :

I = 80%
2
= 40%

Standar penilaian adalah : 100% - 40% = 60%

Setuju : Bila total jawaban responden ≥ 60%

Kurang Setuju : Bila total jawaban responden < 60%

6. Kepuasan Pasian

Kepuasan pasien rawat jalan berdasarkan kulitas pelayanan

yang diterima, meliputi kualitas proses pelayanan yang dikaitkan

jumlah pertanyaan dari keseluruhan variable.

Merujuk pada skala dimana setiap item dengan jawaban sangat

puas diberi skor Sangat Puas = 5, Puas = 4, Cukup Puas = 3,

Kurang Puas = 2, Tidak Puas = 1 Kriteria penilaian didasarkan atas

jumlah pertanyaan.

1.Skor tertinggi = 5 x 10 pertanyaan

= 50 (100%)

2.Skor terendah = 1 x 10 pertanyaan

= 10 (20%)

Kemudian dikur dengan rumus.I = R/K

Dimana :

I : Interval kelas
R : Range = kisaran = Nilai skor tertinggi dikurangi nilai

skor terendah (100% - 20% = 80%)

K : Jumlah kategori = 2 (puas dan Kurang puas)

Maka interval kelasnya :

I = 80%

= 40%

Standar penilaian adalah : 100% - 40% = 60%

Puas : Bila total jawaban responden ≥ 60%

Kurang Puas : Bila total jawaban responden < 60%

.
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Cendrawasih berada di Kelurahan Sambung Jawa

Kecamatan Mamajang berjarak 4km dari Pusat Pemerintahan Kota

Makassar. Puskesmas Cendrawasih sebelumnya adalah Puskesmas

Pembantu yang ditingkatkan menjadi Puskesmas Rawat Jalan sejak

tahun 1985. Adapun yang menjadi tantangan dalam merealisasikan

program kerja selama ini adalah luasnya wilayah kerja, kompleksitas

gangguan kesehatan masyarakat perkotaan dan jumlah penduduk

yang besar.

Puskesmas Cendrawasih mempunyai luas wilayah kerja 6 Km 2

dan merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan masyarakat tdi

Kota Makassar dengan wilayah kerja terdiri dari 7 Kelurahan

perkotaan dengan jumlah penduduk 19.765.jiwa dan 3.765 KK.

Bangunan fisik Puskesmas Cendrawasih terdiri atas 2 lantai

yang dibagi beberapa ruangan pelayanan. Pada lantai satu terdiri dari

ruang pendaftaran pasien, ruang KIA, ruang periksa dan tindakan

serta ruang apotek, sedangkan di lantai dua terdiri dari ruang


pemeriksaan gigi, ruang laboratorium, aula dan ruang tata usaha.

Adapun petugas kesehatan yang berkaitan dengan ruang

pemeriksaan yaitu dokter umum 2 orang, Perawat 8 orang , farmasi 2

orang, loket pelayanan 3 orang dan cleaning service 1 orang.

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Cendrawasih Kecamatan

Mamajang Kota Makassar pada bulan Maret 2018 – April 2018

dengan sampel 84 orang pasien rawat jalan. Data diolah dan

dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil analisis data disajikan

dalam bentuk tabel sebagai berikut:

1. Anailisis Univariat

a. Karakteristik Demografi

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik


Demografi di Puskesmas Cendrawasih Kota
Makassar 2018

  Karakteristik Frekuensi (n) Presentase (%)


a. Umur
<20 5 6
21-29 10 11,9
30-39 24 28,6
40-49 20 23,8
50-59 12 14,3
>60 13 15,5
  Total 84 100
b. JenisKelamin
Laki-laki 38 45,2
Perempuan 46 54,8
  Total 84 100
c. Pendidikan
TidakSekolah 0 0,0
Tamat SD 9 10,7
Tamat SMP 18 21,4
Tamat SMA 39 46,4
Tamat D1/D2/D3/S1 13 15,5
Tamat S2/S3 5 6
  Total 84 100

d. Pekerjaan
PNS 5 6
Wiraswasta 14 16,7
Karyawan Swasta 17 20,2
Buruh/Sopir 6 7,1
Pelajar/Mahasiswa 7 8,3
TNI/Polri 3 3,6
Lainnya 9 10,7
IRT 23 27,4
  Total 84 100
Sumber: Data primer, 2018

Karakteristik demografi responden meliputi kelompok


umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan dari total 84
pasien rawat inap di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar
2018. Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa kelompok
reponden <20 tahun 5 orang (6 %), 21-29 tahun 10 orang (11,9
%), 30-39 tahun 24 orang (28,6 %), 40-49 tahun 20 orang (23,8
%), 50-59 tahun 12 orang (14,3 %) dan >60 tahun 13 orang
(15,5 %). Berdasarkan tabel diatas menunjukan jumlah terbesar
kelompok umur 30-39 tahun, yaitu sebesar 24 orang (28,6 %),
sedangkan jumlah terkecil terdapat pada kelompok umur < 20
tahun dengan 5 orang (5 %).
Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin dari total
84 yang berjenis kelamin laki-laki 38 orang (45,2 %) dan yang
berjenis kelamin perempuan dengan 46 orang (54,8 %).
Berdasarkan tingkat pendidikan dari total 84 responden,
yang tidak sekolah (0,0 %), yang tamat SD 9 oarang (10,7 %),
tamat SMP 19 orang (22.60 %), tamat SMA 41 orang (48,80
%), Diploma 18 orang (21,4 %) dan tamat D1/D3/S1 13 orang (
15,5 %) tamat S2/S3 5 orang (6 %). Dari tabel diatas
menunjukan jumlah terbanyak berdasarkan tingkat pendidikan
yaitu SMU dengan 39 orang (46,4%) dan jumlah paling sedikit
yaitu tamat S2/S3 sebanyak 11 orang (6 %).
Gambaran responden dari jenis pekerjaan dari total 84
responden PNS 5 orang (6 %), wiraswasta 14 orang (16,7
%), Karyawan Swasta 17 orang (20,2 %), Buruh/sopir 6 orang
(7,1%), Pelajar/mahasiswa 7 orang (8,3 %),yang bekerja
sebagai TNI/Polri 3 orang (3,6%). Yang bekerja lainnya
sebanyak 9 responden (10,7 %) ibu rumah tangga sebanyak
23 responden (27,4 %) Berdasarkan tabel diatas menunjukan
responden dengan jenis pekerjaan terbanyak yaitu:
pelajar/mahasiswa 23 orang (27,4 %), dan yang paling sedikit
TNI/Polri orang (5,95 %)

b. Reliability

Distribusi responden menurut reliability dapat dilihat pada


tabel 5.2 sebagai berikut:
Tabel 5.2

Distribusi Responden Menurut Reliability Puskesmas


Cendrawasih Kota Makassar 2018

Reliability Frekuensi (n) Persentase (%)


Setuju 77 91,7
Kurang Setuju 7 8,3
Total 84 100

Sumber: Data Primer 2018


Distribusi responden menurut realibility dapat dilihat

pada tabel 5.2 diatas sebagai berikut : menunjukkan bahwa

realibility terbanyak adalah setuju sebanyak 77 responden

(91,7%), dan terendah adalah kurang setuju sebanyak 7

responden (8,3%).

c. Assurance

Distribusi responden menurut Assurance dapat dilihat


pada tabel 5.3 sebagai berikut:

Tabel 5.3

Distribusi Responden Menurut Assurance


Puskesmas Cendrawasih Kecamatan Mamajang Kota
Makassar 2018

Assurance Frekuensi (n) Persentase (%)


Setuju 79 94
Kurang Setuju 5 6
Total 84 100

Sumber: Data Primer 2018

Distribusi responden menurut assurance dapat dilihat

pada tabel 5.3 diatas sebagai berikut :menunjukkan bahwa

assurance terbanyak adalah setuju sebanyak 79 responden


(94%), dan terendah adalah kurang setuju sebanyak 5

responden (6%).

d. Tangibles

Distribusi responden menurut tangibles dapat dilihat


pada tabel 5.4 sebagai berikut:
Tabel 5.4

Distribusi Responden Menurut Tangibles Puskesmas


Cendrawasih Kota Makassar 2018

Tangibles Frekuensi (n) Persentase (%)


Setuju 66 78,6
Kurang Setuju 18 21,4
Total 84 100

Sumber: Data Primer 2018

Distribusi responden menurut tangibles dapat dilihat

pada tabel 5.4 diatas sebagai berikut :menunjukkan bahwa

tangibles terbanyak adalah setuju sebanyak 66 responden

(78,6%), dan terendah adalah kurang setuju sebanyak 18

responden (21,4%).

e. Emphaty

Distribusi responden menurut emphaty dapat dilihat pada


tabel 5.5 sebagai berikut:
Tabel 5.5

Distribusi Responden Menurut Emphaty Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar 2018


Emphaty Frekuensi (n) Persentase (%)
Setuju 74 88,1
Kurang Setuju 10 11,9
Total 84 100
Sumber: data primer 2018
Distribusi responden menurut emphaty dapat dilihat

pada tabel 5.5 diatas sebagai berikut :menunjukkan bahwa

emphaty terbanyak adalah setuju sebanyak 74 responden

(88,1%), dan terendah adalah kurang setuju sebanyak 10

responden (11,9%).

f. Responsiveness

Distribusi responden menurut responsiveness dapat

dilihat pada tabel 5.6 sebagai berikut:

Tabel 5.6

Distribusi Responden Menurut Responsiveness


Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar Tahun 2018

Responsifeness Frekuensi (n) Persentase (%)


Setuju 79 94
Kurang Setuju 5 6
Total 84 100

Sumber: data primer 2018


Distribusi responden menurut responsiveness dapat

dilihat pada tabel 5.6 diatas sebagai berikut :menunjukkan


bahwa responsiveness terbanyak adalah setuju sebanyak

79 responden (94 %), dan terendah adalah kurang setuju

sebanyak 6 responden (6%).

3. Analisis Bivariat

Untuk melihat pengaruh antara variabel independen

dengan variabel dependen digunakan analisis bivariat

dilanjutkan dengan uji koefisien regresi

a. Pengaruh reliability terhadap kepuasan pasien


rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota
Makassar

Tabel 5.7
Pengaruh Reliability Terhadap Kepuasan Pasien
rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota
Makassar 2018

Kepuasan Pasie
      n      
Reliabilit Pua Tota Sig
y s % Kurang Puas % l %
64,
Setuju 50 9 27 35,1 77 100
Kurang 57, 0,68
Setuju 4 1 3 42,9 7 100 5
64,
Jumlah 54 3 30 35,7 84  100
Sumber: data primer 2018

berdasarkan tabel 5.7 menunjukan bahwa mayoritas

dari total 77 responden dengan reliability setuju, terdapat 27

responden atau sebesar 35,1 % yang merasakan kurang

puas terhadap pelayanan. Sedangkan sebanyak 50

responden atau sebesar 64,9 % yang merasa puas terhadap

pelayanan rawat jalan Puskesmas Cendrawasih. Selain itu,

dari total 7 responden reliability kurang setuju, terdapat 4

responden atau sebesar 57,1% yang menyatakan puas

terhadap pelayanan dan 3 responden atau sebesar 42,9 %

yang menyatakan kurang puas.

Berdasarkan hasil perhitungan uji keberartian koifisien

regresi antara reliability dengan kepuasan pasien rawat inap

Puskesmas Cendrawasih diperoleh nilai koifisien reliability

dengan p = 0,685> α = 0,05. Hasil ini berarti tidak ada

pengaruh yang signifikan antara reliability terhadap

kepuasan pasien rawat inap puskesmas Cendrawasih Kota

Makassar.

b. Pengaruh assurance terhadap kepuasan pasien


rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota
Makassar

Tabel 5.8
Pengaruh Assurance Terhadap Kepuasan Pasien
rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota
Makassar 2018

Kepuasan Pasie
      n      
Assuranc Pua Tota sig
e s % Kurang Puas % l %
 65,  10
Setuju  52 8 27 34,2  79 0
Kurang  10 0,24
Setuju 2  40 3 60  5 0 8
 64,  10
Jumlah  54 3 30 35,7  84 0

Sumber: data primer 2018

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa sebanyak 52

orang responden (65,8%) dari total 79 responden dengan

assurance menyatakan setuju, terdapat 27 responden atau

sebesar 34,2 % yang merasakan kurang puas terhadap

pelayanan rawat jalan yang di peroleh. Selain itu, dari total 5

responden yang assurance kurang setuju, terdapat 3

responden atau sebesar 60 % yang menyatakan kurang

puas terhadap pelayanan rawat inap yang di peroleh dan

terdapat 2 responden atau sebesar 40 % yang merasa puas

terhadap pelayanan rawat jalan yang di peroleh.

Berdasarkan hasil perhitungan uji keberartian koifisien

regresi antara assurance terhadap kepuasan pasien

terhadap pelayanan rawat jalan Puskesmas Cendrawasih

diperoleh p = 0,248>α= 0,05. Hasil ini menunjukan bahwa


tidak ada pengaruh signifikan antara assurance terhadap

kepuasan pasien rawat jalan puskesmas Cendrawasih

c. Pengaruh tangibles terhadap kepuasan pasien


rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota
Makassar

Tabel 5.9
Pengaruh Tangibles Terhadap Kepuasan Pasien
rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota
Makassar 2018

Kepuasan Pasie
      n      
Pua Tota Sig
Sumber: data primer
Tangible s 201 % Kurang Puas % l %
8  78,
Setuju  52 8  14 21,2 66 100 0,00
Kurang  11, 0
Setuju 2 1  16 88,9 18 100
 64,
Jumlah  54 3  30 35,7  84 100

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dari total 66

responden dengan tangibles setuju, terdapat 14 responden

atau sebesar 21,2 % yang merasakan kurang puas terhadap

pelayanan rawat jalan yang di rasakan oleh pasien dan

terdapat 52 responden atau sebesar 78,8% yang puas

terhadap pelayanan rawat jalan yang di rasakan oleh pasien.

Selain itu, dari total 18 responden yang tangibles kurang

setuju, terdapat 16 responden atau sebesar 88,9 % yang

menyatakan kurang puas terhadap pelayanan rawat jalan


yang telah diperoleh dan terdapat 2 responden atau sebesar

11,1 % yang menyatakan puas.

Berdasarkan hasil perhitungan uji keberartian koifisien

regresi didapatkan dinilai p = 0,000<α = 0,05. Hasil ini berarti

ada pengaruh signifikan tangible terhadap kepuasan pasien

rawat jalan puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.

d. Pengaruh emphaty terhadap kepuasan pasien


rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota
Makassar
Tabel 5.10
Pengaruh Emphaty Terhadap Kepuasan Pasien
rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota
Makassar 2018

Kepuasan Pasie
      n      
Pua Tota sig
Emphaty s % Kurang Puas % l %
 71,
Setuju  53 6  21 28,4  74 100
Kurang 0,00
Setuju 1  10  9 90  10 100 0
 64,
Jumlah  54 3  30 35,7  84  100
Sumber :data primer 2018
Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa dari total 74

responden dengan emphaty setuju, terdapat 21 responden

(28,4%) yang merasakan kurang puas dan terdapat 53

responden (71,6%) yang puas. Selain itu, dari total 10

responden yang emphaty kurang setuju, terdapat 9

responden (90 %) yang menyatakan kurang puas dan

terdapat 1 responden (10 %) yang puas.


Berdasarkan hasil perhitungan uji keberartian koifisien

regresi didapatkan dinilai p = 0,000<α = 0,05. Hasil ini berarti

ada pengaruh signifikan emphaty terhadap kepuasan pasien

rawat jalan puskesmas Cendrawasih Kota Makassar

e. Pengaruh responsiveness terhadap kepuasan


pasien rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota
Makassar Tahun 2018

Tabel 5.11
Pengaruh Responsiveness Terhadap Kepuasan
Pasien rawat jalan pada Puskesmas
Cendrawasih Kota Makassar 2018

Kepuasan Pasie
      n      
Responsivenes Pua Tota sig
s s % Kurang Puas % l %
Setuju 49 62 30 38 79 100
Kurang Setuju 5 100 0 0 5 100 0,093
Jumlah 54 64,3 30 35,7 84 100
Sumber: data primer 2018

Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa dari total 79

responden dengan responsiveness setuju, terdapat 30

responden atau sebesar 38% yang merasakan kurang puas

terhadap pelayanan rawat jalan yang diperoleh dan terdapat

49 responden atau sebesar 62,8% yang merasa puas

terhadap pelayanan rawat jalan yang di peroleh. Selain itu,

dari total 5 responden dengan responsiveness kurang setuju,

tidak ada yang menyatakan kurang puas terhadap pelayanan

rawat inap yang di peroleh dan terdapat 6 responden atau

sebesar 100 % yang merasakan puas.


Berdasarkan hasil perhitungan uji keberartian koifisien

regresi didapatkan dinilai p = 0,088 >α= 0,05. Hasil ini berarti

tidak ada pengaruh responsiveness terhadap kepuasan

pasien rawat jalan puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.

4. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk menguji secara

bersamaan variabel reliability, assurance, tangible, emphaty dan

responsivenes terhadap kepuasan pasien rawat jalan

puskesmas Cendrawasih Kota Makassar. Untuk melihat

signifikansi variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap

variabel terikat. Maka dapat dibandingkan dengan tingkat

kepercayaan ( sig 5% ). Jika angka taraf signifikansi penelitian

lebih kecil dibandingkan taraf signifikansi sebesar 0,05 maka ada

hubungan linier (pengaruh) antara variabel independen dengan

variabel independen. Variabel yang bermakna diuji dengan

menggunakan uji regresi logistik menggunakan SPSS for

Windows dengan metode Enter. Selain itu, variabel yang juga

ikut dimasukan dalam uji regresi logistik adalah variabel

memenuhi syarat p <0,25. Berikut hasil analisis multivariat

Tabel 5.12

Model Akhir Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik


Pengaruh Reliability, Assurance, Tenjible, Emphaty,
Responsiveness Terhadap Kepuasan Pasien Rawat
jalan Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar
Tahun 2018
Variabel B SE Wald Df Sig.
Reliability -2,046 2,445 ,700 1 ,403
Assurance -131 1,356 ,009 1 ,923
Tangibles 3,601 ,854 17,792 1 ,000
Emphaty 3,578 1,153 9,634 1 ,002
Responsiveness -19,511 17974,851 ,000 1 ,999
Constant 12,554 17974,857 ,000 1 ,999
Sumber: Data primer 2018

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.12 diatas maka

dapat diketahui ρ = 0,000 (ρ ≤ 0,00). Jadi, dapat dikatakan

bahwa tangibles memiliki hubungan linier (pengaruh) paling kuat

terhadap kepuasan pasien di puskesmas Cendrawasih Kota

Makassar.

A. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas

pelayanan petugas kesehatan terhadap kepuasan pasien rawat

jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar tahun 2018.

Variabel yang diteliti mengikuti teori Parasuraman dkk yaitu

tangible, reliability, responsiviness, empaty, assurance terhadap

kepuasan. Adapun pembahasan dari untuk masing-masing

variabel independen berdasarkan hasil analisis data yang telah

dilakukan selengkapnya sebagai berikut :

1. Pengaruh Reliability Terhadap Kepuasan Pasien

Reliability (keandalan) merupakan kemampuan untuk

memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang


ditawarkan (Zeithalm, 1988 dalam Umar, 2000).Dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang

mempersepsikan kesesuaian antara harapan dengan

pelayanan yang diterimanya rata-rata memiliki tingkat

kesesuaian yang sangat tinggi. Tingkat kesesuaian yang

memiliki skor paling rendah pada dimensi reliability adalah

ketepatan waktu tenaga kesehatan dalam melakukan

pelayanan

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui yaitu dari total 77

responden dengan reliability setuju, terdapat 27 responden

atau sebesar 35,1% yang merasakan kurang puas terhadap

pelayanan. Sedangkan sebanyak 50 responden atau

sebesar 64,9% yang merasa puas terhadap pelayanan rawat

jalan puskesmas Cendrawasih.

Hasil analisis ini diketahui bahwa yang merasakan

kurang puas cukup tinggi yang disebabkan pembukaan

pelayanan kesehatan yang tidak sesuai jadwal, kedatangan

tenaga kesehatan yang tidak sesuai jadwal. Hal ini yang

menyebabkan tingkat ketidak puasan cukup tinggi, jadi untuk

melangsungkan pelayanan pada puskesmas tersebut

khususnya pada unit rawat jalan dengan sangat terpaksa

pucuk pimpinan dalam hal ini kepala puskesmas tersebut

yang latar belakang pendidikan sebagai dokter umum yang


mengambil alih dalam melakukan pemeriksaan pada proses

pemeriksaan pasien.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value (0,685)> α (0,05), ini

berarti tidak ada pengaruh signifikan reliability terhadap

kepuasan pasien rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih

Kota Makassar. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian, Arsad (2016) menujukkan signifikan dari dimensi

tanggapan (responsiviness), jaminan (assurance), bukti fisik

(tangible), empati (empaty), kehandalan (reliability) memiliki

nilai signikan terbesar 0,209 (ρ>0,05). Artinya kelima dimensi

tersebut tersebut secara bersama-sama mempunyai

hubungan dengan kualitas pelayanan kesehatan terhadap

kepuasan pasien rawat inap di RSUD Satelit Tobadak

Mamuju Tegah.

Sejalan pula dengan teori bahwa kemampuan

melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan

terpercaya dapat memnuhi keinginan, harapan, dan

kebutuhan pasien

2. Pengaruh Asurance Terhadap Kepuasan Pasien

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa dari total 79

responden dengan assurance menyatakan setuju, terdapat

27 responden atau sebesar 34,2 % yang merasakan kurang

puas terhadap pelayanan rawat jalan yang di peroleh. Selain


itu, dari total 5 responden yang assurance kurang setuju,

terdapat 3 responden atau sebesar 60 % yang menyatakan

kurang puas terhadap pelayanan rawat inap yang di peroleh

dan terdapat 2 responden atau sebesar 40 % yang merasa

puas terhadap pelayanan rawat jalan yang di peroleh. Ada

beberapa faktor yang menyebabkan sehingga responden

menyatakan kurang puas yaitu antara lain petugas

kesehatan perawat ataupun dokter kurang dalam

menumbuhkan semangat dan kepercayaan pasien untuk

sembuh, memberikan rasa aman kepada pasien ketika

menerima pelayanan, keramahan perawat, serta terampilnya

petugas pendaftaran/rekam medis dalam melayani pasien.

Hasil uji statistic diperoleh nilai p value (0,248)> α (0,05), ini

berarti tidak ada pengaruh assurance terhadap kepuasan

pasien rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota

Makassar

Hasil penelitian ini tdk sejalan dengan hasil penelitian, Arsad

(2016) menujukkan signifikan dari dimensi tanggapan

(responsiviness), jaminan (assurance), bukti fisik (tangible),

empati (empaty), kehandalan (reliability) memiliki nilai

signikan terbesar 0,209 (ρ> 0,05). Artinya kelima dimensi

tersebut tersebut secara bersama-sama mempunyai

hubungan dengan kualitas pelayanan kesehatan terhadap


kepuasan pasien rawat inap di RSUD Satelit Tobadak

Mamuju Tegah.

Sejalan dengan teori bahwa dimensi assurance meliputi

potensi/kemampuan dalam memberi pelayanan, kesopanan

dan rasa hormat pada pelanggan, sifat yang dapat diercaya,

jaminan rasa aman dari bahaya, resiko atau keragu-raguan

serta komunikasi yang efektif terhadap pelanggan.

Istilah assurance diartikan sebagai jaminan yang

mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat

dapat dipercaya yang dimilki pegawai, bebas dari bahaya,

risiko dan keragu-raguan selain itu berkaitan pula dengan

kemampuan, pengetahuan, ketrampilan staf dalam

menangani setiap pelayanan yang diberikan sehinggga

mampu menumbuhkan kepercayaan dan rasa aman pada

pelanggan.

Assurance adalah upaya perlindungan yang disajikan

untuk masyarakat bagin warganya terhadap resiko yang

apabila resiko itu terjadi akan dapat mengakibatkan

gangguan dalam struktur kehiduan yang normal.Assurance

adalah dimensi kualitas yang berhubungan dengan

kemampuan dan perilaku front-line staf dalam menanamkan

rasa percaya dan keyakinan kepada para pelanggannya.


Pelanggan sulit percaya bahwa kualitas pelayanan akan

dapat tercipta dari front line staf yang tidak kompeten

Kesembuhan merupakan ekspektasi atau

kepentingan utama pasien yang mempengaruhi kepuasan

berdasarkan hasil studi kepuasan pasien (Muninjaya, 2011).

Kepuasan pasien terhadap mutu layanan dinyatakan oleh

sikap terhadap kompetensi teknik dokter dan petugas serta

keluaran atau perubahan yang dirasakan oleh pasien

sebagai hasil dari layanan kesehatan yang diterima (Pohan,

2006). Dapat disimpulkan pasien yang mendapatkan

pelayanan kesehatan oleh petugas yang kompeten dan

mendapatkan keluaran berupa kesembuhan merupakan hal

utama yang diinginkan oleh pasien.

3. Pengaruh Tangible Terhadap Kepuasan Pasien

Tangible (bukti fisik) merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi tingkat kepuasan pasien. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa jumlah responden yang

mempersepsikan kesesuaian antara harapan dengan

pelayanan yang diterimanya rata-rata memiliki tingkat

kesesuaian yang sangat tinggi. Tingkat kesesuaian yang

memiliki skor paling rendah pada dimensi tangible adalah

ketersedian kursi di ruang tunggu pelayanan, buku rekam


medis tidak terawat dengan baik, dan kenyamanan ruang

tunggu,

Citra pelayanan akan tumbuh dari penampilan fisik baik dari

segi fasilitas yang digunakan pada ruang perawatan ataupun

penampilan fisik tenaga kesehatan pada saat memberikan

pelayanan. Misalnya, pada penampilan fisik tenaga

kesehatan yang meliputi pakaian seragam dan atribut yang

dipakai, riasan wajah, postur tubuh, kebersihan diri,

kerapian, cara senyum, cara berjalan, cara bertutur kata,

maupun penggunaan dan kepekaan terhadap bahasa tubuh

yang akan memberikan citra yang prima.

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dari total 66

responden dengan tangibles setuju, terdapat 14 responden

atau sebesar 21,2 % yang merasakan kurang puas terhadap

pelayanan rawat jalan yang di rasakan oleh pasien dan

terdapat 52 responden atau sebesar 78,8% yang puas

terhadap pelayanan rawat jalan yang di rasakan oleh pasien.

Selain itu, dari total 18 responden yang tangibles kurang

setuju, terdapat 16 responden atau sebesar 88,9 % yang

menyatakan kurang puas terhadap pelayanan rawat jalan

yang telah diperoleh dan terdapat 2 responden atau sebesar

11,1 % yang menyatakan puas.


Hasil uji statistik diperoleh nilai p value (0,000)< α (0,05), ini

berarti ada pengaruh tangible terhadap kepuasan pasien

rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian,

Arsad (2016) menujukkan signifikan dari dimensi tanggapan

(responsiviness), jaminan (assurance), bukti fisik (tangible),

empati (empaty), kehandalan (reliability) memiliki nilai

signikan terbesar 0,209 (ρ> 0,05). Artinya kelima dimensi

tersebut tersebut secara bersama-sama mempunyai

hubungan dengan kualitas pelayanan kesehatan terhadap

kepuasan pasien rawat inap di RSUD Satelit Tobadak

Mamuju Tegah.

Sejalan dengan teori bahwa penampilan fasilitas fisik,

peralatan, personil dan media komunikasi yang

berhubungan dengan kepuasan pasien.

4. Pengaruh Emphaty Terhadap Kepuasan Pasien

Variabel empathy merupakan kemampuan para

petugas puskesmas untuk memberikan pelayanan secara

individu, memberikan bantuan dan perhatian khusus kepada

pasien dan tanggung jawab pasien atas kenyaman dan

keamanan dan keinginan dokter dan perawat untuk

membantu para pasien dan memberikan pelayanan dengan

tanggap.
Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa dari total 74

responden dengan emphaty setuju, terdapat 21 responden

(28,4%) yang merasakan kurang puas dan terdapat 53

responden (71,6%) yang puas. Selain itu, dari total 10

responden yang emphaty kurang setuju, terdapat 9

responden (90 %) yang menyatakan kurang puas dan

terdapat 1 responden (10 %) yang puas.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value (0,000)< α (0,05), ini

berarti ada pengaruh signifikanempathy terhadap kepuasan

pasien rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota

Makassar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian, Arsad

(2016) menujukkan signifikan dari dimensi tanggapan

(responsiviness), jaminan (assurance), bukti fisik (tangible),

empati (empaty), kehandalan (reliability) memiliki nilai

signikan terbesar 0,209 (ρ> 0,05).

Sejalan pula denga teori bahwa rasa empaty dengan

memberi perhatian peribadi bagi pelanggan dapat memenuhi

keinginan, harapan, dan kebutuhan pasien dapat dipenuhi.

Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut

dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pasien.

5. Pengaruh Responsiveness Terhadap Kepuasan Pasien


Responsiveness (ketanggapan) merupakan respon atau

kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan

memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap (Zeithalm,

1988 dalam Umar, 2000).Hasil penelitian menunjukkan

bahwa jumlah responden yang mempersepsikan kesesuaian

antara harapan dengan pelayanan yang diterimanya rata-

rata memiliki tingkat kesesuaian yang sangat tinggi.

Kepuasan terhadap dimensi responsiveness adalah

berdasarkan persepsi bukan aktualnya. Karena persepsi

mengandung makna psikologis, makna faktor komunikasi

dan situasi fisik di sekeliling pelanggan yang menerima

pelayanan merupakan hal yang penting dalam

menmpengaruhi penilaian pelanggan. Mengkomunikasikan

kepada pelanggan mengenai proses pelayanan yang

diberikan akan membentuk persepsi yang lebih positif,

pelayanan yang tanggap juga sangat berpenaruh.

Berdasarkan hasil analisi bivariat pada tabel 5.11

menunjukkan bahwa dari total 79 responden dengan

responsiveness setuju, terdapat 30 responden atau sebesar

38% yang merasakan kurang puas terhadap pelayanan

rawat jalan yang diperoleh dan terdapat 49 responden atau

sebesar 62,8% yang merasa puas terhadap pelayanan

rawat jalan yang di peroleh. Selain itu, dari total 5 responden


dengan responsiveness kurang setuju, tidak ada yang

menyatakan kurang puas terhadap pelayanan rawat inap

yang di peroleh dan terdapat 6 responden atau sebesar 100

% yang merasakan puas.

bahwa dari Hasil uji statistik diperoleh nilai p value (0,088) >

α (0,05), ini berarti tidak ada pengaruh reliability terhadap

kepuasan pasien rawat inap pada Puskesmas Cendrawasih

Kota Makassar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian, Arsad

(2016) menujukkan signifikan dari dimensi tanggapan

(responsiviness), jaminan (assurance), bukti fisik (tangible),

empati (empaty), kehandalan (reliability) memiliki nilai

signikan terbesar 0,209 (ρ> 0,05). Artinya kelima dimensi

tersebut tersebut secara bersama-sama mempunyai

hubungan dengan kualitas pelayanan kesehatan terhadap

kepuasan pasien rawat inap di RSUD Satelit Tobadak

Mamuju Tegah.

Sejalan juga dengan teori bahwa daya tanggap terhadap

kualitas pelayanan yang dipersepsi oleh pelanggan,

termasuk dalam dimensi ini adalah waktu tunggu untuk

mendapatkan pelayanan, pelanggan yang terpaksa harus

menunggu lama untuk mendapatkan pelayanan tanpa alas


an yang jelas akan menimbulkan persepsi negative terhadap

kualitas pelayanan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan analisa regresi linier dapat disimpulkan bahwa :

1. Tidak ada pengaruh antara reliability terhadap kepuasan

pasien rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota

Makassar.

2. Tidak ada pengaruh antara assurance terhadap kepuasan

pasien rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota

Makasar

3. Ada pengaruh antara tangible terhadap kepuasan pasien

rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar

4. Ada pengaruh antara emphaty terhadap kepuasan pasien

rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar

5. Tidak ada pengaruh antara responsiveness terhadap

kepuasan pasien rawat jalan pada Puskesmas Cendrawasih

Kota Makassar
B. Saran

1. Bagi pihak Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar dari

hasil penelitian ini dapat menjadi acuan agar lebih

memperhatikan kualitas pelayanan yang diberikan terhadap

pasien, program pelayanan yang maksimal kepada para

pengguna jasa pelayanan, baik dari sarana maupun

prasarana agar pasien bisa merasakan kepuasan selama

mendapat pelayanan di Puskesmas Cendrawasih

2. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan studi yang lebih

mendalam terhadap faktor-faktor baru yang dapat

mempengaruhi kepuasan. Diharapkan dapat memberikan

manfaat terhadap pengembangan ilmu penhetahuan

khususnya bagi mereka yang berminat melakukan penelitian

yang berhubungan dengan kualitas pelayanan terhadap

kepuasan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Anjaryani, W. D. (2009). Kepuasan Pasien Rawat jalan Terhadap


Pelayanan Perawat di Rsud Tugurejo Semarang Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang.

Arifah, U. (2013). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan


Pasien Rawat Jalan Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
( Bbkpm) Surakarta. Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.

Arsad. (2016). Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap


Kepuasan Pasien Rawat jalan di RSUD Satelit Tobadak Mamuju
Tengah Universitas Muslim Indonesia Makassar.

Chitami, W. (2013). Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan


Terhadap Loyalitas Pasien Rawat Jalan Dan Rawat jalan Rumah
Sakit Otorita Batam. Universitas Widyatama, Bandung.

Hapid, H. H. (2015). Hubungan Antara Kinerja Petugas Kesehatan


dengan Kepuasan Pasien di Puskiesmas Minasate'ne Kab.
Pangkep. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Hapid, M. a. (2014). Hubungan Kinerja Perawat Terhadap Tingkat


Kepuasan Pasien Pengguna Yankestis Dalam Pelayanan
Keperawatan Di Rsud Syekh Yusuf Kab Gowa. Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.

Hardi, J. (2010). Analisis Tingkat Kepuasan Umum Dan Pasien


Jamkesmas Terhadap Mutu Pelayanan Rawat jalan Di Rsud
Pasaman Barat. Universitas Andalas, Pasaman Barat.
Hasanuddin. (2014). Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan
Pasien Rawat jalan Rumah Sakit Umum Sinjai Universitas Muslim
Indonesia, Makassar.

Hermanto, D. (2010). Pengaruh Persepsi Mutu Pelayanan Kebidanan


Terhadap Kepuasan Pasien Rawat jalan Kebidanan Di Rsud Dr. H.
Soemarno Sosroatmodjo Bulungan Kalimantan Timur. Universitas
Diponegoro Semarang, Semarang.

Isfandyarie, Anny, 2006, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter
Buku 1,Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta

Indrawati, A. D. (2013). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja


Karyawan dan Kepuasan Pelanggan Pada Rumah Sakit Swasta di
Kota Denpasar. Universitas Udayana, Bali.

Ingratubun, N. (2009). Hubungan Dimensi Kualitas Pelayanan dengan


Kepuasan Pasien (Sebuah Studi Kasus Pelayanan Kesehatan
Gratis di Puskesmas Cendrawasih Makassar 2009). Fakultas
Keseshatan Masyarakat.

Kotler, Philip, 2000. Manajemen Pemasaran, Jakarta :Indeks.

Muninjaya. (2002). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta


Kedokteran EGC.

Nur Ifah Intan Suaib, Sukri Palutturi, & Amir, M. Y. (2014). Kualitas
Pelayanan Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien BPJS di RSUD
Kabupaten Luwu Journal of public health policy, 1-13.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta

Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian


keperawatan. Jakarta
Sabarguna B, 2012, Pemasaran Pelayanan Rumah Sakit, Sagung Seto,
Jakarta.

Sarage, R., Lubis, A. N., & Ningsih, L. S. (2010). Pengaruh Mutu


Pelayanan Kesehatan terhadap Loyalitas Pasien RSU Herna
Medan Journal of public health policy.

Saragih, S. (2009). Hubungan Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien


dengan Kunjungan di balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota
PekanBaru Universitas Sumatra Utara Medan

Sihombing, O. (2007). Pengaruh Kinerja Pegawai Terhadap Tingkat


Kepuasan Pasien Pengguna Asuransi Kesehatan PT. Askes.
universitas Lampung, Bandar Lampung.

Syahruddin. (2012). Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan terhadap


Kepuasan dan Loyalitas Pasien Rawat jalan di rumah sakit Swasta
di Kota Makassar. Universitas Muslim Indonesia, Makassar.

Tjiptono, F. (2016). Service, Quality dan Satisfaction. Yogyakarta: CV Andi


Offset.

Tosirahmadian. (2015). Analisis Pelayanan apotek terhadap Tingkat


Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Lubuk Buaya Kota
Padang Universitas Baiturahma, Padang

Utama, A. (2003). Analisis Persepsi Pengaruh Kualitas Pelayanan


terhadap Kepuasan Pelanggan Rumah Sakit Umam Cakra Husada
Klaten Journal of public health policy.

Wahdi, N. (2006). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan


Pasien Sebagai Upaya Meningkatkan Loyalitas Pasien Program
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang
Zakiyah Yasin, & Puspitasari, D. I. (2014). Pengaruh Kinerja Dalam
Meningkatkan Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Interna RSUD
Moh. Anwar Kabupaten Sumenep Journal Ilmu Keperawatan, 1-9.

Anda mungkin juga menyukai