Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman Cabai merupakan tanaman hortikultura yang banyak dimanfaatkan

untuk kebutuhan pangan (Rahmansah, et al., 2014). Menurut Rahmansah, et al.

(2014), pemanfaatannya dalam industri menjadikan cabai sebagai komoditas

bernilai ekonomi tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Direktorat

Jenderal Hortikultura (2012), luas areal panen cabai merah di Indonesia pada

tahun 2008 tercatat seluas 109.178 ha. dan pada 2011 yaitu mencapai 183.347 ha.

Dari jumlah tersebut, 65% kebutuhan cabai nasional didistribusikan untuk pulau

Jawa. Dengan produktivitas 4,28 ton/ha maka masih dibutuhkan 32.511,84

ton/tahunnya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia (Andy,

2012).

. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Effendi et al. (2016) ditemukan

lima spesies kutu daun yang menyerang tanaman cabai di Padang yaitu Aphis

craccivora, Aphis gossypii, Bemisia tabaci, Myzus persicae. Menurut Setiawan et

al. (2007), pertanaman cabai di Indonesia telah banyak dilaporkan terserang

penyakit daun keriting kuning cabai yang disebabkan oleh virus PepYLCV yang

dibawah oleh kutu daun Bemicia tabaci. Kehilangan hasil tanaman cabai akibat

penyakit keriting kuning cabai berkisar antara 20% sampai 60%. Hasil survai

menunjukan bahwa kutu daun Aphis gossypii di beberapa lokasi sentra sayur

Kota Palembang dapat menyebabkan tanaman kerdil, daun keriting, menggulung

dan mozaik termasuk yang ditemukan pada tanaman cabai (Capinera,

1
2

2007).

Salahs satu upaya yang cukup efektif yang dilakukan untuk mengendalikan

hama kutu daun adalah Pengendalian Hama Terpadu. Salah satu komponen utama

PHT yaitu pengendalian hayati. Musuh alami seperti predator adalah pengendali

hayati yang cukup efekif dalam menekan populasi hama di lapangan. Kumbang

koksi predator adalah musuh alami yang umum ditemukan pada ekoksisstem

pertanian Indonesia (Amir, 2002).

Kumbang koksi merupakan salah satu serangga kecil anggota ordo

Coleoptera, famili Coccinellidae (Nano, et al., 1996). Famili Coccinellidae terdiri

dari 6000 spesies yang tersebar diseluruh dunia yang terbagi menjadi 7 subfamili

yaitu Sticholotidinae, Chilocorinae, Scymninae, Coccidilinae, Cccinellinae dan

Epilachninae. Tetapi subfamili Epilachninae adalah satu-satunya yang bersifat

fitofag (Kundoo and Akhtar, 2017). Menurut Efendi et al. (2016), kumbang koksi

predator merupakan pengendali hama hayati yang menjadi musuh alami hama

kutu daun pada tanaman.

Banyak jenis kumbang koksi predator di Indonesia yang berpotensi dalam

pengendalian populasi berbagai jenis hama pada tanaman (Magudijojo et al.,

1990). Serangga predator adalah musuh alami yang sangat penting karena

keanekaragaman dan kefektifannya sebagai pengendali hama hayati. Menurut

Kundoo dan Akhtar (2017), peningkatan keanekaragaman dan kemelimpahan

famili Coccinellidae dipengaruhi keanekaragaman botani.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa penelitian tentang kumbang koksi

predator pada tanaman cabai masih sedikit khusus di Yogyakarta. Oleh karena itu
3

penulis tertarik untuk melakukan penelitian keanekaragaman kumbang koksi

predator pada lahan tanaman cabai di Desa Srigading, Kecamatan Sanden,

Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari proposal penelitian adalah tanaman cabai sering

terserang hama kutu daun dan informasi mengenai jenis dari kumbang koksi

sebagai pengendali hama alami masih sangat sedikit.

C. Batasan Masalah
Beberapa batasan masalah yang dikemukakan pada penelitian adalah sampel

yang diambil berupa kumbang koksi predator hama kutu daun dan pengambilan

sampel kumbang koksi predator dilakukan di wilayah tanaman cabai di Desa

Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul.

D. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

Coccinellidae Salah satu famili dalam ordo Coleopthera yang besar

spesiesnya bersifat predator.


Metode plot Salah satu metode yang digunakan dalam
Vektor Kutu daun sebagai pembawa virus dari tanaman satu ke

tanaman yang lain

E. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian adalah:

1. Apa saja jenis kumbang koksi predator yang ditemukan pada tanaman cabai
4

di Desa Srigading, Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul ?

2. Bagaimana tingkat keanekaragaman spesies kumbang koksi pada tanaman

cabai di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul ?

F. Tujuan
Tujuan dari l penelitian adalah:

1. Mengidentifikasi jenis kumbang koksi predator pada tanaman cabai di Desa

Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul.

2. Mengetahui tingkat keragaman spesies kumbang koksi predator pada

tanaman cabai di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul.

G. Manfaat
Manfaat dari penelitian adalah menambah ilmu pengetahuan tentang

keanekaragaman serangga kumbang koksi predator. Selain itu, memberikan

informasi bahwa pada lahan tanaman cabai di Kecamatan Sanden Kabupaten

Bantul terdapat kumbang koksi sebagai pengendali hama alami kutu daun dan

dapat membantu dalam menjaga keberadaan kumbang koksi predator tersebut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kumbang Koksi

Kumbang koksi merupakan salah satu serangga kecil anggota ordo

Coleoptera, famili Coccinellidae (Nano, et al., 1996). Kumbang koksi mudah

dikenali karena memiliki bentuk bulat dengan warna yang sangat mencolok dan

beberapa jenis memiliki corak bintik hitam pada sayapnya (Natawigena, 1991).

Kumbang koksi terdiri dari dua jenis yaitu kumbang koksi pemakan hama kutu

daun (predator) dan kumbang koksi yang merusak tanaman (Hama) (Nano, et al.,

1996). Kumbang koksi yang tergolong musuh alami kutu daun memiliki ciri-ciri

pada sayap berwarna mengkilap dengan corak hitam yang jelas (pada genus

Coccinella, Chilocorus, Micraspis dan Menochilus), sedangkan kumbang koksi

yang tergolong hama tanaman memiliki ciri-ciri sayap berwarna agak kusam

seperti berlapis butiran tepung dan juga terdapat corak yang terlihat kusam (pada

genus Henosepilachna ) (Nano, et al., 1996).

Famili Coccinellidae terdiri dari 6000 spesies yang tersebar diseluruh dunia

yang terbagi menjadi enam subfamili yaitu Sticholotidinae, Chilocorinae,

Scymninae, Coccidilinae, Cccinellinae dan Epilachninae (Kundoo and Akhtar,

2017). Subfamili Epilachninae merupakan satu-satunya yang bersifat fitofag.

Coccinellids adalah salah satu jenis serangga predator menguntungkan yang

memangsa banyak hama yang bertubuh lunak seperti kutu daun (Aphididae:

Homoptera), kutu putih (Pseudociccidae: Homoptera), lalat putih (Aleyrodidae:

Homoptera), Thrips (Thripidae: Thrysanoptera), jassid (Cicadellidae: Homoptera)

5
6

dan psyllids (Psyllidae: Homoptera). Selain itu famili Coccinellidae juga

memangsa larva kecil, telur serangga dan tungau fitofag yang merusak lahan

pertanian (Kundoo and Akhtar, 2017).

Beberapa contoh Coccinellidae predator yaitu Menochilus sexmaculatus

dilaporkan sebagai coccinellidae predator yang sangat efektif dalam

mengendalikan kutu hitam (Aphis crassivora) (Omkar 2005), Verania linneata

adalah coccinellidae predator untuk kutu daun (family Aphididae), kutu sisik dan

serangga kecil lannya (Amir, 2002), Chilocorus nigrita adalah pemangsa kutu

sisik dan kutu hijau pada tanaman perkebunan, seperti kopi dan jeruk (Amir,

2002), Coccinella transversalis adalah predator kutu daun pada tanaman padi,

tungau pada daun singkong, dan thrips (Amir, 2002).

Coccinelliadae adalah serangga predator yang paling efektif jika mangsanya

melimpah (kepadatan hama tinggi), tetapi dianggap kurang efektif pada

kepadatan hama yang rendah. Serangga pada family Coccinellidae memiliki

tingkat konsumsi mangsa yang berbeda-beda hal ini dipengaruhi oleh bebrbagai

faktor seperti mobilitas mangsa, kesesuaian mangsa untuk pertumbuhan dan

reproduksi, ukuran mangsa, efek tanaman inang mangsa dan adanya kompetisi.

Selain itu, peningkatan keanekaragaman botani juga mempengaruhi

keanekaragaman dan kemelimpahan berbagai serangga Coccinellidae (Kundoo

and Akhtar, 2017).

Keberadaan dan kemelimpahan kumbang koksi predator dipengaruhi oleh

faktor ekologi (Efendi et al., 2018). Salah satu faktor ekologi yang

mempengaruhi keberadaan dan kemelimpahan kumbang koksi adalah


7

keberadaan mangsanya (Efendi et al., 2018). Banyak peneliti menyatakan

bahwa jumlah populasi predator berkaitan dengan jumlah populasi mangsa,

karena semakin banyak populasi mangsa pada suatu wilayah maka akan

mengundang pemangsa untuk datang dan hidup di tempat tersebut (Efendi et al.,

2018). Selain itu menurut Krebs (1989), tingginya diversitas suatu mangsa pada

suatu area pertanaman, maka akan menigkatkan keanekaragaman pemangsanya.

Menurut Kundoo dan Akhtar (2017), peningkatan keanekaragaman botani juga

mempengaruhi keanekaragaman dan kemelimpahan berbagai serangga

Coccinellidae. Selain itu musim juga dapat berpengaruh terhadap keberadaan

predator dan mangsanya. Menurut Muotka (1993), pada bulan-bulan tertentu

populasi mangsa akan meningkat. Saat populasi mangsa sedang tinggi, maka saat

itu pula populasi predator utama menjadi tinggi.

C. Tanaman Cabai

Tanaman Cabai merupakan tanaman hortikultura yang banyak dimanfaatkan

untuk kebutuhan pangan (Rahmansah, et al., 2014). Menurut Rahmansah, et al.

(2014), pemanfaatannya dalam industri menjadikan cabai sebagai komoditas

bernilai ekonomi tinggi. Cabai dapat dimanfaatkan untuk banyak keperluan, baik

yang berhubungan dengan kegiatan memasak maupun untuk keperluan yang lain

seperti untuk bahan ramuan obat tradisional (Rahmansah, et al., 2014). Tanaman

ini juga dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia dan menunjang gizi

masyarakat (Tuhumury dan Amanupunyo, 2013). Dilihat dari kandungan gizi dan

manfaat yang dimiliki cabai, maka cabai juga penting dikonsumsi oleh manusia

(Tuhumury dan Amanupunyo, 2013). Tanaman cabai dalam satu tahun dapat
8

dipanen beberapa kali bilamusim dan perawatannya baik yaitu dipanen sebanyak

15-17 kali namun umumnya sebanyak 10-12 kali (Tuhumury dan Amanupunyo,

2013).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura

(2012), luas areal panen cabai merah di Indonesia pada tahun 2008 tercatat seluas

109.178 ha. dan pada 2011 yaitu mencapai 183.347 ha. Dari jumlah tersebut, 65%

kebutuhan cabai nasional didistribusikan untuk pulau Jawa. Dengan produktivitas

4,28 ton/ha maka masih dibutuhkan 32.511,84 ton/tahunnya untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia (Andy, 2012).

D. Lokasi Penelitian

Desa Srigading merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Sanden, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa

Srigading mempunyai luas wilayah sekitar 757,6 Ha dan 20 pedukuhan yaitu

Ngunanunan, Kalijurang, Tinggen Celep, Bonggalan, Ceme, Malangan,

Srabahan, Cetan, Sogesanden, Tegalrejo, Dengokan, Dodogan, Ngemplak,

Sangkeh, Wuluhadek, Ngepet, Gokerten, Wirosutan, Gedongan. Dari luas

wilayah seluas 757,6 ha, Desa Srigading terdiri dari lahan pertanian, jalan,

pemukiman penduduk, bangunan fasilitas umum, dan lain lain (BPS Bantul,

2017).

Penggunaan lahan pertanian di wilayah Desa Srigading terdiri dari lahan

sawah dan ladang, dan lahan pesisir pantai, yang digunakan untuk pertanian dan

perkebunan dengan tikngkat kesuburan yang cukup tinggi. Lahan pertanian di

Desa Srigading terbagi menajdi dua yaitu pertama lahan pertanian lahan basah
9

yang meliputi 18 padukuhan. Dan kawasan pertanian lahan pesisir pantai aatau

lahan pasir pantai diaman dimanfaatkan untuk membudidayakan komoditas

unggulan bawang merah dan cabai. Jenis tanaman atau varietas yang

dibudidayakan di Desa Srigading oleh kelompok tani, baik komoditas unggulan

maupun yang tidak. Komoditas yang di budidayakan oleh petani Desa Srigading

ada tiga komoditas yaitu tanaman pangan, sayuran, dan buah buahan. Adapun

tanaman pangan yang dibudidayakan di Kecamatan Sanden yaitu padi (sawah dan

ladang), tanaman jagung ubi kayu, kacang tanah, dan kedelai. Tanaman

holtikultural yaitu melitputi sayur mayur yaitu bawang merah, cabe merah,

kacang panjang dan terung (BPS Bantul, 2017).

E. Jenis Kumbang Koksi Predator Kutu Daun yang Pernah diteliti

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Efendi et al. pada tahun 2016 di dua

kabupaten dan satu kota sentra produksi cabai di Provinsi Sumatera Barat yakni

Kabupaten 50 Kota, Agam, dan Kota Padang Panjang, kumbang koksi predator

yang ditemukan sebanyak 223 individu dari 10 spesies. Jumlah kumbang koksi

predator yang ditemukan Kabupaten 50 Kota sebanyak 49 individu dari 6 spesies,

di Kabupaten Agam yaitu 88 individu dari 5 spesies dan di Kota Padang Panjang

yaitu 87 individu dari 7 spesies.

Berdasarkan hasil penelitian kumbang koksi predator yang dilakukan Efendi

et al. (2016) terlihat bahwa masing-masing spesies kumbang koksi predator

mempunyai penyebaran yang tidak merata. Perbedaan penyebaran kumbang

koksi predator dipengaruhi oleh kondisi geografik dan keberadaan mangsa pada
10

lokasi penelitian. Secara geografi lokasi penelitian terdapat di dataran rendah

yaitu, Kabupaten 50 Kota dan di dataran tinggi yaitu Kabupaten Agam dan Kota

Padang Panjang. Faktor lain yang mempengaruhi penyebaran kumbang koksi

predator adalah suhu. Jika dihubungan antara suhu dengan pola sebaran populasi

kumbang koksi predator maka bisa disimpulkan bahwa Chilocorus.

melanophthalmus dapat hidup disuhu rendah, sedangkan Coelophora bisellata

dapat berkembangan secara optimal pada suhu tinggi, sedangkan Menochilus

sexmaculatus dapat berkembang pada kisaran suhu yang luas yaitu pada kisaran

suhu 150-350C.

a.) M. sexmaculatus b.) C. bisellata

c.) C. melanophthalmus

Gambar 1. Jenis kumbang koksi yang ditemukan dalam penelitian Efendi et al. (2016)
di dua kabupaten dan satu kota sentra produksi cabai di Provinsi Sumatera
Barat.
11

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hendrival et al. pada tahun 2011

di lahan tanaman cabai Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman, perolehan

serangga predator dari berbagai metode pengumpulan serangga menunjukkan

bahwa kelompok seranga predator dari famili Coccinellidae memiliki jumlah

spesies paling tinggi dibandingkan spesies predator dari famili lainnya.

Coccinellidae predator yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 1.858

individu yang terdiri dari 353 individu dari jenis H. octomaculata, 638 individu

dari jenis M. sexmaculata, 121 individu dari jenis Scymnus sp., 372 individu dari

jenis M. inops, dan 368 individu dari jenis Coccinella sp.

a.) H. Octomaculata b.) M. sexmaculata c.) Scymnus sp.

d.) M. Inops e.). Coccinella sp.

Gambar 2. Jenis kumbang koksi predator kutu daun yang ditemukan dalam penelitian
Hendrival et al. (2011) di lahan tanaman cabai Kecamatan Pakem Kabupaten
12

Sleman.
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu

Pengambilan sampel kumbang koksi predator dilaksanakan di lahan tanaman

cabai Desa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta.

Kegiatan identifikasi sampel kumbang koksi predator dilakukan di Laboratorium

Biologi Fakultas MIPA Universitas Ahmad Dahlan. Kegiatan penelitian ini akan

dilaksanakan pada 27 Maret sampai dengan Mei 2019. Luas wilayah pengambilan

sampel kumbang koksi predator yaitu 5% dari luas total lahan tanaman cabai di

Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian yaitu jarum pentul, ATK,

hygrometer, lux meter, mikroskop cahaya, pinset, laptop, buku identifikasi

serangga, kamera

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu kumbang koksi

predator, alkohol 70%, label, plastik bening, sterofom, kardus

D. Cara Kerja

Cara kerja yang dikukan dalam penelitian adalah:

1. Penentuan metode dan jumlah titik sampling

a. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode plot. Lokasi

penelitian diambil 5% dari luas total 11,1 Ha, sehingga luas lokasi

penelitian menjadi 0,55 Ha atau 5550 m2, dengan sembilan lahan

tanaman cabai dan setiap stasiun terdapat 5 titik sampling

b. Masing-masing titik sampling diletakkan 1 plot brukuran 3x3 m.

12
13

c. Metode pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali (dengan

interval waktu satu minggu).

2. Metode pengambilan sampel

Pengambilang sampel kumbang koksi predator kutu daun dapat

dilakukan dengan metode hand picking yaitu mengambil langsung

kumbang koksi predator dengan tangan. Pengambilan sampeldengan

hand picking dilakukan pada pukul 09.00-14.00 WIB dalam plot dengan

pertimbangan kumbang koksi predator aktif pada pagi hingga siang hari.

3. Pengawetan Sampel

a. Kumbang koksi predator yang telah ditemukan kemudian disortir

dengan cara dipisahkan berdasarkan plot dan berdasarkan persamaan

morfologi kemudian di beri label.


14

b. Sampel kumbang koksi predator kemudian diawetkan dalam bentuk

awetan kering, yaitu sampel kumbang koksi predator ditempelkan

dengan kuteks bening pada ujung dan menyentuh sampel pada sisi

vertikal toraks, kemudian jarum petul ditusukkan pada bagian

pangkal point dan diletakkan sterofoam. Kemudian sterofoam

diletakkan ke dalam wadah kotak yang dilengkapi dengan bohlam

lampu untuk mengeringkan sampel.

4. Identifikasi Sampel

a. Identifikasi sampel kumbang koksi predator dilakukan berdasarkan

pengamatan morfologi dengan mengamati langsung dengan mata dan

mengunakan mikroskop.

b. Identifikasi sampel kumbang koksi predator menggunakan beberapa

jurnal seperti Lawrence, et al. (2011), Ashok, et al. (2015). Saeed, et

al. (2016).

5. Pengukuran parameter lingkungan

Pengukuran parameter lingkungan dilakukan pada pukul 09.00

sampai dengan 14.00 WIB. Parameter lingkungan yang diukur yaitu

suhu, kelembapan udara dan intensitas cahaya.

E. Analisis Data

Analisis keanekaragaman kumbang koksi predator memerlukan data jenis

spesies dan jumlah individu kumbang koksi predator. Analisis keanekaragaman

kumbang koksi predator dapat diukur dengan menggunakan rumus indeks

keanekaragaman jenis Shannon-Wienner, yaitu:


15

H’= -Ʃ pi log pi

Keterangan: pi = n/N

n = nilai penting suatu jenis

N = Jumlah nilai penting seluruh jenis

Nilai penting dapat diketahui dengan cara menghitung densitas relatid,

dominansi relatif dan frekuensi relatif dengna rumus sebagai berikut:

Adapun penafsiran nilai indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-

Wienner yaitu, jika:

H’> 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies sedikit atau kurang

H’1-3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies sedang

H’<3 menunjukan bahwa keanekaragaman spesies melimpah

Indeks kemerataan yang digunakan berdasarkan metode perhitungan

Shannon-Wiener adalah untuk menegtahui sebaran tiap jenis hewan dalam luasan

area pengamatan (Fachrul, 2007).


16

Keterangan: E : Indeks kemerataan


H’ : Indeks keanekaragaman
H max : ln S
S : Jumlah individu

Indeks kemerataan berkisar antara 0-1 dengan ketentuan:

E > 0,6 : kemerataan jenis tinggi

0,6 ≥ E ≥ 0,4 : kemerataan jenis sedang

E < 0,4 : kemerataan jenis rendah

F. Diagram Alir Cara Kerja

Penentuan Lokasi Penelitian

Pengambilan sampel kumbang


koksi predator

Pengukuran parameter
lingkungan (suhu, intensitas
Identifikasi kumbang koksi cahaya, kelembapan udara)
predator

Perhitungan keanekaragaman
kumbang koksi predator

Analisis keanekaragaman kumbang


koksi predator

Gambar 3. Diagram Alir Cara Kerja Penelitian.


17

G. Jadwal Penelitian
Tabel 3. Jadwal Penelitian
No. Jenis kegiatan Bulan Ke
1 2 3 4 5 6
1 Studi pustaka X X X X X X
2 Persiapan alat dan X X
bahan
3 Pelaksaan penelitian X X X
4 Analisis data X X
5 Penulisan skripsi dan X X X X X X
seminar

Anda mungkin juga menyukai