Anda di halaman 1dari 3

Ada tiga jenis utama tes HIV, antara lain:

 Tes antibodi, yaitu jenis pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi HIV dalam darah.
Antibodi HIV adalah protein yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap infeksi
HIV. Tes antibodi terdiri atas beberapa jenis, antara lain:
o ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). ELISA merupakan tes HIV
yang umumnya digunakan sebagai langkah awal untuk mendeteksi antibodi
HIV. Sampel darah yang telah diambil akan dibawa ke laboratorium dan
dimasukkan ke dalam wadah yang telah diberi antigen HIV. Selanjutnya,
enzim akan dimasukkan ke dalam wadah tersebut untuk mempercepat reaksi
kimia antara darah dan antigen. Jika darah mengandung antibodi HIV, maka
darah akan mengikat antigen tersebut di dalam wadah.
o IFA (immunofluorescene antibody assay). Tes yang dilakukan dengan
menggunakan pewarna fluoresens untuk mengidentifikasi keberadaan antibodi
HIV. Pengamatan dilakukan dengan bantuan mikroskop beresolusi tinggi. Tes
ini biasanya digunakan untuk mengonfirmasi hasil tes ELISA.
o Western Blot. Tes yang dilakukan dengan menggunakan metode pemisahan
protein antibodi yang diekstrak dari sel darah. Sebelumnya, tes ini juga
digunakan untuk mengonfirmasi hasil tes ELISA, namun saat ini Western Blot
sudah jarang digunakan sebagai tes HIV.
 Tes PCR (polymerase chain reaction). Tes yang digunakan untuk mendeteksi RNA
atau DNA HIV dalam darah. Tes PCR dilakukan dengan cara memperbanyak DNA
melalui reaksi enzim. Tes PCR dapat dilakukan untuk memastikan keberadaan virus
HIV ketika hasil tes antibodi masih diragukan.
 Tes kombinasi antibodi-antigen (Ab-Ag test). Tes yang dilakukan untuk
mendeteksi antigen HIV yang dikenal dengan p24 dan antibodi HIV-1 atau HIV-2.
Dengan mengidentifikasi antigen p24, maka keberadaan virus HIV dapat terdeteksi
sejak dini sebelum antibodi HIV diproduksi dalam tubuh. Tubuh umumnya
membutuhkan waktu 2-6 minggu untuk memproduksi antigen dan antibodi sebagai
respons terhadap infeksi.
Skrining dilakukan dengan mengambil sampel darah atau urine pasien untuk diteliti di
laboratorium. Jenis skrining untuk mendeteksi HIV adalah:

 Tes antibodi. Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk
melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi
dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.
 Tes antigen. Tes antigen bertujuan mendeteksi p24, suatu protein yang menjadi
bagian dari virus HIV. Tes antigen dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pasien
terinfeksi.

Bila skrining menunjukkan pasien terinfeksi HIV (HIV positif), maka pasien
perlu menjalani tes selanjutnya. Selain untuk memastikan hasil skrining, tes berikut
dapat membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan
metode pengobatan yang tepat. Sama seperti skrining, tes ini dilakukan dengan
mengambil sampel darah pasien, untuk diteliti di laboratorium. Beberapa tes tersebut
antara lain:

1. Hitung sel CD4. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV.
Oleh karena itu, semakin sedikit jumlah CD4, semakin besar pula kemungkinan
seseorang terserang AIDS. Pada kondisi normal, jumlah CD4 berada dalam rentang
500-1400 sel per milimeter kubik darah. Infeksi HIV berkembang menjadi AIDS bila
hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.
2. Pemeriksaan viral load (HIV RNA). Pemeriksaan viral load bertujuan untuk
menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah
RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru
saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan jumlah RNA di bawah 10.000 kopi per
mililiter darah, mengindikasikan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat. Akan
tetapi, kondisi tersebut tetap saja menyebabkan kerusakan perlahan pada sistem
kekebalan tubuh.
3. Tes resistensi (kekebalan) terhadap obat. Beberapa subtipe HIV diketahui kebal
pada obat anti HIV. Melalui tes ini, dokter dapat menentukan jenis obat anti HIV yang
tepat bagi pasien.

Anda mungkin juga menyukai