EKONOMI INDONESIA
KELOMPOK 1 :
Dengan mengucapkan tanda rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ANALISIS PERTUMBUHAN DAN
STRUKTUR EKONOMI INDONESIA. Makalah ini disusun sebagai salah satu
tugas dari Perekonomian Indonesia.
Penulis menyadari bahwa didalam penyelesaian makalh ini masih terdapat
banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan data dan kemampuan
penulis yang masih dalam tahap belajar. Untuk itu penulis sangat menghargai
setiap saran dan kritik untuk perbaikan dan pengembangan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna untuk
mahasiswa/i Universitas Harapan Medan pada khususnya dan pihak yang akan
menggunakan makalah ini untuk berbagai hal pada umumnya, dan sekaligus dapat
bermanfaat untuk mahasiswa/i Universitas Harapan Medan
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
1.1. Latar Belakang.................................................................................................2
1.2. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi Indonesia.................................5
2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi...................................................................................6
2.1.2. Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi.................................................12
2.1.3. Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia..................13
2.1.4. Struktur perekonomian.............................................................................16
2.1.5. Perubahan Struktur Ekonomi...................................................................21
BAB III...........................................................................................................................28
PENUTUP.......................................................................................................................28
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................28
3.2. Saran...............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................30
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perekonomian global yang tidak sesuai harapan, di tengah topangan
struktur ekonomi domestik yang belum kuat dan belum seimbang, berkontribusi
pada menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013. Bank Indonesia dan
Pemerintah menempuh berbagai kebijakan antisipatif guna membawa
perekonomian lebih seimbang sehingga dapat mendukung keberlanjutan
pertumbuhan ekonomi ke depan. Kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan
Pemerintah telah mulai memberikan hasil sesuai harapan pada triwulan IV 2013.
Meskipun perlambatan ekonomi berdampak pada tertahannya tren perbaikan
tingkat pengangguran dan kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi tidak jatuh terlalu
dalam, bahkan masih lebih tinggi daripada peer countries dengan sumber
pertumbuhan ekonomi yang mulai seimbang.
Perubahan ekonomi global yang tidak sesuai harapan di tengah topangan
struktur ekonomi domestik yang belum kuat memberikan dampak kurang
menguntungkan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013. Ekonomi global
2013 yang ditandai melambatnya pertumbuhan, menurunnya harga komoditas dan
berbaliknya arus modal, telah memberikan tekanan kepada ekonomi Indonesia
baik melalui jalur perdagangan maupun finansial. Pada saat bersamaan, struktur
domestik kurang dapat menopang perubahan eksternal tersebut sehingga
penyesuaian ekonomi menjadi terhambat. Di satu sisi, impor tetap besar
mengingat kapasitas sektor industri domestik yang belum cukup memadai dalam
memenuhi kuatnya permintaan domestik dari kelas menengah yang terus
meningkat. Di sisi lain, investasi, khususnya investasi nonbangunan, berada dalam
tren menurun mengingat ada keterkaitan erat antara investasi nonbangunan
dengan kinerja ekspor dan juga ketidakpastian ekonomi yang meningkat.
Dengan perkembangan ekonomi global dan domestik yang kurang
menguntungkan tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama sampai
dengan triwulan III 2013, berada dalam tren menurun dan dibarengi kurang
berimbangnya sumber pertumbuhan. Penurunan pertumbuhan ekonomi tidak
terlepas dari pengaruh kinerja ekspor riil yang masih terbatas dan menurunnya
2
investasi, khususnya investasi nonbangunan. Di tengah terbatasnya kinerja ekspor
riil, konsumsi rumah tangga masih cukup tinggi sehingga mendorong impor riil
tetap tumbuh positif, bahkan meningkat pada triwulan III 2013. Secara
keseluruhan, kondisi tidak berimbangnya sumber pertumbuhan ekonomi
kemudian berkontribusi pada meningkatnya defisit transaksi berjalan sampai
dengan triwulan III 2013. Kondisi ini perlu mendapat perhatian karena berdampak
pada meningkatnya tekanan pada nilai tukar rupiah yang akhirnya dapat kembali
memberikan tekanan kepada investasi dan pertumbuhan ekonomi ke depan.
Bank Indonesia dan Pemerintah menempuh berbagai kebijakan guna
mengendalikan perekonomian domestik yang tidak sesuai harapan tersebut.
Sinergi kebijakan diarahkan untuk membawa perekonomian kembali stabil dan
lebih seimbang sehingga dapat mendukung keberlanjutan pertumbuhan ekonomi
ke depan. Respons kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia serta Pemerintah
secara garis besar terdiri dari tiga kelompok bauran kebijakan. Bauran kebijakan
pertama terkait dengan bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia, yang
tidak hanya dengan menggunakan kebijakan suku bunga, tetapi juga diperkuat
dengan mengoptimalkan berbagai kebijakan lainnya seperti nilai tukar, operasi
moneter, makroprudensial dan kerjasama dengan bank sentral. Bauran kebijakan
kedua ialah bauran kebijakan antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dalam
mengelola permintaan domestik agar dapat menekan impor yang berlebihan dan
menurunkan defisit transaksi berjalan. Dalam kaitan ini, kebijakan fiskal
menempuh kebijakan pengurangan subsidi BBM dan instrumen pajak untuk
menekan impor. Bauran kebijakan ketiga terkait dengan kebijakan yang bersifat
siklikal jangka pendek dan kebijakan struktural seperti perbaikan iklim investasi
dan upaya-upaya mendorong kemandirian ekonomi yang pada gilirannya dapat
menopang NPI dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi ke depan.
Respons kebijakan antisipatif yang ditempuh Bank Indonesia serta
Pemerintah pada triwulan IV 2013 mulai tertransmisi sesuai harapan.
Pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2013 berada pada arah yang yang lebih
berimbang seperti tergambar pada permintaan domestik yang mengalami
moderasi sejalan perlambatan konsumsi dan investasi, khususnya investasi
nonbangunan. Impor mengalami kontraksi sejalan dengan permintaan domestik
3
yang menurun dan nilai tukar rupiah yang melemah. Sementara itu, ekspor
kembali meningkat ditopang permintaan dari negara maju seperti AS dan Jepang
yang meningkat dan nilai tukar rupiah yang cukup kompetitif. Perkembangan
tersebut mendorong pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2013 sebesar 5,7% (yoy),
sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2013.
Sumber pertumbuhan ekonomi yang mulai seimbang juga berdampak pada
menurunnya defisit transaksi berjalan pada triwulan IV 2013 sehingga menjadi
2,0% dari PDB, dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya yang
sebesar 3,9% dari PDB.
Secara keseluruhan tahun 2013, bauran kebijakan yang ditempuh Bank
Indonesia dan Pemerintah dapat pula menopang penyesuaian pertumbuhan
ekonomi sehingga tetap terkendali di tengah gejolak global yang belum mereda.
Meskipun lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2012,
pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 tercatat 5,8% sehingga masih lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi peer countries. Namun demikian,
pertumbuhan ekonomi yang melambat memang mengakibatkan tertahannya
proses penurunan tingkat pengangguran yang terjadi sejak 2005. Tingkat
kemiskinan juga sedikit meningkat pada September 2013 dibandingkan dengan
level pada Maret 2013.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis sektor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
2. Menganalisis struktur ekonomi Indonesia
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi
memperlancar proses pembangunan ekonomi.
National income dapat merujuk pada GDP, GNP atau NNP (Net national
Product)
GDP = NP + Ttl + D – F
NP = GDP + F – D- Ttl
6
Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir
William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional
negaranya(Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia
menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan
penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat
tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut
pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur
dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama
sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto
(Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga
pasar pada suatu negara.
7
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada
di luar negeri,
tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah
negara tersebut.
8
maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi
bekerja).
9
Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
g = tingkat pertumbuhan ekonomi PDBs = PDB riil tahun sekarang PDBk = PDB
riil tahun kemarin
Contoh soal :
PDB Indonesia tahun 2008 = Rp. 467 triliun, sedangkan PDB pada
tahun 2007 adalah = Rp. 420 triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2008 jika diasumsikan harga tahun dasarnya berada
pada tahun 2007 ?
jawab :
g = {(467-420)/420}x100% = 11,19%
10
membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai
landasan perumusan kebijakan pemerintah.
· Pendekatan produksi. PDB=jumlah nilai output (NO) dari semua sektor
ekonomi atau lapangan usaha
a) Pertanian
e) Bangunan
i) Jasa-jasa
PDB = NTB1 + NTB2 + … + NTB9, dimana NTB= nilai tambah bruto 9 sektor
PDB=C + I + G + X – M
Sumber pertumbuhan:
11
a) Permintaan agregat
PDB=C + I + G + X - M
C = cY + Ca
I = -ir + Ia
M = mY +Ma
Semakin meningkat jumlah FP (TK dan Kapital) pada tingkat produktivitas tidak
berubah, maka semakin meningkat pertumbuhan output. Persentase pertumbuhan
output dapat:
12
· Sama dengan persentase pertumbuhan jumlah FP (constant return to
scale)
Teori ini tidak berlaku untuk Jepang, Korea Selatan dan lain-lain yang memiliki
SDA sedikit dapat menunjukkan laju pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan
output mereka sebagai akibat dari produktivitas yang semakin meningkat.
13
perkembangan IPTEK.
§ Kualitas T dalam bentuk
kemajuan teknologi. T
menjadi variable endogen
yang dinamis.
§ Kualitas kewirausahaan
dalam bentuk kemampuan
berinovasi
Laju pertumbuhan PDB Indonesia sampai pada tahun 2012 meningkat sebesar
6,23% terhadap tahun 2011 dan terjadi pada semua sektor. Hal ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah cukup baik berdasarkan angak
penyumbang PDBnya.
Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti
kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil
laut, sangat mempengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama
14
dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian
dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam,
menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai
proses produksi).
a) Faktor internal yang mencakup factor ekonomi dan non ekonomi
(politik, social dan keamanan).
Faktor ekonomi mencakup: pengendalian terhadap inflasi, cadangan devisa, rasio
hutang Ln terhadap PDB, dan kondisi perbankan, serta kesiapan dunia usaha.
b) Faktor eksternal adalah faktor-faktor ekonomi yang mencakup
perdagangan internasional dan
= tahun tertentu
15
a. Nilai absolute
b. Nilai relative (persentase)
Laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun selama tahun tertentu digunakan
rumus:
a. Nilai nominal berdasarkan harga berlaku: kenaikan harga turut dihiitung
termasuk inflasi
GDPHB(t) = [GDPHK(t) x IHKt]/100
b. Nilai rill berdasarkan harga konstan: nilai produk dihitung berdasarkan
harga pada tahun dasar
GDPHK(t) = [100/IHKt]XGDPHB(t)
Dimana
16
IHKt= Indeks harga konsumen
1. Kenaikan riil share pada sektor primer dapat saja dipahami apabila
diikuti dengan peningkatan produktvitas yang ikut membawa dampak
positif pada upah rata-rata, khususnya di sektor pertanian.
2. Perlu diupayakan peningkatan nilai tambah pada sektor sekunder, yakni
industri pengolahan, khususnya industri skala kecil dan menengah yang
dibangun dengan basis pertanian. Hal ini mengandung arti bahwa industri
yang hendak dikembangkan harus dapat mendorong dan menyerap hasil
dari sektor pertanian.
3. Berkenaan dengan sektor tersier, hendaknya pengembangan sektor
perdagangan harus terus dikembangkan dalam rangka memperluas pasar
pada sektor primer dan sekunder, termasuk perdagangan yang bersifat
ekspor (keluar daerah dan ke luar negeri). Sementara perkembangan sektor
hotel, restoran harus dipadukan dengan pembangunan pariwisata guna
menumbuhkan sektor tersebut dan industri pendukung wisata lainnya,
17
seperti: transportasi, komunikasi, souvenier dan jasa hiburan. Di samping
itu, pengembangan sub sektor tersier yang produktif harus terus
ditingkatkan, misalnya melalui pembangunan pariwisata yang lebih
intensif, transformasi dan revitalisasi sektor informal menjadi sektor
formal yang lebih menekankan skill dan pengetahuan.
18
pemodal+usahawan (kapitalis). Bisa pula struktur ekonomi dilihat
berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya. Dengan sudut
tinjauan ini, dapat dibedakan antara struktur ekonomi yang sentralis dan
yang desentralis.
Tinjauan Makro-Sektor
19
Indonesia berstruktur dualistis. Hanya saja, dualisme yang berlangsung
sekarang tidak sepenuhnya identik dengan dualisme yang dulu
dikemukakannya.
Tinjauan Lain
20
secara eksplisit-melalui GBHN 1983/ Pelita IV-mengundang kalangan
swasta untuk berperan lebih besar dalam perekonomian nasional. Arahnya,
untuk sementara ini, adalah ke perenomian yang berstruktur borjuis, belum
mengarah ke struktur perekonomian yang egaliter, karena baru kalangan
pemodal dan usahawanlah yang dapat cepat menanggapi “undangan”
pemerintah tersebut.
21
agak disayangkan ialah belum semua lapisan dan golongan masyarakat
kita siap menghadapinya. Akibatnya, tatkala pemerintah mengajak
masyarakat luas untuk bermitra dalam pembangunan, hanya kaum
pemodal dan pengusaha yang bisa berperan serta aktif. Sebagian besar
rakyat terpaksa harus puas menjadi “supporter”. Oleh karenanya tidaklah
mengherankan jika kini perekonomian kita, dilihat dengan kacamata
politik, cenderung berstruktur borjuis.
22
dengan nol dengan upah yang rendah. Produk marjinal = 0 berarti fungsi produksi
sektor pertanian telah optimal.
Jika jumlah TK > dari titik optimal, maka produktivitas menurun dan upah
menurun.
23
Chenery menyatakan bahwa proses transformasi struktural dapat dipercepat jika
pergeseran pola permintaan domestik ke arah produk manufaktur dan diperkuat
dengan ekspor.
Yi = Di + (Xi-Mi) + ij
24
Faktor-Faktor Pertumbuhan struktur Ekonomi
4. Faktor Budaya
25
menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong
pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet
dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses
pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan
sebagainya.
26
1. Sifat manusia dalam kegiatan konsumsi
2. Perubahan teknologi
27
output industri manufaktur dan pola perubahan dalam komposisi ekspor.
Terjadi di Indonesia dan Venezuela dan negara penghasil mineral lainnya.
28
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dilihat secara makro-sektoral [berdasarkan kontribusi sektor-sektor
produksi(lapangan usaha) dalam membentuk produk domestik bruto]
perekonomian Indonesia - yang hingga tahun 2012 sudah berstruktur industrial.
Berdasarkan data laju pertumbuhan dan distribusi PDB Tahun 2008-2012 menurut
BPS telah menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya menyumbang 14,44%
terhadap PDB sehingga Indonesia tidak bisa lagi dikatakan negara agraris. Hal
penting yang patut dicatat ialah bahwa penurunan peran sektor pertanian bukanlah
cerminan kemunduran absolut sektor itu. Sektor pertanian hanya menurun secara
relatif.
Keindustrian struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya belum sejati,
masih sangat dini. Keindustriannya barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam
membentuk produk domestik bruto atau pendapatan nasional. Keindustrian yang
ada belum didukung dengan kontribusi sektoral dalam menyerap tenaga atau
angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral dalam menyumbang pendapatan dan
dalam menyerap pekerja ini dihadapkan atau diperbandingkan, maka struktur
ekonomi Indonesia secara makro-sektoral ternyata masih dualistis. Mengapa?
Karena dari segi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian hingga saat ini masih
merupakan sektor utama sumber kehidupan rakyat.
29
penduduk masih sektor pertanian. Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut masih
agraris akan tetapi, penyumbang utama pendapatan nasional adalah sektor industri
pengolahan. Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut sudah industrial. Semua itu
berarti bahwa secara makro-sektoral ekonomi Indonesia baru bergeser dari
struktur yang agraris ke struktur yang industrial.
3.2. Saran
1. Perlu adanya kebijakan dari pemerintah teerhadap perusahaan dibergai
sektor untuk meningkatkan kualitas produksinya sehingga permintaan
ekspor dapat meningkat.
30
DAFTAR PUSTAKA
www.bps.go.id
www.google.co.id
www.wikipedia.com
29