Anda di halaman 1dari 15

ANALISA GAS DARAH

NAMA KELOMPOK :

1. M. Nur Hadi (G2A017159) 8. Salsabila K. (G2A017167)


2. Nanda Setyo W. (G2A017160) 9. Wisnu A. (G2A017168)
3. Yusta Abrorri (G2A017161) 10. Rahmad J. (G2A017169)
4. Mutia Prima D. (G2A017162) 11. Elya Wahyu N. (G2A017170)
5. Yudhistira N. F. (G2A017164) 12. Rusli Rianto (G2A017172)
6. Dinda Intana Z. (G2A017165) 13. Revaldi P. (G2A017173)
7. Rita Nur M. S. (G2A017166)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah.Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang. Puja dan
puji syukur Kami panjatkan atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan nikmat iman, islam, dan
ihsan. Sehingga kami bisa menyelesaikan makalah analisa gas darah.
Makalah peniltian ini kami susun dengan maksimal dan memperoleh bantuan dari berbagai
pihak, sehingga dapat mempermudah dalam pembuatan makalah ini. Dengan ini kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Karena minimnya pengetahuan dan juga pengalaman kami, dengan ini kami sadar bahwa
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Demi kesempurnaan, kami sangat berharap saran
dan kritik yang dapat mengevaluasi dan meningkatakan kualitas dalam pembuatan makalah
selanjutnya.

Semarang, 29 Oktober 2018

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisa gas darah adalah salah tindakan pemeriksaan laboratorium yang ditujukan ketikadibutuhkan
informasi yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa pasien (Wilson, 1999).
Hal ini berhubungan untuk mengetahui keseimbangan asam basa tubuh yang dikontrol melaluitiga
mekanisme, yaitu sistembuffer , sistem respiratori, dan sistem renal (Wilson, 1999).
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan “ASTRUP”,yaitu suatu
pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Analisa Gas Darah?
2. Apakah tujuan pemeriksaan Analisa Gas Darah?
3. Dimana saja lokasi pungsi arteri?
4. Apa saja alat-alat yang perlu disiapkan?
5. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Analisa Gas Darah?
6. Apa saja teknik-teknik pengambilan darah?
7. Bagaimana uji Allen’s test itu?
8. Apa saja modifikasi uji Allen?
9. Bagaimana cara kerja/cara pemeriksaan Analisa Gas Darah?
10. Apa saja ciri-ciri darah arteri?
11. Bagaimana cara pengambilan darah arteri brakhialis?
12. Berapa nilai normal astrup dan interpretasi hasil Analisa Gas Darah?
13. Bagaimana langkah-langkah untuk mengevaluasi nilai gas darah arteri?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Analisa Gas Darah
2. Untuk mengetahui tujuan Analisa Gas Darah
3. Untuk mengetahui dimana lokasi pungsi arteri
4. Untuk mengetahui alat-alat yang perlu disiapkan
5. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Analisa Gas Darah
6. Untuk mengetahui teknik-teknik pengambilan darah
7. Untuk mengetahui uji Allen’s test
8. Untuk mengetahui modifikasi uji Allen
9. Untuk mengetahui cara kerja/cara pemeriksaan Analisa Gas Darah
10. Untuk mengetahui ciri-ciri darah arteri
11. Untuk mengetahui cara pengambilan darah arteri brakhialis
12. Untuk mengetahui nilai normal astrup dan interpretasi hasil Analisa Gas Darah
13. Untuk mengetahui langkah-langkah untuk mengevaluasi nilai gas darah arteri

BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi
Pengukuran gas darah arteri sangat penting dalam menilai pertukaran gas di dalam
paru. Pengukuran ini untuk mengukur keasaman darah dan kadar bikarbonat. Analisa gas
darah (AGD) dilakukan untuk mengevaluasi status oksigen dan karbondioksida di dalam
darah arteri dan mengukur pH-nya. Proses perubahan pH darah ada dua macam, yaitu proses
perubahan yang bersifat metabolik (adanya perubahan konsentrasi bikarbonat yang
disebabkan gangguan metabolisme) dan yang bersifat respiratorik (adanya perubahan
tekanan parsial CO2 yang disebabkan gangguan respirasi). Perubahan PaCO2 akan
menyebabkan perubahan pH darah. pH darah akan turun /asidosis jika PaCO2 meningkat
(asidosis respiratorik primer) atau jika HCO3-/asidosis metabolik primer, pH darah akan naik
/alkalosis jika PaCO2 /alkalosis respiratorik primer atau jika HCO3-/alkalosis metabolik
primer. Asidosis ada dua Macam, yaitu asidosis akut dan asidosis kronik, juga alkalosis ada
dua macam yaitu alkalosis akut dan alkalosis kronik. Penggolongan asidosis/alkalosis akut
berdasarkan kejadiannya belum lama dan belum ada upaya tubuh untuk mengkompensasi
perubahan pH darah, sedangkan jika kronik jika kejadiannya telah melampaui 48 jam dan
telah terdapat hasil upaya tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH Keseimbangan asam
basa Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairn tubuh
lainnya Satuan derajat keasaman adalah pH, pH 7,0 adalah netral, pH> 7,0 adalah basa/alkali
dan pH dibawah 7,0adalah asam. Suatu asam kuat memmiliki pH yang sangat rendah(hampir
1,0), sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah
memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama
krena perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap
beberapa organ. Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan
asam basa darah:
a. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk ammonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang
dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
b. Tubuh menggunakan penyangga pH/buffer dalam darah sebagai pelindung
terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu
penyangga pH yang paling penting dalam darah menggunakan bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam keseimbangan dengan CO2
(suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran
darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit CO2. Jika
lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak CO2 dan lebih sedikit bikarbonat.
c. Pembuangan CO2. CO2 adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen
dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa CO2 ke paru-paru
dan di paru-paru CO2 tsb dikeluarkan/dihembuskan. Pusat pernapasan di otak
mengatur jumlah CO2 yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan
kedalaman pernapasan. Jika pernapasan meningkat, kadar CO2 darah menurun
dan darah menjadi lebih basa. Jika pernapasan menurun, kadar CO2 darah
meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan
kedalaman pernapasan, maka pusat pernapasan dadn paru-paru mampu mengatur
pH darah menit demi menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tsb, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu
asidosis dan alkalosis Asidosis adalah suatu keadaan dimana darh terlalu banyak
mengandung asam atau terlalu sedikit mengandung basa dan sering menyebabkan
menurunnya pH darah Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak
mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan
meningkatnya pH darah. Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih
merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan
petunjuk dari adanya masalah metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis
dikelompokkan menjadi metabolic dan respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya.
Asidosis metabolic dan alkalosis metabolic disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam
pembentukan dan pembuangan asam dan basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik dan alkalosis
respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernapasan. Asidosis
akan meningkatkan konsentrasi K dalam darah, sehingga fungsi sel dan enzim tubuh
memburuk, kemudian mengakibatkan aritmia ventrikuler.Alkalosis akan menurunkan
konsentrasi K dalam darah, sehingga afinitas HB-O2 meningkat. Akibatnya pelepasan O2 ke
jaringan sulit sehingga terjadi hipoksemia Kenaikan pCO2 akan mengakibatkan koma dan
aritmia serta vasodilatasi pembuluh darah. Bila hal ini terjadi di otak maka aliran darah ke
otak akan meningkat dan mengakibatkan kenaikan tekanan intra cranial. Penurunan pCO2
(<25 mmHg) akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah, sehingga aliran darah ke
jaringan turun. Bila hal ini terjadi di otak maka akan terjadi hipoksemia otak.
Pemeriksaan ASTRUP/Analisa Gas Darah
Astrup adalah suatu pemeriksaan analisa gas darah melalui darah arteri

2. Tujuan:
 untuk mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh
 untuk mengetahui kadar oksigen dalam tubuh
 untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh
3. Lokasi pungsi arteri/pengambilan:
 arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)
 arteri brakhialis
 arteri femoralis
 arteri tibialis posterior
 arteri dorsalis pedis
4. Alat-alat:
 Spuit 2 ml atau 3 ml dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-anak) dan nomor
20 atau 21 untuk dewasa
 Handscoon
 Disposibel 2,5 cc
 Perlak/alas
 Heparin
 Kapas alcohol
 Bak spuit
 Bengkok
 Penutup udara dari karet
 Wadah berisi es (baskom atau kantong plastik)
 Beri label untuk menulis status klinis pasien yang meliputi: nama, tanggal dan waktu,
apakah menerima O2, bila ya berapa liter dan dengan rute apa
5. Perhatian khusus agar pemeriksaan akurat:
 pasien diusahakan dalam keadaan tenang dan tidak takut/gelisah dengan posisi
berbaring (bila dalam keadaan takut/gelisah akan menyebabkan hiperventilasi)
 pengambilan astrup dilakukan 20 menit setelah pemberian oksigen pada pasien yang
sedang pemberian terapi oksigen dan cantumkan kadar oksigen yang diberikan
 akibat pengambilan darah hati-hati bila ada perdarahan dan hematoma akibat
pengambilan darah terutama pada pasien yang sedang mendapat terapi antikoagulan
 Jika AGD dilakukan pada hari bersamaan dengan rencana pemeriksaan spirometri,
darah arteri diambil sebelum pemeriksaan spirometri dilakukan ( bertujuan untuk
menentukan diagnosa gagal napas)
 Suhu tubuh pasien waktu pengambilan darah harus dicantumkan pada formulir
permohonan pemeriksaan yang meliputi: nama, tanggal dan waktu, apakah menerima
O2, bila ya berapa liter dan dengan rute apa.
6. Teknik pengambilan darah:
 Arteri radialis umumnya dapat dipakai meskipun arteri brakhialis juga dapat
digunakan
 Bila menggunakan pendekatan arteri radialis, sebaiknya dilakukan uji Allen/tes
Allen’s (untuk pemeriksaan sistem kolateral pembuluh darah/areteri radialis)
7. Uji Allen:
 Pasien diminta untuk mengepalkan tangan dengan kencang
 Pengambil darah dengan jari menekan kedua arteri radialis dan ulnaris
 Pasien diminta membuka dan mengepalkan beberapa kali hingga jari-jari pucat,
kemudian biarkan telapak tangan terbuka
 Pengambil darah melepaskan tekanan jarinya dari arteri ulnaris, telapak tangan akan
pulih warnanya dalam 15 detik bila darah dari arteri ulnaris mengisi pembuluh
kapiler tangan.
 Perhatian: bila terdapat gangguan kolateralisasi pada arteri ulnaris (uji Allen negative,
arteri radialis tidak boleh digunakan untuk pengambilan darah arteri.
8. Modifikasi uji Allen:
 Pemeriksa berhadapan dengan pasien, menggunakan kedua tangan untuk meraba
denyut arteri radialis dan ulnaris
9. Cara kerja:
 beritahu pasien tujuan dari pengambilan darah
 pasang alas/perlak pada lokasi yang akan diambil darah
 usahakan agar lengan dalam posisi abduksi dengan tapak tangan menghadap ke atas
dan pergelangan tangan ekstensi 30 agar jaringan lunak terfiksasi oleh ligament dan
tulang. Bila perlu bagian bawah pergelangan dapat diganjal dengan bantal kecil
 jari pemeriksa diletakkan di atas arteri radialis (proksimal dari lipatan kulit
pergelangan tangan) untuk meraba denyut nadi agar dapat memperkirakan letak dan
kedalaman pembuluh darah
 1 ml heparin diaspirasi ke dalam spuit, sehingga dasar spuit basah dengan heparin dan
kemudian kelebihan heparin dibuang melalui jarum, dilakukan perlahan sehingga
pangkal jarum penuh dengan heparin dn tidak ada gelembung udara
 pastikan denyutan /pulsasi dari arteri terbesar kemudian dengan memakai tangan kiri
antara telunjuk dan jari tengah beri batas daerah yang akan ditusuk, dan titik
maksimum denyut ditemukan
 lakukan tindakan asepsis/antisepsis, bersihkan tempat tersebut dengan kapas alcohol
 setelah melakukan tindakan asepsis/antisepsis, jarum 5-10 mm ditusukkan pada
daerah distal dari jari pemeriksa yang menekan arteri. Jarum ditusukkan membentuk
sudut 30 dengan permukaan lengan dengan posisi lubang jarum/bevel menghadap ke
atas
 jarum yang masuk ke dalam arteri akan menyebabkan torak semprit terdorong oleh
tekanan darah.
 Pada pasien hipotensi, torak semprit dapat ditarik perlahan (jangan terlalu cepat
karena akan menghisap udara), indikasi satu-satunya bahwa darah tersebut darah
arteri adalah adanya pemompaan darah ke dalam spuit dengan kekuatan sendiri
10. Ciri-ciri darah arteri: teraba denyutan, lokasi tusukan lebih dalam, warna darah lebih
terang dan darah akan mengalir sendiri ke dalam semprit
 Setelah jumlah darah yang diperlukan terpenuhi (minimal 1 ml), cabut jarum dengan
cepat dan di tempat tusukan jarum lakukan penekanan dengan jari selama 5 menit
untuk mencegah keluarnya darah dari pembuluh arteri (10 menit untuk pasien yang
mendapat antikoagulan)
 Gelembung udara harus dibuang keluar spuit, lepaskan jarum dan tempatkan penutup
udara pada spuit, putar spuit diantara telapak tangan untuk mencampurkan heparin
 Spuit diberi label dan segera tempatkan dalam es atau air es/termos berisi air es dan es
batu (semprit dibungkus plastic agar air tidak masuk ke dalam semprit, keadaan dingin
(4 C) bertujuan memperkecil terjadinya perubahan biokimiawi/proses metabolisme
yang akan meningkatkan CO 2 kemudian langsung dibawa ke laboratorium
11. Pengambilan darah arteri brakhialis:
 arteri brakhialis letaknya lebih dalam dari arteri radialis yaitu di fossa antecubiti.
Pengambilan dari arteri brakhialis harus dilakukan dengan memperhatikan letak
syaraf, jangan sampai mencederai nervus medianus yang letaknya berdampingan
dengan arteri brakhialis.
 Lengan pasien dalam keadaan ekstensi maksimal, siku di hiperekstensikan setelah
meletakkan handuk di bawah siku
 Raba denyut arteri brakhialis dengan jari
 Lakukan tindakan asepsis/antisepsis
 Tusukkan jarum dengan sudut 45 dan lubang jarum menghadap ke atas, 5-10 mm
distal dari jari pemeriksa yang menekan pembuluh darah
 Setelah pengambilan, tekan daerah tusukan selama 5 menit atau lebih hingga
perdarahan terhenti

12. Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah


Range Interprestasi
pH 7,35-7,45 pH/ H mrnunjukkan jika pasien academic (pH< 7,35; H
>45 atau alkalemic (pH>7,45: H <35)
H 35-45 nmol/l (nM) See above
PO2 9,3- 13,3 kPa (80-100) O2 yang rendah menunjukkan pasien tidak bernapas secara
mmHg tepat (hipoksemia), PO2 < 60 mmHg suplemen
oksigen harus diberikan, PO2 <26 mmHg pasien
berisiko akan kematian dan harus diberikan oksigen
dengan segera
PCO2 4,7-6.0 kPa CO2 & P CO2 menunjukkan masalah pernapasan. Untuk
(35-45) mmHg kecepatan metabolic yang konstan PCO2 ditentukan oleh
ventilasi secara menyeluruh. PCO2 yang tinggi/asidosis
respiratorik menunjukkan underventilation, PCO2 yang
rendah/alkalosis respiratorik menunjukkan
hiper/overventilasi. Tingkat PCO2 dapat menjadi ABN saat
system respirasi bekerja untuk mengkompensasi masalah
metabolik untuk menormalkan pH darah. PCO2 yang
meningkat diinginkan pada beberapa perubahan yang
berhubungan dengan kegagalan pernapasan yang dikenal
sebagai hipercapnia permissive.
HCO3 22-26 mmol/l Ion HCO3 menunjukkan apakah ada masalah metaboli
ketoasidosis, HCO# yang rendah menunjukkan metabolic
asidosis, HCO# yang tinggi menunjukkan metabolic
alkalosis, tingakat HCO3 dapat menjadi ABN saat ginjal
bekerja untuk mengkompensasi masalah pernpasan dengan
tujuan menormalkan pH darah
Base -3 to +3 BE digunakan untuk mengkaji komponen metabolic
Excess mmol/l dari perubahan asam dan basa dan menunjukkan apakah
pasien mempunyai asidosis metabolik/alkalosis metabolik
BE menunjukkan junlah asam yang dibutuhkan untuk
mengembalikan pH darah individu ke interval pH (7,35-
7,45) dengan jumlah CO2 pada nilai standar
BE > +3 menunjukkan pasien mempunyai darah yang
memerlukan peningkatan jumlah asam secara ABN untuk
mengembalikan pH ke netral (menunjukkan Alkalosis)
atau mengindikasikan pasien dengan asidosis metabolic/
primer atau sekunder terhdap alkalosis respiratorik
BE< -3 biasanya menunjukkan pasien dengan asidosis,
misal kebutuhan asam yang berlebihan dipindahkan dari
darah untuk mengembalikan pH kembali ke normal (pasien
dengan metabolic asidosis/ primer atau sekunder terhadap
alkalosis respiratoris)

Saturas Menggambarkan kemampuan darah untuk mengikat


i oksigen. Nilai normalnya adalah 95-98%.
O2

13. Langkah-langkah yang dianjurkan untuk mengevalusai nilai gas darah arteri sbb:
1. Evaluasi pH, pH <7, 35
asidosis pH > 7, 45

alkalosis pH = 7,4

Normal pH normal dapat menunjukkan gas darah yang benar-benar normal atau pH
yang normal ini suatu indikasi ketidakseimbangan yang terkompensasi.
Ketidakseimbangan yang terkompensasi adalah suatu ketidakseimbangan dimana tubuh
sudah mampu memperbaiki pH baik dengan perubahan respiratorik maupun metabolic
(tergantung pada masalah utama).
Contoh:
 Pasien dengan asidosis metabolic primer dimulai dengan kadar bikarbonat /HCO3 yang
rendah tapi dengan kadar CO2 yang normal. Segera sesudah itu paru-paru mencoba
mengkompensasi ketidakseimbangan dengan mengeluarkan sejumlah besar CO2
/hiperventilasi
 Pasien dengan Asidosis respiratorik primer mulai dengan kadar CO2 yang tinggi, segera
sesudah itu ginjal mencoba mengkompensasi dengan mempertahankan bikarbonat. Jika
maneuver kompensasi mampu mengembalikan rasio bikarbonat terhadap asam karbonat
kembali menjadi 20:1 kompensasi sempurna dan karenanya pH normal akan tercapai
2. Menentukan penyebab primer gangguan dengan mengevaluasi PaCO2 dan HCO3 dalam
hubungannya dengan pH>7,4 alkalosis
a. jika PaCO2<40 mmHg gangguan primer adalah alkalosis respiratorik (situasi ini
timbul jika pasien mengalami hiperventilasidan lebih banyak CO2 yang dikeluarkan)
ingat kembali bahwa CO2 terlarut dalam air menjadi asam karbonik, bagian asam dari
sistem buffer asam karbonik-bikarbonat)
b. jika HCO3 >24 mEq/L gangguan primer adalah alkalosis metabolic (situasi ini timbul
jika tubuh memperoleh terlalu banyak bikarbonat, suatu substansi alkali, bikarbonat
adalah basa, atau bagian alkali dari system buffer asam karbonik bikarbonat) pH< 7,4
asidosis
 jika PaCO2>40 mmHg gangguan utama adalah asidosis respiratorik (situasi ini
timbul jik pasien mengalami hipoventilasi dan karenanya menahan terlalu banyak
CO2, suatu substansi asam)
 jika HCo3 <24 mEq/L gangguan primer adalah asidosis metabolic (situasi ini
timbul jika kadar bikarbonat tubuh turun, baik karena kehilangan langsung
bikarbonat atau karena penambahan asam seperti asam laktat atau keton)
3. Menentukan apakah kompensasi telah terjadi. Hal ini dengan melihat nilai selain
ganggguan primer. Jika nilai ini bergerak kea rah yang sama dengan nilai primer,
kompensasi sedang berjalan. Contoh:

pH PaCO2 HCO
3
1. 7,20 60 mmHg 24 mEq/L
2. 7,40 60 mmHg 37 mEq/L

Analisa no. 1
pH =7,20 turun
PaCO2 =60 meningkat
HCO3= 24 normal
(Menunjukkan asidosis respiratorik akut tanpa kompensasi)
Analisa no. 2 pH= 7,40
normal Pa CO2=60
meningkat HCO3=37
meningkat (menunjukkan asidosis respiratorik kronis, kompensasi sudah terjadi
dimana HCO3 meningkat ke kadar yang sesuai untuk menyeimbangkan PaCO2
yang tinggi dan menghasilkan suatu pH yang normal).
Contoh lain:
1. pH =7,28
PaCO2= 28,8
HCO3= 11 mEq/L
BE=-3
Analisa: pH= 7,28
turun /asidosis PaCO2= 28,8
turun/alkalosis respiratorik HCO3=11
turun/asidosis metabolic BE=-3/asidosis metabolic (karena nilai HCO3
mengindikasikan adanya asidosis/ mengikuti penyimpangan yang terbesar dari nilai
normal, maka proses gangguan primernya adalah asidosis metabolic dan proses
kompensasinya alkalosis respiratorik. Perhatian:nilai penyimpangan yang mengikuti
penyimpangan nilai normal pH dan mempunyai nilai penyimpangan terbesar dari
nilai normal merupakan identifikasi ganguan primer
4. Evaluasi oksigenasi
 status oksigenasi pasien dikaji dengan melihat nilai PaO2 dan SaO2
 normal PaO2=80-100 mmHg
 normal SaO2= >95%(menunjukkan O2 jaringan adekuat
 jika PaO2 turun <60 mmHg dan SaO2 turun hipoksia

KESIMPULAN
Pengukuran gas darah arteri sangat penting dalam menilai pertukaran gas di dalam paru.
Pengukuran ini untuk mengukur keasaman darah dan kadar bikarbonat. Analisa gas darah (AGD)
dilakukan untuk mengevaluasi status oksigen dan karbondioksida di dalam darah arteri dan
mengukur pH-nya. Proses perubahan pH darah ada dua macam, yaitu proses perubahan yang
bersifat metabolik (adanya perubahan konsentrasi bikarbonat yang disebabkan gangguan
metabolisme) dan yang bersifat respiratorik (adanya perubahan tekanan parsial CO2 yang
disebabkan gangguan respirasi).

SARAN
Untuk seluruh teman-teman perawat, semoga dengan adanya informasi dari makalah ini, kita menjadi
lebih mampu mengetahui tentang bagaimana menganalisa analisa gas darah. Perlu diperhatikan agar
mempelajari lebih tentang memahami agar kita lebih baik dalam memberitahukan kepada pasien,
keluarga maupun masyarakat yang menjadi sasaran pengkajian kita.

DAFTAR PUSTAKA

Analisis gas darah dan manajemen asam basa, diakses dari http:// hanif.web.ugm.ac.id/analisa-
gas-darah-dan –manajemen-asam-basa.html
Baseexcess, diakses dari wikipedia, the free encyclopedia
Brunner & Suddarth (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah(terjemahan) . Jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC
Djojodibroto, D. (2009). Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC
Gangguan keseimbangan air-elektrolit dan asam basa.(2008). Jakarta: Balai penerbit FKUI
Keseimbangan asam basa. diakses dari http://www.indonesiaindonesia.com/f/11140-
keseimbangan-asam-basa

Anda mungkin juga menyukai