Rekayasa Ide Microteaching
Rekayasa Ide Microteaching
Si
REKAYASA IDE
Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
1|Microteaching
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, serta hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Rekayasa Ide tentang “
Profil Guru Profesional di Era Revolusi Industri 4.0” dengan baik, meskipun
terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada
dosen pengampu Mata Kuliah Microteaching yaitu bapak Drs. Thamrin, M.Si
yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan.
Kami sangat berharap laporan tugas rekayasa ide ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam rekayasa ide ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Muhammad Farhan
NIM. 7173143026
2|Microteaching
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
3.1 Kesimpulan................................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
3|Microteaching
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini, dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi
industri dunia ke-empat dimana teknologi telah menjadi basis dalam kehidupan
manusia. Segala hal menjadi tanpa batas dan tidak terbatas akibat perkembangan
internet dan teknologi digital. Di era ini telah mempengaruhi banyak aspek
kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, seni, dan bahkan sampai
ke dunia pendidikan.
Peranan guru dalam dunia pendidikan sangatlah urgen, karena syarat dari
belajar adalah adanya guru. Sebagai guru yang hidup atau berada di era global
saat ini, kita dituntut untuk kreatif dan menguasai teknologi agar tidak tertinggal
oleh arus zaman. Tidak dapat dipungkiri era globalisasi menuntut kita harus aktif,
kreatif, menguasai teknologi. Jika tidak bisa mengikuti arus perkembangan zaman
modern saat ini, maka kita akan tertinggal dengan yang lain.
Bertitik tolak dari rekomendasi tersebut serta profil guru pada saat ini,
seharusnya guru pada era revolusi industri 4.0 benar-benar merupakan guru yang
profesional, agar mampu menghadapi tantangan. Untuk itu, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial, serta kompetensi
pedagogik seorang guru perlu dikembangkan sehingga mampu mendidik siswa
yang mempunyai kemampuan memprediksi dan menanggulangi.
4|Microteaching
Dengan demikian, di era revolusi industri 4.0 ini jika guru hanya sebatas
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa di kelas maka peran guru dapat
tergantikan oleh teknologi namun peran guru tak akan dapat tergantikan oleh
teknologi secanggih apapun dalam mendidik karakter, moral, dan memberikan
keteladanan kepada siswa.
5|Microteaching
BAB II
PEMBAHASAN
Di era revolusi industri 4.0 ini tidak dapat dipungkiri peradaban manusia
telah berkembang pesat dari segala sektor kehidupan. Perkembangan ini dapat
dikatakan sebagai hasil prestasi manusia yang dimodali akal dan pikiran yang
6|Microteaching
sempurna sehingga tercipta peradaban teknologi yang luar biasa. Namun hal ini
juga akan menjadi boomerang bagi sebagian manusia jika tidak dapat
menyikapinya dengan baik. Bagaimana tidak pastinya segala aktifitas manusia
akan mengarah pada hal elektronik, atau internetisasi. Bagi yang tidak paham
dalam dunia ITE maka akan tertinggal dengan sendirinya.
Perkembangan revolusi 4.0 hal ini juga tentunya akan berimbas dengan
guru. Bagaimana guru dituntut harus kreatif dan inovatif dalam mengajarkan
siswanya. Maka dari itu guru harus menguasai bidang ITE dan tidak boleh tidak
karena ini sudah menjadi tuntutan zaman.
Guru pada era revolusi industri 4.0 ditantang untuk melakukan akselerasi
terhadap perkembangan informasi dan komunikasi. Pembelajaran di kelas dan
pengelolaan kelas, pada abad ini harus disesuaikan dengan standar kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi. Menurut Susanto (2010), terdapat 7
tantangan guru di era revolusi industri 4.0, yaitu:
7|Microteaching
mengoperasikan computer, karena diera saat ini dan nanti pembelajaran
dengan computer akan lebih di kedepankan. Dan juga harus menguasai
internet. Karena di era saat ini internet sudah menjadi kebutuhan primer
dalam kehidupan. Kal tidak bisa internet dan computer maka guru akan
tertinggal oleh waktu.
2. Competence for technological commercialization, punya kompetensi
membawa siswa memiliki sikap entrepreneurship (kewirausahaan)
berbasis teknologi dan hasil karya inovasi siswa. Guru harus dapat
membina siswa kea rah entrepreneurship yang berbasis teknologi, sebagai
bekal mereka di kemudiaan hari. Internet akan lebih mudah memasarkan
produk inovasi siswa baik itu makanan, pakaian, mainan, atau lain-lainya.
Karena ke depan juga tentunya persaingan usaha akan lebih dasyat, untuk
itu perlu sekali bagi guru mengarahkan siswanya untuk berinovasi tanpa
henti.
3. Competence in globalization, dunia tanpa sekat, tidak gagap terhadap
berbagai budaya, kompetensi hybrid dan keunggulan memecahkan
masalah (problem solver competence). Kemempuan lifeskill siswa harus
dibina dengan baik. Tentunya pembinaan tersebut dalam berbagai bidang
seperti sosial, budaya, politik dan ekonomi. Inilah tugas guru yang harus
dipenuhi di era revolusi 4.0 saat ini.
4. Competence in future strategies, dunia mudah berubah dan berjalan cepat,
sehingga punya kompetensi memprediksi dengan tepat apa yang akan
terjadi di masa depan berikut strateginya. Guru harus tajam dalam
beranalisa. Memprediksi ke depan yang akan terjadi dan menyiapkan
bagaimana caranya agar siswa didiknya nanti dapat menghadapi tuntutan
moderennya zaman atau revolusi 4.0 yang sudah dimulai saat ini.
5. Conselor competence, mengingat ke depan masalah anak bukan pada
kesulitan memahami materi ajar, tapi lebih terkait masalah psikologis,
stres akibat tekanan keadaan yang makin kompleks dan berat, dibutuhkan
guru yang mampu berperan sebagai konselor/psikolog. Kenapa dibilang
guru karena anggapan beberapa orang semua bidang guru harus kuasai
walaupun terkadang kita tidak dapat membohongi diri sendiri, jika semua
8|Microteaching
bidang harus kita kuasai kemungkinan kita tidak akan mampu, namun
tidak ada salahnya apabila kekurangan tersebut harus ditutupi dengan cara
belajar sepanjang hayat. Seperti ilmu psikologi guru harus mempunyai itu,
agar dalam menghadapi problem siswa guru dapat memberikan
pencerahan yang berguna bagi siswa.
Selain dari kelima hal tersebut menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi (1999:
55) sebagai guru yang professional harus selalu meningkatkan pengetahuan baik
materi bidang kompetensinya atau pengetahuan teknologinya, sikap, dan
keterampilan secara terus menerus. Sasaran penyikapan itu meliputi penyikapan
terhadap perundang-undangan, organisasi profesi, teman sejawat, peserta didik,
tempat kerja, pemimpin dan pekerjaan. Sebagai jabatan yang harus dapat
menjawab tantangan perkembangan masyarakat, jabatan guru harus selalu
dikembangkan dan dimutakhirkan. Dalam bersikap guru harus selalu mengadakan
pembaharuan sesuai dengan tuntutan tugasnya.
Di era revolusi industri 4.0 juga menuntut peran guru yang semakin tinggi
dan optimal. Sebagai konsekuensinya, guru yang tidak bisa mengikuti
perkembangan alam dan zaman akan semakin tertinggal sehingga tidak bisa lagi
memainkan perannya secara optimal dalam mengemban tugas dan menjalankan
profesinya.
1. Memiliki semangat juang dan etos kerja yang tinggi disertai kualitas
keimanan dan ketakwaan yang mantap.
2. Mampu memanfaatkan iptek sesuai tuntutan lingkungan sosial dan budaya
di sekitarnya.
3. Berperilaku profesional tinggi dalam mengemban tugas dan menjalankan
profesi.
4. Memiliki wawasan ke depan yang luas dan tidak picik dalam memandang
berbagai permasalahan.
5. Memiliki keteladanan moral serta rasa estetika yang tinggi.
9|Microteaching
6. Mengembangkan prinsip kerja bersaing dan bersanding.
Selian itu, di era revolusi industri 4.0, guru harus mampu membangun
atmosphere yang dapat memenuhi kebutuhan psikologis peserta didik, yang
meliputi: Needs for competence, setiap peserta didik butuh merasa bisa, artinya
interaksi dalam pembelajaran mampu membuat peserta didik merasa bisa. Hal ini
dapat dilakukan dengan jalan memberikan penghargaan atas hasil belajar peserta
didik. Needs for Autonomy, setiap peserta didik butuh merasa ‘otonom’ dengan
mendapat kebebasan dan kepercayaan karena setiap pembelajar yang otonom
tidak akan bergantung pada guru dalam belajar. Needs for relatedness, setiap
peserta didik membutuhkan merasa dirinya bagian dari suatu kelompok, dan
berinteraksi dalam kelompok. Jadi proses pembelajaran harus mampu memupuk
interaksi kolegialitas dan saling support. Sustainable learning, agar peserta didik
mampu melewati era disrupsi, dan memasuki era baru yang disebut Abundant Era,
yaitu serba melimpahnya informasi, media dan sumber belajar.
10 | M i c r o t e a c h i n g
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Selain itu, guru di era revolusi industri 4.0 juga memiliki karakteristik
yang spesifik jika dibanding dengan guru di masa sebelumnya. Adapun
karakteristik tersebut diantaranya:
1. Memiliki semangat juang dan etos kerja yang tinggi disertai kualitas
keimanan dan ketakwaan yang mantap.
2. Mampu memanfaatkan iptek sesuai tuntutan lingkungan sosial dan budaya
di sekitarnya.
3. Berperilaku profesional tinggi dalam mengemban tugas dan menjalankan
profesi.
11 | M i c r o t e a c h i n g
4. Memiliki wawasan ke depan yang luas dan tidak picik dalam memandang
berbagai permasalahan.
5. Memiliki keteladanan moral serta rasa estetika yang tinggi.
6. Mengembangkan prinsip kerja bersaing dan bersanding.
3.2 Saran
12 | M i c r o t e a c h i n g
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id
13 | M i c r o t e a c h i n g