Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Brand Image

2.1.1 Pengertian Merek ( Brand )

Pengertian merek menurut Ginting (2011: 43), merek adalah “simbol dari

seluruh informasi yang berkaitan dengan produk atau jasa.” Dan Menurut

Ferrinadewi (2008 : 137) berpendapat bahwa Merek adalah nama, istilah, tanda,

simbol, desain atau kombinasi keseluruhannya, yang ditujukan untuk

mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan sekaligus

sebagai diferensiasi produk, Sedangkan Menurut Kotler dalam Sunyoto

(2012:102) : Merek adalah “sebuah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan

atau bahkan kombinasi dari semuanya tadi, yang dimaksud untuk menyebutkan

barang-barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual agar terbedakan

dari para pesaing. ”

Berdasarkan uraian di atas maka merek merupakan simbol dari seluruh

informasi yang berkaitan dengan produk atau jasa. Merek juga merupakan

visualisasi dari citra yang ingin dibenamkan dibenak konsumen.


2.1.2. Kekuatan Merek

Menurut Soehardi (2008:112), kekuatan suatu merek (Brand Equity) dapat

diukur berdasarkan indikator tersebut, yaitu :

1. Leadership yaitu kemampuan untuk mempengaruhi pasar, baik harga maupun

atribut non-harga.

2. Stability yaitu kemampuan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan.

3. Market yaitu kekuatan merek untuk keluar dari area geografisnya atau masuk

ke negara maupun daerah lain

4. Trend yaitu merek menjadi semakin penting dalam indusri.

Dengan demikian, kekuatan-kekuatan ini dapat digunakan sebagai penilaian

merek produk perusahaan.

2.1.3. Fungsi Merek

Menurut Sunyoto (2012:109), di samping manfaat, pemberian merek

sebuah produk mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1) Fungsi Identitas

2) Fungsi Kualitas

3) Fungsi Loyalitas dan

4) Fungsi Citra / Image.


1. Fungsi Identitas

Dengan merek, dapat diketahui identitas produk maupun identitas perusahaan

pembuat produk. Karena dalam label merek ada hal-hal yang wajib

dicantumkan, seperti nama perusahaan, komposisi produk, aturan pakai, efek

samping, hal-hal yang perlu dihindari dan lain sebagainya.

2. Fungsi Kualitas

Sebuah merek juga dapat menunjukkan kualitas produk. Jika merek sudah

terkenal dan mapan, berarti produk tersebut telah diakui baik kualitasnya oleh

konsumen. Seorang konsumen tidak akan melakukan pembelian ulang, jika

kualitas produknya tidak baik. Sebaliknya konsumen akan mencari dan

membeli kembali secara berulang untuk produk yang kualitasnya baik.

3. Fungsi Loyalitas

Jika identitas produk jelas dan kualitas produk baik, serta konsumen selalu

mencari dan membeli berulang kali, berarti perusahaan telah sukses

menciptakan pelanggan. Untuk itu pihak perusahaan harus menjaga

pelanggan-pelanggan tersebut dengan strategi pemasaran yang tepat agar

tetap menjadi pelanggan yang loyal terhadap produknya.

4. Fungsi Citra / Image

Pihak perusahaan hukumnya wajib menjaga citra produk melalui merek.

Contoh Smartphone merek Samsung, produsen Samsung melakukan inovasi

produk dengan varian-variannya. Hal ini dilakukan agar konsumen atau

pelanggan tetap loyal dan sekaligus menjaga citra merek Samsung.


2.1.4. Brand Image

Berdasarkan beberapa penjelasan dari Brand (merek), maka dapatlah

dibuat definisi dari pada Brand image (Citra Merek). Citra merupakan suatu

komponen pendukung bagi sebuah merek, dimana ia mewakili ‘wajah’ dan juga

kualitas suatu produk. Jika merek ibarat mengenai manusia dari namanya, maka

citra bagaikan kesan yang kita lihat dari manusianya.

Menurut Kotler (2008 : 346) citra merek adalah persepsi dan keyakinan

yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi

dalam memori konsumen

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa citra merek

(brand image) merupakan suatu persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh

konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori

konsumen. Sedangkan menurut Rahman (2010 : 176), brand image adalah “citra

atas suatu merek yang tujuannya menciptakan kecenderungannya bagi konsumen

atas merek tersebut.”

Berdasarkan pengertian brand image merupakan anggapan tentang merek

yang direfleksikan konsumen yang berpegang pada ingatan konsumen. Melihat

betapa pentingnya sebuah citra merek dalam mendukung kesuksesan pemasaran

suatu produk telah membuat para perancang citra merek berusaha memenuhi

hasrat konsumen untuk menjadi bagian dari kelompok sosial yang lebih besar,

dipandang terhormat oleh orang lain, atau untuk mendefinisikan diri menurut citra

yang diinginkannya. Namun citra yang harus dibangun dalam jangka panjang
tidak akan sempat terbentuk jika dalam waktu singkat produk itu rusak atau

berkinerja rendah.

2.1.5. Indikator Brand Image

Menurut Rahman (2010:181), citra merek merupakan intangible asset tidak

kasat/tampak organisasi yang paling penting. Terdapat 3 tipe utama citra merek

yang masing-masing memiliki citra yang berbeda sebagai berikut :

1. Attribute Brand, sebagaimana sudah dibahas dalam halaman sebelumnya

yakni merek yang mampu mengkomunikasikan kepercayaan terhadap atribut

fungsional produk.

2. Aspritional Brands, yakni merek yang menyampaikan citra tentang tipe orang

yang membeli merek tersebut.

3. Experience Brand, mencerminkan merek yang menyampaikan citra asosiasi

dan emosi bersama antara merek dan konsumen secara individu.

Brand Image merupakan citra atas suatu merek yang tujuannya

menciptakan kecenderungan bagi konsumen atas merek tersebut dengan indikator

Attribute Brand, Aspritional Brands dan Experience Brand.


2.2. Kualitas Produk

2.2.1. Pengertian Produk

Produk diciptakan untuk pemuasan kebutuhan dan keinginan dari

konsumen. Produsen harus memperhatikan kebijakan yang diterapkan atas produk

yang diciptakan. Produk pada dasarnya dapat diklasifikasikan dengan berbagai

cara, antara lain berdasarkan pada daya tahan produk dalam penggunaannya atau

wujud produk tersebut. Pengertian produk dari tiap-tiap ahli dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Menurut Irawan dalam Sunyoto (2012:69), “produk adalah sesuatu yang

ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen.”

2. Menurut Kotler dalam Sunyoto (2012:69), “produk adalah segala sesuatu

yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau

dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.”

3. Menurut Gitosudarmo dalam Sunyoto (2012:69), “Produk adalah segala

sesuatu yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia ataupun

organisasi.”

2.2.2. Klasifikasi Produk

Menurut Sunyoto (2012:73), produk dapat diklasifikasikan menurut daya

tahannya menjadi tiga kelompok, yaitu:


1. Barang tahan lama ( Durable Goods )

Barang tahan lama merupakan barang nyata yang biasanya melayani banyak

kegunaan, misalnya pakaian, peralatan otomotif, komputer, peralatan

bengkel, lemari es, dan sebagainya.

2. Barang yang tidak tahan lama ( Nonurable Goods )

Barang yang tidak tahan lama merupakan barang nyata yang biasanya

dikonsumsi untuk satu atau beberapa kegunaan, misalnya pasta gigi, kuliner,

minuman energi, obat generik dan lainnya.

3. Jasa ( Service )

Jasa merupakan kegiatan, manfaat, atau kegunaan yang ditawarkan untuk

dijual, misalnya bengkel sepeda motor, reparasi komputer dan televisi,

laundry, jasa angkutan barang, jasa olah data, rental mobil dan sepeda motor,

kursus bahasa asing, kursus program komputer, dan lainnya.

Menurut Walker dalam Sunyoto (2012:74), produk dapat dikelompokkan

menjadi dua macam yaitu, produk konsumsi dan produk/barang industri

1. Produk konsumsi

Produk konsumsi adalah barang yang dipergunakan oleh konsumen akhir atau

rumah tangga dengan maksud tidak untuk dibisniskan atau dijual, yaitu :

a. Barang kebutuhan sehari-hari ( Convenience Goods )

Merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian

tinggi, dibutuhkan dalam waktu segera dan hanya memerlukan usaha yang

minimum dalam perbandingan dan pembeliannya.


b. Barang belanjaan ( Shooping Goods )

Merupakan barang-barang dalam proses pemilihan dan pembeliannya

dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia.

c. Barang khusus ( Speciality Goods )

Merupakan barang-barang yang memiliki karakteristik dan atau

identifikasi merek yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia

melakukan usaha khusus untuk membelinya.

d. Barang yang tidak dicari ( Unsought Goods )

Merupakan barang-barang yang tidak diketahui oleh konsumen atau

kalaupun sudah diketahui, tetapi pada umumnya belum terpikirkan untuk

membelinya.

2. Produk/ barang industri

Barang industri adalah barang-barang yang dikonsumsi oleh industriawan

(konsumen antara konsumen bisnis) untuk keperluan selain dikonsumsi

langsung, yaitu :

a. Bahan mentah

Merupakan barang yang akan menjadi bahan baku secara fisik untuk

memproduksi produk lain (suatu produk).

b. Barang bahan baku dan suku cadang pabrik

Merupakan barang-barang industri yang digunakan untuk suku cadang

yang aktual bagi produk akhir, misalnya balok mesin.


c. Barang instalasi

Merupakan barang industri yang dipergunakan pabrik dengan daur hidup

yang panjang dan harga yang mahal, misalnya mesin diesel

d. Peralatan tambahan

Merupakan barang yang digunakan sebagai pembantu pelaksanaan tugas

operasi industri perusahaan dan tidak menjadi bagian produk yang dibuat,

misalnya mesin hitung yang dipakai supermarket.

e. Perbekalan operasional

Merupakan barang kebutuhan sehari-hari bagi sektor industri, misalnya

alat kantor.

2.2.3. Kualitas Produk

Kualitas merupakan keadaan produk yang berhubungan dengan barang

maupun jasa, berupa kinerja, keandalan, keistimewaan, keawetan, dan keindahan

yang memenuhi bahkan melebihi harapan seseorang. Secara umum kualitas

merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk menguasai pasar, sedangkan

bagi masyarakat kualitas adalah alat ukur sekaligus cara seseorang dalam

mencapai kepuasan.

Menurut Kotler dan Amstrong (2008 : 283), “Kualitas produk adalah salah

satu faktor yang paling diandalkan oleh seorang pemasar dalam memasarkan

suatu produk”. Nasution (2008:283) mengemukakan bahwa “Kualitas produk

adalah kecocokan penggunaan produk (Fitness For Use)” untuk memenuhi

kebutuhan dan kepuasan pelanggan”.


Menurut Kotler dan Amstrong (2011:354), Kualitas atau kualitas produk

adalah “kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi daya

tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan operasai dan perbaikan, serta atribut

bernilai lainnya.” Sedangkan Machfoedz (2007 : 84), kualitas produk merupakan

“suatu unit sifat yang membentuk citra suatu barang atau jasa yang menentukan

kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan.”

Dengan melihat definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas

atau kualitas produk adalah suatu usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan

pelanggan,dimana suatu produk tersebut memiliki kualitas yang sesuai dengan

standar kualitas yang telah ditentukan, dan kualitas merupakan kondisi yang selalu

berubah karena selera atau harapan konsumen pada suatu produk.

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Produk

Kualitas produk dipengaruhi oleh faktor yang akan menentukan bahwa

suatu barang dapat memenuhi tujuannya. Menurut Assauri (2007:206)

mengemukakan bahwa tingkat kualitas suatu produk ditentukan oleh beberapa

faktor, antara lain:

a. Fungsi suatu barang

Kualitas yang hendak dicapai sesuai dengan fungsi untuk apa barang

tersebut digunakan atau dibutuhkan tercermin pada spesifikasi dari barang

tersebut seperti tahan lamanya, kegunaanya, berat, bunyi, mudah atau

tidaknya perawatan dan kepercayaannya.


b. Wujud Luar

Salah satu faktor yang penting dan sering dipergunakan oleh konsumen

dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk menentukan kualitas

barang tersebut, adalah wujud luar barang itu. Faktor wujud luar yang

terdapat pada suatu barang tidak hanya terlihat dari bentuk, tetapi juga dari

warna, susunan dan hal-hal lainnya.

c. Biaya Barang Tersebut

Umumnya biaya dan harga suatu barang akan menentukan kualitas barang

tersebut . Hal ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai biaya atau

harga yang mahal, dapat menunjukkan bahwa kualitas barang tersebut

relatif lebih baik.

2.2.5 Dimensi Kualitas Produk

Konsumen pada umumnya tidak segera mengetahui kualitas produk yang

akan dibelinya. Karena itu cap yang dipasang harus dapat memberikan jawaban

atas pertanyaan, sampai kapan kadaluarsa atau jatuh tempo suatu produk harus

ditarik dari pasar dan perusahaan mana yang memproduksi,apa komposisi bahan,

apa kegunaannya,dan bagaimana cara memakai produk tersebut.

Menurut John C. Mowen dan Michael Minor (dalam Dinawan : 2010)

memberikan beberapa dimensi dari kualitas produk, yaitu sebagai berikut :

1) Kinerja

Yang dimaksud kinerja di sini adalah kinerja utama dari karakteristik

pengoperasian.
2) Reliabilitas atau Keandalan

Reliabilitas adalah konsistensi kinerja produk. Bebas dari kerusakan atau

tidak berfungsi.

3) Daya Tahan

Rentang kehidupan produk/ umur pemakaian produk.

4) Keamanan ( Safety )

Produk yang tidak aman merupakan produk yang mempunyai kualitas yang

kurang/rendah

Kualitas produk merupakan kemampuan suatu barang untuk memberikan

hasil/kinerja yang sesuai atau melebihi dari apa yang diinginkan pelanggan

dengan indikator kinerja, reliabilitas atau keandalan, daya tahan dan keamanan

( safety )

2.3. Keputusan Pembelian

2.3.1. Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian dalam berbagai pandangan para ahli, secara eksplisit

memberikan pengertian bahwa pemasaran bahwa pemasaran suatu produk sangat

berkaitan dengan besarnya jumlah penawaran yang ditawarkan kepada pelanggan

sesuai tingkat kepuasan atas produk yang digunakannya.

Keputusan pembelian merupakan suatu tindakan yang dilakukan

konsumen dikarenakan adanya dorongan-dorongan atau motif-motif yang

dirasakan sehingga menimbulkan minat atau dorongan untuk memenuhi

kebutuhan. Dalam memenuhi kebutuhan konsumen, maka pemasar harus


mengetahui kebutuhan konsumen, maka pemasar harus mengetahui apa saja yang

diinginkan dan dibutuhkan. Dengan mengetahui hal-hal tersebut perusahaan dapat

menciptakan produk seperti yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen,

dengan begitu konsumen itu nantinya akan terdorong untuk membeli produk kita.

Karena konsumen memiliki arti yang penting bagi suatu perusahaan yaitu sebagai

pembeli.

Menurut Kotler (2006 : 212) mengemukakan bahwa keputusan adalah

sebuah proses pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri dari pengenalan

masalah, mencari informasi, beberapa penilaian alternatif, membuat keputusan

membeli dan perilaku setelah membeli yang dilalui konsumen. Menurut

Mc. Daniel (2010 : 31) “Keputusan pembelian menunjukkan nilai penawaran

yang memiliki kesan sesuai dengan tingkat kemampuan konsumen untuk membeli

dan memiliki suatu produk yang dinyatakan dengan nilai finansial atau nomina.”

Setiap hari konsumen mengambil berbagai keputusan untuk membeli

produk atau jasa. Perusahaan, khususnya perubahan besar, pada umumnya

melakukan riset dengan cermat tentang keputusan konsumen, tempat, alasan dan

cara mereka membeli serta tingkat harga yang mereka bayar. Mengkaji alasan

prilaku pembelian konsumen dan proses keputusan untuk membeli bukan hal yang

mudah karena alasan tersebut berada di dalam pikiran konsumen.

2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

           Kotler (2006 : 202) menyatakan bahwa titik tolak untuk memahami

perilaku pembeli adalah model rangsangan-rangsangan (stimulus-respon model).


Rangsangan pemasaran dan lingkungan masuk ke kesadaran pembeli.

Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusan tertentu. Tugas pemasar

adalah memahami apa yang terjadi pada kesadaran produk sejak masuknya

rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian.

Menurut Kotler ( 2006 : 202 ), perilaku pembelian konsumen dipengaruhi

oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis.

1. Faktor Budaya

Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan

permanen yang tersusun secara hierarki dan yang anggotanya menganut nilai-

nilai, minat dan perilaku yang serupa.

2. Faktor Sosial

Banyak dipengaruhi oleh kelompok acuan yaitu semua kelompok yang

memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap

atau perilaku seseorang serta keluarga yaitu kelompok yang terdiri dari dua

atau lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan atau adopsi

dan tinggal bersama. Keluarga dapat dijabarkan menjadi dua kelompok besar,

yaitu :

1) Keluarga inti, adalah kelompok langsung yang terdiri dari ayah, ibu dan

anak yang tinggal bersama

2) Keluarga besar, adalah kelompok yang meliputi keluarga inti ditambah

dengan kerabat lainnya. Faktor sosial lainnya adalah peran dan status yang

merupakan kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang.


3. Faktor Pribadi

Yang paling berpengaruh adalah faktor gaya hidup dan faktor kepribadian.

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam

aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup juga menggambarkan keseluruhan

dari seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan konsep

diri lebih mengacu kepada bagaimana individu memandang diri dan orang

lain.

4. Faktor Psikologis

Yang paling penting berpengaruh adalah faktor motivasi, persepsi,

pembelajaran dan keyakinan. Motivasi merupakan keinginan seseorang untuk

bertindak berdasarkan kebutuhan. Persepsi adalah proses yang digunakan

oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterprestasi

masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang

memiliki arti. Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang

timbul dari pengalaman. Sedangkan keyakinan (believe) adalah gambaran

pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Sedangkan sikap

(attitude) adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecendrungan tindakan

yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari

seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan.

Menurut Sunyoto (2012 : 278) bahwa dimensi untuk mengukur keputusan

pembelian konsumen terhadap produk diukur berdasarkan :


1. Keputusan tentang jenis produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli suatu produk. Dalam

hal ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang

berminat membeli suatu produk serta alternatif lain yang mereka

pertimbangkan.

2. Keputusan tentang bentuk produk

Keputusan ini menyangkut ukuran, kualitas, corak dan sebagainya.

Dalam hal ini perusahaan harus melakukan riset pemasaran untuk mengetahui

kesukaan konsumen tentang produk bersangkutan agar dapat memaksimalkan

daya tarik mereknya.

3. Keputusan tentang merek

Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli.

Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini

perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek.

4. Keputusan tentang cara pembayaran

Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran

produk yang akan dibeli.

Keputusan pembelian produk merupakan tindakan konsumen yang secara

langsung untuk membeli barang sesuai keinginanya dengan indikator

keputusan tentang jenis produk, keputusan tentang bentuk produknya

keputusan tentang merek dan keputusan tentang cara pembayaran.
2.4. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian terdahulu

No Judul Hasil/Temuan Hasil/Temuan Variabel yang


Penelitian Terkait
1 Nino Puspita Pengaruh Brand Hasil penelitian menunjukkan a. Brand Image
Indah (2013) Image dan bahwa pengaruh brand image b. Kualitas Produk
Kualitas dan kualitas produk memiliki c. Keputusan
Produk terhadap nilai Adjusted R sebesar Pembelian
Keputusan 0,475. Berdasarkan hasil uji-t
Pembelian juga diketahui bahwa brand
Tupperware di image dan kualitas produk
Kecamatan Sunga secara parsial memiliki
i Pagu Kabupaten pengaruh yang positif dan
Solok Selatan signifikan terhadap keputusan
pembelian
2 Aldi Pengaruh Citra  Hasil penelitian pada taraf a.Citra Merek
Adirama Merek dan signifikansi 5% menunjukkan b.Kualitas Produk
(2012) Kualitas Produk  bahwa : (1) Terdapat pengaruh c.Keputusan
terhadap positif dan signifikan citra Pembelian
Keputusan  merek terhadap keputusan Konsumen
Pembelian pembelian konsumen sepeda
Konsumen (Studi  motor Satria FU di Klaten, (2)
Kasus pada Terdapat pengaruh positif dan
Konsumen Seped signifikan kualitas produk
a Motor Satria FU terhadap keputusan pembelian
di Klaten ) konsumen sepeda motor Satria
FU di Klaten,
(3) Terdapat pengaruh positif
dan signifikan citra merek dan
kualitas produk secara
bersama-sama terhadap
keputusan pembelian
konsumen sepeda motor Satria
FU di Klaten
3 Sulistyawati Analisis Pengaruh Hasil uji hipotesis diperoleh F a. Citra Merek
(2010 ) Citra Merek dan hitung sebesar 65,836 dan b. Kualitas Produk
Kualitas Produk signifikansi sebesar 65,836 c. Keputusan
Terhadap dan signifikansi sebesar 0,000 Pembelian
Keputusan dengan besarnya nilai
Pembelian Laptop koefisien korelasi (R) sama
Acer di Kota dengan 0,766. Nilai Koefisien
Semarang Determinasi (R2) adalah 0,586.
Hal ini berarti 58,6%
keputusan pembelian dapat
dijelaskan oleh citra merek
dan kualitas produk.
4 Mohammed Influence of Data yang terkumpul a. Brand Image
Alamgir Brand Name on dianalisis untuk mematuhi b. Keputusan
(2013) Consumer tujuan dan juga untuk menarik Konsumen
Decision Making kesimpulan. Dari penelitian
Process – An itu terungkap bahwa ketika
Empirical Study konsumen membeli mobil,
on Car Buyers nama dari merek yang
mempengaruhi pilihannya.
Penelitian ini juga
mengungkapkan bahwa mobil
bermerek memiliki persepsi
yang bagus di pemikiran
konsumen, ketika pelanggan
pergi untuk membeli mobil,
mereka lebih memilih untuk
membeli mobil bermerek
terkenal. Pelanggan tidak
ingin mencoba mobil baru
atau tidak dikenal bermerek
karena belum banyak
informasi tentang merek yang
kurang terkenal.
5 Pars, The Effect of Berikutnya literature pada a. Brand Image
Sahbaz R Brand Image on bagian berikutnya  b. Consumer
(2011) Consumer Choice mempengaruhi pemilihan Choice
brand image untuk
menentukan efekakan menjadi
level yang diberikan dalam
aplikasi. Kuesioner diterapkan
papda wisatawan domestik di
Ayvalik, di Turkey. Aplikasi
untuk menggambarkan data
yang diperoleh pada akhir
setiap pernyataan yang
terkandung dalam survei
dievaluasi berdasarkan
distribusi frekuensi dan
persentase. Maka hasil uji
bahwa secara umum citra
merek berpengaruh positif
terhadap keputusan konsumen.

2.5. Kerangka Berfikir

Brand Image (citra merek) merupakan representasi dari keseluruhan

persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu

terhadap merek itu. Kualitas produk adalah kemampuan sebuah produk dalam

memperagakan fungsinya. Dan keputusan pembelian produk merupakan proses-


proses yang terjadi pada saat sebelum seorang konsumen melakukan pembelian

produk.

Berdasarkan uraian terdahulu maka kerangka berpikir dapat digambarkan

sebagai berikut :

BRAND IMAGE (X1) H1


H3 KEPUTUSAN
PEMBELIAN (Y)
KUALITAS PRODUK (X2) H2

2.6. Hipotesis

Mengacu pada rumusan masalah, dikemukakan hipotesis sebagai berikut :

Penelitian Nino Puspita Indah (2013) menjelaskan bahwa pada pengujian

secara parsial diketahui bahwa variabel brand image berpengaruh terhadap

keputusan pembelian Tupperware di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok

Selatan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka diajukan hipotesis 1 sebagai

berikut :

H1 : Brand image berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian

produk Tupperware di kota Medan.

Penelitian Nino Puspita Indah (2013) menjelaskan bahwa pada pengujian

secara parsial diketahui bahwa variabel brand image berpengaruh terhadap

keputusan pembelian Tupperware di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok

Selatan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka diajukan hipotesis 2 sebagai

berikut :
H2 : Kualitas produk berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian

produk Tupperware di kota Medan.

Penelitian Nino Puspita Indah (2013) menjelaskan bahwa pada pengujian

secara parsial diketahui bahwa variabel brand image dan kualitas produk

berpengaruh terhadap keputusan pembelian Tupperware di Kecamatan Sungai

Pagu Kabupaten Solok Selatan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka diajukan

hipotesis 3

H3 : Brand image dan Kualitas produk berpengaruh secara parsial terhadap

keputusan pembelian produk Tupperware di kota Medan.

Anda mungkin juga menyukai