Tahap 1 : Pembuatan Bubuk Temulawak 1. Langkah pertama yaitu pemilihan Temulawak dimana temulawak yang digunakan pada percobaan ini dengan kondisi yang segar, kemudian dicuci dengan air hingga bersih lalu diangin-anginkan untuk menghilangkan air sisa-sisa pencucian selama kurang lebih 15 menit. 2. Setelah itu temulawak diiris dengan ketebalan ± 1 mm lalu dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 55ºC selama 24 jam. Pengeringan ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada rimpang temulawak. Temulawak yg sudah kering kemudian diblender hingga halus. 3. Kemudian temulawak diayak dengan ayakan 60 mesh hingga didapatkan bubuk temulawak. Tujuan dari pengayakan ini adalah agar didaptkan serbuk temulawak dengan ukuran yang seragam dan sesuai dengan persyaratan agar memudahkan pengolahan dalam proses selanjutnya Tahap 2: Pembuatan Ekstrak Rimpang Temulawak 1. Pembuatan ekstrak rimpang temulawak. Pertama, 10 gram bubuk temulawak dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Lalu ditambahkan pelarut berupa etanol 80% sebanyak 100ml. 2. Erlenmeyer yang berisi sampel dan pelarut ditutup dengan menggunakan alumunium foil agar pelarutnya tidak menguap, kemudian dilakukan maserasi pada suhu kamar selama 18-48 jam. Setelah maserasi selesai filtrat disaring menggunakan kertas saring untuk memisahkan antara filtrat dan padatannya. 3. Filtrat yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam rotary vacuum pada suhu 40oC dan tekanan 100 mBar. Tujuannya yaitu untuk memekatkan sehingga nantinya didapatkan ekstrak kasar. Pertanyaan: 1. Apa pengaruh keseragaman ukuran bubuk temulawak terhadap hasil ekstrak yang didapat? Apakah berbeda apabila bubuk temulawak tidak diayak terlebih dahulu? Jawab: Keseragaman ukuran bertujuan untuk memperbesar luas permukaan bahan, juga memudahkan proses selanjutnya, dalam hal ini adalah proses maserasi. Jika bahan memiliki ukuran yang setara dengan luas permukaan yang luas maka dinding sel pada bahan akan mudah rusak sehingga mempermudah pengambilan minyak oleh pelarut. Jika temulawak tanpa diayak, pastinya memiliki ukuran yg berbeda-beda sehingga kerusakan dinding selnya kurang merata dan akan berpengaruh juga pada pengambilan minyak oleh pelarut. 2. Proses pengeringan temulawak dilakukan selama 24 jam yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air, apakah dalam rentan waktu tersebut bau khas dari temulawak tidak berkurang/ tidak hilang? Jawab: Tidak, karena suhu yg digunakan tidak terlalu tinggi yaitu 50°C. Jika suhu yg digunakan terlalu tinggi maka simplisia akan rusak dan senyawa aktif yg terkandung dalam temulawak akan ikut teruapkan sehingga akan mempengaruhi hasil randemen yg didapat. 3. Untuk proses pada maserasi pada bubuk temulawak dengan penambahan etanol 80% apablia penambahan etanol nya kadar nya kurang atau lebih dari 80% bagaimana dan pada maserasi tersebut parameter yang menadakan bahwa telah selesai dilakukan? Jawab: Digunakan etanol dg kadar 80 % karena pada kadar ini didapatkan kadar kurkumin yang terbaik yaitu sekitar 16.40%. Karena pada penelitian ini menggunakan variabel waktu maserasi, didapatkan waktu maserasi dg rendemen terbaik adalah pada 24 jam sehingga waktu optimumnya adalah 24 jam. 4. Apakah bisa temulawak yg dipanen pada usia lebih dari 9 bulan? Dan apakah ada dampaknya? Jawab: Temulawak dapat di panen pada usia lebih dari 9 bulan. Akan tetapi masa panen yang paling baik adalah pada usia 9 bulan karena kandungan zat aktif dari bahan tersebut masih kompleks dan kesegarannya masih terjaga. Apabila lebih dri 9bulan dikhawatirkan rimpang tersebut kandungan nya mulai berkurang dan kesegarannya juga berkurang 5. Apakah ada karakteristik tertentu dari temulawak yg akan digunakan pada proses ini, misalnya pada ukuran, usia dan lain lain? Apa saja yg dapat mempengaruhi? Jawab: Karakteristik temulawak yang baik yaitu besar, berwarna kuning kecoklatan, kulit tidak mudah terkelupas, apabila dipatahkan terlihat serat dan ber aroma menyengat yang khas. Untuk usia nya, masa panen yg terbaik pada usia 9 bulan, pengaruhnya salah satunya waktu panennya. Panen dilakukan pada musim kemarau karna pada musim hujan akan menyebabkan rusak, dan lebih banyak mengandung air. 6. Apa saja zat aktif dalam rimpang temulawak? Jawab: Bahan aktif yang terkandung dalam rimpang temulawak adalah germakron, tumekron, dan p-tolluilmetilkarbinol. 7. Berapa % dirimpang temulawak dan berapa % di ekstraknya (hasilnya)? Apa parameternya, zat apa yang saudara ekstrak dengan maserasi? Jawab: Kadar kurkumin dalam rimpang temulawak kering sekitar 2% sampai 3%, sedangkan kadar kurkumin dalam ekstrak temulawak sekitar 27% sampai 30%. Temulawak dibuat bubuk dulu, lalu dimaserasi untuk mendapat ekstrak temulawak. Variabel yang digunakan adalah waktu maserasi. Setelah dilakukan maserasi diharapkan untuk mendapat zat kurkumin. Zat kurkumin ini yang akan diuji aktivitas antioksidan. Selain itu juga dilihat jumlah rendemennya. Parameter aktivitas antioksidan dan jumlah rendemen ini untuk mengetahui waktu yang terbaik dalam proses maserasi.