Anda di halaman 1dari 3

RANGKUMAN

Kelompok 4

Maserasi Rimpang Temulawak

Prosedur ini terdiri dari 2 tahap


Tahap 1 : Pembuatan Bubuk Temulawak
1. Langkah pertama yaitu pemilihan Temulawak dimana temulawak yang digunakan pada
percobaan ini dengan kondisi yang segar, kemudian dicuci dengan air hingga bersih lalu
diangin-anginkan untuk menghilangkan air sisa-sisa pencucian selama kurang lebih 15
menit.
2. Setelah itu temulawak diiris dengan ketebalan ± 1 mm lalu dikeringkan menggunakan
oven dengan suhu 55ºC selama 24 jam. Pengeringan ini bertujuan untuk menghilangkan
kadar air yang terdapat pada rimpang temulawak. Temulawak yg sudah kering kemudian
diblender hingga halus.
3. Kemudian temulawak diayak dengan ayakan 60 mesh hingga didapatkan bubuk
temulawak. Tujuan dari pengayakan ini adalah agar didaptkan serbuk temulawak dengan
ukuran yang seragam dan sesuai dengan persyaratan agar memudahkan pengolahan
dalam proses selanjutnya
Tahap 2: Pembuatan Ekstrak Rimpang Temulawak
1. Pembuatan ekstrak rimpang temulawak. Pertama, 10 gram bubuk temulawak dimasukkan
ke dalam erlenmeyer. Lalu ditambahkan pelarut berupa etanol 80% sebanyak 100ml.
2. Erlenmeyer yang berisi sampel dan pelarut ditutup dengan menggunakan alumunium foil
agar pelarutnya tidak menguap, kemudian dilakukan maserasi pada suhu kamar selama
18-48 jam. Setelah maserasi selesai filtrat disaring menggunakan kertas saring untuk
memisahkan antara filtrat dan padatannya.
3. Filtrat yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam rotary vacuum pada suhu 40oC dan
tekanan 100 mBar. Tujuannya yaitu untuk memekatkan sehingga nantinya didapatkan
ekstrak kasar.
Pertanyaan:
1. Apa pengaruh keseragaman ukuran bubuk temulawak terhadap hasil ekstrak yang
didapat? Apakah berbeda apabila bubuk temulawak tidak diayak terlebih dahulu?
Jawab: Keseragaman ukuran bertujuan untuk memperbesar luas permukaan bahan, juga
memudahkan proses selanjutnya, dalam hal ini adalah proses maserasi. Jika bahan
memiliki ukuran yang setara dengan luas permukaan yang luas maka dinding sel pada
bahan akan mudah rusak sehingga mempermudah pengambilan minyak oleh pelarut. Jika
temulawak tanpa diayak, pastinya memiliki ukuran yg berbeda-beda sehingga kerusakan
dinding selnya kurang merata dan akan berpengaruh juga pada pengambilan minyak oleh
pelarut.
2. Proses pengeringan temulawak dilakukan selama 24 jam yang bertujuan untuk
menghilangkan kadar air, apakah dalam rentan waktu tersebut bau khas dari temulawak
tidak berkurang/ tidak hilang?
Jawab: Tidak, karena suhu yg digunakan tidak terlalu tinggi yaitu 50°C. Jika suhu yg
digunakan terlalu tinggi maka simplisia akan rusak dan senyawa aktif yg terkandung
dalam temulawak akan ikut teruapkan sehingga akan mempengaruhi hasil randemen yg
didapat.
3. Untuk proses pada maserasi pada bubuk temulawak dengan penambahan etanol 80%
apablia penambahan etanol nya kadar nya kurang atau lebih dari 80% bagaimana dan
pada maserasi tersebut parameter yang menadakan bahwa telah selesai dilakukan?
Jawab: Digunakan etanol dg kadar 80 % karena pada kadar ini didapatkan kadar
kurkumin yang terbaik yaitu sekitar 16.40%. Karena pada penelitian ini menggunakan
variabel waktu maserasi, didapatkan waktu maserasi dg rendemen terbaik adalah pada 24
jam sehingga waktu optimumnya adalah 24 jam.
4. Apakah bisa temulawak yg dipanen pada usia lebih dari 9 bulan? Dan apakah ada
dampaknya?
Jawab: Temulawak dapat di panen pada usia lebih dari 9 bulan. Akan tetapi masa panen
yang paling baik adalah pada usia 9 bulan karena kandungan zat aktif dari bahan tersebut
masih kompleks dan kesegarannya masih terjaga. Apabila lebih dri 9bulan dikhawatirkan
rimpang tersebut kandungan nya mulai berkurang dan kesegarannya juga berkurang
5. Apakah ada karakteristik tertentu dari temulawak yg akan digunakan pada proses ini,
misalnya pada ukuran, usia dan lain lain? Apa saja yg dapat mempengaruhi?
Jawab: Karakteristik temulawak yang baik yaitu besar, berwarna kuning kecoklatan,
kulit tidak mudah terkelupas, apabila dipatahkan terlihat serat dan ber aroma menyengat
yang khas. Untuk usia nya, masa panen yg terbaik pada usia 9 bulan, pengaruhnya salah
satunya waktu panennya. Panen dilakukan pada musim kemarau karna pada musim hujan
akan menyebabkan rusak, dan lebih banyak mengandung air.
6. Apa saja zat aktif dalam rimpang temulawak?
Jawab: Bahan aktif yang terkandung dalam rimpang temulawak adalah germakron,
tumekron, dan p-tolluilmetilkarbinol.
7. Berapa % dirimpang temulawak dan berapa % di ekstraknya (hasilnya)? Apa
parameternya, zat apa yang saudara ekstrak dengan maserasi?
Jawab: Kadar kurkumin dalam rimpang temulawak kering sekitar 2% sampai 3%,
sedangkan kadar kurkumin dalam ekstrak temulawak sekitar 27% sampai 30%.
Temulawak dibuat bubuk dulu, lalu dimaserasi untuk mendapat ekstrak temulawak.
Variabel yang digunakan adalah waktu maserasi. Setelah dilakukan maserasi diharapkan
untuk mendapat zat kurkumin. Zat kurkumin ini yang akan diuji aktivitas antioksidan.
Selain itu juga dilihat jumlah rendemennya. Parameter aktivitas antioksidan dan jumlah
rendemen ini untuk mengetahui waktu yang terbaik dalam proses maserasi.

(Oleh: Rheyna Novanka A)

Anda mungkin juga menyukai