Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda

ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.

Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan

Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui

Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/ 52/2015. Arah

kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-2019

merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang

Kesehatan (RPJPK) 2005-2025 (Kemenkes RI, 2016).

Kesehatan merupakan hal yang mendasar bagi terciptanya negara

yang maju. Negara dengan sumber daya manusia yang sehat, produktivitas di

suatu negara akan semakin meningkat. Oleh karena itu, kesehatan setiap

warga di suatu negara harus selalu diperhatikan dan harus dibangun dalam

suatu program yang dapat menunjang dalam peningkatan status kesehatan.

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang

dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Hal itu berarti terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang

1
2

penduduknya, di seluruh wilayah Republik lndonesia, hidup dengan perilaku

dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Kemenkes RI, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO) penurunan angka

kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup belum mencapai target.

Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs),

yaitu mengurangi tiga perempat jumlah ibu yang meninggal selama hamil dan

melahirkan pada 2015. Pada 2005, sebanyak 536.000 ibu meninggal dunia

akibat masalah persalinan, lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun 1990

sebanyak 576.000 (Winarsih, 2013).

Jawa Barat ternyata masih menjadi salah satu provinsi teratas sebagai

penyumbang angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Menurut laporan

Dinas Kesehatan Jawa Barat di tahun 2015 disampaikan bahwa jumlah kasus

kematian Ibu melahirkan karena kehamilan, persalinan dan nifas meningkat

cukup tajam dari 748 kasus di tahun 2014 menjadi 823 kasus di tahun 2015

(Winarsih, 2013).

Persalinan bisa terjadi secara fisiologis maupun patologis. Persalinan

patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio

caesarea/seksio caesarea). Seksio sesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin

melalui insisi di dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus

(histerektomi). Persalinan dengan seksio sesarea membutuhkan pengawasan

yang baik, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan berdampak
3

pada kematian ibu, oleh karena itu pemeriksaan dan monitoring dilakukan

beberapa kali sampai tubuh ibu dinyatakan dalam kondisi baik (Bobak,

Lowdermilk, & Jensen, 2005).

Salah satu cara mencegah angka kematian ibu (AKI) adalah dilakukan

tindakan seksio sesarea. Kasus persalinan dengan seksio sesarea semakin

sering dilakukan dan semakin tinggi tingkat keberhasilannya, walaupun tetap

dipandang sebagai suatu upaya terakhir, saat ini operasi seksio sesarea sudah

menjadi sesuatu yang umum (Kasdu, 2003).

Persalinan melalui seksio sesarea bukanlah alternatif yang lebih aman

karena diperlukan pengawasan khusus terhadap indikasi dilakukannya seksio

sesarea maupun perawatan ibu setelah tindakan seksio sesarea, karena tanpa

pengawasan yang baik dan cermat akan berdampak pada kematian ibu. Oleh

karena itu pemeriksaan dan monitoring setelah tindakan seksio sesarea harus

dilakukan beberapa kali sampai tubuh ibu dinyatakan dalam keadaan sehat

(Kasdu, 2003).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan pasca operasi

sesar adalah perawatan luka insisi, tempat perawatan pasca operasi,

pemberian cairan, diit, nyeri, kateterisasi, pemberian obat-obatan, perawatan

rutin dan mobilisasi dini (Kasdu, 2003).

Mobilisasi dini (Early ambulation) adalah kebijakan selekas mungkin

membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas

mungkin berjalan (Ambarwati, 2008).


4

Mobilisasi dini bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang

dilakukan dan komplikasi yang mungkin dijumpai. Mobilisasi segera tahap

demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan

penderita. Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai setelah 6-10 jam

setelah pasien sadar dari operasinya (Mochtar. 2011).

Selain itu aktivitas mobilisasi dini pada ibu nifas dapat melancarkan

pengeluaran lochea, membantu proses penyembuhan luka akibat persalinan,

mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat

gastrointestinal dan perkemihan serta meningkatkan kelancaran peredaran

darah sehingga mempercepat pengeluaran metabolisme (Kasdu, 2003).

Salah satu kondisi yang menyebabkan rendahnya mobilisasi dini ibu

bersalin adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat di bidang

kesehatan. Khususnya ibu post partum yang bersalin dengan operasi sesar

(Novaria, 2000).

Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang yang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pandengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media

massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2010).

Ada kecenderungan apabila pengetahuan seseorang baik terhadap

masalah yang dihadapinya maka seseorang itu akan` mempunyai sikap positif

terhadap masalah yang dihadapinya, dan sebaliknya apabila pengetahuan


5

seseorang itu kurang terhadap masalah yang dihadapinya maka seseorang itu

akan mempunyai sikap negatif (Notoatmodjo, 2010).

Tingkat pengetahuan merupakan faktor yang berperan penting dalam

mewujudkan pelaksanaan mobilisasi dini setelah melahirkan. Jika tingkat

pengetahuan seseorang rendah terhadap manfaat dan tujuan dari mobilisasi

maka hal itu akan sangat mempengaruhi pada tingkat pelaksanaannya

(Bahiyatun, 2009).

Keuntungan bagi pasien yang melakukan mobilisasi pasca operasi

seksio sesarea yaitu, penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan mobilisasi,

mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat

anaknya dan mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Adapun

kerugian yang akan diderita pasien pasca operasi seksio sesarea yang tidak

melakukan mobilisasi dini yaitu peningkatan suhu tubuh, perdarahan yang

abnormal dan involusi uterus yang tidak baik. Selain keuntungan dan

kerugian, ada faktor yang mempengaruhi pasien pasca operasi seksio sesarea

untuk melakukan mobilisasi dini yaitu, motivasi, kepatuhan, dukungan

keluarga dan tingkat pengetahuan (Potter & Perry, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian Aisyah dan Budi (2011), dengan judul

Hubungan Pengetahuan Tentang Mobilisasi Dini Dengan Tindakan

Mobilisasi Dini Pada Ibu Nifas 1 Hari Post Sectio Caesarea menyatakan Ada

hubungan antara pengetahuan tentang mobilisasi dini dengan tindakan

mobilisasi dini pada ibu nifas 1 hari post sectio caesarea.


6

Penelitian diatas didukung pula oleh penelitian Bukhari, Hutagaol dan

Kundre (2015), dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan

Mobilisasi Dini Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Likupang Timur Kecamatan

Likupang Timur menyatakan ada hubungan bermakna antara tingkat

pengetahuan dengan mobilisasi dini pada ibu nifas. Kesimpulan semakin

tinggi tingkat pengetahuan dan pengalaman yang didapat ibu maka semakin

akan melakukan mobilisasi dini sesuai tahap-tahap mobilisasi dini. Uji

statistik menggunakan sistem komputerisasi dengan menggunakan uji chi-

square pada tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05). Hasil diperoleh hasil p-value

= 0,000 dengan level of significance < 0,05.

Beberapa didukung oleh penelitian Marfuah, Sulastri dan Nugroho

(2012) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Ibu

Dalam Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. Moewardiarea, bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan

sikap ibu dalam mobilisasi dini pasca sectio caesarea di RSUD Dr.

Moewardi, dengan hasil penelitian menunjukkan 39 reponden (36,8%)

mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang mobilisasi, 67 responden

(63,2%) mempunyai pengetahuan yang rendah tentang mobilisasi. Sebanyak

31 responden (29,2%) mempunyai sikap yang baik tentang mobilisasi pasca

sectio caesarea dan 75 responden (70,8%) mempunyai sikap yang kurang

tentang Mobilisasi pasca seksio sesarea. Hasil uji statistik diperoleh nilai

diperoleh nilai r = 0,385 dengan nilai signifikansi p = 0,000.


7

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi

didapatkan jumlah Ibu hamil periode Januari sampai Juli 2016 sebanyak

51.906, untuk Ibu bersalin berjumlah 48.776, sedangkan hasil kumulatif

persalinan periode Januari sampai Juli 2016 sebanyak 31.772 dan untuk

jumlah rujukan sebanyak 6.941

Berikut adalah jumlah persalinan yang terdapat di Rumah Sakit

Kabupaten Sukabumi diantaranya, Rumah Sakit Kartika Cibadak periode

Januari sampai dengan Agustus 2016 berjumlah 390 kasus yang terdiri dari

200 persalinan secara spontan dan 190 persalinan dengan sectio caesarea. Di

Rumah Sakit Sekarwangi jumlah persalinan pada periode Januari sampai

dengan Agustus 2016 berjumlah 2687 kasus yang terdiri dari dari 1766

persalinan secara spontan dan 921 persalinan sectio caesarea. Di Rumah

Sakit Bakti Medicare jumlah tindakan sectio caesarea pada periode Januari

sampai dengan Agustus 2016 berjumlah 115 kasus dan di Rumah Sakit

RSUD Jampang Kulon jumlah tindakan sectio caesarea periode Januari

sampai dengan Agustus 2016 berjumlah 107 kasus.

Rumah sakit umum daerah Sekarwangi merupakan rumah sakit

rujukan terbesar di Kabupaten Sukabumi. Rumah Sakit Umum Daerah

Sekarwangi terletak di Cibadak Kabupaten Sukabumi, pada tahun 1994

sampai sekarang status Rumah Sakit menjadi kelas C sesuai dengan SK

Menkes No. 94/menkes/SK/11/1994. BLUD RS Sekarwangi memiliki visi

menjadikan Rumah Sakit Terbaik, Pilihan, Mandiri dan Kebanggaan

Masyarakat dan Misi Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas,


8

aman dan terjangkau. Meningkatkan SDM baik kualitas maupun kuantitas

yang profesional. Meningkatkan sarana prasarana Rumah Sakit. Menjalin

kerjasama dengan pihak-pihak pengguna jasa pelayanan. Salah satunya yaitu

operasi sectio caesarea (Profil RSUD Sekarwangi, 2017).

Dari hasil studi pendahualuan yang telah peneliti lakukan di RSUD

Sekarwangi di Ruang RDS pertanggal 13 Maret 2017, pada 10 pasien post

operasi seksio sesarea yang diwawancarai, terdapat 4 pasien yang mengetahui

apa itu mobilisasi dini, manfaat mobilisasi dini dan kerugian mobilisasi dini,

rentang gerak mobilisasi dini dan melaksanakan mobilisasi dini. 6 sisanya

terdapat 4 pasien yang mengetahui apa itu mobilisasi dini dan keuntungan

mobilisasi dini tapi tidak mengetahui rentang gerak dan tidak melaksanakan

mobilisisasi dini. 2 sisanya tidak mengetahui mobilisasi dini, manfaat dan

kerungian mobilisasi dini, rentang gerak mobilisasi dini dan tidak

melaksanakan mobilisasi dini. Ibu yang tidak mau melakukan mobilisasi dini

yang disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya ibu merasa nyeri apabila

digerakkan, dan ibu mengatakan takut jahitannya terlepas. Tidak

dilakukannya mobilisasi dini ini bertentangan dengan program mobilisasi dini

yang dimiliki oleh ruangan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Mobilisasi

Dini Pada Pasien Post Operasi Seksio Sesarea Dengan Pelaksanaan

Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Operasi Sesarea Di Ruang RDS RSUD

Sekarwangi Kabupaten Sukabumi”.


9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang telah diuraikan pada latar belakang di atas dapat

dirumuskan permasalahannya yaitu “Hubungan Pengetahuan Mobilisasi Dini

Pada Pasien Post Operasi Seksio Sesarea Dengan Pelaksanaan Mobilisasi

Dini Pada Pasien Post Operasi Sesarea Di Ruang RDS RSUD Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang mobilisasi dini pasien post

operasi seksio sesarea dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasien post

operasi seksio sesarea di Ruang RDS RSUD Sekarwangi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang mobilisasi dini pasien

post operasi seksio sesarea di Ruang RDS RSUD Sekarwangi.

b. Mengetahui pelaksanaan mobilisasi dini ibu post operasi seksio

sesarea di Ruang RDS RSUD Sekarwangi.

c. Mengetahui hubungan pengetahuan mobilisasi dini dengan

pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post operasi seksio sesarea.


10

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUD SEKARWANGI

Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit untuk dapat lebih

mengoptimalkan dalam perawatan pada ibu post operasi seksio sesarea

sebagai upaya pendampingan tindakan mobilisasi dini.

2. Bagi STIKES Kota Sukabumi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu

bahan bacaan di perpustakaan dan diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan masukan bagi adik kelas dalam melakukan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman baru tentang metode penelitian khususnya

penelitian kesehatan dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya

mengenai mobilisasi dini post operasi seksio sesarea.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dari penelitian yang

disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian (Riduwan,

2012)

Persalinan bisa terjadi secara fisiologis maupun patologis. Persalinan

patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (seksio sesarea).

Seksio sesarea dapat diartikan sebagai lahirnya janin melalui insisi di dinding

abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam perawatan pasca operasi seksio sesarea adalah


11

perawatan luka insisi, tempat perawatan pasca operasi, pemberian cairan, diit,

nyeri, mobilisasi dini, kateterisasi, pemberian obat-obatan dan perawatan

rutin

Ibu yang mengalami persalinan dengan seksio sesarea dengan adanya

luka di perut harus dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan

terjadinya infeksi. Seringkali ibu membatasi pergerakan tubuhnya karena

adanya luka operasi sehingga proses penyembuhan luka dan pengeluaran

cairan atau bekuan darah kotor dari rahim ibu akan terpengaruh.

Mobilisasi dini merupakan suatu aktivitas yang harus segera dilakukan

oleh pasien yang melahirkan secara operasi seksio sesarea maupun pasien

yang melahirkan normal, untuk turun dari tempat tidur dan apabila

memungkinkan pasien mampu berjalan. Untuk pasien operasi sekiso sesarea

mobilisasi dini dapat dilakukan 6-10 jam setelah pasien sadar dari operasinya

dan tergantung dari anastesi yang diberikan kepada pasien. Mobilisasi pun

merupakan salah satu faktor yang menonjol dalam pemulihan paska bedah

dan mencegah komplikasi bedah.

Bagan 1.1 Hubungan Pengetahuan Mobilisasi Dini Pada Pasien Pasca


Operasi Seksio Sesarea dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini
Pada Pasien Pasca Operasi Seksio Sesarea.

Pengetahuan Pelaksanaan
Mobilisasi Mobilisasi

Keteranagan:

: Faktor yang diteliti


12

: Ada hubungan

F. Hipotesis

Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,

patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan

dalam penelitian. Setelah melalui pembuktian dan hasil penelitian maka

hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo,

2012).

Sedangkan penelitian adalah usaha yang secara sadar diarahkan untuk

mengetahui atau mempelajari fakta-faktan baru dan juga sebagai penyaluran

hasrat ingin tahu manusia (Suparmoko, 2010).

Perumusan hipotesis dalam penelitian merupakan langkah ketiga

setelah landasan teori dan kerangka fikir. Penelitian yang bersifat

eksploratif/deskriptif tidak perlu merumuskan hipotesis. Penelitian yang

merumuskan hipotesis biasanya adalah penelitian kuantitatif, sedangkan

penelitian ualitatif tidak merumuskan hipotesis namun menumukan hipotesis

yang selanjutnya dapat diuji dengan penelitian deskriptif (Sugiyono, 2013).

Adapun bentuk hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

H0: Tidak Ada Hubungan Pengetahuan Mobilisasi Dini Pasien Post

Operasi Seksio Sesarea dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Pada Pasien Post Operasi Seksio Sesarea di RSUD Sekarwangi.


13

H1: Ada Hubungan Pengetahuan Mobilisasi Dini Pasien Post

Operasi Seksio Sesarea dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Pada Pasien Post Operasi Seksio Sesarea di RSUD Sekarwangi.

Anda mungkin juga menyukai