Anda di halaman 1dari 3

Berbicara mengenai konsep gender harus dibedakan antara gender dengan sex.

Pengertian sex (jenis kelamin) yaitu merupakan penyifatan atau pembagian dua jenis kelamin
manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu yang tidak
bisa dipertukarkan. Menurut istilah, gender diartikan sebagai suatu konsep yang digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial budaya.
Gender dalam arti ini adalah suatu bentuk rekayasa masyarakat (konstruksi sosial), bukannya
sesuatu yang bersifat kodrati. Jadi, gender berbeda dengan seks, jika gender digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya, maka seks
digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi.

Sejak dari bayi hingga mencapai usia tua, kita mempelajari dan mempraktikkan cara-cara
khusus yang telah ditentukan oleh masyarakat bagi kita untuk menjadi laki-laki dan perempuan.
Sehingga muncul seperangkat peran yang menyampaikan kepada orang lain bahwa kita adalah
feminin atau maskulin. Perangkat perilaku khusus ini mencakup penampilan, pakaian, sikap,
kepribadian, pekerjaan, tanggung jawab keluarga dan sebagainya. Dalam sejarah telah terjadi
perlakuan yang tidak seimbang, menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah
dibanding laki-laki yang kemudian disebut dengan Patriarki. Perjalanan peradaban manusia
banyak didominasi oleh kaum laki-laki dalam urusan bermasyarakat. Jadi sejak awal sebenarnya
sudah terjadi ketidaksetaraan gender yang menempatkan perempuan pada wilayah marginal.
Peran-peran yang dimainkan perempuan hanya berputar di ranah domestik, seperti dalam kosa
kata Jawa “dapur, sumur, kasur”, sementara kaum laki-laki menguasai peran-peran penting
didalam masyarakat. Dari sanalah muncul yang disebut dengan ketidaksetaraan gender antara
laki-laki dan perempuan. Sistem budaya patriarkal yang menanamkan pemahaman bahwa
wilayah publik (politik dan dunia kerja) sebagai wilayah laki-laki, biasa disebut sebagai faktor
penyebab utama mengapa kiprah perempuan di ranah publik secara umum berada pada posisi
subordinat laki-laki. Pembatasan-pembatasan peran perempuan oleh budaya patriarki membuat
perempuan menjadi terbelenggu dan mendapatkan perlakuan diskriminasi. Ketidaksetaraan
antara peran laki-laki dan perempuan ini menjadi salah satu hambatan struktural yang
menyebabkan individu dalam masyarakat tidak memiliki akses yang sama.
Sistem kapitalisme dianggap telah memperkuat dominasi laki-laki dan mengeksploitasi
perempuan. Sebagai contoh, dalam masyarakat kapitalistik, perempuan direduksi menjadi tubuh
dan diposisikan sebagai objek alih-alih subjek seksual. Kapitalisme menjual tubuh perempuan
atas nama profit. Kita bisa lihat bagaimana iklan-iklan di media menggunakan tubuh perempuan
untuk menarik pelanggan. Patriarki bukan hanya masih eksis, namun kapitalisme yang
eksploitatif juga makin superior. Teori feminisme terus berkembang dengan mempromosikan
bagaimana perspektif perempuan digunakan dalam melihat dan menganalisis fenomena sosial.

Dalam Islam, pemahaman tentang gender memiliki terminologi tersendiri dalam


memaknai peran antara laki-laki dan perempuan. Hal tersebut ditunjukkan melalui beberapa ayat
al-Quran dan hadits yang berbicara mengenai posisi laki-laki dan perempuan. Bahkan ada nama
di salah satu Surat al-Quran yang berbicara khusus mengenai perempuan yaitu surat an-Nisa. Hal
ini membuktikan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi kaum perempuan. Namun adakalanya
penafsiran terhadap ayat al-Quran yang parsial menyebabkan ketimpangan peran berdasarkan
gender masih terjadi di masyarakat.

Dalam sejarah agama Islam, dahulu sebelum Islam tiba, wanita adalah mahluk yang
dianggap lemah dan tidak pantas melakukan apa pun layaknya wanita jaman sekarang. Bahkan
jika ada bayi yang lahir dengan jenis kelamin wanita, bayi itu langsung dibunuh atau dikubur
hidup-hidup. Namun setelah kedatangan Islam, hak-hak dan kewajiban wanita dalam kehidupan
bermasyarakat diatur dengan baik. Bahkan Islam memuliakan wanita dengan berbagai
keistimewaanya. Sedangkan dalam Islam, wanita dan pria adalah dua jenis mahluk yang berbeda.
Pria memiliki fisik yang jauh lebih kuat daripada wanita. Dan wanita memiliki perasaan dan
sensitivitas yang lebih daripada pria. Keduanya berbeda namun saling melengkapi. Inilah salah
satu fungsi agama dalam keteraturan hidup yang memang dirancang Allah SWT. Tidak ada
akhlak dalam Islam yang mengajarkan tentang menyamakan pria dan wanita, keduanya punya
porsi tersendiri sesuai kemampuan masing-masing.

Konsep kesetaraan gender dalam Islam adalah kesetaraan dalam keimanan dan
ketakwaan. Islam memandang sama pria dan wanita dalam tingkat keimanan masing-masing.
Ukuran kemuliaan di sisi Allah adalah prestasi dan kualitas tanpa membedakan etnik dan jenis
kelamin (QS. al-Hujurat: 13) Jika dilihat sejarah perkembangan karier kenabian Muhammad,
maka kebijakan rekayasa sosialnya semakin mengarah kepada prinsip-prinsip kesetaraan gender
(al-musawa al-jinsi). Perbedaan anatomi fisik-biologis antara laki-laki dan perempuan tidak
mengharuskan adanya perbedaan status dan kedudukan. Kualitas individu laki-laki dan
perempuan di mata Tuhan tidak ada perbedaan. Amal dan prestasi keduanya sama-sama diakui
Tuhan, keduanya sama-sama berpotensi untuk memperoleh kehidupan duniawi yang layak, dan
keduanya mempunyai potensi yang sama untuk masuk surga.

Anda mungkin juga menyukai