Anda di halaman 1dari 6

Artikel Berita

Memang Masih Ada Celah Bagi Pegawai


Pajak Culas
ulf, CNN Indonesia | Jumat, 05/10/2018 15:15 WIB
Bagikan :  

Ilustrasi uang suap. (CNN Indonesia/Safir Makki)


Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan dan Menteri Keuangan Sri
Mulyani  kembali mendapatkan tamparan. Di tengah upaya mereka memperbaiki citra
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan menggenjot penerimaan, pegawai mereka
melakukan perbuatan tak terpuji. 

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT)


terhadap Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Ambon, La Masikamba dan
supervisor atau pemeriksa pajak KPP Pratama Ambon Sulimin Ratmin, Rabu (3/10).
Kedua orang pegawai pajak tersebut ditangkap karena diduga menerima suap Rp320
juta yang diberikan secara bertahap atas jasa mereka mengurangi kewajiban pajak
pemilik CV AT Anthony Liando dari Rp1,7 sampai Rp2,4 miliar menjadi Rp1,037
miliar.

Penangkapan tersebut makin menambah panjang daftar pegawai pajak yang mencoreng


muka Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Sri Mulyani sebagai
bos kementerian tersebut. Sebelumnya, sejumlah pegawai pajak (fiskus) culas juga
harus menjadi pesakitan karena menerima suap dari wajib pajak yang ingin
memanipulasi kewajiban pajak mereka. 

Pegawai pajak culas tersebut adalah mantan Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Bukti
Permulaan Direktorat Penegakan Hukum Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Handang
Soekarno yang ditangkap 2016 silam karena menerima suap senilai Rp1,9 miliar dari
wajib pajak Country Director PT EK Prima Ekspor Indonesia (EKP) Ramapanicker
Rajamohanan Nair. Suap yang diterima Handang baru sebagian dari harga yang
dijanjikan oleh Rajamohanan sekitar Rp6 miliar. 

Uang tersebut sebagai pelicin berbagai permasalahan pajak PT EKP, mulai dari


pengajuan restitusi, Surat Tagihan Pajak Pertambahan Nilai (STP PPN), penolakan Tax
Amnesty, pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), hingga pemeriksaan
bukti permulaan pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Enam Kalibata
dan Kantor Kanwil Ditjen Pajak Jakarta Khusus. Selain ketiga orang tersebut, masih ada
beberapa nama pegawai pajak culas yang tertangkap main mata dengan wajib pajak.

Sebut saja nama fiskus Dhana Widyatmika, Bahasyim Assifie, Mohammad Dian Irwan
Nuqisra dan Eko Darmayanto, Tommy Hendratno, Pargono Riyadi, dan yang paling
terkenal; Gayus Tambunan. Sangat disayangkan memang, penangkapan pegawai pajak
terus berulang ketika pemerintah sedang menggelorakan reformasi perpajakan.
.

Saat ini sistem pengawasan penagihan pajak justru melonggar jika dibandingkan
beberapa waktu lalu yang cenderung ketat. Dulu, ada aturan yang melarang
fiskus bertemu wajib pajak tanpa pendamping. Ada pula larangan bagi fiskus makan di
luar kantor dengan wajib pajak.

Untuk di kantor pun diawasi ketat.  Direktorat Jenderal Pajak selalu mewajibkan
pemasangan kamera pengawas dan pengisian buku tamu untuk setiap pertemuan yang
dilakukan antara fiskus dan wajib pajak. Saat ini, aturan ketat tersebut mulai melonggar.
Dari sisi pengawasan, fiskus dan wajib pajak bisa bertemu secara leluasa di luar kantor
tanpa pengawasan dan pendampingan teman sejawat.

Pengamat Perpajakan Yustinus Prastowo menyinggung gaya hidup para pegawai pajak
yang masih luput dari teropong pengawasan. Meskipun terbilang sepele, namun
membandingkan gaji yang diterima pegawai pajak dengan gaya hidup pegawai pajak,
perlu dilakukan supaya celah praktik permainan pegawai dengan wajib pajak bisa
ditutup.

Pengamat Perpajakan Rony Bako mengatakan pemerintah telah membangun sistem


pengawasan penagihan pajak yang cukup kuat. Hal tersebut bisa dilihat dari jenjang
pemeriksaan dalam satu kantor pelayanan pajak (KPP). Jenjang pertama, dilakukan oleh
petugas di lapangan yang kemudian diserahkan kepada supervisor.

Kedua, seorang supervisor ini juga diawasi oleh kepala bidang yang juga di bawah
pengawasan kepala kantor. Pasalnya dengan sistem ini, wajib pajak bisa menghitung,
membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Rony mengatakan  sistem ini di lapangan sering menimbulkan
masalah. Sering terjadi perbedaan antara angka pajak yang dihitung wajib pajak dengan
petugas.

Berbenah Demi Target

Untuk memenuhi target penerimaan perpajakan tahun 2018, Kementerian Keuangan


perlu membenahi dan memperkuat sistem pengawasan penagihan yang dibangun. Tahun
ini, pemerintah mematok penerimaan perpajakan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) sebesar Rp1.424 triliun.

Target ini naik 23,20% dibandingkan realisasi tahun 2017 yaitu Rp1.151,13
triliun. Sementara hingga akhir September 2018, DJP mencatat realisasi penerimaan
pajak sebesar Rp900,82 triliun atau 63,26 persen dari target.

Dengan realisasi ini, DJP masih meramal realisasi pajak di akhir tahun mencapai
Rp1.352,8 triliun atau 95 persen dari target APBN. Sehingga, shortfall pajak masih
diperkirakan ada di kisaran Rp71,2 triliun
Yustinus mengatakan, untuk memaksimalkan penerimaan pajak, maka harus ada
peningkatan sistem pengawasan penagihan. DJP perlu mengindentifikasi wilayah-
wilayah yang rawan akan tindakan curang. Ia juga melihat perlunya pemberatan sanksi
kepada pegawai pajak yang kedapatan main mata dengan WP. Sebab, sanksi yang saat
ini dikenakan kepada oknum pegawai pajak dianggap kurang memberikan efek jera.

"Mau tidak mau yang didorong adalah pemberatan sanksi pidana badan dan ganti rugi.
Ganti ruginya tidak hanya dihitung dari nilai suap tapi juga nilai kerugian negara terkait
kongkalikong pajak," Yustinus.
Tanggapan

Korupsi bukan merupakan suatu kata yang asing lagi terdengar di telinga kita.
Penyelewengan dan penggelapan terhadap suatu dana atau uang Negara merupakan
suatu tindak pelanggaran hukum yang seakan akan sulit untuk diberantas. Kasus korupsi
terutama di badan keuangan Negara bukan merupakan hal yang baru lagi untuk
didengar. Seperti pada kasus ini korupsi ini , penangkapan sejumlah pegawai pajak ini
seakan akan membuktikan bahwa korupsi sudah menjadi suatu adat kebiasaan yang
terjadi di Indonesia, dan telah mendarah daging di dalam tubuh para koruptor. Sangat
disayangkan, penangkapan pegawai pajak terus berulang ketika pemerintah sedang
menggelorakan reformasi perpajakan. Sehingga pelanggaran yang dilakukan oleh fiskus
menjadi noda dalam reformasi perpajakan.

Menurut berita yang tertera, berulangnya penangkapan tersebut dapat terjadi


akibat masih ada kelonggaran dalam sistem pengawasan penagihan pajak. Terlihat
perbandingan aturan yang ada saat ini dengan aturan tahun tahun sebelumnya yang
tertera dalam berita. Kelonggaran tersebut memberi kesempatan kepada para fiskus
untuk melukan dan kembali memperlebar praktik curang dalam perpajakan. Selain itu
celah tersebut banyak terjadi karena mungkin jauh dari pantauan
pengawasan pemerintah pusat atau masyarakat. Sehingga membuat fiskus dan  wajib
pajak bisa bernegosiasi untuk berbuat curang.

Seperti yang terlansir dalam berita, “Pengamat Perpajakan Yustinus Prastowo


menyinggung gaya hidup para pegawai pajak yang masih luput dari teropong
pengawasan. Meskipun terbilang sepele, namun membandingkan gaji yang diterima
pegawai pajak dengan gaya hidup pegawai pajak, perlu dilakukan supaya celah praktik
permainan pegawai dengan wajib pajak bisa ditutup.” Saya sangat setuju mengenai hal
tersebut. Faktor timbulnya korupsi juga dapat terjadi karana kurangnya keteladanan diri
sehingga tergiur dengan gaya hidup yang tinggi namun hal itu tidak bias dicapai karna
tidak sesuai dengan pendapatan yang ada sehingga menyebabkan timbulnya tindak
pidana korupsi. Oleh arna itu perlu dibangun Moral yang kurang kuat , Sikap disiplin
dan konsisten dan , rasa bersyukur yang kurang terhadap apa yg di miliki pada setiap
pegawai pajak. Selain itu saya juga sangat mendukung dengan adanya pengawasan atau
membandingkan gaya hidup serta pendapatan pegawai. Hal tersebut dapat
mengindifikasikan tindakan korupsi pada pegawai sehingga tidak luput dari pengawasan
hukum yang ada.

Lemahnya sistem pengawasan pada perpajakan bukan berarti Kementerian


Keuangan tidak memiliki sistem pengawasan pajak. Pemerintah telah berusaha untuk
membuat sistem pengawasan. Seperti yang tertera dalam berita, “ pemerintah telah
membangun sistem pengawasan penagihan pajak yang cukup kuat. Hal tersebut bisa
dilihat dari jenjang pemeriksaan dalam satu kantor pelayanan pajak (KPP)”. Korupsi
bias terjadi karena implementasi sistem tersebut belum maksimal dan memiliki celah
bagi oknum pajak. Namun, kejadian ini dapat menjadi peringatan dini bagi
Kementerian Keuangan dan DJP untuk lebih memperbaiki sistem pengawasan pajak
karna masih terdapat celah untuk oknum yang ingin bertindak curang.

Seperti yang tertera dalam berita, perlu adanya peningkatan sistem pengawasan
penagihan untuk memaksimalkan penerimaan pajak. Tetapi dengan adanya pegawai
pajak yang kedapatan main mata dengan WP menyebabkan tidak maksimalnya jumlah
pajak yang masuk untuk Negara. Untuk mencegah hal tersebut, menurut saya dapat
dilakukan dengan memberikan pemahaman kepada wajib pajak mengenai perhitungan
pajak. Karena  ketika wajib pajak keberatan dengan jumlah yang dihitung oleh
fiskus terjadi, celah tawar menawar dan keculasan itu muncul dan menyebabkan
terjadinya tindakan yang merugikan masyarakat itu sendiri.

Selain itu menurut saya, untuk titik-titik yang rentan kecurangan, maka harus
dibentuk tim khusus dari luar organisasi untuk mengawasi dan lebih memperketat
pengwasan pajak. Sehingga pengawasannya pun lebih terpercaya dan tidak ada celah
untuk kembali berbuat curang. Selain itu sanksi juga perlu ditingkatkan dan lebih
menimbulkan efek jera bagi pelaku. Karena bagi pelaku, sanksi yang lemah tidak akan
membuat pelaku takut untuk melakukan tindak kecurangan.

Selain itu menurutsaya pemberian pengargaan atau reward bagi pelapor dapat
dijadikan solusi bagi permasalahan korupsi. Misalnya dangan memberikan sebesar 5
persen dari nilai kekayaan atau kewajiban pajak yang berhasil diselamatkan. Sistem ini
dapat membuka mekanisme pengawasan yang lebih terbuka antar jenjang, dimana
staf bisa melaporkan atasan atau sebaliknya, tanpa sungkan.
ESSAI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KORUPSI
Dosen : Nanang Kosim, S.I.P, S.Pd.I, M.Pd

Disusun oleh:

Aisa Nazihah

11180950000090

MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PROGRAM STUDI BIOLOGI 2C

FAJULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAK JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai