Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah upaya peningkatan status gizi untuk membangun sumber daya

manusia yang berkualitas pada hakikatnya harus dimulai sedini mungkin, yaitu

sejak manusia itu dalam kandungan. Pada bayi dan anak, kurang gizi akan

menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak yang

apabila tidak diatasi secara dini akan berlanjut hingga dewasa. Usia 24-59 bulan

merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga dapat

diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

diwujudkan apabila pada masa bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai

dengan tumbuh kembang yang optimal. Sebaliknya pada masa usia 24-59 bulan

tidak memperoleh makanan sesuai dengan kebutuhan gizi, maka periode emas ini

akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang

balita, saat ini maupun selanjutnya (Asne, 2006). Status gizi balita merupakan hal

penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih

dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang

terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Data tahun

2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu

diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan

tambahan hanya 39 ribu anak. Sedangkan bila ditinjau dari tinggi badan, sebanyak

25,8% anak balita Indonesia pendek. Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan

tanda kurang gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat

1
mempengaruhi perkembangan otak anak (Khomsan, 2008). Gizi mempunyai

peranan yang sangat besar dalam membina dan mempertahankan kesehatan

seseorang.

Stoch (1982) dan Galler (1984) juga menjelaskan bahwa pada penelitian

jangka panjang yang dilengkapi dengan tindak lanjut pada penderita gizi kurang di

masa bayi juga menunjukkan adanya perburukan pada intelegensia (IQ). Bila

seorang anak yang pada usia balita kekurangan gizi, akan mempunyai IQ lebih

rendah 13-15 poin dari anak lain saat memasuki sekolah (Tatang, 2006). Fernald

dan Grantham-McGregor (1998) juga memprediksi adanya hubungan yang

relevan antara gangguan pertumbuhan linier dengan perkembangan kognitif.

Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, maka balita termasuk dalam

golongan masyarakat kelompok rentan gizi, karena masa balita merupakan masa

peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makanan orang dewasa

atau bukan anak merupakan masa gawat karena ibu atau pengasuh anak mengikuti

kebiasaan yang keliru (Sajogyo, 1994)

2
B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas bagaimanakah manajemen program

gizi, karena gizi sebagai unsur penting dalam pembentukan otak bayi dan balita?

C. Tujuan

Untuk mengetahui manajemen program giz karena gizi sebagai unsure penting

dalam pembentukan otak bayi dan balita

D. Manfaat

Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk mengetahui manajemen

program gizi yang digunakan dalam pembentukan otak bayi dan balita

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyebab Masalah Gizi

Pertumbuhan dan masalah gizi merupakan masalah yang multi dimensi,

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penyebab langsung gizi kurang adalah makan

tidak seimbang, baik jumlah dan mutu asupan gizinya, di samping itu asupan zat

gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan

penyerapan akibat adanya penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung adalah tidak

cukup tersedianya pangan di rumah tangga, kurang baiknya pola pengasuhan anak

terutama dalam pola pemberian makan pada balita, kurang memadainya sanitasi

dan kesehatan lingkungan serta kurang baiknya pelayanan kesehatan. Semua

keadaan ini berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat

pendapatan dan kemiskinan.

Gambar 1: Penyebab Masalah Gizi Kurang

4
Akar masalah gizi adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan social

termasuk kejadian bencana alam, yang mempengaruhi ketidak seimbangan antara

asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang pada akhirnya mempengaruhi

status gizi balita. Secara umum dapat dikatakan bahwa peningkatan ekonomi

sebagai dampak dari berkurangnya gizi kurang dapat dilihat dari dua sisi, pertama

berkurangnya biaya berkaitan dengan kematian dan kesakitan dan di sisi lain akan

meningkatkan produktivitas. Manfaat ekonomi yang diperoleh sebagai dampak

dari perbaikan status gizi adalah: berkurangnya kematian bayi dan anak balita,

berkurangnya biaya perawatan untuk neonatus, bayi dan balita, produktivitas

meningkat karena berkurangnya anak yang menderita kurang gizi dan adanya

peningkatan kemampuan intelektualitas, berkurangnya biaya karena penyakit

kronis serta meningkatnya manfaat “intergenerasi” melalui peningkatan kualitas

kesehatan.

B. Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi Dan Balita/Deteksi Dini


    Deteksi dini tumbuh kembang anak balita adalah kegiatan atau pemeriksaan

untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita

dan anak pra sekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah

tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan.

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik(anatomi) dan struktur tubuh

dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah

banyak ) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel, jadi pertumbuhan

lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang yaitu menjadi lebih

besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran beratbadan, tinggi

badan, dan lingkar kepala. (IDAI, 2002)

5
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

interseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau

keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI,

2005).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dari struktur atau fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirkan, dan

diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ –

organ dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2002)

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta

sosialasi dan kemandirian (Depkes RI, 2005).

C. Cara Deteksi Tumbuh Kembang Anak

1.    Mendeteksi tumbuh kembang pada anak diantaranya :

 Pengukuran antropometri, dapat meliputi pengukuran berat badan, tinggi

badan , lingkar kepala dan lingkar lengan atas.

a. Pengukuran berat badan

Pengukuran berat badan ini bagian dari antropometri yang digunakan

untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yg ada

pada tubuh.

b. Pengukuran tinggi badan

Pengukuran ini merupakan bagian dari pengukuran antropometrik yang

digunakan untuk menilai status perbaikan gizi di samping factor genetic

6
2.    Pertumbuhan dan perkembangan anak :

a. Anak pada usia 3-6 bulan mengangkat kepala dengan tegak pada posisi

telungkup.

b. Anak pada usia 9-12 bulan berjalan dengan berpegangan.

c. Anak pada usia 12-18 bulan minum sendiri dari gelas tanpa tumpah.

d. Anak pada usia 18-24 bulan mencorat-coret dengan alat tulis.

e. Anak pada usia 2-3 tahun berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan,

melepas pakaian sendiri

f. Anak pada usia 3-4 tahun mengenal dan menyebutkan paling sedikit 1

warna.

g. Anak pada usia 4-5 tahun mencuci dan mengeringkan tangan tanpa

bantuan (Depkes RI, 2005).

3. Ciri-ciri tumbuh kembang anak / balita

a. Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan misal,

perkembangan intelgensia pada seorang anak akan menyertai

pertumbuhan otak dan serabut saraf.

b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya.

Setiap anak tidak akan bisa melewati tahapan sebelumnya misal,

seorang anak tidak bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan tubuh lain

yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat karena perkembangan

awal merupakan masa kritis untuk menentukan perkembangan

selanjutnya

7
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang

berbeda baik perkembangan fisik maupun fungsi organ.

d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan

Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta

bertambah kepandaiannya.

e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut 2 hukum:

1) Perkembangan terjadi dahulu di daerah kepala kemudian menuju

arah anggota tubuh.

2) Perkembang antropometri terjadi lebih dahulu di daerah proksimal

(gerak kasar) lalu berkembng ke bagin distal seperti jari-jari yang

mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimosdital).

D. Gizi Bayi dan Balita

Asupan makan balita dari segi kualitas dan kuantitas yang baik harus disesuaikan

dengan usia balita. Praktek pemberian makan sesuai usia masih merupakan salah

satu masalah yang menyebabkan asupan makan balita rendah. Air Susu Ibu (ASI)

saja tanpa tambahan apa pun dikonsumi bayi usia 0-6 bulan sedangkan bayi usia

6-11 bulan mengonsumsi MP-ASI sebagai pelengkap ASI. Balita (12-59 bulan)

dengan usia tersebut sudah mengonsumsi makanan keluarganya, sehingga pilihan

makan anak, ketersediaan pangan keluarga dan besar keluarga dapat

mempengaruhi asupan makan.

8
1. Kebutuhan Zat Gizi Bayi 0-6 bulan

Pemberian makanan pada anak hendaknya diperhatikan sejak masih bayi. Bayi

yang baru lahir memerlukan perhatian khusus karena pencernaan mereka belum

sempurna sehingga belum bias mencerna makanan dengan baik. Adapaun hal –

hal yang perlu diperhatikan adalah:

a. Bayi yang dilahirkan dengan kondisi normal sebaiknya diberikan ASI (Air

Susu Ibu) ekslusif sebagai makanan pertamanya

b. ASI Eksklusif artinya bayi tidak diberikan makanan lain selain asi selama 6

bulan dan pemberian asi sebaiknya dilanjutkanhingga anak berusia 2 tahun

dengan makanan pendamping ASI

c. Pemberian ASI mempunyai keunggulan yang bermanfaat baik bagi ibu

maupun bayi

2. Kebutuhan Zat Gizi Anak Usia 6-24 Bulan

Usia ini sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan anak sehingga

semua kebutuhan gizinya harus terpenuhi. Anak juga baru diperkenalkan pada

makanan pendamping ASI (MPASI). Zat gizi yang mereka perlukan adalah:

a. Energi berfungsi untuk menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan

anak. Usia 1-6 bulan kebutuhan energi meningkat sesuai dengan berat

badan (±112 kkal per kilogram berat badan). Sampai usia dua tahun,

keperluan energi per kilogram berat badan menurun, ini berlangsung

selama masa anak – anak. Kebutuhan energi pada usia 6-24 bulan adalah

950 kkal per hari.

b. Protein berfungsi untuk membentuk sel – sel baru yang akan menunjang

proses pertumbuhan seluruh organ tubuh, juga pertumbuhan, dan

9
perkembangan otak anak. Kebutuhan protein pada usia 6-24 bulan adalah

20 gram.

c. Lemak berperan penting dalam proses tumbuh kembang sel – sel saraf otak

untuk kecerdasan anak. Lemak yang diperlukan adalah asam lemak esensial

(asam linoleat/ omega 6, asam linoleat/ omega 3) dan asam lemak non

esensial (asam oleat/ omega 9, EPA, DHA, AA)

d. Vitamin A berfungsi untuk menjaga kesehatan mata, menjaga kelembutan

kulit dan pertumbuhan optimal anak.

e. Vitamin C berfungsi untuk pembentukkan kolagen (tulang rawan),

meningkatkan daya tahan tubuh dan penyerapan kalsium yang diperlukan

untuk pembentukkan tulang dan gigi yang kuat.

f. Iodium/ yodium berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh

sehingga tidak mengalami hambatan seperti kretinisme/ kerdil, berperan

dalam proses metabolism tubuh, mengubah karoten yang terdapat dalam

makanan menjadi vitamin A.

g. Kalsium penting dalam pembentukkan tulang dan gigi, kontraksi dalam

otot, membantu penyerapan vitamin B12 (untuk mencegah anemia dan

membantu membentuk sel darah merah).

h. Zinc/ zat seng tersebar di semua sel, jaringan dan organ tubuh. Diperlukan

untuk pertumbuhan, fungsi otak dan mempengaruhi respon tingkah laku

dan emosi anak.

i. Zat besi diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan mempengaruhi

penggunaan energi yang diperlukan tubuh, pembentukkan sel darah yang

membantu proses penyebaran zat gizi serta oksigen ke seluruh organ tubuh.

10
j. Asam folat sangat penting pada masa pertumbuhan anak, memproduksi sel

darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang, berperan dalam

pematangan sel darah merah dan mencegah anemia.

Usia 6-24 bulan pertumbuhan dan perkembangan fisik juga psikologis anak terjadi

secara cepat. Makan makanan yang tidak bergizi seimbang dapat berakibat

menghambat dan mempengaruhi pertumbuhan anak dan mengganggu

perkembangan kecerdasan, pertumbuhan fisik dan mentalnya

3. Kebutuhan Zat Gizi Balita Usia 2-5 Tahun

Di usia ini anak memasuki usia pra sekolah dan mempunyai risiko besar terkena

gizi kurang. Pada usia ini anak tumbuh dan berkembang dengan cepat sehingga

membutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sementara mereka mengalami

penurunan nafsu makan dan daya tahan tubuhnya masih rentan sehingga lebih

mudah terkena infeksi dibandingkan anak dengan usia lebih tua. Zat gizi yang

mereka perlukan adalah:

a. Karbohidrat berfungsi sebagai penghasil energy bagi tubuh dan

menunjang aktivitas anak yang mulai aktif bergerak. Mereka biasanya

membutuhkan sebesar 1300 kkal per hari.

b. Protein berfungsi untuk membangun dan memperbaiki sel tubuh dan

menghasilkan energy. Mereka membutuhkan protein sebesar 35 gram

per hari

c. Mineral dan vitamin yang penting pada makanan anak adalah iodium,

kalsium, zinc, asam folat, asam folat, zat besi, vitamin A,B,C,D,E, dan

K. Mineral dan vitamin ini berperan dalam perkembangan motorik,

11
pertumbuhan, dan kecerdasan anak serta menjaga kondisi tubuh anak

agar tetap sehat. Sementara pertumbuhan fisik tubuh sedikit melambat,

karenanya anak perlu makan makanan yang memberikan asupan gizi

yang mendukung pertumbuhan otaknya.

Balita yang makan makanan yang beragam dan seimbang nilai gizinya akan

tumbuh sehat dan aktif. Agar kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh

terpenuhi, anak perlu dibiasakan untuk makan makanan yang bergizi seimbang.

12
E. Prioritas Program Gizi

Tabel. 1 Prioritas Program Gizi

Input Proses Output Outcome Asumsi


· Dana kegiatan · Studi baseline · Peningkatan (90%) · Meningkatkan status gizi · Adanya kerjasasama
· Fasilitas kesehatan atau pengetahuan, sikap, dan pengetahuan, sikap, dan bayi dan balita lintas sektoral (dinas
tempat pelaksanaa seperti praktek ibu pada bayi dan praktek ibu tentang ASI- · Menurunkan morbiliti anak pertanian, agama dan
Puskesmas dan Posyandu balita tentang ASIMPASI MPASI · Meningkat perkembangan kesehan) untuk
· Survey baseline lokasi dan penyediaan layanan · Dilakukannya seminar motorik, fisik dan skor IQ menerapkan gizi
penyuluhan · kesehatan dan penyuluhan gizi pada · Penghematan biaya seimbang pada bayi dan
Bahan dan alat edukasi · Pembuatan proposal ibu bayi dan balita kesehatan balita
· Bahan dan alat PMT kegiatan · Bahan edukasi dan · Peningkatan keterlibatan
· Leader program · Seminar dan penyuluhan informasi disebarkan masyarakat tentang aktivitas
· Petugas kesehatan gizi pada stakeholder dan (Poster, leaflet, modul, makan bayi dan balita
· Tenaga penyuluhan ibu bayi dan balita. buku, brosur tentang · Peningkatan ketersediaan
· Ahli Gizi · Pembuatan bahan ASIMPASI, PMT, Gizi dan aksebilitas makanan
.Kerjasama antar lintas konseling edukasi dan Seimbang Bayi dan sehat
sektoral (pertanian dan informasi (Poster, leaflet, Balita) · Peningkatan
agama) dan LSM modul, buku, brosur partisipasi (80%) dan
· Transportasi tentang ASI-MPASI, PMT, dukungan dari stakeholder
· Komputer Gizi Seimbang Bayi dan untuk menegakkan gizi
· Peserta Penyuluhan Balita) seimbang bayi dan balita
· Dukungan pemerintah · Pemberian PMT untuk · Peningkatan

13
daerah dan lingkungan balita dan penyuluhan PMT pengetahuan tentang
sekitar yang sesuai umur pembuatan PMT yang
· Insentif untuk · Pelatihan PMT balita baik
penyuluhan kesehatan dan · Melakukan pertemuan · Ada kebun gizi di
panitia pelaksanan stakeholder dan kader pekarangan
· Standar operasioal · Pelatihan dan memotivasi · Laporan kegiatan (LPJ)
program kader tentang gizi seimbang yang dilaksanakan
· Skema evaluasi pada bayi dan balita
· Proposal kegiatan · Pembuatan kebun gizi ·
Desa mandiri pangan

14
BAB III

PEMBAHASAN

Program Pemerintah Berkaitan Dengan Gizi Sebagai Unsur Penting Dalam

Pembentukan Otak Bayi Dan Balita

A. Asi Eksklusif

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/SK/MENKES/VIII/2004

tentang ASI Eksklusif, Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan

Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri Kesehatan

Nomor 48/Men.PP/XII/2008, PER.27/MEN/XII/2008, dan Menkes/PB/XII/2008

TAHUN 2008 tentang Peningkatan Pemberian ASI Selama Waktu Kerja Di

Tempat Kerja, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

450/SK/MENKES/VIII/2004 tentang ASI Eksklusif.

Tidak diragukan lagi ASI memang merupakan makanan terbaik untuk bayi, pada

awal tahun tujuh puluhan penggunaan ASI menurun drastis. Prilaku tidak

menyusui bayi berubah sejalan dengan perubahan pendidikan formal (M. Enoch &

D. Abunaim, 1988). Pemberian susu botol meningkat dari 5% (Sekolah Dasar

keatas) sampai 56% (perguruan tinggi). Sebaliknya pemberian ASI menurun dari

89% (Sekolah Dasar keatas) sampai 0% (terguruan tinggi). Pemberian susu

eksklusif “cenderuang” menurun, dari 37% (1987) menjadi 30% (1992),

Sementara pemberian makanan tambahan tetap tidak cukup.

B. Imunisasi Dasar Lengkap

Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian

Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan sejak 2014-2016, terhitung sekitar 1,7

juta anak belum mendapatkan imunisasi atau belum lengkap status imunisasinya.

15
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap

menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi

dasar dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan

untuk mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal. Terkait capaian

imunisasi, cakupan imunisasi dasar lengkap pada 2017 mencapai 92,04%,

melebihi target yang telah ditetapkan yakni 92% dan imunisasi DPT-HB-Hib

Baduta mencapai 63,7%, juga melebihi target 45%.Sementara tahun ini terhitung

Januari hingga Maret imunisasi dasar lengkap mencapai 13,9%, dan imunisasi

DPT-HB-Hib Baduta mencapai 10,8%. Target cakupan imunisasi dasar lengkap

2018 sebesar 92,5% dan imunisasi DPT-HB-Hib Baduta 70%. Agar terbentuk

kekebalan masyarakat yang tinggi, dibutuhkan cakupan imunisasi dasar dan

lanjutan yang tinggi dan merata di seluruh wilayah, bahkan sampai tingkat desa.

Bila tingkat kekebalan masyarakat tinggi, maka yang akan terlindungi bukan

hanya anak-anak yang mendapatkan imunisasi tetapi juga seluruh masyarakat.

C. Pemantauan Pertumbuhan Dan Perkembangan

1. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh

yang secara kuantitatif dapat diukur ( Whalley dan Wong, 2000).

Pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat pertambahan sel dan

pembentukan protein baru sehingga meningkatkan jumlah dan ukuran sel diseluruh

bagian tubuh (Sutjiningsih, 1998 )

2. Perkembangan

Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat

dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Whalley dan Wong, 2000)

16
Perkembangan adalah pertumbuhan dan perluasan secara peningkatan sederhana

menjadi komplek dan meluasnya kemampuan individu untuk berfungsi dengan baik

(Sutjiningsih,1998)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

1. Faktor herediter

Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu suku, ras, dan jenis

kelamin (Marlow, 1988 dalam Supartini, 2004). Jenis kelamin ditentukan sejak dalam

kandungan. Anak laki-laki setelah lahir cenderung lebih besar dan tinggi dari pada anak

perempuan, hal ini akan nampak saat anak sudah mengalami masa pra-pubertas. Ras dan

suku bangsa juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya suku bangsa

Asia memiliki tubuh yang lebih pendek dari pada orang Eropa atau suku Asmat dari Irian

berkulit hitam

2. Faktor lingkungan

a) Lingkungan pra-natal

Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus yang dapat

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin antara lain gangguan nutrisi

karena ibu kurang mendapat asupan gizi yang baik, gangguan endokrin pada ibu

(diabetes mellitus), ibu yang mendapatkan terapi sitostatika atau mengalami infeksi

rubela, toxoplasmosis, sifilis dan herpes. Faktor lingkungan yang lain adalah radiasi

yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin.

b) Lingkungan pos-natal

Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan setelah bayi

lahir adalah :

17
1) Gizi

Gizi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang

keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat kebutuhan zat gizi

yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.Apabila

kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan

dan perkembangan anak. Asupan nutrisi yang berlebihan juga berdampak buruk bagi

kesehatan anak, yaitu terjadi penumpukan kadar lemak yang berlebihan dalam

sel/jaringan bahkan pada pembuluh darah.

Penyebab status nutrisi kurang pada anak :

1. Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif

2. Hiperaktivitas fisik/ istirahat yang kurang

3. Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi

4. Sters emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau absorbsi

makanan tidak adekuat

2) Budaya lingkungan

Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana mereka

dalam mempersepsikan dan memahami kesehatan dan perilaku hidup sehat. Pola

perilaku ibu hamil dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya larangan untuk

makan makanan tertentu padahal zat gizi tersebut dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin. Keyakinan untuk melahirkan d dukun beranak dari pada di

tenaga kesehatan. Setelah anak lahir dibesarkan di lingkungan atau berdasarkan

lingkungan budaya masyarakat setempat.

18
3) Status sosial dan ekonomi keluarga

Anak yang dibesarkan di keluarga yang nerekonomi tinggi untuk pemenuhan

kebutuhan gizi akan tercukupi dengan baik dibandingkan dengan anak yang

dibesarkan di keluarga yang berekonomi sedang atau kurang. Demikian juga dengan

status pendidikan orang tua, keluarga dengan pendidikan tinggi akan lebih mudah

menerima arahan terutama tentang peningkatan pertumbuhan dan perkembangan

anak, penggunaan fasilitas kesehatan dll dibandingka dengan keluarga dengan latar

belakang pendidikan rendah.

4) Iklim/cuaca

Iklim tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak misalnya musim

penghujan akan dapat menimbulkan banjir sehingga menyebabkan sulitnya

transportasi untuk mendapatkan bahan makanan, timbul penyakit menular,dan

penyakit kulit yang dapat menyerang bayi dan anak-anak. Anak yang tinggal di

daerah endemik misalnya endemik demam berdarah, jika terjadi perubahan cuaca

wabah demam berdarah akan meningkat.

5) Olahraga/latihan fisik

Manfaat olah raga atau latihan fisikyang teratur akan meningkatkan sirkulasi darah

sehingga meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh, meningkatkan aktivitas fisik

dan menstimulasi perkembangan otot dan jaringan sel

6) Posisi anak dalam keluarga

Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah atau anak bungsu akan

mempengaruhi poa perkembangan anak tersebut diasuh dan dididik dalam keluarga.

19
7) Status kesehatan

Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan

perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak dalm kondisi sehat dan sejahtera

maka percepatan pertumbuhan dan perkembangan akan lebih mudah dibandingkan

dengan anak dalam kondisi sakit.

8) Faktor Hormonal

Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak adalah

somatotropon yang berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan,

hormon tiroid dengan mestimulasi metabolisme tubuh, glukokortiroid yang berfungsi

menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron

dan ovarium untuk memproduksi estrogen selanjutnya hormon tersebut akan

menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan sesuai

dengan peran hormonnya.

D. PMT/MP – ASI

Selama ini, program perbaikan gizi telah dilakukan antara lain dengan pemberian MP-

ASI kepada bayi dan anak usia 6 - 24 bulan dari keluarga miskin. Secara umum

terdapat dua jenis MP-ASI meliputi hasil pengolahan pabrik atau disebut dengan MP-

ASI pabrikan dan yang diolah di rumah tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal.

lakukan program MP-ASI, mendistribusikan MP-ASI ke sepuluh kecamatan yang ada

di wilayah Jakarta Selatan kepada bayi berumur 6 - 11 bulan dan baduta berumur 6 -

24 bulan dari keluarga miskin yang mengalami kasus gizi buruk dan gizi kurang.

Setelah program MP-ASI tersebut diharapkan status gizi bayi dan baduta menjadi

lebih baik. Masih terdapat baduta dengan berat badan yang tidak naik dan ada pula

yang naik.

20
E. Vitamin A

Setiap tahun, bulan Februari dan Agustus disebut sebagai bulan pemberian

kapsul vitamin A, karena pada kedua bulan ini dilakukan pembagian

suplementasi vitamin A pada anak dengan kelompok umur 6 sampai 59 bulan

di seluruh Indonesia. Upaya ini dilakukan untuk memenuhi kecukupan asupan

vitamin A pada balita.Saat ini, cakupan pemberian vitamin A secara nasional

belum mencapai 80%. Terdapat dua jenis kapsul vitamin A, yakni kapsul biru

(dosis 100.000 IU) untuk bayi umur 6-11 bulan dan kapsul merah (dosis

200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan, sedangkan kapsul merah juga

diberikan kepada ibu yang dalam masa nifas. Pemerintah menyediakan kapsul

vitamin A tersebut agar masyarakat dapat memanfaatkannya tanpa dipungut

biaya.

Perlu diketahui, kekurangan vitamin A dalam tubuh yang berlangsung lama

dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berdampak pada meningkatnya

risiko kesakitan dan kematian pada Balita.Vitamin A atau retinol terlibat

dalam pembentukan, produksi, dan pertumbuhan sel darah merah, sel limfosit,

antibodi juga integritas sel epitel pelapis tubuh.Vitamin A juga dapat

mencegah rabun senja, xeroftalmia, kerusakan kornea dan kebutaan serta

mencegah anemia pada ibu nifas.Kekurangan vitamin A dapat meningkatkan

risiko anak rentan terkena penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan

atas, campak dan diare. Pemberian vitamin A pada Balita dilakukan sejak

1978 dengan tujuan awal mencegah anak dari kebutaan. Dewasa ini,

pemberian suplementasi vitamin A pada balita diperlukan untuk meningkatkan

daya tahan tubuh anak dari penyakit.

21
Pemberian vitamin A perlu diiringi dengan pemberian obat cacing agar

penyerapan zat gizi pada balita sempurna dan dapat  meningkatkan status gizi

masyarakat. Kecacingan pada anak akan menimbulkan masalah kesehatan berupa

kekurangan gizi yang bersifat kronis  yang pada akhirnya juga dapat

meningkatkan risiko kesakitan dan kematian pada balita. 

Karena itu, penanggulangannya yaitu dengan pemberian obat cacing bagi balita,

anak pra sekolah dan usia sekolah. Tahun 2015 lalu, sebanyak 18,1 juta anak telah

mendapatkan obat cacing. Tahun 2016, pemberian obat cacing diberikan pada

anak usia 12 sampai 59 bulan. Pemberian obat cacing dilakukan di 295

Kabupaten/Kota di 32 Provinsi kepada kelompok 12 bulan sampaidengan 59

bulan.

F. Zink Untuk Manajemen Diare

Sejak tahun 2004 silam, dua Lembaga Kesehatan Dunia (WHO dan UNICEF) telah

menandatangani kebijakan tentang pengobatan diare balita dengan pemberian tablet

Zinc dan Oralit selama kurang lebih 2 minggu. Namun di Indonesia sendiri, tablet

Zinc hanya diberikan selama 10 hari berturut-turut. Hal tersebut didasarkan pada

penelitian yang telah dilakukan selama 20 tahun lebih (mulai tahun 1980an sampai

dengan tahun 2003) dimana hasilnya menunjukkan bahwa pengobatan dengan

pemberian Oralit dan Zinc terbukti efektif dalam menurunkan tingginya angka

kematian anak akibat diare sampai 40%.

G. MTBS

Menurut WHO-UNICEF (2003), Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

sebagai strategi yang penting untuk memperbaiki kesehatan anak. MTBS ini

memusatkan pada penanganan anak bawah lima tahun (balita), tidak hanya

22
mengenai status kesehatannya namun juga penyakit-penyakit yang menyerang

mereka. Fokusnya memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan pada fasilitas

tingkat pelayanan dasar (balai pengobatan dan pelayanan rawat jalan) dengan

menggunakan standar serta pendekatan yang terintegrasi untuk pelayanan

kesehatan.

Menurut WHO (1998), ide keterpaduan ini didasari pada kenyataan di

lapangan bahwa sebagian besar balita sakit yang datang seringkali menunjuk

gejala klinis yang saling tumpang tindih dan bahkan tidak spesifik sehingg

menimbulkan kesulitan dalam menegakkan diagnosis tunggal dan atau melakukan

pendekatan penyakit secara spesifik sehingga berdampak pada membengkaknya

biaya pengobatan

Menurut WHO-UNICEF (2003), Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

sebagai strategi yang penting untuk memperbaiki kesehatan anak. MTBS ini

memusatkan pada penanganan anak bawah lima tahun (balita), tidak hanya

mengenai status kesehatannya namun juga penyakit-penyakit yang menyerang

mereka. Fokusnya memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan pada fasilitas

tingkat pelayanan dasar (balai pengobatan dan pelayanan rawat jalan) dengan

menggunakan standar serta pendekatan yang terintegrasi untuk pelayanan

kesehatan.

Menurut WHO (1998), ide keterpaduan ini didasari pada kenyataan di lapangan

bahwa sebagian besar balita sakit yang datang seringkali menunjuk gejala klinis yang

saling tumpang tindih dan bahkan tidak spesifik sehingg menimbulkan kesulitan

dalam menegakkan diagnosis tunggal dan atau melakukan pendekatan penyakit secara

spesifik sehingga berdampak pada membengkaknya biaya pengobatan

23
24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pertumbuhan dan masalah gizi merupakan masalah yang multi dimensi, dipengaruhi

oleh berbagai faktor, penyebab langsung dan tidak langsung.

2. Pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita/deteksi bertujuan untuk menemukan

secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah

3. Cara Deteksi Tumbuh Kembang Anak

a. Mendeteksi tumbuh kembang pada anak diantaranya pengukuran antropometri

(pengukuran berat badan dan tinggi badan)

b. Pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan tahapan usia

4. Program pemerintah yang terkait dengan gizi pertumbuhan otak bayi dan balita

a. Asi eksklusif

b. Imunisasi dasar lengkap

c. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan

d. PMT/ MPASI

e. Vitamin A

f. Zink untuk manajemen diare

g. MTBS ( Manajemen Terpadu Balita Sakit)

B. Saran

25
26

Anda mungkin juga menyukai