Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ETIKA PROFESI HAKIM

”disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah etika profesi”

Dosen pembimbing :
Dr. Ilyas,S.H.,M.Hum.

Disusun Oleh
Rianda
1703101010275

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga dapat menyelesaikan makalah magang. Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas
Etika Profesi Hukum,kelas B yang akan dikumpulkan dalam waktu dekat ini. Makalah ini juga
dikerjakan untuk memberi pengetahuan kepada pembaca serta pada khususnya untuk memenuhi
nilai tugas dan mendapatkan nilai yang sebaik mungkin seperti yang kami harapkan

Pada kesempatan ini dengan rendah hati saya bermaksud menyampaikan ucapan terima
kasih kepada segenap pihak yang telah memberi bantuan, dukungan, serta pertolongan baik
berupa fisik maupun psikis selama penyusunan laporan ini, terutama kepada Dr.
Ilyas,S.H.,M.Hum Selaku dosen pembimbing mata kuliah Etika Profesi Hukum saya, yang telah
berkenan memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan ini.

Menyadari bahwa dalam laporan ini masih belum sempurna dari standar penulisan yang
ideal, untuk itu saya berharap kritik dan saran dari para pembaca yang budiman. Akhirnya,
semoga laporan ini mampu memberikan suatu manfaat bagi kita semua.

Panteraja, 8 Mei 2020

Rianda
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................

A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................
C. TUJUAN. ......................................................................................................... .......................

BAB II : PEMBAHASAN.................................................................................................................

A. PROFESI HAKIM..............................................................................................................
B. WEWENANG DAN TUGAS HAKIM.................................................................................
C. KODE ETIK DAN PEDOMAN ETIKA PROFESI HAKIM...............................................
D. PENGAWASAN TERHADAP PROFESI HAKIM
…………………………………………………………………

BAB IV PENUTUP...........................................................................................................................

A. Kesimpulan...............................................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Besarnya kewenangan dan tingginya tanggung jawab hakim ditunjukkan melalui putusan
pengadilan yang selalu diucapkan dengan irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa”. Hal ini menegaskan bahwa kewajiban menegakkan keadilan tidak hanya
dipertanggungjawabkan kepada sesama manusia, tetapi juga kepada Tuhan Yang Maha Esa.1

Penyelesaian perkara yang sederhana, cepat dan biaya ringan serta putusan yang seadil-
adilnya merupakan proses peradilan yang diharapkan oleh para pencari keadilan yang
mengajukan perkaranya ke pengadilan. Apabila pemeriksaan atau penyelesaian dilakukan
dengan sederhana, cepat dan biaya ringan serta putusan yang adil bagi semua pihak akan
menunjukkan pelayanan pemerintah yang baik terhadap rakyatnya, sekaligus akan
meningkatkan kepercayaan rakyat terhadap lembaga peradilan dan menambah kewibawaan
pengadilan yang bersangkutan. Sebaliknya penyelesaian yang berlarut-larut dan putusan
yang tidak dapat memberikan rasa adil bagi para pihak yang bersengketa akan menimbulkan
rasa apatis dan malas untuk mengajukan perkaranya ke pengadilan, sehingga mengurangi
kepercayaan dan kewibawaan lembaga peradilan.
Seorang hakim haruslah independen, tidak memihak kepada siapapun juga walaupun
itu keluarganya, kalau sudah dalam sidang semuanya diperlakukan sama.Hakim harus
berpegang kepada Tri Parasetya Hakim Indonesia. Hakim harus dapat membedakan antar
sikap kedinasan sebagai jabatannya sebagai pejabat negara yang bertugas menegakkan
keadilan dengan sikap hidup sehari-hari sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat.

Untuk membedakan itu hakim mempunyai kode etik sendiri bagaimana supaya dia
dapat mengambil sikap. Zaman sekarang kadang-kadang hakim salah menempatkan
sikapnya, yang seharusnya sikap itu harus dilingkungan keluarga, ia bawa waktu
persidangan. Ini tentunya akan mempengaruhi putusan. Masalah kode etik inilah yang
menjadi latar belakang penulisan makalah ini. Supaya hakim-hakim agar lebih
memperhatikan lagi tugasnya sebagai penegak keadilan di dalam masyarakat

1
Pembukaan Pedoman Perilaku Hakim Yang Disusun Pada Tahun 2006 Oleh Mahkamah Agung Republik
Indonesia
B. Rumusan Masalah

1. apa itu dengan profesi hakim ?


2. bagaimana wewenang dan tugas hakim?
3. Bagaimana kode etik dan pedoman etika profesi hakim?
4. Bagaimana pengawasan terhadap profesi hakim?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui profesi hakim.


2. Untuk mengetahui wewenang dan tugas hakim.
3. Untuk mengetahui kode etik dan pedoman etika profesi hakim.
4. Untuk mengetahui pengawasan terhadap profesi hakim.
BAB I I

PEMBAHASAN

A. profesi hakim

a. pengertian hakim
pengertian hakim adalah hakim agung dan hakim pada badan peradilan disemua
lingkungan peradilan yang berada dibawah mahkamah agung serta hakim mahkamah
((UU no 22 tahun 2004 tentang komisi yudisial,pasal 1 ayat 5 )
hakim berasal dari kata hakam ,yang sama artinya dengan qadhi yang artinya
memutus . sedangkan menurut bahasa hakim adalah orang yang bijaksana atau orang
yang memutuskan perkara dan menetapkannya.
Memberikan keputusan atas setiap perkara yang dihadapkan kepadanya, atau
dengan kata lain menetapkan hubungan hukum,nilai hukum dari perilaku serta
kedudukan hukum para pihak yang terlibat dalam situasi yang di hadapkan kepadanya
atau menyatakan apa hukumnya bagi situasi konkret tertentu. Secara lebih filosofis hakim
berperan sebaga juru bicara nilai nilai fundamental dari masyrakat atau “the spokesmen
of fundamental values of the community.

b. profesi hakim
hakim adalah pejabat peradilan Negara yang diberi wewenang oleh undang
undang untuk mengadili (pasal 1 butir 8 KUHAP), yaitu serangkaian tindakan hakim
,untuk menerima ,memeriksa,memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas ,jujur dan
tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal menurut cara yang di atur dalam undang
undang 2..
Hakim adalah pejabat yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman yakni
pejabat peradilan yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. Istilah
pejabat membawa konsekuensi yang berat oleh karena kewenangan dan
tanggungjawabnya terumuskan dalam rangkaian tugas, kewajiban, sifat, dan sikap
tertentu, yaitu penegak hukum dan keadilan.3
Karena itu seorang hakim harus bersungguh sungguh mencari kebenaran agar
dapat menghukum seseorang dengan seadil adilnya ,sebagaiamna firman allah SWT
dalam alquran surat An nisa ayat 58 yang artinya “dan apabila kamu menghukum antara
manusia supaya kamu menghukum dengan seadil adilnya “ begitu pentingnya posisi dan
peranan hakim mengharuskan pemangkunya harus kredibel , orang yang di hormati dan
adil dalam memberi keputusan

2
Indonesia (a) undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana Pasal 1 ayat( 9) KUHAP
3
Wildan Suyuthi Mustofa. 2013. Kode Etik Hakim. Jakarta: Prenadamedia Group, halaman 56
B. Tugas dan Wewenang Hakim
Wewenng pokok dari lembaga peradilan adalah melakukan tindakan
pemeriksaan ,penilaian dan penetapan nilai perilaku manusia tertentu,serta menentukan
nilai suatu konkret dan menyelesaiakan persoalan (konflik),yang ditimbulkan secara
imparsial,berdasarkan hukum yang dalam hal ini bias di jadikan sebagai patokan
objektif,wewenang itulah yang di sebut kewenangan (kekuasaan)
kehakiman.pengambilan keputusan dalam mewujudkan kewenangan kehakiman
tersebutdalam kenyataan konkret,dilaksanakan oleh penjabat lembaga peradilan yang
dinamakan hakim4

Pada dasarnya tugas hakim adalah memberikan memberikan keputusan atas setiap
perkara ( konflik) yang dihadapkan kepadanya Artinya hakim bertugas untuk menetapkan
hubungan hukum, nilai hukum dari perilaku,serta kedudukan hukum para pihak yang
terlibat dalam situasi yang di hadapkan kepadanya.dalam mengambil keputusan para
hakim hanya terikat pada fakta fakta yang relavan dan kaidah hukum yang menjadi atau
dijadikan landasan yuridis keputusannya,disamping sikap etis atau etika profesi hakim
harus berintikan ;sikap taqwa kepada tuhan yang maha esa ,jujur,adil bijaksana imparsial
(tidak memihak )sopan,sabar,mememgang teguh rahasia jabatan dan solidaritas sejati.

Berkaiatan dengan peranannya maka hakim sebagaimana diatur dalam ketentuan


Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan Kehakiman dan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) memiliki tugas
dan wewenang dalam kapasitasnya menangani perkara sebagai berikut:

Pasal 20 ayat (3) KUHAP menentukan:

“Untuk kepentingan pemeriksaan hakim di sidang pengadilan dengan penetapannya


berwenang melakukan penahanan”.

Pasal 31 ayat (1) KUHAP menentukan:

“Memberikan penangguhan penahanan dengan atau tanpa jaminan hutang atau jaminan
orang, berdasarkan syarat yang ditetukan”.

Pasal 154 ayat (6) KUHAP menentukan:

“Mengeluarkan “Penentapan” agar terdakwa yang tidak hadir di persidangan tanpa alasan
yang sah setelah dipanggil secara sah untuk kedua kalinya, dihadirkan dengan paksa pada
sidang pertama berikutnya”.

Pasal 170 KUHAP menentukan:

4
Muhammad Nuh SH.,MH,.Adv,etika profesi hukum.bandung ,pustaka setia.2011,hlm 162
“Menentukan tentang sah atau tidaknya segala alasan atas permintaan orang yang karena
pekerjaannya, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia dan minta
dibebaskan dari kewajiban sebagai saksi”.

Pasal 174 ayat (2) KUHAP menentukan:

“Mengeluarkan perintah penahanan terhadap seorang saksi yang diduga telah


memberikan keterangan palsu dipersidangan baik karena jabatanya atau atas permintaan
Penuntut Umum atau terdakwa”.

Pasal 203 ayat (3) huruf b KUHAP menentukan:

“Memerintahkan perkara yang diajukan oleh Penuntut Umum secara singkat agar
diajukan ke sidang pengadilan dengan acara biasa setelah adanya pemeriksaan tambahan
dalam waktu 14 hari akan tetapi Penuntut Umum belum juga dapat menyelesaikan
pemeriksaan tambahan tersebut”.

Pasal 221 KUHAP menentukan:

“Memberikan penjelasan terhadap hukum yang berlaku, bila dipandang perlu di


persidangan, baik atas kehendaknya sendiri maupun atas permintaan terdakwa atau
Penasihat Hukumnya”.

Pasal 223 ayat (1) KUHAP menentukan:

“Memberikan perintah kepada seseorang untuk mengucapkan sumpah atau janji di luar
sidang”.

Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman
menentukan:

“Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim wajib menjaga kemandirian peradilan”.

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman menentukan:

(1) Mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang.


(2) Membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan
untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan.

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman menentukan:

(1) Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
(2) Hakim dan hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak
tercela, jujur, adil, profesional, dan berpengalaman dibidang hukum.
(3) Hakim dan hakim konstitusi wajib menaati Kode Etik dan Pedoman Prilaku Hakim.
Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman
menentukan:

“Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula


sifat yang baik dan jahat dari terdakwa”.

C. Kode Etik dan pedoman etika profesi hakim


Fiat Justitia, ruat coelom (tegakkan keadilan meskipun langit akan runtuh) demikian
semboyan para penegak hukum,termasuk semboyan dari para korps pemakai toga,yaitu
hakim.

Hakim memiliki kewenangan yang mahaluas ,maka kepada hakim dituntut untuk
bersikap mulia dan bertingkah laku terpuji lebih dari profesi lainnya,sikap dan tingkah laku
hakim yang mulia dan terpuji ini terlihat dengan jelas dalam lambang dari profesi hakimyang
di sebut dengan “Panca Dharma Hakim” panca dharma hakim itu dilambangkan sebagai
berikut:

1. Kartika, yaitu dilambangkan dengan gambar bintang ,berarti seorang hakimharus


memeliki sifat percaya dan takwa kepada tuhan yang maha esa ,sesuai dengan agama
dan kepercayaannyamasing masing menurut dasar kemanusian yang adil dan beradab
2. Cakra, yaitu yang dilambangkan dengan gambar senjata dari dewa keadilan yang
mampu memusnahkan segala kebatilan,kedzaliman dan ketidakadilan.
3. Candra. Yaitu yang dilambangkan dengan gambar bulan (yang menyinari
kegelapan)..berarti seorang hakim harus memiliki sifat bijaksana dan berwibawa.
4. Sari,yaitu yang dilambangkan dengan gambar bunga (yang semerbak harus bagi
masyarakat),berarti seorang hakim harus berbudi luhur dan berkelakuan tidak tercela.
5. Tirta ,yaitu yang dilambangkan dengan lambang air (yang membersihkan segala
kotoran ). Berarti seorang hakim harus bersifat jujur .5

Dasar kode etik profesi hakim diatur dalam UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang
kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman yang dimaksud adalah kekuasaan Negara yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, demi
terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.6

Adapun pokok-pokok dari etika profesi Hakim berdasarkan Undang-Undang Nomor 4


Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman yaitu :

5
Munir fuady,S.H.,M.H.,L.L.M etika profesi hukum bagi hakim,jaksa,advokat,notaris,korator dan pengurus
,penerbit PT citra aditya bakti,Bandung,2005.
6
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, pasal 1.
1. Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila yaitu bebas dari
segala campur tangan pihak kekuasaan ekstra yudisial.
2. Peradilan dilakukan “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA”.7
3. Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.8
4. Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang.9

Berdasarkan dengan keputusan bersama ketua Mahkamah agung dan Komisi yudisial RI.
NO.047/KMA/IV/2009. No 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang kode etik hakim dan pedoman
perilaku hakim. Prinsip prinsip dasar kode etik dan pedoman hakim diimplementasikan
dalam 10 (sepuluh) aturan perilaku sebagai berikut :10

1. berperilaku adil

Adil bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan yang menjadi
haknya, yang didasarkan pada suatu prinsip bahwa semua orang sama kedudukannya di
depan hukum. Dengan demikian, tuntutan yang paling mendasar dari kedailan adalah
memberikan perlakuan dan memberikan kesempatan yang sama (equality and fairness)
terhadap setiap orang. Oleh karenanya, seseorang yang malaksanakan tgas atau profesi di
bidang peradilan yang memikul tanggung jawab menegakkan hukum yang adil dan benar
harus selalu berlaku adil dengan tidak membeda-bedakan orang.

2. Berperilaku Jujur

Kejujuran bermakna dapat dan berani menyatakan bahwa yang benar adalah benar dan
yang salah adalah salah. Kejujuran mendorong terbentuknya pribadi yang kuat dan
membangkitkan kesadaran akan hakekat yang hak dan yang batil. Dengan demikian, akan
terwujud sikap pribadi yang tidak berpihak terhadap setiap orang baik dalam persidangan
maupun di luar persidangan.

3. Berperilaku Arif dan Bijaksana

Arif dan bijaksana bermakna ma mpu bertindak sesuai dengan norma-norma yang
hidup dalam masyarakat baik norma-norma hukum, norma-norma keagamaan, kebiasaan-
kebiasaan maupun kesusilaan dengan memerhatikan situasi dan kondisi pada saat itu, serta
mampu memperhitungkan akibat dari tindakannya. Prilaku yang arif dan bijaksana
mendorong terbentuknya pribadi yang berwawasan luas, mempunyai teggang rasa yang
tinggi, bersikap hati-hati, sabar dan santun.
7
Ibid, Pasal 4 ayat (1)
8
Ibid, Pasal 4 ayat (2)
9
Ibid Pasal 5
10
Peraturan bersama MA RI dan KY Nomor 02/PB/MA/IX/2012 02/PB/P.KY/09/2012 tentang panduan penegakan
kode etik dan pedoman perilaku hakim
4. Bersikap Mandiri

Mandiri bermakna mampu bertindak sendiri tanpa bantuan pihak lain, bebas dari
campur tangan siapa pun dan bebas dari pengaruh apa pun. Sikap mandiri mendorong
terbentuknya perilaku hakim yang tangguh, berpegang teguh pada prinsip dan keyakinan atas
kebenaran sesuai tuntutan moral dan ketentuan hukum yang berlaku.

5. Berintegritas Tinggi

Integritas bermakna sikap dan kepribadian yang utuh, berwibawa, jujur dan tidak
tergoyahkan. Integritas tinggi pada hakikatnya terwujud pada sikap setia dan tangguh
berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam melaksanakan tugas.
Integritas tinggi akan mendorong terbentuknya pribadi yang berani menolak godaan dan
segala bentuk intervensi, dengan mengedepankan tuntutan hati nurani untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan serta selalu berusaha melakukan tugas dengan cara-cara terbaik
untuk mencapai tujuan terbaik.

6. Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab bermakna kesedian untuk melaksanakan sebaik-baiknya segala


sesuatu yang menjadi wewenang dan tugasnya, serta memiliki keberanian untuk menanggung
segala akibat atas pelaksanaan wewenang dan tugasnya tersebut. Rasa tanggung jawab akan
mendorong terbentuknya pribadi yang mampu menegakkan kebenaran dan keadilan, penuh
pengabdian, serta tidak menyalahgunakan profesi yang diamanatkan.

7. Menjunjung Tinggi Harga Diri

Harga diri bermakna bahwa pada diri manusia melekat martabat dan kehormatan yang
harus dipertahankan dan dijunjung tinggi oleh setiap orang. Prinsip menjunjung tinggi harga
diri, khususnya hakim, akan mendorong dan membentuk pribadi yang kuat dan tangguh,
sehingga terbentuk pribadi yang senantiasa menjaga kehormatan dan martabat sebagai
aparatur peradilan.

8. Berdisiplin Tinggi

Disiplin bermakna ketaatan pada norma-norma atau kaidah-kaidah yang diyakini


sebagai panggilan luhur mengemban amanah serta kepercayaan masyarakat pencari keadilan.
Disiplin tinggi akan mendorong terbentuknya pribadi yang tertib di dalam melaksanakan
tugas, ikhlas dalam pengabdian dan berusaha untuk menjadi teladan dalam lingkungannya,
serta tidak menyalahgunakan amanah yang dipercayakan kepadanya.

9. Berperilaku Rendah Hati

Rendah hati bermakna kesadaran akan keterbatasan kemampuan diri, jauh dari
kesempurnaan dan terhindar dari setiap bentuk keangkuhan. Rendah hati akan mendorong
terbentuknya sikap realistis, mau membuka diri untuk terus belajar, menghargai pendapat
orang lain, menumbuhkembangkan sikap teggang rasa, serta mewujudkan kesederhanaan,
penuh rasa syukur dan ikhlas di dalam mengemban tugas.

10. Bersikap Profesional

Profesional bermakna suatu sikap moral yang dilandasi oleh tekad untuk melaksanakan
pekerjaan yang dipilihnya dengan kesungguhan, yang didukung oleh keahlian atas dasar
pengetahuan, keterampilan, dan wawasan luas. Sikap profesional akan mendorong
terbentuknya pribadi yang senantiasa menjaga dan mempertahankan mutu pekerjaan, serta
berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan kinerja, sehingga tercapai setinggi-tingginya
mutu hasil pekerjaan, efektif dan efisien.

D. Pengawasan terhadap profesi hakim


Secara formal,hakim memegang poosisi yang sentral dalam dunia peradilan.Di tangan
nya nasib baik atau buruk mereka yang didakwa ditentukan.Hakim merupakan satu satunya
profesi didunia yang mendapat sebutan ; “wakil tuahan” atau “yang mulia” dalam bahasa
akademik sering disebut sebagai officium nobile (profesi luhur )

Salah satu kewenangan komisi yudisial adalah menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta perilaku hakim .hal ini telah di tegaskan dalam undang undang
nomor 18 tahun 2011 tentang perubahan undang undang nomor 22 tahun 2004 tentang
komisi yudisial.dalam rangka melaksanakan kewenangan tersebut, komisi yudisial
mempunyai tugas :

1. Melakukakan pemantauan dan pengawasan perilaku hakim;


2. Menerima lapran dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran kode etik dan
/atau pedoman perilaku hakim.
3. Melakukan verifikasi,dan investigasi terhadap laopran dugaan pelanggaran kode
etik dan/atau pedoman perilaku hakim.
4. Memutuskan benar atau tidaknya laporan dugaan pelanggaran kode etik dan / atau
pedoman perilaku hakim;dan
5. Mengambil langkah hukum dan /atau lain terhadap orang perseorangan, kelompok
orang,atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat
hakim.
 tata cara laporan

masyarakat dapat berpartisipasi dalam rangka menjga dan menengakkan


kehormatan,keluhuran martabat,serta perilaku hakim dengan melaporakan dugaan
pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim ke komisi yudisial.persyaratan dan
tata cara laporan sebagai berikut:
1. laporan di tulis dalam bahasa indonesia dan ditujukan kepada ketua komisi
yudisial;
2. menyebutkan dan melampirkan identitas pelapor atau kuasa pelapor;
3. Menyebutkan identitas terlapor;
4. Menguraikan jenis dan /atau modus dugaan pelanggaran kode etik dan pedoman
perilku hakim;
5. Melampirkanbukti pendukung laporan (putusan ,penetapan,rekaman,dan
seterusnya );
6. Surat kuasa khusus untuk melapor ke komisi yudisial dalam hal melapor
bertindak untuk dan atas nama seseorang.11

Adapun jenis dugaan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim dapat di
kelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

a) Perilaku kedinasan .perilaku kedinasan dapat meliputi perilaku hakim dalam


melaksankan tugasnya atau dalam persidangan ,apakah telah sesuai dengan kode
etik/ perilaku hakim,hukum acara dan peraturan perundangan undangan?
b) Perilaku penyimpangan dalam membuat putusan
c) Putusan seharusnya mencerminkan fakta yang terungkap dalm persidangan
,beebrapa modus dugaan pelanggaran/penyimpangan dalam putusan
misalnyaterdapat rekayasa,pemutar balikan ,mengubah dan/atau menghilangkan
fakta maupun alat bukti yang terungkap dalam persidangan.perilaku murni adalah
dugaan penyimpangan perilaku hakim,baik di dalam atau diluar kedinasan ,
misalnya melioutu dugaan pemasaran, pungutan liar/ biaya tidak resmi
,penyuapan ,selingkuh,penyalahgunaan narkoba,perilaku yang bertentangan
dngan norma masyarakat/agama, dan lain lain.12
 Prosedur laporan pengaduan kode etik hakim

1. Laporam masyarakat
2. Tahap registrasi
3. Tahap panggilan pemeriksaan pelaksanaan pemeriksaan
4. Tahap pengambilan putusan

BAB III

11
Dr. H. Sutrisno.,M.Hum &Wiwin Yulianingsih S.H M.Kn, etika profesi hukum ,yogyakarta;CV.Andi
Offeset,2016.hlm 282
12
Dr. H. Sutrisno.,M.Hum &Wiwin Yulianingsih S.H M.Kn, etika profesi hukum ,yogyakarta;CV.Andi
Offeset,2016.hlm 283
PENUTUP

a. Kesimpulan

Hakim adalah penjabat peradilan Negara yang diberi wewenang oleh undang
undang untuk mengadili (pasal 1 butir 8 KUHAP) yaitu serangkaian tindakan hakim
,untuk menerima ,memeriksa,memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas ,jujur dan
tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal menurut cara yang di atur dalam undang
undang, begitu pentingnya posisi dan peranan hakim mengharuskan pemangkunya harus
kredibel , orang yang di hormati dan adil dalam memberi keputusan.
Wewenang dan tugas pokok dari lembaga peradilan (dalam hal ini hakim)adalah
melakukan tindakan pemeriksaan ,penilaian dan penetapan nilai perilaku manusia tertentu
,serta menentukan nilai suatu konkret dan menyelesaikan persoalan (konflik ) yang
ditimbulkan secara imparsial berdasarkan hukum yang dalam ini bias dijadikan sebagai
patokan objektif.
Kode etik dan pedoman etika perilaku hakim merupakan inti yang melekat pada
profesi hakim sebab ia adalah kode perilaku yang memuat nilai etika dan moral ,hakim
dituntut untuk berintegerasi dan professional serta menjunjung tinggi pedoman etika dan
perilaku hakim .makhkamah agung dan komisi yudisial telah mengeluarkan surat
keputusan bersama tentang kode etik dan pedoman perilaku hakim yang mengatur
perilaku hakim,yakni hakim harus berperilaku adil,berperilaku jujur,berperilaku arif dan
bijaksana ,bersikap mandiri ,berintegritas tinggi ,bertanggung jawab menjunjung tinggi
haraga diri ,berdisiplin tinggi ,berperilaku rendah hati dan bersikap professional
Pengawasan terhadap kode etik profesi hakim yaitu dilakukan oleh masyarakat
dan komisi yudisial,karena tugasnya adalah menjaga dan menegakkan kehormatan
,keluhan martabat,serta perilaku hakim

b. saran

Saya sadar masih banyak kekurangan yang saya miliki,baik dari tulisan maupun
bahasan yang di sajikan ,oleh karena mohon diberikan sarannya ,agar saya dapat
membuat makalah dengan lebih baik lagi kedepannya,dan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita semua
DAFTAR PUSTAKA

Munir fuady,S.H.,M.H.,L.L.M,2005, etika profesi hukum bagi hakim,jaksa,advokat,notaris,korator dan


pengurus ,Bandung; PT citra aditya bakti..

Indonesia (a) undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana Pasal 1 ayat( 9)
KUHAP

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan Kehakiman.

Muhammad Nuh SH.,MH,.Adv,2011,etika profesi hukum.Bandung; pustakas Setia.

Dr. H. Sutrisno.,M.Hum & Wiwin Yulianingsih S.H M.Kn. 2016 . etika profesi
hakum ,yogyakarta; CV .Andi Offeset.

Wildan Suyuthi Mustofa. 2013. Kode Etik Hakim. Jakarta: Prenadamedia Group.

Pembukaan Pedoman Perilaku Hakim Yang Disusun Pada Tahun 2006 Oleh Mahkamah Agung
Republik Indonesia

Peraturan bersama MA RI dan KY Nomor 02/PB/MA/IX/2012 02/PB/P.KY/09/2012 tentang


panduan penegakan kode etik dan pedoman perilaku hakim

Anda mungkin juga menyukai