Anda di halaman 1dari 6

Sistem Inovasi Nasional

Meskipun disebut sebagai Sisnas Litbangrap Iptek, konsep yang terkandung  dalam UU
18/2002 sebenarnya adalah Sistem Inovasi yang berkembang sejak seperempat abad yang
lalu.  Definisi sistem inovasi dituangkan dalam sudut pandang yang berbeda oleh Freeman
(1987), Lundvall (1992), Nelson dan Rosenberg (1993), Metcalfe (1995), OECD (1999), Elquist
(2001) dan Arnold et.al.(2001).  Dari sekian sudut pandang para pakar dapat disintesisikan
secara konseptual bahwa Sistem Inovasi adalah suatu kesatuan dari sekumpulan entitas pelaku
(aktor), kelembagaan, jaringan, hubungan, interaksi, dan proses produktif yang mempengaruhi
arah perkembangan inovasi dan difusinya, serta proses pembelajarannya (Taufik, 2005).

Dalam UU 18/2002, istilah inovasi sendiri didefinisikan sebagai kegiatan penelitian,


pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis
nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan iptek yang
telah ada ke dalam produk atau proses produksi.

Konsep Sistem Inovasi Nasional baru secara eksplisit disebutkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 Bidang Iptek.  Dalam buku tersebut
diuraikan bahwa strategi pembangunan Iptek dilaksanakan melalui dua prioritas pembangunan
yaitu: (1) Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN) yang berfungsi sebagai wahana
pembangunan Iptek menuju visi pembangunan Iptek dalam jangka panjang, dan (2)
Peningkatan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek (P3 Iptek) yang dilaksanakan
sesuai dengan arah yang digariskan dalam RPJPN 2005-2025. Selanjutnya strategi
pembangunan Iptek ini dijabarkan ke dalam kerangka pembangunan Iptek sebagaimana dalam
gambar 
Gambar : Kerangka Pembangunan Iptek Nasional.

Dalam kerangka pembangunan iptek tersebut dapat dilihat bahwa penguatan sistem inovasi
nasional ditujukan untuk mencapai sasaran menguatnya kelembagaan iptek, sumberdaya iptek,
dan jaringan iptek.  Apabila dibandingkan dengan konsep sistem inovasi nasional di beberapa
negara,  sasaran yang ingin dicapai pada umumnya adalah terciptanya sistem yang
meningkatkan kualitas hidup dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.  Pembangunan
sistem inovasi nasional sebagaimana diuraikan dalam RPJMN lebih untuk memperkuat wahana
pembangunan iptek.  Dengan demikian secara konseptual, konsep sistem inovasi nasional
dalam RPJMN masih perlu penyempurnaan.

Pembangunan Inklusif

Istilah pembangunan inklusif sering disampaikan oleh pimpinan negara dalam berbagai
kesempatan pidato.  Pembanguan inklusif secara umum diartikan sebagai oposit dari
pembangunan eksklusif, yaitu pembangunan yang hanya menguntungkan kelompok eksklusif
tertentu saja. Kesadaran mengenai pentingnya pembangunan inklusif timbul setelah melihat
realitas bahwa pembangunan nasional yang telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi
(growth) yang cukup tinggi tidak sepenuhnya dinikmati oleh kelompok miskin di pedesaan atau
di daerah kumuh perkotaan. Meskipun ekonomi tumbuh pesat, namun jumlah masyarakat di
bawah garis kemiksinan tidak banyak berkurang.
Dalam RPJMN 2010-2014 Buku I Bab V Kerangka Ekonomi Makro, pemerintah secara eksplisit
menyebutkan pentingnya pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan.  Dijelaskan
bahwa pembangunan ekonomi yang eksklusif menyertakan semua kelompok masyarakat dan
golongan serta masyarakat yang berada di wilayah-wilayah yang terpencil dan terisolasi. 
Pembangunan yang inklusif dan berkeadilan juga dicerminkan dari segi proses perumusan
kebijakan dan implementasinya, yaitu harus melibatkan para pemangku kepentingan untuk
dapat berperan aktif dan bekerjasama dengan membangunkonsensus pemihakan kepada
masyarakat yang masih tertinggal. Kebijakan yang afirmatif harus dijalankan untuk mengatasi
kesenjangan, ketertinggalan, maupun kemiskinan yang masih mewarnai kehidupan sebagian
besar bangsa Indonesia.

Inovasi untuk Pembangunan Inklusif

Telah dijelaskan bahwa sistem inovasi nasional adalah sistem  interaksi antara unsur
kelembagaan iptek yang diarahkan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
lingkup nasional.  Interaksi antara unsur tersebut secara keseluruhan bertujuan untuk
mengembangkan, proteksi, membiayai, atau regulasi ilmu pengetahuan dan teknologi baru
untuk meningkatkan kualitas hidup dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Namun
implementasi konsep sistem inovasi nasional khususnya di Indonesia terkesan masih lebih
ditujukan pada kepentingan pertumbuhan ekonomi.  Inovasi yang dikembangkan masih
ditujukan untuk kepentingan sektor industri karena lebih signifikan dalam menghasilkan
pertumbuhan ekonomi.  Inovasi yang diarahkan dalam bentuk teknologi tepat guna yang
dibutuhkan oleh masyarakat lapisan bawah masih belum dibina secara baik dan seakan
diserahkan kepada mekanisme pasar.

Kurangnya keberpihakan terhadap pengembangan inovasi untuk masyarakat kecil terlihat


dalam pelaksanaan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) yang secara masif
dilaksanakan oleh pemerintah.  Sukses pelaksanaannya lebih ditentukan oleh keberhasilan
dalam melakukan rekayasa sosial dan pengembangan kegiatan ekonomi dan belum bertumpu
pada unsur teknologi.  Seharusnya kegiatan ini kental dengan inovasi teknologi yang mampu
memberikan suntikan nilai tambah yang lebih tinggi, sehingga peningkatan kesejahteraan
masyarakat dapat dipacu secara lebih cepat.

Secara umum dapat dilihat bahwa unsur ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi (STI) belum
terlibat banyak dalam pembangunan inklusif.  Pengembangan sistem inovasi nasional perlu
dilaksanakan tidak hanya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi (industri), tetapi juga pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin.  Untuk itu diperlukan penguatan kelembagaan
riset yang mampu menghasilkan teknologi masyarakat (tepat guna), dukungan sumber daya
yang memadai untuk terciptanya teknologi masyarakat, dan jaringan yang mantap baik antar
lembaga riset mapun lembaga riset dengan pelaksana pembangunan inklusif.

Dalam tataran regional (propinsi dan/atau kabupaten), pemerintah telah mengembangan


konsep Sistem Inovasi Daerah (SIDa) yang merupakan turunan dari Sistem Inovasi Nasional
(SINas) dalam tingkat regional.  Dalam kerangka SIDa yang relatif berlingkup lebih kecil,
kedekatan antara unsur teknologi dengan proses pemberdayaan masyarakat secara inklusif
lebih mudah dikembangkan.  Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menciptakan
jaringan yang erat antara unsur penyedia teknologi dan pengguna teknologi melalui peran
fasilitator dilapangan.

Dalam tataran perencanaan sebagaimana Dewan Riset Nasional dapat banyak berperan, tugas
yang harus diselesaikan adalah bagaimana mendorong agar Agenda Pembangunan Iptek perlu
secara seimbang mengembangkan iptek untuk industri (orientasi ekonomi) dan iptek untuk
masyarakat (orientasi sosial).  Universitas sebagai salah satu unsur kelembagaan iptek dapat
berperan sebagai penghasil iptek (litbang) sekaligus penerap hasil iptek dilapangan
(pengabdian masyarakat).   

Agenda Riset Nasional sebagai salah satu output DRN disusun untuk memberikan arahan pada
pengembangan iptek dalam bidang (1) Pangan dan pertanian, (2) Energi, (3) Transportasi, (4)
TIK, (5) Kesehatan dan Obat, (6) Hankam, (7) Material Maju, dan (8) Sosial Humaniora. 
Agenda riset yang bersentuhan langsung dengan topik inovasi untuk pembangunan inklusif
terutama dilaksanakan dalam komisi pangan, kesehatan dan sosial humaniora.  Selain itu,
semangat pembangunan iptekpada Agenda Riset nasional  ditekankan pada kemanfaatan dan
kontribusi hasil-hasil iptek yang  ditekankan pada 3 hal yaitu (1) peningkatan kesejahteraan
masyarakat, (2) kesadaran akan potensi kelautan, dan (3) berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan.

Penutup

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan harus sejalan dengan tujuan utama
pembangunan nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat.  Kenyataan menunjukkan
bahwa pembangunan dan pengembangan iptek yang menyertainya masih dilaksanakan
dengan arah yang lebih menguntungkan masyarakat lapisan atas.  Untuk itu tantangan bagi
dunia iptek adalah bagaimana mengembangkan iptek dan inovasi yang mendorong
pembangunan yang juga berpihak kepada golongan masyarakat yang kurang beruntung
(pembangunan inklusif).

 
Referensi

1. Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor


193/M/Kp/IV/2010, Lampiran 2.  Agenda Riset Nasional 2010-2014.

2. Taufik, TA. 2010.  Kemitraan Dalam Penguatan Sistem Inovasi Nasional.  Dewan
Riset Nasional, Jakarta.

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional


Penelitian, pengembangan, dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

4. Undang undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana


Pembengunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.

http://drn.go.id/index.php/kategori-artikel/45-artikel-drn/187-sistem-inovasi-nasional-untuk-
pembangunan-inklusif
Dr. ir. Iding Chaidir , M.Sc – minggu 14 april 2019

Badan Pusat Statistik melalui website resmi merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia naik 4,21
persen dibandingkan kuartal I 2018 (q toq) dan tumbuh 5,27 persen dibandingkan periode yang
sama tahun lalu (yoy)
Pertumbuhan ekonomi periode ini menjadi yang tertinggi sejak 2014.
Dalam lima tahun terakhir, sejak kuartal I 2014, pertumbuhan ekonomi berada di kisaran rata-
rata 4,7 hingga tertinggi 5,21 persen.
Saat siaran berita resmi statistik Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang mencapai 5,27 cukup baik meski belum mencapai target dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yakni 5,4 persen.
Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai turun setelah kuartal IV 2013
mencapai 5,72 persen (yoy). Pertumbuhan ekonomi (yoy) sejak kuartal I 2014 berada diangka
5,21 persen dan terus mengalami penurunan pada Kuartal II diangka 5,12 persen, Kuartal III
5,01 persen dan Kuartal IV 5,01 persen.
Tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Kuartal I nail diangka 4,71 persen, Kuartal II turun diangka
4,67 persen, mengalami kenaikan pada Kuartal III diangka 4,73 persen dan naik pada di Kuartal
IV diangka 5,04 persen.

Tahun 2016 pada Kuartal I kembali mengalami penurunan 4,92 persen, Kuartal II berada
diangka 5,18 persen, Kuartal II 5,02 persen dan Kuartal IV diangka 4,94 persen.
Pasa tahun 2017 tepatnya Kuartal I pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan diangka 5,01
persen, Kuartal II diangka 5,01 persen, Kuartal III naik diangka 5,06 persen dan terus mengalami
kebaikan di Kuartal IV dengan pertumbuhan ekonomi yang dicatatkan sebesar 5,19 persen.
Kuartal I 2018 angka pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan diangka 5,06 persen dan
mengalami kenaikan pada Kuartal II diangka 5,27 persen.
Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Grafik Pertumbuhan Ekonomi
2014-2018, Kuartal II 2018 Tertinggi 5 Tahun Terakhir,
http://pontianak.tribunnews.com/2018/08/07/grafik-pertumbuhan-ekonomi-2014-2018-
kuartal-ii-2018-tertinggi-5-tahun-terakhir.
Penulis: Maskartini
Editor: Dhita Mutiasari
http://pontianak.tribunnews.com/2018/08/07/grafik-pertumbuhan-ekonomi-2014-2018-kuartal-ii-
2018-tertinggi-5-tahun-terakhir

Anda mungkin juga menyukai