Jurnal Nasional
Review :
A. Abstrak
Hukum Ohm mengungkapkan hubungan linear antara beda potensial dan kuat
arus listrik yang mengalir dalam suatu konduktor berhambatan. . Penelitian
tentang konsistensi kawat kumparan terhadap hukum ohm penting dilakukan
karena banyak peralatan elektronik yang memanfaatkan kawat kumparan.
Terkait hal itu telah dilakukan percobaan hukum Ohm menggunakan kumparan
tembaga berdiameter 0,125 mm sepanjang 30 meter dan ditempatkan pada
beberapa medium (udara, kumparan kawat diberi angin, air, dan minyak tanah).
Kumparan diberi tegangan (V) yang bervariasi dari 1,8 – 9 volt, kemudian kuat
arus listrik (I) pada rangkaian diukur. Dari set data (Vi, Ii) kemudian difitting
menurut model yang sesuai, selanjutnya dari penyimpangan kurva terhadap
garis lurus dianalisis tingkat konsistensinya terhadap hukum Ohm. Berdasarkan
hasil analisis data diperoleh bahwa pada tegangan 1,8 – 4 volt kumparan
konsisten terhadap hukum Ohm pada semua medium, namun pada tegangan 4
– 9 volt kumparan tidak konsisten terhadap hukum Ohm. Urut-urutan medium
dari yang kurang konsisten sampai dengan yang paling tidak konsisten terhadap
hukum Ohm adalah minyak tanah, air, kumparan kawat diberi angin, dan udara.
Dengan keadaan ini maka jika kumparan tersebut akan digunakan sebagai
komponen elektronik yang ikut memberikan andil pada timbulnya hambatan
arus listrik, maka pada pasokan tegangan lebih besar dari 4 volt perlu
dipertimbangkan penggunaan medium untuk mengurangi terjadinya simpangan
terhadap hukum Ohm.
Kata Kunci: hukum Ohm, kawat kumparan, udara.
B. Pendahuluan
Setiap bahan yang dilewati arus listrik memiliki besaran yang dapat
menghambat laju arus listrik dan dinamakan “hambatan” (resistor). Fenomena
adanya hambatan (resistor) pada suatu bahan telah diteliti fisikawan Jerman
yang bernama Georg Simon Ohm pada tahun 1825. Hasil penelitiannya
menghasilkan suatu hukum yang dipublikasikan pada sebuah paper berjudul The
Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827. Untuk
mengenang jasanya maka hukum tersebut dinamakan hukum Ohm. Hukum
1
Ohm didefinisikan sebagai tegangan V pada hambatan berbanding lurus dengan
kuat arus I untuk suhu yang konstan [2]. Berdasarkan hubungan antara beda
potensial dengan kuat arus listrik didapatkan nilai hambatan dari bahan
tersebut. Beda potensial dalam suatu bahan berhambatan akan mempunyai
hubungan yang linear terhadap kuat arus listrik asalkan suhu konstan.
Praktikum hukum Ohm biasanya menggunakan komponen elektronik
yang bentuk dan nilai hambatannya telah diatur sedemikian rupa sehingga hasil
yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan. Salah satunya adalah kawat
kumparan yang merupakan bahan yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari-
hari. Namun percobaan tersebut dilakukan karena tergolong rumit dan hasilnya
kurang sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut terjadi karena suhu kawat
berubah ketika diberi perlakuan yang berbeda. Perubahan suhu kawat
mengakibatkan ketidakkonsistenan hukum Ohm.
M. J. Madsen (2009) meneliti hukum Ohm menggunakan tiga utas kawat
tembaga (email) yang masing-masing panjangnya 19,00 m dengan diameter 0,32
mm. Dua utas kawat dibentuk kumparan terbuka dan satu kumparan tertutup
yang masing-masing ditempatkan di ruangan kering dan dalam rendaman air.
Percobaanya menunjukan bahwa karakteristik nilai hambatan kawat yang
berada dalam rendaman air hasilnya lebih sesuai dengan persamaan hukum
Ohm dengan kawat yang berada di ruangan kering.
Berdasarkan pemaparan di atas telah dilakukan percobaan hukum Ohm
dengan menggunakan hambatan kumparan. Penelitian tersebut dimaksudkan
untuk penemuan ulang hukum Ohm melalui praktikum kawat kumparan
panjang yang diatur secara sederhana dan mudah dikerjakan. Hasil percobaan
digunakan untuk memverifikasi perbandingan antara beda potensial dengan
kuat arus listrik sesuai dengan persamaan hukum Ohm.
C. Landasan Teori
Hukum Ohm
Setiap bahan tersusun atas atom-atom yang terdiri dari inti dan
elektron. Elektron bergerak mengelilingi inti (proton dan neutron) pada
orbitnya. Semakin jauh elektron dari inti maka semakin lemah gaya tarik
menarik antara elektron dengan inti. Jika elektron atom penyusun logam
(konduktor) dikenai medan listrik maka, elektron tersebut akan terlepas dari
atom penyusun logam dan bergerak bebas mengalami percepatan oleh gaya
qE,dengan q adalah muatan elektron dan E adalah kuat medan listrik. Hukum II
Newton tentang gerak menyatakan bahwa gaya yang bekerja pada suatu benda
berbanding lurus dengan percepatannya. Hukum tersebut berlaku pula pada
elektron bebas yang bergerak dalam suatu konduktor. Mengacu hukum II
Newton tersebut seharusnya kecepatan elektron bebas berubah beraturan
semakin besar. Bertambahnya kecepatan elektron bebas mengakibatkan kuat
arus bertambah pula. Tapi kenyataanya jika suatu konduktor diukur kuat
2
arusnya dalam rentang menunjukan bahwa kuat arus dalam konduktor relatif
tetap. Hal ini disebabkan bukan hanya gaya qE saja yang
bekerja ketika elektron bebas bergerak namun ada gaya gesek yang berasal dari
tumbukan antara elektron bebas dengan atom konduktor. Gaya gesek
menghambat percepatan elektron bebas sehingga kecepatannya menjadi tetap.
Elektron bebas dalam sebuah logam seperti molekul dalam gas, bergerak dalam
arah rambang dan terus menerus bertumbukan.
Secara garis besar hukum Ohm menyatakan bahwa besar kuat arus
listrik yang mengalir pada suatu konduktor pada suhu tetap sebanding dengan
beda potensial antara kedua ujung-ujung konduktor. Untuk konduktor yang
memiliki luas penampang A serba sama berlaku R = (1/σ )l / A, dengan l =
panjang konduktor, A = luas penampang konduktor, dan1/σ merupakan tetapan
dari nilai hambat jenis listrik bahan (ρ) sehingga : R = ρ l / A
Konduktor
D. Metode
Alat dan bahan :
Alat-alat yang digunakan adalah slide regulator dengan variasi tegangan
input sebesar 1,88V; 4,22V; 6,69V; 9,00V; ampermeter analog merek Sunwa tipe
20D, voltmeter digital merek Sunwa tipe YX-830B, termokopel digital merek
Protek tipe DM-32, kipas angin, kabel penghubung, wadah (tandon) berisi udara,
air tawar (air mineral merek Aqua), bensin, kumparan kawat tembaga email
berdiameter 0,12 mm dengan panjang kawat 30 m.
3
Langkah percobaan :
berikut:
F. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa konsistensi hukum Ohm
berlaku pada tegangan 1,8 – 4 volt namun pada tegangan 4 – 9 volt kumparan
tidak konsisten terhadap hukum Ohm. Hukum Ohm akan berlaku jika suhu
bahan dan lingkungan sekitar bersifat konstan. Urut-urutan medium dari yang
kurang konsisten sampai dengan yang paling tidak konsisten terhadap hukum
Ohm adalah minyak tanah, air, udara berangin, dan udara.
4
2. JURNAL INTERNASIONAL
Review :
A. Pendahuluan
Penjelasan untuk perilaku ini adalah bahwa suhu kawat meningkat ketika arus
mengalir melaluinya, menghilangkan daya P = I2R, sehingga menyebabkan resistivitas
berubah. Teks pengantar juga mencakup ketergantungan suhu resistivitas, dan model
perubahan resistivitas sebagai peningkatan linier berdasarkan peningkatan suhu T kali
koefisien suhu resistivitas. Namun, kombinasi pemanasan Joule yang mengarah ke kurva
I − V nonlinier biasanya tidak dibahas.
B. Landasan Teori
I = fV. 2
Jika polaritas sumber tegangan dibalik, arus juga harus dibalik karena kawatnya
homogen dan isotropik. Besarnya arus harus tetap sama: I = −f − V. Argumen ini
5
menyiratkan bahwa arus harus merupakan fungsi aneh dari tegangan. Jika fungsi f
berperilaku baik di dekat V = 0, ekspansi seri Persamaan. 2 harus
I = c1V + c3V3 + ¯. 3
I = V / R0, 4
RT = R01 + T - T0, 5
dimana koefisien suhu resistivitas bergantung pada material. Hubungan linier ini berlaku
untuk kisaran suhu yang dicakup dalam percobaan kami. Persamaan 4 menjadi, lebih
umum,
I = V / RT.
Dalam percobaan yang dilakukan ini dua reservoir termal digunakan: udara di
sekitar kawat dan penangas air pada suhu kamar. Panas diproduksi dalam kawat dengan
kecepatan tertentu
P = V2 / RT, 7
karena arus digerakkan oleh sumber tegangan konstan. Suhu T dari kawat akan menjadi
lebih besar dari suhu awal T0 sampai kesetimbangan tercapai di mana laju input panas
diimbangi dengan kehilangan panas ke lingkungan. Kawat berada dalam kontak termal
langsung dengan reservoir sehingga ada arus panas antara kawat dan reservoir. Karena
perpindahan panas dari kawat ke lingkungan di sekitar kawat terutama disebabkan oleh
kopling termal langsung, model ini tidak berlaku untuk perilaku nonohmic bola lampu
yang kehilangan daya terutama karena radiasi dan dijelaskan oleh hukum Stefan-
Boltzmann.
Panas ditransfer dari kawat ke lingkungan pada tingkat yang tergantung pada
perincian bagaimana kawat ditempatkan dalam kontak dengan reservoir dan
diparameterisasi dengan koefisien kopling termal. Arus panas H antara kawat dan
reservoir adalah
H = T - T0. 8
mcdT + 2 / R, 9
6
T - T0 = V dt di mana m adalah massa kawat dan c adalah panas spesifiknya.
Ketika kesetimbangan tercapai, dT / dt = 0, dan karena hambatan sebagai fungsi suhu
diberikan oleh Persamaan. 5, tegangan sebagai fungsi dari suhu
D. Kesimpulan
Karena hukum Ohm hanya berlaku untuk bahan dan situasi terbatas, penting
untuk memberikan pengalaman pada siswa dengan situasi di mana arus tidak sebanding
dengan tegangan secara linier. Eksperimen ini adalah contoh di mana arus nonlinier
dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep sederhana dari kursus fisika pengantar.
Model ini berlaku untuk kabel di hampir semua situasi realistis. Berbagai pengukuran
gulungan kawat yang berbeda dalam satu bagian lab akan mengarah pada diskusi
tentang kasus ideal di mana kawat mematuhi hukum Ohm. Meskipun arus diukur
dengan multimeter 5,5 digit yang mahal, besarnya efek nonlinear untuk gulungan kawat
di udara dapat dengan mudah diukur dengan multimeter digital yang murah.
Peningkatan yang mungkin menghasilkan kurva I − V yang lebih linier adalah dengan
menggunakan penangas air yang diaduk atau air yang mengalir sebagai penampung
panas untuk memastikan suhu yang konstan dan pendinginan yang efisien.
7
3. PERBANDINGAN