Overload (kelebihan beban) LAPAS adalah masalah lama yang tak kunjung selesai.
Overload terjadi karena semakin tingginya tindak kejahatan yang mengakibatkan semakin
kemerdekaannya di LAPAS. Overload adalah masalah serius yang kurang diperhatikan yang
berdampak buruk terhadap proses pemulihan narapidana. Dengan overload LAPAS, seolah
sebagai pembalasan bukan sebagai upaya pemulihan. Diantara akibat dari overload ini
adalah, kurangnya pengawasan dari petugas LAPAS dan memicu konflik antar warga binaan
pemasyarakatan. Kedua hal tersebut diatas menjadi pokok permasalahan yang mengakibatkan
dalam rangka membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya,
menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat
diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan,
dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab”.
Overload mengakibatkan tujuan untuk mencapai hal tersebut sulit tercapai, karena
dalam proses pemulihannya selalu terbentur dengan hal-hal yang bersifat pokok dan
mendasar yang menjadi kebutuhan primer warga binaan pemasyarakatan. Dengan overload
maka hak-hak warga binaan pemasyarakatn tidak akan dapat difasilitasi secara efektif,
sehingga wajar saja pada banyak kasus, hukuman pidana yang telah dijatuhkan tidak
menyampaikan keluhan;f. mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa
lainnya yang tidak dilarang; g. mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan;
mendapatkan cuti menjelang bebas; m. mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan
diperoleh oleh narapidana didalam LAPAS, tapi masalahnya adalah hak-hak itu tidak akan
mungkin terlaksana jika kapasitas atau daya tampung LAPAS yang sudah membludak tetap
dijadikan tempat yang disebut-sebut sebagai tempat pembinan dengan tujuan pemulihan
kembali narapidana dan anak didik pemasyarakatan, bahkan LAPAS terus memaksakan
diri menambah jumlah beban tanpa diikuti fasilitas dan prosedur yang memadai.
terkait pemberian asimilasi dan pembebasan bersyarat sebagai upaya meminimalisir dampak
penyebaran covid-19, pemberian asimilasi dan bebas bersyarat tentunya telah melalui
pertimbangan dan pembahasan yang matang sehingga hal ini dianggap pemerintah perlu
untuk dilakukan. Pemberian asimilasi dan bebas bersyarat tentunya tetap mengikuti syarat
dan prosedur yang telah ditetapkan dalam “Peraturan Menteri Dan Hak Asasi Manusia
(Permenkumham) No 03 Tahun 2018 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Remisi,
Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Dan
Cuti Bersyarat”.
Akan tetapi, muncul masalah baru setelah narapidana ini diberikan kelonggaran dalam
kebijakan yang diberikan dan menunjukkan sikap tak jera sehingga berani melakukan
tindak pidana lagi. Padahal, hukuman pidana yang mereka jalani sebelumya belum
dinyatakan selesai. Yang paling dirugikan dalam hal ini adalah masyarakat luas yang telah
berusaha menerima kedatangan narapidana dan anak didik pemasyarakatan kembali ditengah-
tengah mereka, tetapi kemudian kembali ditakuti dan dikhawatirkan atas keadaan tidak aman
karena kembali mengulang tindak pidana yang mengganggu masyarakat sekitar dan
ketertiban umum.
Masalah utamanya terletak pada proses pembinaan dan fasilitas LAPAS yang masih
jauh dari kata mumpuni. Selain itu, aturan-aturan karet didalam LAPAS yang menyebabkan
sulitnya mencapai persamaan didepan hukum (equality before the law) antar sesama
penghuni LAPAS menjadi bagian yang tak terpisahkan sebagai pemicu bobroknya sistem
upaya memutus rantai penyebaran covid-19 disatu sisi adalah hal yang sewajarnya dilakukan
pemerintah. Tetapi disisi lain, upaya menguranai overload atau overcapacity tidak bisa
dilakukan hanya dengan memberikan asimilasi atau pembebasan bersyarat saja. Overload
Profil Penulis
No Hp : 081332906405
Nama Bank : BRI
No Rekening : 026901020746501