“INFEKSI”
Disusun Oleh :
Ines Octaviana Daeli (237183)
Muhammad Aqsyal (24718480)
Qorina Rahman (25718699)
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini, dan kami buat dengan waktu yang telah di tentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan makalah seperti ini, pembaca dapat belajar dengan baik dan benar
mengenai infeksi beserta factor dan jalannya infeksi pada tubuh.
Penulis mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberi sumbangsi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Dan tentunya
penulis juga menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
pada makalah ini. Hal ini Karena keterbatasan kemampuan dari penulis. Oleh
karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi
kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Depok , 20 November 2019
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
iii
2.6.2 Patogenesis ................................................................................. 13
2.6.3 Klasifikasi TB ............................................................................. 14
2.6.4 Gejala Lymphadenitis ................................................................. 14
2.6.5 Pengobatan Lymphadenitis ......................................................... 15
2.6.6 Faktor Resiko .............................................................................. 15
2.7 LYMPHEDEMA ............................................................................... 15
2.7.1 Etiologi Lymphedema ................................................................ 16
2.7.2 Patologi ....................................................................................... 16
2.7.3 Gejala Lymphedema ................................................................... 16
2.7.4 Pengobatan Lymphedema ........................................................... 17
2.7.5 Pencegahan lymphedema ........................................................... 17
2.8 SISTEM IMUN .................................................................................. 18
2.9 KLASIFIKASI SISTEM IMUN ........................................................ 18
2.9.1 Sistem Imun Non Spesifik (innate immune system) ................... 18
2.9.2 Sistem Imun Spesifik (Adaptive Immune System) ....................... 21
2.10 PENYAKIT SISTEM IMUN ........................................................... 22
2.10.1 Diabetes Melitus ....................................................................... 22
2.10.2 Gejala Diabetes ......................................................................... 22
2.10.3 Faktor Resiko Diabetes ............................................................. 23
2.10.4 Komplikasi Diabetes ................................................................. 23
2.10.5 Pencegahan Diabetes ................................................................ 23
2.11 FAKTOR MIKROBA PADA INFEKSI .......................................... 24
2.11.1 Daya Tranmisi .......................................................................... 24
2.11.2 Daya Inversi .............................................................................. 25
2.11.3 Kemampuan untuk Mneimbulkan Penyakit ............................. 25
2.12 CARA INTERAKSI HOSPES DAN MIKROBA ........................... 26
2.12.1 Incubation (masa inkubasi) ....................................................... 26
2.12.2 Prodormal (masa laten) ............................................................. 27
2.12.3 Acute Illness Stage (masa infeksi) ........................................... 27
2.12.4 Convalescent Stage (masa penyembuhan) ............................... 27
2.13 REAKSI HOSPES DENGAN JASAD RENIK ............................... 27
BAB 3 PENUTUP................................................................................................ 29
iv
3.1 KESIMPULAN ................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kelompok agen menular.
2. Mengetahui factor hospes pada infeksi.
3. Mengetahui pembuluh limpa pada infeksi.
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pertahanan terakhir.
5. Mengetahui factor mikroba pada infeksi.
6. Mengetahui interaksi hospes dan mikroba.
7. Mengetahui apa itu infeksi topurtunistik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 AGENT PENYAKIT MENULAR
Agen atau Penyebab penyakit adalah unsur organisme hidup, atau kuman
infeksi, yang menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Penyakit menular atau
penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh agen biologi.
Agen biologi ialah agen yang berasal dari makhluk hidup seperti parasit,
virus, bakteri, jamur, dan protoza. Agen biologi adalah mikroorganisme yang
dapat menyebabkan penyakit pada tanaman, hewan, atau tumbuhan, atau
menyebabkan kerusakan material.
Agen biologi terdiri dari mikroorganisme (virus, bakteri, dan jamur) dan
organisme uniselular dan multiselular lainnya seperti parasit beserta racun yang
dihasilkannya. Agen biologi mampu mempengaruhi kondisi kesehatan manusia
dalam berbagai cara, dari reaksi alergi yang umumnya ringan sampai kepada
kondisi yang serius bahkan kematian. Agen biologi dapat di temukan di air, tanah,
tumbuhan, dan hewan. Adapun identifikasi agen biologi ini yakni:
2.1.1 Parasit
Parasit adalah organisme mikroskopik yang hidup bergantung pada
organisme lain dengan cara mengambil persediaan nutrisi dari organisme
tersebut. Parasit merupakan organisme yang hidup dari organisme lain. Jenis
parasit yang biasa menyebabkan infeksi yaitu protozoa, cacing dan
ektoparasit.
Protozoa adalah organisme bersel tunggal yang dapat hidup dan
berkembang biak di dalam tubuh. Cacing adalah organisme multisel yang
dapat hidup di dalam atau diluar tubuh. Kebanyakan cacing hidup di usus,
seperti cacing pipih, cacing pita, cacing kremi, dan cacing gelang. Ektoparasit
adalah organisme multisel yang disebarkan oleh serangga atau arachnida
seperti nyamuk, kutu, dan tungau yang bertindak sebagai inang pembawa
penyakit.
Beberapa parasit ada dalam feses (kotoran) hewan dan dapat
menyebabkan infeksi jika makanan yang tercemar oleh kotoran yang
mengandung parasit termakan, dicerna dan diserap oleh tubuh.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh parasit antara lain:
1. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit
yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini dibawa dan
disebarkan oleh nyamuk Anopheles. Parasit ini berpindah ke manusia
saat nyamuk tersebut menggigit kulit untuk menghisap darah. Penderita
akan mengalami demam tinggi, menggigil, nyeri bagian tubuh serta
mual hingga muntah-muntah.
2. Leishmaniasis
3
Leishmaniasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit protozoa
yang termasuk ke dalam genus Leishmania, dan ditularkan
melalui gigitan sejenis lalat pasir betina genus Lutzomyia dan
Phlebotomus.
Gejala klinis Leishmaniasis terbagi menjadi 4, yaitu:
1) Visceral Leishmaniasis (VL) yang menimbulkan pembengkakan
organ dalam
2) Post-KalaAzar-Dermal Leishmaniasis (PKDL) yaitu komplikasi
yang muncul setelah seseorang sembuh dari VL
3) Cutaneous Leishmaniasis (CL) yang menimbulkan borok (lesion)
di kulit
4) Mucocutaneus Leishmaniasis (ML) yang merusak jaringan
mukosal.
2.1.2 Virus
Virus adalah organisme nonseluler yang terususun atas subunit protein
dan berukuran sangat kecil serta memiliki sifat parasit obligat intraseluler,
dimana virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan
menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak
memiliki perlengkapan seluler untuk bereproduksi sendiri.
Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA
atau RNA) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri
atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.
Virus dapat menyerang tubuh manusia dan masuk ke beberapa sel
tubuh. Virus tersebut akan menguasai dan mengendalikan sel tadi untuk
menghasilkan bagian-bagian yang diperlukannya untuk memperbanyak diri.
Virus yang telah memasuki inang akan mengadakan kontak dengan sel yang
rentan, bereplikasi, dan menyebabkan kerusakan sel.
Contoh-contoh penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain:
1. HIV/AIDS
Acquired Immunodeficiency Sydrome (AIDS) adalah infeksi yang
disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
menyebabkan suatu penyakit yang menyerang sel-sel kekebalan
tubuh. Virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantara
darah, semen dan sekret vagina. Human Immunodeficiency Virus
tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetik RNA yang
mampu menginfeksi limfosit CD4 (Cluster Differential Four), dengan
melakukan perubahan sesuai dengan DNA inangnya.
Virus HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang
mempunyai antigen CD4 terutama limfosit T4 yang memegang
peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem
kekebalan tubuh. Virus juga dapat menginfeksi sel monosit makrofag,
4
sel Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe,
makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel
mikroglia otak. Virus yang masuk kedalam limfosit T4 selanjutnya
mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya
menghancurkan sel limfosit itu sendiri.
Penularan HIV/AIDS yaitu melalui hubungan seksual dengan
seseorang yang terinfeksi HIV, transfusi darah dari seseorang yang
terinfeksi, serta dari wanita yang terinfeksi kepada bayinya selama
kehamilan atau saat menyusui.
2. Herpes
Herpes adalah penyakit kulit yang timbul akibat serangan virus
Human papillomavirus (HPV). Penyakit ini menyebabkan kulit
mengalami luka melepuh, gatal, merah, dan berair.
Penyakit Herpes terdiri dari dua macam yaitu herpes zoster yaitu
penyakit herpes yang menyerang kulit, dan herpes simplex/genitalis
yaitu penyakit herpes yang merupakan salah satu penyakit kelamin.
Penularan Herpes sering terjadi ketika ada kontak kulit dengan
penderita herpes.
2.1.3 Bakteri
Bakteri merupakan sebuah kelompok mikroorganisme bersel tunggal
dengan konfigurasi selular prokariotik (tidak memiliki selubung inti). Bakteri
merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat
menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya,
bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan
tubuh dan benda mati lainnya.
Bakteri memiliki kemampuan untuk menularkan, melekat pada sel
inang, menginvasi sel inang dan jaringan, meracuni, dan mampu menghindar
dari sistem kekebalan inang. Ketika bakteri menular dan masuk ke dalam
tubuh, jumlahnya akan bertambah dan bisa menghasilkan sejumlah zat kimia
yang kuat, yang biasa disebut dengan toksin atau racun. Toksin ini dapat
menghancurkan sel-sel tertentu pada jaringan tubuh yang diserangnya,
sehingga menimbulkan penyakit.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain:
1. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang
dan merusak jaringan tubuh manusia. Bakteri tersebut dapat ditularkan
melalui saluran udara. TBC biasanya menyerang paru-paru, namun
bisa juga menyebar ke tulang, kelenjar getah bening, sistem saraf
pusat, jantung, dan organ lainnya.
5
Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah yang keluar dari penderita
TBC ketika berbicara, batuk, atau bersin. Bakteri ini dapat terhirup
jika terjadi kontak dengan penderita tuberkulosis atau melalui
udara yang sudah dicemari penyakit TBC melalui batuk. Penyakit ini
lebih rentan terkena pada seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah.
2. Difteri
Difteri adalah infeksi saluran respiratorik atas atau nasofaring yang
disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria. Penyakit ini
ditandai dengan sakit tenggorokan, demam, malaise dan pada
pemeriksaan ditemukan pseudomembran pada tonsil, faring, dan / atau
rongga hidung.
Penularan disebarkan melalui droplet, kontak langsung dengan sekresi
saluran napas penderita atau dari penderita karier.
Corynebacterium diphtheria masuk melalui mukosa atau kulit,
melekat serta berkembang biak pada permukaan mukosa saluran nafas
bagian atas dan memproduksi toksin yang kemudian disebarkan ke
seluruh tubuh melalui pembuluh limfe dan darah. Efek toksin pada
jaringan tubuh manusia adalah hambatan pembentukan protein dalam
sel.
2.1.4 Jamur
Jamur merupakan organisme bersel satu yang ukurannya sedikit lebih
besar dari bakteri. Jamur dapat menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi
manusia. Penyakit tersebut antara lain mikosis yang langsung menyerang
kulit, mikotoksitosis akibat mengonsumsi toksin dari jamur yang ada dalam
produk makanan. Jamur itu kemudian melepaskan toksin yang dapat
menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya
bisa berupa bercak–bercak putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk
asimetris.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur antara lain:
1. Kurap
Kurap adalah infeksi jamur pada kulit yang menimbulkan ruam
melingkar berwarna merah. Kurap dapat terjadi di beberapa bagian
tubuh, seperti di kepala, wajah, atau selangkangan. Terdapat 3 jenis
jamur yang dapat menyebabkan kurap, yaitu
jamur trichophyton, epidermophyton, dan microsporum. Penyakit ini
dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita atau hewan
yang terinfeksi. Selain itu, kontak secara tidak langsung dengan benda
yang terkontaminasi jamur juga dapat menularkan kurap.
6
2.2 FAKTOR HOSPES PADA INFEKSI
Syarat timbulnya infeksi adalah bahwa mikroorganisme yang menular harus
mampu melekat, menduduki atau memasuki hospes dan berkembang biak paling
tidak sampai taraf tertentu. Karena itu tidaklah mengherankan bila dalam
perjalanan evolusi, spesies hewan termasuk manusia sudah mengembangkan
mekanisme pertahanan tertentu pada berbagai tempat yang berhubungan dengan
lingkungan :
2.2.1 Kulit dan Mukosa Orofaring
Batas utama antara lingkungan dan tubuh manusia adalah kulit. Kulit
yang utuh memiliki lapisan keratin atau lapisan tanduk pada permukaan luar
dan epitel berlapis gepeng sebagai barier mekanis yang baik sekali terhadap
infeksi. Namun jika terjadi luka iris, abrasi atau maserasi (seperti pada lipatan
tubuh yang selalu basah) dapat memungkinkan agen menular masuk.
Kulit juga mempunyai kemampuan untuk melakukan dekontaminasi
terhadap dirinya sendiri. Pada dekontaminasi fisik, organisme yang melekat
pada lapisan luar kulit (dengan anggapan bahwa mereka tidak mati kalau
menjadi kering) akan dilepaskan pada waktu lapisan kulit mengelupas.
Dekontaminasi kimiawi terjadi karena tubuh berkeringat dan sekresi kelenjar
sebasea sehingga membersihkan kulit dari kuman. Flora normal yang terdapat
pada kulit menimbulkan dekontaminasi biologis dengan menghalangi
pembiakan organisme – organisme lain yang melekat pada kulit.
7
2.2.3 Saluran pernafasan
Epitel pada saluran nafas misalnya pada lapisan hidung, lapisan
nasofaring, trakea dan bronkus, terdiri dari sel – sel tinggi yang beberapa
diantaranya mengeluarkan mukus, tetapi sebagian besar diperlengkapi dengan
silia pada permukaan lumen mereka. Tonjolan-tonjolan kecil ini bergetar
seperti cambuk dengan gerakan yang diarahkan kemulut, hidung dan keluar
tubuh. Jika jasad renik terhirup, mereka cenderung mengenai selimut mukosa
yang dihasilkan dari mukus, untuk digerakkan keluar dan atau dibatukkan
atau ditelan.
Kerja perlindungan ini dipertinggi dengan adanya antibodi didalam
sekresi. Jika beberapa agen menghindar dari pertahanan ini dan mencapai
ruang – ruang udara didalam paru-paru, maka disana selalu terdapat makrofag
alveoler yang merupakan barisan pertahanan lain.
8
Pada kondisi yang parah yang disebut septikopiemia atau disingkat
piemia, dimana organisme mencapai jumlah yangs edemikan besarnya
sehingga mereka bersirkulasi dalam gumpalan-gumpalan dan
mengambil tempat pada banyak organ dan menimbulkan banyak sekali
mikroabses.
9
bening. Beberapa sel limfosit akan meninggalkan nodus dengan perjalanan di
getah bening dan memasuki darah ketika getah bening bergabung kembali, ini
memungkinkan untuk menangani infeksi pada jaringan lain. Ini bukan satu-
satunya daerah dimana perlawanan berlangsung, limpa juga menyaring darah
dengan cara yang sama seperti sebuah nodus yang menyaring getah bening, sel B
dan sel T yang bermigrasi dari sumsum tulang merah dan Thymus yang telah
matang pada limpa (Ada 3 jenus Sel T yang menakjubkan, itu adalah memori T
sel yang dapat mengenali patogen yang telah memasuki tubuh sebelumnya dan
dapat menangani mereka dengan lebih cepat, sel T lainnya disebut helper dan
sitotoksik yang melaksanakan fungsi kekebalan, sedangkan sel makrofag limfa
menghancurkan sel-sel darah patogen yang dilakukan oleh fagositosis. Ada nodul
limfatik seperti amandel yang menjaga terhadap infeksi bakteri yang mana ini
menggunakan sel limfosit. Kelenjar timus mematangkan sel yang diproduksi di
sumsum tulang merah yang kemudian setelah sel-sel ini matang, sel-sel ini
kemudian bermigrasi ke jaringan limfatik seperti amandel yang mana kemudian
berkumpul pada suatu wilayah dan mulai melawan infeksi. Sumsum tulang merah
memproduksi sel B dan sel T yang telah bermigrasi ke daerah lain dari sistem
getah bening untuk membantu dalam respon kekebalan.
2.5 LYMPHANGITIS
Lymphangitis adalah suatu peradangan dari saluran limfatik yang terjadi
sebagai akibat dari infeksi pada situs distal ke saluran limfatik, yang
menyebabkan sebagian besar limfangitis terjadi pada manusia adalah disebabkan
oleh Streptococcus pyogenesis. Lymphangitis juga kadang-kadang disebut dengan
keracunan darah.
10
Tabel 1. Penyebab Lymphangitis
2.5.2 Patogenesis
Organisme pathogen memasuki saluran limfatik langsung melalui luka
atau sebagai komplikasi infeksi. Setelah organisme memasuki saluran
pembuluh limfa, peradangan local dan infeksi berikutnya terjadi. Munculnya
garis-garis merah pada kulit. Peradangan atau infeksi kemudian meluas ke
proksimal terhadap kelenjar getah bening regional.
11
2.5.5 Pathway Pengobatan
Lymphangitis adalah sebuah infeksi serius, dimana pengobatan akan
dimulai segera bahkan sebelum kultur bakteri yang tersedia. Pengobatan
lymphangitis dapat dilakukan dengan cara atau tahap-tahap sebagai berikut :
1. Pemberian antibiotic Penisilin (Streptococcus)
2. Antibiotik untuk mengobati infeksi yang mendasar.
3. Analgesik untuk mengontrol nyeri.
4. Obat-obat anti-inflamasi untuk mengurangi inflamasi dan
pembengkakkan.
5. Pembedahan untuk menguras abses apapun.
6. Memelihara kesehatan dan kebersihan tubuh untuk mencegah terjadi
berbagai infeksi.
2.6 LYMPHADENITIS TUBERCOLOSIS
Lymphadenitis dalah peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah bening.
Limfadenitis bisa disebabkan oleh infeksi dari berbagai organisme, yaitu bakteri, virus,
protozoa, riketsia atau jamur. Secara khusus, infeksi menyebar ke kelenjar getah bening
dari infeksi kulit, telinga, hidung atau mata. Limfadenitis TB didefinisikan sebagai
inflamasi pada kelenjar getah bening atau kelenjar limfe yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium Tubercolosis.
Bakteri Streptokokus, Stafilokokus, dan Tuberkulosis adalah penyebab paling
umum dari Limfadenitis, meskipun virus, protozoa, riketsia, jamur juga dapat
menginfeksi kelenjar getah bening. Berdasarkan lokasinya, limfadenitis dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu:
1. Limfadenitis lokal.
Limfadenitis ini merupakan jenis limfadenitis yang paling umum
terjadi. Limfadenitis lokal hanya terjadi pada beberapa kelenjar getah
bening yang berdekatan.
2. Limfadenitis umum.
Limfafenitis ini adalah kondisi ini terjadi ketika banyak kelenjar getah
bening yang mengalami radang akibat penyebaran infeksi melalui aliran
darah, atau akibat penyakit lain yang menyebar ke seluruh tubuh.
Penyebab limfadenitis sangat beragam, namun kebanyakan terjadi akibat
infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur. Kanker juga dapat menyebabkan
terjadinya limfadenitis, termasuk leukemia dan limfoma.
A. Infeksi yang dapat menyebabkan limfadenitis lokal, seperti:
1. Infeksi bakteri: Streptococcus, tuberkulosis, Mycobacterium
nontuberkulosis, sifilis, tularaemia, dan lymphogranuloma venereum
2. Infeksi virus: herpes genital.
B. Infeksi yang mengakibatkan limfadenitis umum, antara lain:
1. Infeksi parasit: toksoplasmosis.
2. Infeksi jamur: histoplasmosis.
3. Infeksi bakteri: Brucella, sifilis.
12
4. Infeksi virus: Cytomegalovirus, mononucleosis
2.6.2 Patogenesis
Transmisi penyakit ini terjadi dari manusia ke manusia melalui jalur
respirasi. Droplet nuclei yang terinhalasi masuk ke tubuh dan bermigrasi ke
paru-paru. Di dalam paru-paru, droplet nuclei yang mengandung
Mycobacterium tuberculosis akan dimakan oleh sel fagosit yang disebut
makrofag. Makrofag berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh untuk
membuang organisme yang tidak diinginkan keluar dari saluran pernafasan
bawah.
Pada fase ini, perang diantara Mycobacterium tuberculosis dengan
makrofag terjadi dan akan menghasilkan 2 kemungkinan tergantung dari
kekuatan makrofag dan virulensi Mycobacterium tuberculosis yang
13
menginfeksi. Sel makrofag yang kuat akan menghancurkan Mycobacterium
tuberculosis dan mencegah infeksi yang berkelanjutan. Sebaliknya, bila sel
makrofag lemah ditambah virulensi bakteri yang kuat maka Mycobacterium
tuberculosis akan melanjutkan hidupnya dan bereplikasi di dalam sel
makrofag tersebut. Di dalam sel fagosit, banyak organisme yang akan dibawa
ke kelenjar getah bening karena kelenjar getah bening merupakan kelenjar
yang dapat menyaring zat yang berbahaya dan memproduksi limfosit. Di
dalam kelenjar getah bening, Mycobacterium tuberculosis akan dihancurkan
ataupun akan terus berkembang biak dan akhirnya terjadi lysis (pemecahan).
Apabila Mycobacterium tuberculosis terus hidup di dalam tubuh dan
bereplikasi, maka setelah 1-4 minggu setelah infeksi pertama, sistem imun
spesifik tubuh akan mulai bekerja untuk menyerang Mycobacterium
tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis biasanya akan mencapai kelenjar
getah bening dan mengalami reaktivasi. Reaktivasi terjadi pada saat sistem
imun dalam keadaan melemah.
2.6.3 Klasifikasi Tb
Tuberkulosis perifer dapat diklasifikasikan ke dalam lima stadium yaitu:
1. Stadium 1, pembesaran KGB yang keras, dapat digerakkan, terpisah,
dan menunjukkan reaksi hiperplasia yang non-spesifik.
2. Stadium 2, pembesaran KGB yang kenyal dan terfiksasi ke jaringan
sekitarnya.
3. Stadium 3, centralsoftening akibat pembentukan abses.
4. Stadium 4, pembentukan collar-stud abses (abses superfisial yang
dihubungkan oleh suatu saluran dengan abses yang letaknya lebih
dalam).
5. Stadium5, pembentukan sinus tract atau fistula
14
2.6.5 Pengobatan Lymphadenetis
Pengobatan yang diberikan kepada pasien bergantung terhadap penyebab
limfadenitis itu sendiri. Selain bergantung kepada penyebab, jenis pengobatan
yang diberikan juga mempertimbangkan :
1. Usia pasien.
2. Kondisi kesehatan pasien secara umum.
3. Tingkat keparahan limfadenitis yang terjadi.
4. Riwayat medis pasien.
5. Jangka waktu terjadinya limfadenitis.
6. Penyebab Limfadenitis
Pengobatan lymphadenetis sesudah mempertimbangkan beberapa hal,
lymphadenetis dapat diberikan pengobat berupa :
1. Antibiotik, antivirus, atau antijamur, AINS(Ibu profen)
2. Mengalirkan abses atau nanah.
3. Pengobatan kanker (limfadenetis) yang terjadi diakibatkan oleh tumor
atau kanker.
2.7 LYMPHEDEMA
Lymphedema adalah akumulasi cairan interstisial kaya protein dalam kulit
dan jaringan subkutan yang terjadi sebagai akibat dari disfungsi limfatik. Kasus-
kasus di mana etiologi tidak diketahui atau yang berkembang sebagai akibat dari
bawaan disfungsi limfatik disebut lymphedema primer. Semua bentuk
lymphedema yang terjadi sebagai akibat dari penyumbatan disebut sebagai
lymphedema sekunder.
15
2.7.1 Etiologi Lymphedema
Pada lymphedema primer, penyakit ini dianggap sebagai kelainan
genetik, dimana ekspresi dapat terjadi pada saat lahir (penyakit Milroy),
pubertas (lymphedema praecox), atau setengah baya (lymphedema tarda).
Dalam lymphedema sekunder, penyakit ini berkembang sebagai infeksi atau
bedah ablasi. Pasien yang diklasifikasikan memiliki predisposisi primer
(bawaan) lymphedema, memiliki bentuk disfungsi limfatik yang lebih parah,
sedangkan pasien dengan sekunder (diperoleh) lymphedema menyebabkan
pembengkakan hanya beberapa saat setelah terjadi kerusakan dan selanjutnya
aliran limfatik normal.
Kapasitas terjadinya kerusakn aliran dan regenerasi limfatik dapat
bervariasi antarpasien. Ketidakpastian tentang etiologi utama lymphedema
diperkirakan karena perempuan menderita setidaknya tiga kali lebih sering
dibandingkan pria dan sering berkembang edema sekitar waktu menarche
kaki kiri lebih sering daripada kanan, dan keterlibatan jarang terjadi pada
ekstremitas atas. Penyebab paling umum dari lymphedema sekunder di
seluruh dunia adalah infeksi langsung kelenjar getah bening oleh parasit
Wuchereria bancrofti.
2.7.2 Patogenesis
Lymphedema secara garis besar disebabkan oleh disfungsi transpor
limfatik. Normalnya fungsi pembuluh limfe untuk memindahkan cairan dari
kapiler yang terakumulasi di interstitial, sehingga tekanan interstitial tetap
terjaga. Lymphedema terbatas pada kompartemen subkutan; kompartemen
otot tidak terlibat. Keluarnya cairan kaya protein terjadi ketika banyaknya
cairan melebihi limfatik kapasitas transportasi. Penyebab edema tinggi
protein pergeseran keseimbangan Starling, sehingga terjadi akumulasi cairan.
Seiring dengan waktu, tekanan oksigen menurun, terjadi penurunan fungsi
makrofag, dan adanya peningkatan jumlah cairan kaya protein menimbulkan
kondisi inflamasi kronis dan fibrosis.
16
2.7.4 Pengobatan Lymphedema
Pengobatan limfedema bertujuan untuk meredakan gejala yang
diderita oleh pasien serta mengurangi pembengkakan yang terjadi. Metode
pengobatan yang dapat dijalani pasien limfedema meliputi:
1. Terapi Mandiri
Terdapat beberapa terapi yang digunakan untuk mengatasi limfedema
secara mandiri di rumah, yaitu:
1. Melakukan olahraga ringan untuk melenturkan otot yang
bermasalah dan membantu mengurai cairan getah bening yang
menumpuk.
2. Menjaga lengan atau tungkai dari luka, dengan berhati-hati saat
menggunakan benda tajam.
3. Menjaga lengan atau tungkai dari luka, dengan berhati-hati saat
menggunakan benda tajam
2. Terapi Khusus
Beberapa terapi khusus yang dapat dilakukan untuk mengatasi
limfedema antara lain :
1. Pneumatic compression, yaitu alat yang dililitkan di lengan dan
tungkai untuk memompa dan memberi tekanan secara berkala
kepada cairan bening.
2. Compression garments, yaitu pakaian khusus atau stoking yang
menekan lengan atau kaki yang bermasalah agar cairan limfe dapat
keluar.
3. Manual lymph drainage, yaitu teknik pijat manual yang dilakukan
untuk melancarkan aliran cairan Terapi ini dilakukan oleh tenaga
medis.
4. Complete decongestive therapy (CDT), yaitu kombinasi beberapa
jenis terapi dan penerapan pola hidup sehat.
3. Operasi
17
2.8 SISTEM IMUN
Sistem imun merupakan kumpulan mekanisme dalam suatu mahluk hidup
yang melindunginya terhadap infeksi dengan mengidentifikasi dan membunuh
substansi patogen. Sistem ini dapat mendeteksi bahan patogen, mulai dari virus
sampai parasit dan cacing serta membedakannya dari sel dan jaringan normal.
Deteksi merupakan suatu hal yang rumit karena bahan patogen mampu
beradaptasi dan melakukan cara-cara baru untuk menginfeksi tubuh dengan
sukses. Sebagai suatu organ kompleks yang disusun oleh sel-sel spesifik, sistem
imun juga merupakan suatu sistem sirkulasi yang terpisah dari pembuluh darah
yang kesemuanya bekerja sama untuk menghilangkan infeksi dari tubuh. Organ
sistem imun terletak di seluruh tubuh, dan disebut organ limfoid. sistem imun
mencakupi semua struktur dan proses yang menyediakan pertahanan tubuh untuk
melawan bibit penyakit dan dapat di kelompokkan menjadi dua kategori yaitu;
sistem imun bawaan (innate) yang bersifat non-spesifik dan sistem imun adaptif
yang bersifat spesifik.
Secara umum sistem imun memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Pembentuk kekebalan tubuh.
2. Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam
tubuh.
3. Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang
membahayakan.
4. Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh.
18
3. Pertahanan Kimia (saliva, keringat, sebum, air mata, lisozim, enzim
pencernaan)
4. Pertahanan Biologi
19
Kedua adalah neutrofil, merupakan sel darah putih yang memiliki
karakter seperti monosit (fagosistosis) selain itu membebaskan histamin
sebagai pemicu respon inflamantoris. Artinya selain dapat menghancurkan
patogen neutrofil juga mampu memberi perintah untuk menghancurkan sel
tubuh yang telah diserang oleh patogen agar tidak lebih luas menyebar.
Ketiga adalah NKC-Natural Killer Cell, sel ini tidak menyerang mikrobia
yang masuk akan tetapi menghancurkan sel yang sudah terinfeksi oleh virus.
Mekanisme penghancuran sel tubuh dilakukan dengan membuat lubang pada
membran plasma pada sel yang terifeksi dengan enzim perforin. Mekanisme
iniakan menyebabkan sel yang dilubangi tersebut dibanjiri oleh air dan
akhirnya sel tersebut pecah. NKC selain berfungsi menyerang sel yang telah
terinfeksi, sel ini juga memiliki kemampuan untuk menyerang sel kanker.
Inflamasi atau peradangan merupakan mekanisme tubuh dalam
melindungi diri dari infeksi mikroorganisme asing, seperti virus, bakteri, dan
jamur. Pada saat mekanisme alami ini berlangsung, sel-sel darah putih dan zat
yang dihasilkannya sedang melakukan perlawanan dalam rangka membentuk
perlindungan. Inflamasi bukan hanya terjadi akibat kehadiran benda asing
yang menyerbu sistem kekebalan tubuh kita. Cedera fisik dan bahan iritan
juga dapat memunculkan respons inflamasi tubuh. Terkadang, inflamasi atau
peradangan terjadi justru ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya
berfungsi memberikan perlindungan malah menyerang tubuh sendiri. Kondisi
ini disebut sebagai penyakit autoimun. Tanpa adanya proses peradangan,
maka kemungkinan bagi infeksi dan luka untuk sembuh menjadi sangat kecil.
Inflamasi terjadi ketika jaringan tubuh mengalami cedera, terinfeksi bakteri,
terkena racun, atau panas. Sel-sel yang rusak melepaskan zat kimia yang
disebut histamin, prostaglandin, dan bradikinin. Fungsinya yaitu agar
pembuluh darah melebar, sehingga lebih banyak darah dan sel darah putih
mengalir ke area tersebut. Hasilnya, area yang mengalami inflamasi nampak
membengkak dan hangat. Proses ini juga bertujuan untuk mengisolasi zat
asing agar tidak menginfeksi jaringan tubuh lain. Inflamasi terjadi melalui
beberapa tahap, dimana tahapnya antara lain :
1. Masuknya bakteri ke dalam jaringan
2. Vasodilatasi sistem mikrosirkulasi area yg terinfeksiàmeningkatkan
aliran darah (RUBOR/kemerahan & CALOR/panas)
3. Permeabilitas kapiler & venul yang terinfeksi terhadap protein
meningkat àdifusi protein & filtrasi air ke interstisial
(TUMOR/bengkak & DOLOR/nyeri)
4. Keluarnya neutrofil lalu monosit dari kapiler & venulake interstisial
5. Penghancuran bakteri di jaringan àfagositosis (respons sistemik:
demam)
6. Perbaikan jaringan
20
Demam adalah reaksi alami tubuh yang berusaha untuk melawan virus
atau infeksi. Demam tidak dianggap sebagai sebuah penyakit tetapi biasanya
merupakan gejala dari sebuah gangguan kesehatan atau infeksi. Bagian dari
otak yang disebut hipotalamus berfungsi untuk mengontrol suhu tubuh kita.
Saat tubuh menghadapi penyakit atau virus tertentu, maka hipotalamus akan
meningkatkan suhu tubuh untuk meningkatkan kemampuan sistem kekebalan
tubuh dalam memerangi infeksi. Gejala yang menyertai demam tergantung
kepada penyebab demam itu sendiri. Berikut ini adalah contoh gejala yang
bisa menyertai demam:
1. Sakit kepala
2. Berkeringat dingin
3. Menggigil
4. Dehidrasi
5. Batuk-batuk
21
terhadap partikel asing dan tidak spesifik
Untuk pertahanan bakteri Untuk pertahanan bakteri
ekstrakseluler intraseluler
Terbagi menjadi ekstrakseluler
(Sel T helper) dan intraseluler (Sel
T sitotosik(CTL)
22
5. Sering mengalami infeksi
6. Gatal-gatal
7. Mulut kering.
23
2.11 FACTOR MIKROBA PADA INFEKSI
2.11.1 Daya tranmisi
Sifat penting dan nyata pada saat terbentuknya adalah transpor agen
menular hidup kedalam tubuh. Cara Penularan Penyakit Infeksi :
a. Transmisi langsung (direct transmission)
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk (port d’entrée)
yang sesuai dari pejamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan,
ciuman, atau adanya droplet nuclei saat bersin, batuk, berbicara, atau saat
transfusi darah dengan darah yang terkontaminasi mikroba patogen.
b. Transmisi tidak langsung (indirect transmission)
Penularan mikroba pathogen melalui cara ini memerlukan adanya “media
perantara” baik berupa barang / bahan, udara, air, makanan / minuman,
maupun vektor.
a) Vehicle-borne
Dalam kategori ini, yang menjadi media perantara penularan adalah
barang / bahan yang terkontaminasi seperti peralatan makan dan
minum, instrumen bedah / kebidanan, peralatan laboratorium, peralatan
infus / transfusi.
b) Vector-borne
Sebagai media perantara penularan adalah vektor (serangga), yang
memindahkan mikroba patogen ke pejamu dengan cara sebagai berikut.
i. Cara mekanis
Pada kaki serangga yang menjadi vektor melekat kotoran / sputum
yang mengandung mikroba patogen, lalu hinggap pada makanan /
minuman, dimana selanjutnya akan masuk ke saluran cerna pejamu.
ii. Cara biologis
Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus
perkembangbiakan dalam tubuh vektor / serangga, selanjutnya
mikroba berpindah tempat ke tubuh pejamu melalui gigitan.
c. Food-borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang terbukti cukup
efektif untuk menjadi saran penyebaran mikroba patogen ke pejamu,
yaitu melalui pintu masuk (port d’entrée) saluran cerna.
d. Water-borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif,
terutama untuk kebutuhan rumah sakit, adalah suatu hal yang mutlak.
Kualitas air yang meliputi aspek fisik, kimiawi, dan bakteriologis,
diharapkan telah bebas dari mikroba patogen sehingga aman untuk
dikonsumsi manusia. Jika tidak, sebagai salah satu media perantara, air
sangat mudah menyebarkan mikroba patogen ke pejamu, melalui pintu
masuk (port d’entrée) saluran cerna maupun pintu masuk lainnya.
24
e. Air-borne
Udara bersifat mutlak diperlukan bagi setiap orang, namun sayangnya
udara yang telah terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit
untuk dapat dideteksi. Mikroba patogen dalam udara masuk ke saluran
napas pejamu dalam bentuk droplet nuclei yang dikeluarkan oleh
penderita (reservoir) saat batuk atau bersin, bicara atau bernapas
melalui mulut atau hidung. Sedangkan dust merupakan partikel yang
dapat terbang bersama debu lantai / tanah. Penularan melalui udara ini
umumnya mudah terjadi di dalam ruangan yang tertutup seperti di
dalam gedung, ruangan / bangsal / kamar perawatan, atau pada
laboratorium klinik.
25
melepaskan eksotoksin dari endosomnya yang menyebabkan reaksi
inflamasi lokal diikuti pengrusakan jaringan dan nekrosis.
Banyak mikroorganisme lain seperti bakteri gram negatif
mengandung endotoksin kompleks yang dilepaskan waktu mikroorganisme
mengalami lisis. Pelepasan endotoksin ada hubungannya dengan timbulnya
demam dan dalam keadaan – keadaan yang lebih ekstrim, seperti septikemia
gram negatif, dengan timbulnya sindrom syok.
Tabel perbedaan eksotoksin dan endotoksin
26
seberapa cepat agen infeksi berkembang biak dan seberapa cepat produk
mikroorganisme mempengaruhi jaringan hospes. Keracunan makanan
disebabkan menelan makanan mengandung toksin sering menyebabkan
simptom dalam 8-24 jam.
Penyakit lain, dimana agen infeksi masuk tubuh dapat memilki
masa inkubasi beberapa minggu. Patogen berupa jamur memiliki periode
inkubasi panjang. Masa inkubasi suatu penyakit sangat ditentukan oleh
virulaensi mikroorganisme, potensi antigen dari mikroorganisme atau
produknya dan status imune hospes. Campak yang menyerang anak sehat
dalam periode 7-10 hari, virus yang sama yang menyerang pasien rawat inap
rumah sakit dapat memiliki masa inkubasi hanya 1-2 hari. Kebanyakan
penyakit memiliki masa inkubasi antara 10-21 hari.
27
a. Komensalisme, Antara hopses dan agen menular tidak saling menyerang
atau menguntungkan bagi yang satu tanpa menimbulkan cedera pada yang
lain.
b. Mutualisme, Interaksi hopses dengan mikroorganisme saling
menguntungkan.
c. Parasitisme, menguntungkan bagi yang satu tetapi merugikan bagi yang
lain.
28
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dari waktu
ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan
dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia yang disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme : bakteri, virus, riketsia, jamur, dan protozoa. Penyakit
menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh agen
biologi. Agen biologi mampu mempengaruhi kondisi kesehatan manusia dalam
berbagai cara, dari reaksi alergi yang umumnya ringan sampai kepada kondisi
yang serius bahkan kematian. Agen biologi dapat di temukan di air, tanah,
tumbuhan, dan hewan.
Syarat timbulnya infeksi adalah bahwa mikroorganisme yang menular
harus mampu melekat, menduduki atau memasuki hospes dan berkembang biak
paling tidak sampai taraf tertentu. Adapun factor mikroba pada infeksi yaitu:
1. Daya tranmisi
2. Daya invensi
3. Kemampuan untuk menimbulkan penyakit
Pada proses infeksi terdapat cara interaksi antara hospes dan mikroba.
Pertama, Saat ketika agen infeksi memasuki tubuh hospes sampai gejala atau
simptom muncul masa ini disebut incubation (masa inkubasi). Kedua, Gejala yang
merupakan tanda yang menunjukkan onset suatu penyakit. Disini biasanya
individu merasa tidak enak badan atau sering disebut “malaise” cara ini disebut
prodromal (masa laten). Ketiga, Periode akut adalah tahap dimana simptom
penyakit ada dalam puncak cara ini disebut Acute Illness Stage ( Masa Infeksi ).
Terakhir, Periode penyembuhan, dihubungkan dengan penurunan simptom yang
sangat cepat cara ini disebut juga Convalescent Stage ( Masa Penyembuhan ).
29
DAFTAR PUSTAKA
30