Makalah Kelompok3
Makalah Kelompok3
MASALAH LINGKUNGAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi sumber daya alam dan lingkungan
Dosen Pengampu: Dr. Bonaraja Purba M.si/Ainul Mardhiyah, SP.,M.Si
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN, 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmatNya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Makalah ini terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
Makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga Makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
lain. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan Makalah ini
di waktu yang akan datang.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. Indikator kelangkaan sumber daya alam.........................................................................3
B.Elastisitas subsitusi penggunaan sumber daya alam .......................................................6
C. kegagalan pasar dalam pengelolaan sumber daya alam..................................................8
BAB III
PENUTUP.........................................................................................................................12
Kesimpulan........................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.000
pulau,indonesia membentangkan antara dua kawasan biogeografis, kawasan indo melayu dan
Australia dan mendukung berbagai jenis kehidupan flora dan fauna dalam hutan basah yang
asli dan kawasan pesisir dan laut yang kaya. Sekitar 3.305 spesis hewan amfibi, burung,
mamalia dan reptil dan sedikitnya 29.375 spesis tanaman berpembuluh tersebar di pulau-
pulau ini, yang di perkirakan mencapai 40 % dari biodiveritas di kawasan APEC. Namun,
lingkungan alam yang indah dan sumber daya yang kaya harus terus menghadapi tantangan
dari fenomena al;am karena Indonesia terletak pada ring Api Pasifik seismik yang tinggi yang
mengalami 90 % gempa bumi dunia.
Sungguh ironis memang Indonesia yang terkenal denagn Sumber Daya Alam
berupa minyak bumi dan tergabung dalam negara penghasil minyak dunia yang tergabung
dalam organisasi negara pengekspor minyak ( OPEC ) Pada tahun delapan puluhan. Saat ini
negara pengimpor minyak untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri yang sangat pesat
kenaikannya.
Pada umumnya negara berkembang seperti indonesia menghadapi masalah dan
tantangan dalam mengelola sumberdaya alamnya secara berkelanjutan. Perlu peran aktif
pemerintah untuk terus memperkuat komitmen memperketat pengawasan terhadap sistem
distribusi barang yang menjadi hajat atau ebutuhan hidup orang banyak ini, Inilah yang
melatar belakangi pembuatan makalah pada kelompok kami.
Kegagalan pasar terjadi apabila mekanisme pasar tidak dapat berfungsi secara
efisien dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada dalam masyarakat. Dalam
hal ini , mekanisme pasar akan menyebabkan barang yang dihasilkan menjadi terlalu banyak
atau terlalu sedikit dan dalam hal yang sangat ekstrim kegagalan pasar akan menyebabkan
pasar tidak terjadi sehingga barang dan jasa tertentu tidak dihasilkan oleh pasar tersebut.
Esensi timbulnya kegagalan pasar timbul karena masyarakat tidak bertindak secara
kooperatif, sebab perilaku kooperatiflah yang akan menyebabkan terjadinya kondisi Pareto
Optimal.Dalam hal terjadinya kegagalan pasar , maka pemerintah diharapkan untuk ikut
campur.
1
B.Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi indikator kelangkaan sumber daya alam ?
2. Bagaimana elastitas substitusi penggunaan sumber daya alam ?
3. Bagaimana kegagalan pasar dalam pengelolaan sumber daya alam ?
C.Tujuan
1. Dapat memahami indikator kelangkaan sumber daya alam
2. Dapat mengetahui elastitas substitusi penggunaan sumber daya alam
3. Dapat mengetahui kegagalan pasar dalam pengelolaan sumber daya alam
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Keterbatasan kemampuan produksi
Produksi adalah kegiatan mengkombinasikan faktor produksi untuk menciptakan
atau menambah nilai guna barang.Dalam hal ini,perkembangan teknologi menjadi
faktor yang mempengaruhi faktor produksi.
4. Bencana alam
Bencana alam merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan hidup.
4
Kenaikan harga karena yang diproduksi hanya sedikit. Atau dengan kata lain
permintaan lebih besar dari pada penawaran.
2. Kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi memungkinkan untuk bisa mengurangi biaya ekstraksi
sumber daya denganmenemukan cara-cara baru yang lebih efien dalam
mengekstrak,mengolah,memproses, dan menggunakan sumber daya.dengan
sendirinya tingkat dan jenis atau tipe teknologi yang dikembangkan disesuaikan
dengan tingkat kelangkaan daya dengan kemungkinan menekan biaya eksplorasi.
3. Penggunaan substitusi.
Dalam hal ini sumber daya yang berlimpah dimanfaatkun untuk substitusi sumber
daya yang langka.semakinmudah proses substitusisumber daya yang
diperbaharuiatau sumber daya yang tidak dapatdiperbaharuiyang melimpah, maka
semakin kecil dampaknya terhadap proses terjadinya kelangkaan atau
berkurangnya ketersediaan sumber dayaserta kenaikan biaya.Missal penggunaan
bioenergi sbagai substitusi dari BBM.
5
B. ELASTISITAS SUBSITUSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA ALAM
Dalam teori fungsi kita mengenal adanya substitusi masukan yang memungkinkan
kekurangan salah satu masukan digantikan oleh masukan lain, baik kekurangan itu
disebabkan oleh tidak adanya/langkanya suatu masukan maupun karena mahalnya suatu
masukan. Contohnya dapat dilihat pada sektor pertanian di mana masukan air bisa
dihemat dengan penambahan masukan tenaga kerja untuk bagian pengontrolan atau
penambahan masukan modal melalui perbaikan saluran atau sistem irigasi.
Barnet dan Morse menambahkan 4 macam indikator kelangkaan yang bersifat parsial,
yaitu:
1) Bertambahnya kelangkaan sumber daya alam dan energi akan menggeser modal
dan tenaga kerja suatu negara dari kegiatan bukan ekstratif ke ektrsaktif.
3) Penggunaan sumber daya alam dan energi akan semakin ekonomis dengan
semakin langka dan mahalnya sumber daya alam dan energi.
Namun, Brown dan Field mengatakan bahwa harga barang sumber daya alam dan
nilai sewa ekonomis memliki kelemahan masing-masing dan mereka menyimpulkan
bahwa
1. Biaya rata-rata atau biaya per unit yang dipakai oeh Barnett dan Morse dalam
mengukur kelangkaan sumber daya alam merupakan indikator yang meragukan
karena hal-hal berikut:
6
c. Biaya per unit tidak dapat menjadi indeks pengukur yang tepat, karena
biaya pengambilan di masa mendatang tidak dapat diperhitungkan di saat
ini.
2. Bahwa harga barang sumber daya relatif lebih baik daripada biaya per unit
sebagai pengukur kelangkaan sumber daya alam karena:
a. Harga riil barang sumber daya lebih melihat ke depan dan mencerminkan
adanya biaya yng diharapkan di masaa mendatang baik untuk eksplorasi,
penemuan, maupun pengambilan.
d. Harga riil sumber daya dapat meningkat atapun menurun, yang berarti
menunjukkan adanya kelangkaan atau berkurangnya kelangkaan,
tergantung pada harga mana yang dipakai untuk membuat angka indeks .
oleh karena itu harga barng sumber daya alam juga merupakan alat
pengukur yang kurang jelas.
3. Nilai sewa dari sumber daya alam atau nilai sumber daya alam di tempatnya,
merupakan alat pengukur yang ketiga terhadap kelangkaan sumber daya
alam. Nilai sewa ini lebih tepat menggambarkan kelangkaan sumber daya
alam dari pada dua cara yang disebut sebelumnya. Nilai sewa sumber daya
alam pada umumnya meningkat dalam beberapa puluh tahun yang terakhir,
tetapi biaya produksi Dan harga barang justru menurun, khususnya untuk
kayu.
Namun demikian ada beberapa keberatan terhadap alat pengukur ini, di antaranya
yaitu:
7
a. Sulit untuk mendapatkan data nilai sewa ekonomis dari sumber daya
alam, karen nilai sewa sumber daya alam itu tidak praktis dalam jangka
pendek.
d. Tidak ada “future market” untuk sumber daya alam, sehingga tingkat
harga dimasa yang akan datang hanya ditentukan oleh harapan saja.
F. Sebagai upaya selanjutnya, Brown and Field mengajukan sebuah alat lagi
yaitu dengan melihat elastisitas subtitusi antara faktor-faktor produksi
khususnya kapital dan tenaga kerja apabila terdapat kelangkaan sumber
daya alam, yaitu dengan melihat kemudahan bagi faktor produksi lain
dalam menggantikan sumber daya alam yang relatif semakin langka.
Dalam ekonomi mikro, istilah "kegagalan pasar" tidak berarti bahwa sebuah pasar
tidak lagi berfungsi. Malahan, sebuah kegagalan pasar adalah situasi dimana sebuah
pasar efisien dalam mengatur produksi atau alokasi barang dan jasa ke konsumen.
Ekonom normalnya memakai istilah ini pada situasi dimana inefisiensi sudah
dramatis, atau ketika disugestikan bahwa institusi non pasar akan memberi hasil yang
diinginkan. Di sisi lain, pada konteks politik, pemegang modal atau saham
menggunakan istilah kegagalan pasar untuk situasi saat pasar dipaksa untuk tidak
8
melayani "kepentingan publik", sebuah pernyataan subyektif yang biasanya dibuat
dari landasan moral atau sosial.
Pasar dapat menjadi alokasi sumber daya yang efisien bila asumsi-asumsinya
terpenuhi, antara lain pelaku bersifat rasional, memiliki informasi sempurna, pasar
berbentuk persaingan sempurna, dan barang bersifat privat. Sayangnya, kenyataannya
asumsi-asumsi ideal tersebut sulit terpenuhi di dunia nyata. Sebagai akibatnya
terjadilah kegagalan pasar di mana pasar gagal menjadi alat alokasi yang efisien.
9
4.Barang publik (public goods).
Asumsi lain yang diperlukan agar pasar dapat berjalan dengan efisien adalah
barang yang dipertukarkan bersifat private (rival dan exclusive). Rival artinya barang
tidak dapat dikonsumsi secara bersama-sama (bukan hanya satu orang) tanpa saling
merugikan. Contohnya, bila satu kaleng soft drink telah kita minum, maka orang lain
tidak dapat menikmatinya lagi. Exclusive artinya untuk mendapatkan barang tersebut
seseorang harus memenuhi syaratnya (misalnya dengan membayarnya). Beberapa
barang private juga dapat dipecah-pecah (divisible), misalnya ketika seseorang
membeli soft drink, ia dapat membeli yang botol besar, botol kecil, atau kaleng.
Dalam kehidupan nyata, ada barang-barang yang bersifat non-rivalry, non-exclusive
(atau non-excludable), dan non divisible. Barang-barang tersebut disebut barang
publik (public goods). Contoh barang publik adalah trotoar (yang tidak dipenuhi
pedagang kaki lima). Trotoar bersifat non-rivalry, artinya bila seseorang berjalan di
atasnya maka tidak akan merugikan atau mengurangi kesempatan orang lain untuk
berjalan di atasnya. Bersifat non-exclusive artinya siapa saja dapat menggunakannya
dan kita tidak bisa mencegah orang lain untuk menggunakannya. Bersifat non-
divisible artinya trotoar tersebut tidak dapat dibagi-bagi, setiap orang dapat
menggunakan trotoar tersebut seutuhnya (kecuali bila trotoar itu digunakan secara
ilegal oleh pedang kaki lima). Barang publik sering menimbulkan fenomena
pendomplengan (free rider), yaitu mereka yang menikmatinya tanpa membayar. Bila
swasta yang menyediakan barang publik maka mereka dapat mengalami kerugian
akibat free rider tersebut. Oleh karena itu biasanya barang publik disediakan oleh
pemerintah.
10
tertentu pada produk tembakau, dan kemudian meningkatkan biaya konsumsi
tembakau.
• Subsidi – mengurangi harga barang yang didasarkan pada kepentingan publik yang
diperoleh. Misalnya, menurunkan biaya kuliah karena manfaat masyarakat dari
pekerja yang berpendidikan lebih tinggi. Subsidi yang paling tepat untuk mendorong
perilaku yang memiliki eksternalitas positif.
• Izin perdagangan – izin yang memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk
menghasilkan sejumlah sesuatu, polusi umumnya. Perusahaan dapat melakukan
perdagangan izin dengan perusahaan lain untuk menambah atau mengurangi apa yang
bisa mereka hasilkan. Ini adalah upaya untuk mengurangi polusi
• Perpanjangan hak milik – menciptakan privatisasi untuk barang non-pribadi tertentu
seperti danau, sungai, dan pantai yang dapat menciptakan pasar. Kemudian, orang
bisa didenda karena mencemari daerah tertentu.
• Iklan – mendorong atau menghambat konsumsi.
• Kerjasama internasional antara pemerintah – pemerintah bekerja sama dalam isu-isu
yang mempengaruhi masa depan lingkungan.
11
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kelangkaan adalah kondisi dimana kita tidak empunyai cukup sumber untuk
memenuhi semua kubutuhan kita.Dengan kata lain,jumlah kebutuhan lebih banyak dari
pada jumlah barang dan jasa yang tersedia.
Karena adanya kelangkaan yang terjadi maka terjadninya substitusi masukan yang
memungkinkan kekurangan salah satu masukan digantikan oleh masukan lain, baik
kekurangan itu disebabkan oleh tidak adanya/langkanya suatu masukan maupun karena
mahalnya suatu masukan.
12
13