Anda di halaman 1dari 16

KONSEP KELANGKAAN SUMBER DAYA ALAM DAN

MASALAH LINGKUNGAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi sumber daya alam dan lingkungan
Dosen Pengampu: Dr. Bonaraja Purba M.si/Ainul Mardhiyah, SP.,M.Si

Disusun Oleh : KELOMPOK 3

RESNITA SINAGA (7172141017)


RISKA SIBARANI (7173341040)
RONY GIOVANI PANE (7173341043)
ROPENLIMAN SITUMORANG (7173341044)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN, 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmatNya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Makalah ini terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
Makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga Makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
lain. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan Makalah ini
di waktu yang akan datang.

Medan, Maret 2020

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. Indikator kelangkaan sumber daya alam.........................................................................3
B.Elastisitas subsitusi penggunaan sumber daya alam .......................................................6
C. kegagalan pasar dalam pengelolaan sumber daya alam..................................................8

BAB III
PENUTUP.........................................................................................................................12
Kesimpulan........................................................................................................................12

ii
BAB  I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.000
pulau,indonesia membentangkan antara dua kawasan biogeografis, kawasan indo melayu dan
Australia dan mendukung berbagai jenis kehidupan flora dan fauna dalam hutan basah yang
asli dan kawasan pesisir dan laut yang kaya. Sekitar 3.305 spesis hewan amfibi, burung,
mamalia dan reptil dan sedikitnya 29.375 spesis tanaman berpembuluh tersebar di pulau-
pulau ini, yang di perkirakan mencapai 40 % dari biodiveritas di kawasan APEC. Namun,
lingkungan alam yang indah dan sumber daya yang kaya harus terus  menghadapi tantangan
dari fenomena al;am karena Indonesia terletak pada ring Api Pasifik seismik yang tinggi yang
mengalami 90 % gempa bumi dunia.
Sungguh ironis memang Indonesia yang terkenal denagn Sumber Daya Alam
berupa minyak bumi dan tergabung dalam negara penghasil minyak dunia yang tergabung
dalam organisasi negara pengekspor minyak ( OPEC ) Pada tahun delapan puluhan. Saat ini
negara pengimpor minyak untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri yang sangat pesat
kenaikannya.
Pada umumnya negara berkembang seperti indonesia menghadapi masalah dan
tantangan dalam mengelola sumberdaya alamnya secara berkelanjutan. Perlu peran aktif
pemerintah untuk terus memperkuat komitmen memperketat pengawasan terhadap sistem
distribusi barang yang menjadi hajat atau ebutuhan hidup orang banyak ini, Inilah yang
melatar belakangi pembuatan makalah pada kelompok kami.
Kegagalan pasar terjadi apabila mekanisme pasar tidak dapat berfungsi secara
efisien dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada dalam masyarakat. Dalam
hal ini , mekanisme pasar akan menyebabkan barang yang dihasilkan menjadi terlalu banyak
atau terlalu sedikit dan dalam hal yang sangat ekstrim kegagalan pasar akan menyebabkan
pasar tidak terjadi sehingga barang dan jasa tertentu tidak dihasilkan oleh pasar tersebut.
Esensi timbulnya kegagalan pasar timbul karena masyarakat tidak bertindak secara
kooperatif, sebab perilaku kooperatiflah yang akan menyebabkan terjadinya kondisi Pareto
Optimal.Dalam hal terjadinya kegagalan pasar , maka pemerintah diharapkan untuk ikut
campur.

1
B.Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi indikator kelangkaan sumber daya alam ?
2. Bagaimana elastitas substitusi penggunaan sumber daya alam ?
3. Bagaimana kegagalan pasar dalam pengelolaan sumber daya alam ?

C.Tujuan
1. Dapat memahami indikator kelangkaan sumber daya alam 
2. Dapat mengetahui elastitas substitusi penggunaan sumber daya alam
3. Dapat mengetahui kegagalan pasar dalam pengelolaan sumber daya alam

2
BAB  II
PEMBAHASAN

A. Indikator Kelangkaan Sumber Daya Alam


1. Pengertian Kelangkaan Sumber Daya Alam
Kelangkaan adalah kondisi dimana kita tidak empunyai cukup sumber untuk
memenuhi semua kubutuhan kita.Dengan kata lain,jumlah kebutuhan lebih banyak
dari pada jumlah barang dan jasa yang tersedia.

Kelangkaan mengandung dua pengertian :


1. Alat pemenuh kebutuhan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
Sebagai contoh :
Air yang sangat dibutuhkan oleh manusia jika air itu mengalami kelangkaan akan
mengakibatkan kesengsaraan bagi manusia.

2. Untuk mendapatkan alat pemuas kebutuhan memerlukan pengorbanan yang


lain.Sebagai contoh : ada orang yang ingin membeli mobil mewah tetapi disisi
lain dia sangat ingin memiliki mobil ferari yang diproduksi hanya terbatas
(langka).Maka dia mengorbankan kesempatan untuk membeli mobil mewah itu
dengan membeli mobil ferai yang langka untuk mendapatkannya.

2. Penyebab Terjadinya Kelangkaan Sumber Daya Alam


Ada beberapa penyebab terjadinya sumber kelangkaan sumber daya alam,diantaranya
sebagai berikut :
1. Jumlah penduduk yang sangat cepat
Jumlah penduduk adalah salah satu faktor penyebab kelangkaan,karena jika
pertumbuhan penduduk meningkat maka jumlah kebutuhan juga pasti akan
meningkat.

2. Sifat keserakahan manusia


Seperti dikatakan oleh pemimpin India Mahatma Ghandi,”sumber daya alam
yanga da cukuo untuk kebutuhan setiap orang,tetapi tidak cukup untuk
kerasukusan setiap orang”.

3
3. Keterbatasan kemampuan produksi
Produksi adalah kegiatan mengkombinasikan faktor produksi untuk menciptakan
atau menambah nilai guna barang.Dalam hal ini,perkembangan teknologi menjadi
faktor yang mempengaruhi faktor produksi.

4. Bencana alam
Bencana alam merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan hidup.

5. Letak geografis yang berbeda


Persebaran sumber daya penjuru dunia dunia tidak merata.Ada yang daerah
tanahbya subur da nada yang akan tambang.Namun sebaliknya ada daerahnya
tandus dan kekurangan air.

3. Dampak Kelangkaan Sumber Daya Alam Terhadap Perekonomian.


Terjadinya kelangkaan sumber daya alam mempunyai dmapak terhadap
perekonomian. Dibawah ini beberapa dampak terhadap perekonomian.
1. Tingkat produksi yang menurun.
Di dalam sistem produksi alam sebagai input produksi. Semakin besar
sumberdaya alam maka akan berpengaruh pula pada cadangan / bahan mentah
yang akan diproduksi. Sebaliknya, jika sumber daya alam semakin
berkurang/langka maka hasil produksi juga semakin sedikit.

2. Menurunnya pendapatan masyarakat.


Hal ini juga terkait pada tingkat produksi di atas. Jika dalam perusahaan
mengalami tingkat produksi turun, secara otomatis tenaga kerja yang dibutuhkan
juga sedikit, sehingga akan terjadi pemberhentian tenaga keja(PHK). Hal ini
mengakibatkan terjadinya pengangguran atau turunnya pendapatan masyarakat.

3. Naiknya harga- harga .


Sumber daya alam yang langka mempengaruhi tingkat produksi, sehingga jika
sumber daya alam tersedia sedikit, maka tersedianya barang yang diproduksi juga
sedikit. Hal ini menimbulkan pada harga barang yang diproduksi tersebut.

4
Kenaikan harga karena yang diproduksi hanya sedikit. Atau dengan kata lain
permintaan lebih besar dari pada penawaran.

4. Cara Mengatasi Kelangkaan Sumber Daya Alam.


1. Eksplorasi dan Penemuan
Cara eksplorasi ini dilakukan untukuntuk memeperoleh sumbr daya yang baru
yang belum diketahui dan atau yangpernh digali sebelumnya. Penemuan sumber
daya baru memungkinkan ketersediaan sumber daya yang relatif tersebut
meningkat. Namun demikian , pada dasrnya terjadi pula proses berkurangnya
stok atau deposit yang tersedia di alam. Dalam cara ini bukanlah cara yang
terbaik untuk mengatasi kelangkaan sumber daya alam karena hanya bersifat
jangka pendek atu hanya untuk pada habisnya sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui.

2. Kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi memungkinkan untuk bisa mengurangi biaya ekstraksi
sumber daya denganmenemukan cara-cara baru yang lebih efien dalam
mengekstrak,mengolah,memproses, dan menggunakan sumber daya.dengan
sendirinya tingkat dan jenis atau tipe teknologi yang dikembangkan disesuaikan
dengan tingkat kelangkaan daya dengan kemungkinan menekan biaya eksplorasi.

3. Penggunaan substitusi.
Dalam hal ini sumber daya yang berlimpah dimanfaatkun untuk substitusi sumber
daya yang langka.semakinmudah proses substitusisumber daya yang
diperbaharuiatau sumber daya yang tidak dapatdiperbaharuiyang melimpah, maka
semakin kecil dampaknya terhadap proses terjadinya kelangkaan atau
berkurangnya ketersediaan sumber dayaserta kenaikan biaya.Missal penggunaan
bioenergi sbagai substitusi dari BBM.

4. Pemanfaatan kembali dan daur ulang.


Penfaatan kembali adlah penggunaan kembali barang-barang yang tidak dipakai
lagi oleh produsen atau konsumen tertentu, tetapi karena masih layak dan
berfungsi, masih bisa diguanakan lagi oleh konsumen lainya.

5
B. ELASTISITAS SUBSITUSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA ALAM

Dalam teori fungsi kita mengenal adanya substitusi masukan yang memungkinkan
kekurangan salah satu masukan digantikan oleh masukan lain, baik kekurangan itu
disebabkan oleh tidak adanya/langkanya suatu masukan maupun karena mahalnya suatu
masukan. Contohnya dapat dilihat pada sektor pertanian di mana masukan air bisa
dihemat dengan penambahan masukan tenaga kerja untuk bagian pengontrolan atau
penambahan masukan modal melalui perbaikan saluran atau sistem irigasi.

Barnet dan Morse menambahkan 4 macam indikator kelangkaan yang bersifat parsial,
yaitu:

1) Bertambahnya kelangkaan sumber daya alam dan energi akan menggeser modal
dan tenaga kerja suatu negara dari kegiatan bukan ekstratif ke ektrsaktif.

2) Kelangkaan akan menaikkan nilai keluaaran ekstraktif dibanding keluaran total


pada herga berlaku.

3) Penggunaan sumber daya alam dan energi akan semakin ekonomis dengan
semakin langka dan mahalnya sumber daya alam dan energi.

4) Penurunan kualitas sumber daya alam dan energi.

Namun, Brown dan Field mengatakan bahwa harga barang sumber daya alam dan
nilai sewa ekonomis memliki kelemahan masing-masing dan mereka menyimpulkan
bahwa

1. Biaya rata-rata atau biaya per unit yang dipakai oeh Barnett dan Morse dalam
mengukur kelangkaan sumber daya alam merupakan indikator yang meragukan
karena hal-hal berikut:

a. Dalam kehidupan yang berkembang terus, biaya rata-rata tidak tepat


digunakan untuk mengukur kelangkaan yang semakin meningkat karena
tingkat teknologi berkembang terus.

b. Bahwa biaya per unit tidak memperhitungkan biaya-biaya pengambilan


sumber daya di masa mendatang sebagai akibat dari meningkatnya
kelangkaan itu sendii.

6
c. Biaya per unit tidak dapat menjadi indeks pengukur yang tepat, karena
biaya pengambilan di masa mendatang tidak dapat diperhitungkan di saat
ini.

d. Biaya per unit tidak mencerminkan keadaan semakin berkurangnya sumber


daya alam.

2. Bahwa harga barang sumber daya relatif lebih baik daripada biaya per unit
sebagai pengukur kelangkaan sumber daya alam karena:

a. Harga riil barang sumber daya lebih melihat ke depan dan mencerminkan
adanya biaya yng diharapkan di masaa mendatang baik untuk eksplorasi,
penemuan, maupun pengambilan.

b. Kemajuan teknologi mengalihkan tanda-tanda kelangkaan sumber daya


alam yang ditujukkan oleh harga riil barang sumber daya. Sebagai misal
pada abad ke-XIX kau menjadi langka, tetapi kemajuan teknologi telah
dapat menjamin kestabian harga barang.

c. Harga riil tidak menunjukkan adanya kecenderungan semakin langkanya


sumber daya alam yang memiliki sumber daya pengganti.

d. Harga riil sumber daya dapat meningkat atapun menurun, yang berarti
menunjukkan adanya kelangkaan atau berkurangnya kelangkaan,
tergantung pada harga mana yang dipakai untuk membuat angka indeks .
oleh karena itu harga barng sumber daya alam juga merupakan alat
pengukur yang kurang jelas.

3. Nilai sewa dari sumber daya alam atau nilai sumber daya alam di tempatnya,
merupakan alat pengukur yang ketiga terhadap kelangkaan sumber daya
alam. Nilai sewa ini lebih tepat menggambarkan kelangkaan sumber daya
alam dari pada dua cara yang disebut sebelumnya. Nilai sewa sumber daya
alam pada umumnya meningkat dalam beberapa puluh tahun yang terakhir,
tetapi biaya produksi Dan harga barang justru menurun, khususnya untuk
kayu.

Namun demikian ada beberapa keberatan terhadap alat pengukur ini, di antaranya
yaitu:

7
a. Sulit untuk mendapatkan data nilai sewa ekonomis dari sumber daya
alam, karen nilai sewa sumber daya alam itu tidak praktis dalam jangka
pendek.

b. Nilai sewa lebih memperkirakan kelangkaan sumber daya alam yag


semakin meningkat dalam arti ekonomi, tetapi berkurangnya sumber
daya alam secar fisik belum tentu sejalan dengan kenaikan nilai sewa
sumber daya alam sebagai cermin dari kelangkaan ekonomis.

c. Sebagian sumber daya alam diusahakan untuk memenuhi kepentingan


umum, sehingga harga pasar tidak mencerminkan penilaian yang
sesungguhaya terhadap sumber daya alam itu.

d. Tidak ada “future market” untuk sumber daya alam, sehingga tingkat
harga dimasa yang akan datang hanya ditentukan oleh harapan saja.

e. Sumber daya alam mempunyai aspek barang publik, yang


pengkonsumsinya tidak harumengeluarkan orang yang tidak sanggup
membayar (exclusion principle tidak berlaku), dan kalau barang itu
dikonsumsi tidak mengurangi yang tersedia untuk dikonsumsi oranglain
(rivalry in consumption tidak berlaku), sehingga harga pasar kurang
dapat mewakili.

F. Sebagai upaya selanjutnya, Brown and Field mengajukan sebuah alat lagi
yaitu dengan melihat elastisitas subtitusi antara faktor-faktor produksi
khususnya kapital dan tenaga kerja apabila terdapat kelangkaan sumber
daya alam, yaitu dengan melihat kemudahan bagi faktor produksi lain
dalam menggantikan sumber daya alam yang relatif semakin langka.

C. Kelangkaan pasar dalam pengelolaan sumber daya alam

Dalam ekonomi mikro, istilah "kegagalan pasar" tidak berarti bahwa sebuah pasar
tidak lagi berfungsi. Malahan, sebuah kegagalan pasar adalah situasi dimana sebuah
pasar efisien dalam mengatur produksi atau alokasi barang dan jasa ke konsumen.
Ekonom normalnya memakai istilah ini pada situasi dimana inefisiensi sudah
dramatis, atau ketika disugestikan bahwa institusi non pasar akan memberi hasil yang
diinginkan. Di sisi lain, pada konteks politik, pemegang modal atau saham
menggunakan istilah kegagalan pasar untuk situasi saat pasar dipaksa untuk tidak

8
melayani "kepentingan publik", sebuah pernyataan subyektif yang biasanya dibuat
dari landasan moral atau sosial.
Pasar dapat menjadi alokasi sumber daya yang efisien bila asumsi-asumsinya
terpenuhi, antara lain pelaku bersifat rasional, memiliki informasi sempurna, pasar
berbentuk persaingan sempurna, dan barang bersifat privat. Sayangnya, kenyataannya
asumsi-asumsi ideal tersebut sulit terpenuhi di dunia nyata. Sebagai akibatnya
terjadilah kegagalan pasar di mana pasar gagal menjadi alat alokasi yang efisien.

Empat jenis utama penyebab kegagalan pasar adalah :


1.Informasi tidak sempurna (incomplete information).
 Pada kenyataannya kita tidak pernah tahu persis tentang kualitas barang yang
digunakan. Ketika ingin membeli mobil bekas, seseorang yang kurang memahami
seluk-beluk mobil bekas dapat menyewa montir mobil yang dapat dipercaya.
Perusahaan yang ingin merekrut calon pegawai kadang-kadang terpaksa memakai jasa
konsultan.
2.Daya monopoli (monopoly power).
Asumsi pasar persaingan sempurna adalah produsen begitu banyak dan kecil-
kecil sehingga secara individu tidak mampu mempengaruhi pasar. Dengan kondisi
demikian para produsen dalam memasok barang bereferensi pada harga yang berlaku
di pasar, sehingga mereka hanya menjadi price taker. Akan tetapi kenyataannya
sering terjadi dalam pasar hanya ada satu (monopoli) atau beberapa produsen
(oligopoli). Mereka dapat mempengaruhi pasar dengan menentukan tingkat harga
(price setter). Mereka bisa saja memproduksi barang dengan jumlah yang sedikit
dengan harga yang tinggi (jika dibandingkan dengan kuantitas dan harga
keseimbangan).
3.Eksternalitas (externality).
Eksternalitas adalah keuntungan atau kerugian yang dinikmati atau diderita
pelaku ekonomi sebagai akibat tindakan pelaku ekonomi yang lain, tetapi tidak dapat
dimasukkan dalam perhitungan biaya secara normal. Sebagai contoh, pabrik tapioka
yang membuang limbahnya ke sungai. Kerugian yang diderita masyarakat sekitarnya
tidak masuk dalam perhitungan biaya produksi pabrik tapioka. Akibatnya, walaupun
biaya produksi tapioka menjadi murah (tidak perlu investasi fasilitas pengolahan
limbah), secara ekonomis biayanya mahal. Sebagian biaya itu ditanggung masyarakat
dalam bentuk biaya sosial (social cost)

9
4.Barang publik (public goods).
Asumsi lain yang diperlukan agar pasar dapat berjalan dengan efisien adalah
barang yang dipertukarkan bersifat private (rival dan exclusive). Rival artinya barang
tidak dapat dikonsumsi secara bersama-sama (bukan hanya satu orang) tanpa saling
merugikan. Contohnya, bila satu kaleng soft drink telah kita minum, maka orang lain
tidak dapat menikmatinya lagi. Exclusive artinya untuk mendapatkan barang tersebut
seseorang harus memenuhi syaratnya (misalnya dengan membayarnya). Beberapa
barang private juga dapat dipecah-pecah (divisible), misalnya ketika seseorang
membeli soft drink, ia dapat membeli yang botol besar, botol kecil, atau kaleng.
Dalam kehidupan nyata, ada barang-barang yang bersifat non-rivalry, non-exclusive
(atau non-excludable), dan non divisible. Barang-barang tersebut disebut barang
publik (public goods). Contoh barang publik adalah trotoar (yang tidak dipenuhi
pedagang kaki lima). Trotoar bersifat non-rivalry, artinya bila seseorang berjalan di
atasnya maka tidak akan merugikan atau mengurangi kesempatan orang lain untuk
berjalan di atasnya. Bersifat non-exclusive artinya siapa saja dapat menggunakannya
dan kita tidak bisa mencegah orang lain untuk menggunakannya. Bersifat non-
divisible artinya trotoar tersebut tidak dapat dibagi-bagi, setiap orang dapat
menggunakan trotoar tersebut seutuhnya (kecuali bila trotoar itu digunakan secara
ilegal oleh pedang kaki lima). Barang publik sering menimbulkan fenomena
pendomplengan (free rider), yaitu mereka yang menikmatinya tanpa membayar. Bila
swasta yang menyediakan barang publik maka mereka dapat mengalami kerugian
akibat free rider tersebut. Oleh karena itu biasanya barang publik disediakan oleh
pemerintah.

Cara mengatasi kegagalan pasar


Tanggapan pemerintah untuk merespon semua kegagalan pasar yang mungkin
termasuk:
• Undang-undang – Memberlakukan undang-undang khusus. Misalnya, melarang
merokok di restoran,
• Penyediaan langsung jasa dan barang untuk publik – pemerintah mengendalikan
persediaan barang yang memiliki eksternalitas positif. Misalnya, dengan menyediakan
jumlah pendidikan tinggi, taman, atau perpustakaan.
• Perpajakan – menempatkan pajak atas barang-barang tertentu untuk mencegah
penggunaan dan menginternalisasi biaya eksternal. Misalnya, menempatkan pajak

10
tertentu pada produk tembakau, dan kemudian meningkatkan biaya konsumsi
tembakau.
• Subsidi – mengurangi harga barang yang didasarkan pada kepentingan publik yang
diperoleh. Misalnya, menurunkan biaya kuliah karena manfaat masyarakat dari
pekerja yang berpendidikan lebih tinggi. Subsidi yang paling tepat untuk mendorong
perilaku yang memiliki eksternalitas positif.
• Izin perdagangan – izin yang memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk
menghasilkan sejumlah sesuatu, polusi umumnya. Perusahaan dapat melakukan
perdagangan izin dengan perusahaan lain untuk menambah atau mengurangi apa yang
bisa mereka hasilkan. Ini adalah upaya untuk mengurangi polusi
• Perpanjangan hak milik – menciptakan privatisasi untuk barang non-pribadi tertentu
seperti danau, sungai, dan pantai yang dapat menciptakan pasar. Kemudian, orang
bisa didenda karena mencemari daerah tertentu.
• Iklan – mendorong atau menghambat konsumsi.
• Kerjasama internasional antara pemerintah – pemerintah bekerja sama dalam isu-isu
yang mempengaruhi masa depan lingkungan.

11
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Kelangkaan adalah kondisi dimana kita tidak empunyai cukup sumber untuk
memenuhi semua kubutuhan kita.Dengan kata lain,jumlah kebutuhan lebih banyak dari
pada jumlah barang dan jasa yang tersedia.
Karena adanya kelangkaan yang terjadi maka terjadninya substitusi masukan yang
memungkinkan kekurangan salah satu masukan digantikan oleh masukan lain, baik
kekurangan itu disebabkan oleh tidak adanya/langkanya suatu masukan maupun karena
mahalnya suatu masukan.

Kegagalan pasar adalah ketidakmampuan dari suatu perekonomian pasar untuk


berfungsi secara efisien dan menimbulkan kemantapan dalam kegiatan dan pertumbuhan
ekonomi.Kegagalan pasar terjadi karena beberapa factor yaitu Adanya Common
GoodsAdanya unsure ketidaksempurnaan pasar,Adanya barang public, Adanya
eksternalitas,Adanya pasar tidak penuh (incomplete market), Adanya kegagalan
inforamasi,Unemployment,Adanya ketidakpastian.Dalam hal terjadinya kegagalan pasar,
maka pemerintah diharapkan untuk ikut campur tangan agar alokasi sumber ekonomi
dapat tercapai secara efisien.

12
13

Anda mungkin juga menyukai