TINJAUAN PUSTAKA
5
satu alasan pun untuk menolak pernikahan mereka. Muhammad lalu
menerima pinangan Khadijah; tak lama, mereka pun menikah. Di hari
pernikahan, Abu Talib menurut riwayat mengatakan:
Fikih Islam telah memberikan hak kepada pria dan wanita untuk
menikah karena cinta. Apabila ayah pihak perempuan menolak pernikahan
tersebut dengan berbagai alasan yang tidak patut seperti kasta, mazhab,
tinggi badan, wajah dan sebagainya, pihak perempuan berhak bicara kepada
wali kedua, semisal kakek atau paman. Jika tidak punya wali lain, atau
mereka semua tidak setuju dengan alasan yang tidak patut, dia boleh
membawa masalah ini ke seorang hakim peradilan Islam, yang memiliki
wewenang untuk menolak keputusan walinya. Akan menjadi tanggung
jawab hakim untuk mengatur pernikahan. Ibnu Qudamah, ulama dari
mazhab Hambali menyatakan, „jika seorang perempuan tidak mempunyai
wali dan hakim tidak ada, maka menurut Imam Hambali, pria mana pun
selama pemeluk Islam yang taat boleh menikahkannya dengan seizinnya.‟
6
menghabiskan hidup bersama. Mudah-mudahan kita dapat memiliki
sebagian kecil dari sifat-sifat terpuji mereka
Pernikahan adalah suatu bagian dari proses kehidupan yang pasti kita
lalui, mau tidak mau. Bukanlah persoalan yang mudah, karena akan banyak
tantangan, baik itu eksternal maupun internal. Agar senantiasa dalam ridho
Allah SWT, dalam menjalankan pernikahan, harus dijalani sesuai dengan
Islam. Tujuan pernikahan antara lain sakinah, ketentraman, kasih sayang
dan cinta, mendapatkan pernikahan yang barakah. Untuk mendapatkan
pernikahan yang sakinah, mawaddah, warahmah, persiapan-persiapan perlu
kita jalani. Persiapan-persiapan tersebut adalah :
1. Persiapan Ruhiyah
2. Persiapan Ilmiah/Aqliyah.
Bila tidak paham, suami yang sedang marah kepada istri, dapat
dengan mudah men-talaq istrinya. Bila marah, langsung bilang, “saya cerai
kamu”. Sesakit apapun perasaan kita terhadap pasangan, kita harus melihat
kembali hukum Islam, jangan dengan mudah begitu saja mengatakan cerai.
7
Hal ini menunjukkan ketidaktahuannya terhadap hukum Islam. Karena tidak
bisa dengan segampang itu mentalaq istrinya. Seorang suami melakukan
dosa besar dan adalah tidak sah apabila ia mentalaq istrinya bila istrinya
sedang haid.
3. Persiapan Jasadiyah/Fisik
4. Persiapan Material
5. Persiapan Sosial
8
Langkah berikutnya adalah, siapa yang akan kita pilih. Pernikahan
adalah peristiwa yang fitrah, karena manusia diciptakan untuk saling tertarik
kepada lawan jenis. Wanita memiliki perbedaan dengan pria saat ia
memilih, pria tinggal memilih kemudian melakukan pendekatan lebih
mudah. Sedangkan wanita cenderung pasif, bersifat menunggu. Bila seorang
wanita sudah menyiapkan sebaik-baiknya apa yang perlu ia siapkan untuk
menikah, maka selanjutnya ia harus memilih kepada siapakah ia akan
menikah, dan bagaimana dia memilih calon suaminya.
Kisah lain diceritakan pada saat Nabi Musa membantu putri Syeh
Madian (Q.S Al-Qashash ayat 26) untuk mengambil air. Nabi Musa
membantu dengan ikhlas, tanpa pamrih, karena kedua putrid tersebut
mengalami kesulitan. Ketika salah satu dari putri tersebut tertarik dengan
akhlak Nabi Musa a.s, ia mengatakan kepada ayahnya tentang perasaannya.
Kemudian ayahnya paham perasaan putrinya, kemudian memanggil Nabi
9
Musa dan menyampaikan permintaan putrinya. Dalam hal ini, inisiatif dari
anak, mediator adalah ayahnya. Berarti, wanita boleh memulai, dengan
mediator.
Mediator juga bisa seorang ustadz atau ustadzah, atau biro jodoh yang
amanah. Jangan memulai langsung tanpa perantara, karena akan membawa
kesengsaraan. Apalagi bila pemuda itu tidak bisa menjaga harga diri
wanitanya. Meskipun tidak terlarang bila langsung disampaikan.
10
keluarga, atau dengan teman. Jangan kita menilai seseorang yang kita sukai
(yang akan menjadi calon pasangan kita) hanya dari penilaian kita semata.
Itu hanya tipuan, karena tidak objektif.
Bila kita renungi muatan doa istikhoroh ini, bila ini jodohku, maka
mudahkanlah. Jadi apapun yang terjadi, itu adalah yang terbaik menurut
ilmu Allah. Maka kita harus bertawakkal. Bila telah menikah kemudian
tidak sesuai dengan kenyataan, ini harus kita jadikan sebagai cobaan, kita
harus ridho, kita ambil hikmahnya. Tidak ada persoalan yang besar dalam
diri seorang mukmin, karena tidak ada penyesalan, karena itu adalah bagian
dari takdir. Kita tidak boleh melihat ke belakang lagi. Dalam hadis, “jangan
kamu katakan „Kalau….Seandainyaa…Maka…‟, tapi katakanlah „ini adalah
takdir‟”. Kita tidak dibenarkan untuk menyesali takdir. Jangan bilang,
seandainya saya menerima lamaran A, bukan si B. Ini dapat memberi
peluang kepada syetan untuk masuk ke dalam dirinya sehingga menjadi
kufur terhadap rukun iman (qodho dan qodar).
Walaupun terjadi hal-hal yang bukan keinginan kita, maka kita harus
berhusnudzon kepada takdir Allah, ini adalah kehendak Allah, apapun
kehendak Allah pasti akan terjadi. Tidak dibenarkan untuk seorang mukmin
untuk menyesali apa yang terjadi. Karena pasti ada kebaikan didalamnya.
11
waktu yang cukup lama yang bisa jadi peluang syetan untuk menimbulkan
keragu-raguan.
Tidak hanya mengenal latar belakang keluarga, suku, dsb, tapi ada
penggalian lebih dalam tentang calon pasangan kita.
12
berprasangka baik kepada Allah, karena Allah tergantung dari prasangkaan
hambaNya.
a. Penyusunan Hierarki
13
Teknik AHP pada intinya adalah cara pemecahan masalah yang
kompleks dan tidak terstruktur agar dapat mencapai tingkat kepuasan atas
teraihnya berbagai tujuan. Penyusunan struktur hierarki dilakukan dengan
mempelajari literatur mengenai sistem yang dipelajari, mengacu pada
penelitian yang pernah dilakukan maupun diskusi dengan para pakar atau
pihak terkait yang berhubungan atau mempunyai latar belakang
pengetahuan dan pengalaman dibidang yang dikaji.Hirarki dibagi menjadi
fokus, faktor, aktor, tujuan, alternatif seperti berikut:
Fokus :
Sasaran Utama
Alternatif penyelesaian
Alternatif :
14
Alur AHP menurut Maarif dan Tanjung 2003 sebagai berikut:
15
fenomena sosial. Penggunaan pendapat dalam memecahkan masalah sistem
dilakukan dengan membandingkan elemen sistem secara berpasangan.
Dengan demikian diperlukan skala (rating scale) yang membedakan setiap
pendapat dan memiliki keteraturan, sehingga memudahkan untuk
mengaitkan antara pendapat pakar dengan nilai skala tersebut.
Tingkat
Definisi
Kepentingan
c. Penentuan Prioritas
16
perbandingan berpasangan/ pairwise, menjadi suatu himpunan bilangan
yang mempresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan
alternatif.Nilai-nilai perbandingan relative kemudian diolah untuk
menentukan peringkat relative dari seluruh alternatif.
d. Konsistensi Logis
1. Kesatuan
17
2. Kompleksitas
3. Saling Ketergantungan
4. Penyusanan Hierarki
5. Pengukuran
AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu
metode untuk menetapkan prioritas.
6. Konsistensi
7. Sintesis
8. Tawar-Menawar
18
10. Pengulangan Proses
Dapat juga dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi
informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi-terstruktur yang
spesifik.Menurut Moore and Chang, SPK dapat digambarkan sebagai sistem yang
berkemampuan mendukung analisis ad hoc data, dan pemodelan keputusan,
berorientasi keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan digunakan pada
saat-saat yang tidak biasa.
1) Definisi masalah
19
3) pengolahan data menjadi informasi baik dalam bentuk laporan grafik
maupun tulisan
20
Gambar 3. Komponen Sistem Informasi
21
pengembangan yangdilakukan para spesialis sistem informasi dan para pemakai
akhir bisnis.
Business Strategy
22
Strategi bisnis menjadi pusat yang mengendalikan strategi organisasi dan
strategiinformasi, perubahan pada salah satu strategi akan membutuhkan
penyesuaian agartetap setimbang, dan strategi sistem informasi selalu memiliki
konsekuensi sertadipengaruhi oleh strategi strategi lain yang di terapkan
perusahaan .
23
operasi perusahaan bisnis adalah untuksecara efisien memproses transaksi
bisnis, mengendalikan proses industrial,mendukung komunikasi dan
kerjasama perusahaan, serta memperbarui databaseperusahaan. sistem
pendukung operasi ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
24
1) Sistem Informasi Manajemen (Management Information Systems)
25
Menurut O‟Brien (2005), selain jenis sistem informasi di atas, terdapat
beberapajenis sistem informasi lainnya, yaitu sebagai berikut:
1) Sistem Pakar
26
mengimplementasikan berbagai strategi untuk secara efektifmengatasi
tekanan yang ada. Tekanan tersebut diantaranya adalah :
27
b. Supply Chain Management
SCM memiliki keterkaitan secara langsung dengan ERP terutama dari sisi
Logistik Perusahaan, pembelian dan hutang serta manajemen mitra.Adapun
definsi SCM adalah “suatu solusi terpadu yang melibatkan
pengelolaansumberdaya organisasi atas kebutuhan barang dan jasa dan juga
meliputimanajemen para mitra dengan memanfaatkan basis data yang
terintegrasi danbertujuan untuk menjamin terpenuhinya tingkat kebutuhan
material suatuorganisasi”.
28
dipertahankan. Permasalahan lainmenyangkut integrasi sistem informasi
adalah meliputi integrasi beberapa sistemyang berbeda sebagai konsekuensi
pemilihan aplikasi yang berbeda untuk setiapfungsi perusahaan sesuai
dengan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masingvendor. Sebagai contoh
diantaranya adalah SAP untuk ERP, Siebel untuk CRM danBaan untuk
SCM.
29
Gambar 8. Kerangka hubungan diantara aplikasi bisnis
Lebih lanjut lagi, Ahmadjayadi (2008) menjelaskan bahwa dalam arti sebenarnya
sasaranyang ingin dicapai melalui implementasi teknologi dan sistem informasi
adalah gunamenjawab tantangan yang dihadapi oleh perusahaan terutama dalam
rangkamenghadapi era pasar bebas yaitu:
1. Kepuasan konsumen;
3. Peningkatan Bisnis;
5. Kemitraan;
6. SDM
30
Guna mencapai sasaran yang ingin dituju, dibutuhkan suatu sistem informasi yang
1. Reliability, Availability;
2. Transparancy, Accuracy;
3. Scalability
4. Optimalisasi
5. Reusability
6. Flexibility, Interoperability
7. Integrasi
8. Field Proven
9. Best Practise
10. Knowledge Enhancement
11. Competency Match
Seluruh kriteria sebagaimana dijelaskan diatas akan menjadi tolok ukur penilaian
apakahsuatu aplikasi dapat memberikan manfaat sebagaimana yang diharapkan
oleh pihakmanajemen perusahaan (Ahmadjayadi, 2008).
11
31
c. Integrasi sistem informasi akan menjadi perhatian yang sangat penting, hal
iniguna mencegah pengembangan sistem yang tidak terarah, sendiri-sendiri dan
mengakibatkan pulau-pulau informasi yang pada ujungnya akan berakibatkepada
kegagalan pengembangan sistem informasi itu sendiri. Pemanfaatanteknologi
yang telah ada pada saat ini sekiranya dapat membantu untukmemecahkan
persoalan integrasi yang selama ini selalu menjadi momok yangmenakutkan.
32
karena kawin paksa, hal ini dialami 1 (4%)responden dari 25 (100%)
responden.
33
Di dalam mengarungi kehidupan rumah tangga ternyata suami mengalami krisis
akhlak. Hal ini dirasakan 9 (36%) responden dan kadang kala 5 (20%) responden.
Selain itu juga suami mengalami cemburu yang berlebihan, sehingga tidak
proporsional. Hal ini dialami 5 (20%) responden dan ada juga yang tidak menentu
15 (60%) responden. Tidak terjadi perceraian disebabkan krisis moral karena
poligami tidak sehat, hal ini sesuai jawaban 25 (100%) responden. Perselisihan di
dalam berumah tangga hal yang wajar asalkan sesuai kolidor atau sewajarnya,
apabila tidak pada kolidor, maka akan terjadi perceraian. Adapun perselisihan
yang tidak proporsional ini sering terjadi karena ada faktor gangguan pihak ketiga.
Hal ini dialami 18 (72%) responden dan juga kadang kala 1 (4%) responden,
sisanya tidak. Selain itu juga karena tidak ada keharmonisan dianatra keduanya.
Hal ini dialami 16 (24%) responden. Kadang kala 4 (16%) responden dan sisanya
tidak. Selain factor gangguan pihak ketiga dan tidak ada keharmonisan, ada juga
34
penyebab perselisihan yaitu masalah cacat biologis dan politis. Dari jawaban
responden dalam masalah cacat biologis dan politis tidak ada responden yang
Menurut Sugiarti dan Saryadi 1998, terdapat hubungan antara perilaku seks
dengan keinginan untuk menikah, dengan demikian orang mengambil keputusan
untuk menikah karena alasan kebutuhan biologis. Demikian pula perselingkuhan
adalah penyebab keputusan dikeluarknnya perceraian.
35
model lain pada penerapan DSS dapat juga menggunakan metode perbandingan
eskponensial (MPE) (Kusma Ratih dan Marimin 2011).
a). Peserta Jodoh, yang terlibat sebagai subyek maupun obyek dari proses sistem.
b). Penilai Jodoh, pihak-pihak yang menilai Peserta Jodoh berdasarkan sudut
pandang kepribadian. Dapat terdiri dari seorang penilai atau lebih.
c). Dimensi Penilaian, meliputi aspek identitas dan kepribadian. Aspek dimensi
identitas yang dinilai terdiri atas kriteria:
- Identitas personal, yaitu nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, alamat
tinggal.
- Identitas penampilan, yaitu tinggi badan, berat badan, jenis rambut, warna
rambut, panjang rambut, warna mata, bentuk tubuh, pengguna kacamata,
penyandang cacat.
36
- Identitas hobi dan minat, yaitu jenis hiburan, jenis olahraga, jenis makanan,
bakat.
- Identitas keluarga, status perkawinan, jumlah anak, usia anak tertua, usia
anak termuda, status tinggal (permanen, kontrak).
Verifikasi dan validasi terhadap sistem SPKC ini dilakukan untuk menguji
kehandalan dari model sistem yang dikembangkan dengan mengambil studi kasus
yang terjadi pada Biro Jodoh Taaruf XYZ.
37
Tujuan:
Menghasilkan model Sistem Penunjang
Keputusan Cerdas untuk Biro Jodoh Taaruf
Peserta Jodoh
Penilai Jodoh
Studi Pustaka
Dimensi Penilaian Jodoh Wawancara
Metode SPK
Kesimpulan dan
Saran
38