Disusun oleh :
Semester/Kelas : VI/A
FAKULTAS SYARIAH
PEKALONGAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, nikmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Hukum Kepartaian dan Pemilu yang berjudul “Institusi Pemilihan
Umum” ini dengan tepat waktu. Kami juga berterima kasih kepada Bapak Yunas
Derta Luluardi, M.A., selaku Dosen mata kuliah Hukum Kepartaian dan Pemilu
yang telah membimbing dan mengajarkan serta memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai penjelasan dan bagian-bagian dalam
“Institusi Pemilihan Umum”. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang akan
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya. Terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran dan Kritik ........................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah negara demokratis seperti Indonesia, Pemilihan Umum
merupakan salah satu instrumen untuk menjalankan kedaulatan rakyat. Guna
menghasilkan sebuah Pemilihan Umum yang berkualitas, dibutuhkanlah suatu
lembaga atau institusi profesional untuk mengelola penyelenggaraan Pemilu
tersebut. Lembaga profesional penyelenggara Pemilu di Indonesia sudah
diamanatkan dalam Pasal 22E ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan bahwa Pemilihan Umum diselenggarakan
oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri.
Keberadaan lembaga penyelenggara Pemilu ini diwujudkan dan diatur dalam suatu
aturan Perundang-Undangan, yaitu dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum dan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Dalam ketentuan aturan tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa lembaga yang menyelenggarakan Pemilu itu terdiri atas
Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu)
dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) sebagai satu kesatuan
fungsi Penyelenggara Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah secara langsung oleh rakyat.
Lembaga penyelenggara Pemilu harus bisa melaksanakan tugas dan
wewenangnya sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilihan Umum
untuk mencapai Pemilu yang demokratis sesuai dengan asas langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan juga adil. Dengan adanya lembaga penyelenggara
Pemilihan Umum diharapkan lembaga tersebut dapat menjalankan tugasnya dengan
tepat, sesuai dan bijak, sehingga penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesia
dapat mencapai sasarannya untuk menciptakan sebuah Pemilihan Umum yang adil
dan baik.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Institusi penyelenggara Pemilihan Umum itu ?
2. Bagaimana penjelasan tentang Komisi Pemilihan Umum itu ?
3. Bagainana penjelasan tentang Badan Pengawas Pemilihan Umum itu ?
4. Bagaimana penjalasan tentang Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu itu ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan penjelasan mengenai Institusi atau lembaga
penyelenggara Pemilihan Umum di Indonesia;
2. Untuk mengetahui penjelasan tentang Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai
salah satu institusi atau lembaga penyelenggara Pemilu;
3. Untuk mengetahui penjelasan tentang Badan Pengawas Pemilihan Umum
(Bawaslu) sebagai salah satu institusi atau lembaga penyelenggara Pemilu;
4. Untuk mengetahui penjelasan tentang Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilihan Umum (DKPP) sebagai salah satu institusi atau lembaga
penyelenggara Pemilu;
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan institusi adalah
(1) lembaga; pranata; (2) sesuatu yang dilembagakan oleh Undang-Undang, adat atau
kebiasaan (seperti perkumpulan, paguyuban, organisasi sosial, dan kebiasaan berhalal-
bihalal pada hari Lebaran); dan (3) gedung tempat diselenggarakannya kegiatan
perkumpulan atau organisasi.1 Institusi pada umumnya sering disebut dengan lembaga.
Menurut Ensiklopedia Sosiologi, lembaga biasa diistilahkan dengan institusi. Menurut
North (1991) dalam Arsyad (2010), institusi atau lembaga adalah aturan-aturan
(constraints) yang diciptakan oleh manusia untuk mengatur dan membentuk interaksi
politik, sosial dan ekonomi. Secara umum istilah institusi atau lembaga dapat memiliki
banyak definisi yang berbeda, tergantung pada lensa pemahaman. Dalam lensa politik,
institusi atau lembaga Pemilihan Umum merupakan lembaga yang diamanati oleh
negara untuk menyelenggarakan Pemilihan Umum agar berjalan sebagaimana
mestinya. Penyelenggara Pemilihan Umum sesuai dengan Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum adalah lembaga yang
menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum, Badan
Pengawas Pemilu, dan Dewan Kehormatan Penyelenggaraan Pemilu sebagai satu
kesatuan fungsi Penyelenggara Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah secara langsung oleh rakyat.
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), hlm. 382.
2
Indra Pahlevi, “Lembaga Penyelenggara Pemilihan Umum di Indonesia : Berbagai
Permasalahannya”, Politica Vol. 2, No. 1, Juni-2011, hlm. 53-54.
3
1. Kemandirian dan Ketidakberpihakan
2. Efisiensi
3. Profesionalisme
Sifat ini sangat urgent dalam melihat bagaimana sebuah lembaga penyeleggara
Pemilu bertindak sesuai dengan tugas dan wewenangnya yang sudah ditetapkan
dalam peraturan Perundang-Undangan. Oleh karena itulah diperlukan sebuah
lembaga yang profesional dalam menyelenggarakan praktek demokrasi ini. Hal
terpenting adalah harus diisi oleh orang yang memiliki pengetahuan yang mendalam
mengenai prosedur Pemilihan Umum dan filosofi Pemilu yang bebas dan adil,
sehingga lembaga tersebut bisa melaksanakan dan mengatur proses tersebut.
4. Tidak Berpihak dan Penanganan yang Cepat Terhadap Pertikaian yang Ada
Dalam hal ini lembaga penyelenggara Pemilu tidak berpihak serta mampu
menangani berbagai persoalan secara cepat karena adanya konsekuensi setiap
tahapan Pemilu. Pengaturan harus memberikan ruang bagi adanya keluhan dan
keberatan serta bagaimana mekanisme penanganannya secara adil dan efisien.
Dengan demikian akan muncul rasa percaya dari pihak-pihak yang berkepentingan
kepada lembaga penyelenggara Pemilu tersebut.
4
5. Stabil dan Transparan
Sebagai lembaga yang profesional, maka sifat transparan adalah hal mutlak
karena menyangkut munculnya kredibilitas dari proses Pemilihan Umum secara
substansial tergantung pada semua kelompok yang relevan. Aspek ini harus
memperoleh perhatian khusus dalam formulasi kerangka kerja lembaga legislatif
pada sebuah administrasi Pemilu.
Dari paparan tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa terdapat tiga lembaga
yang fungsinya saling terkait dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum yaitu
Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Komisi Pemilihan Umum yang
selanjutnya disingkat KPU adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat
nasional, tetap, dan mandiri dalam melaksanakan Pemilu. Badan Pengawas Pemilu
yang selanjutnya disebut Bawaslu adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang
mengawasi Penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu yang selanjutnya disingkat
DKPP adalah lembaga yang bertugas menangani pelanggaran kode etik Penyelenggara
Pemilu. Dalam menyelenggarakan Pemilu, maka ketiga lembaga tersebut wajib
bekerja, bertindak, menjalankan tugas, wewenang dan kewajiban sebagai
penyelenggara Pemilu sesuai peraturan Perundang-Undangan dengan berdasarkan
Kode Etik dan pedoman perilaku Penyelenggara Pemilu, serta sumpah/janji jabatan.
5
b. Tugas Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu)
6
DKPP bersidang untuk melakukan pemeriksaan dan memutus aduan
dan/atau laporan adanya dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh
penyelenggara pemilu, yaitu anggota KPU, anggota KPU Provinsi, anggota
KPU Kabupaten/Kota, anggota Bawaslu, anggota Bawaslu Provinsi maupun
anggota Bawaslu Kabupaten/Kota.
7
- Memanggil pelapor, saksi, dan/atau pihak lain yang terkait untuk
dimintai keterangan, termasuk untuk dimintai dokumen atau bukti lain;
- Bersikap netral, pasif, dan tidak memanfaatkan kasus yang timbul untuk
popularitas pribadi; dan
8
dan/atau pemilih yang dilengkapi dengan identitas Pengadu kepada DKPP.
Sedangkan Teradu terdiri atas 3 unsur, yakni :
9
DKKP sebagai lembaga penegak hukum dalam pelanggaran kode etik
oleh penyelenggara Pemilu berwenang memeriksa, memutus dan juga
memberikan sanksi terhadap penyelenggara Pemilu yang terbukti melanggar
Kode Etik Penyelenggara Pemilu. Sanksi ini bisa berupa sanksi teguran
tertulis, sanksi pemberhentian sementara, atau pemberhentian tetap
sebagaimana yang telah disebutkan dalam Pasal 22 Peraturan Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Kode Etik
dan Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemilihan Umum. Perlu diketahui pula
bahwa Putusan yang ditetapkan oleh DKPP itu bersifat final dan mengikat
(final and binding), dan penyelenggara Pemilu wajib melaksanakan putusan
DKPP tersebut.
BAB III
PENUTUP
10
A. Kesimpulan
Institusi atau lembaga Pemilihan Umum merupakan lembaga yang diamanati
oleh negara untuk menyelenggarakan Pemilihan Umum agar berjalan sebagaimana
mestinya. Penyelenggara Pemilihan Umum sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu
yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan
Kehormatan Penyelenggaraan Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi Penyelenggara
Pemilu untuk memilih anggota DPR, anggota DPD, Presiden dan Wakil Presiden,
dan untuk memilih anggota DPRD secara langsung oleh rakyat.
Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat KPU adalah lembaga
Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri dalam
melaksanakan Pemilu. Badan Pengawas Pemilu yang selanjutnya disebut Bawaslu
adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang mengawasi Penyelenggaraan Pemilu di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu yang selanjutnya disingkat DKPP adalah lembaga yang
bertugas menangani pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu.
B. Saran
- Menjadikan aturan penyelenggaraan Pemilu sebagai unsur pengaturan
Pemilihan Umum secara komprehensif di Indonesia. Hal tersebut dimaksudkan
guna memberikan pedoman secara utuh dan menyeluruh kepada para stake
holder kepemiluan baik para penyelenggaran negara, penyelenggara Pemilu itu
sendiri, Partai Politik maupun organisasi dan masyarakat secara keseluruhan.
- Menjadikan aturan penyelenggara Pemilu dan Pemilihan Umum sebagai sarana
kontrol terhadap para lembaga penyelenggara Pemilu. Dengan adanya kontrol
terhadap pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang oleh masing-masing
lembaga, maka akan memudahkan terdeteksinya suatu pelanggaran kode etik
atau bahkan pelanggaran hukum yang bisa langsung segera disampaikan
kepada pihak penegak hukum yang terkait.
DAFTAR PUSTAKA
11
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Kedua. Jakarta : Balai Pustaka.
Pahlevi, Indra. 2011. “Lembaga Penyelenggara Pemilihan Umum di Indonesia :
Berbagai Permasalahannya” dalam Jurnal Politica Vol. 2 No. 1. Jakarta Pusat :
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR-RI.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Pemilihan
Umum.
Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemilihan Umum.
12