Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fembi Nur ilham

NPM : E1D017173
Makul : Hukum & Politik Agraria
Tipe : UAS

Soal Hukum dan Politik Agraria


Oleh: Dr. Ir. Irnad, MSc
UAS Semester Genap2019/2020 (Prodi Agribisnis)

1. Apa Tujuan diundangkannya UUPA sebagai tujuan Hukum Agraria Nasional?


2. Ada tiga tipe proses kebijakan agraria, apa kelebihan dan kekurangan masing-masing-
masing tipe tersebut.
3. Terangkan perbedaan hukum dan politik agraria zaman penjajahan dan zaman
kemerdekaan dan apa dampaknya terhadap kepemilikan tanah pertanian saat ini.

Selamat Bekerja

Jawab :

1. UUPA untuk mengadakan pembagian yang adil dan merata atas sumber penghidupan
rakyat tani yang berupa tanah, sehingga dengan pembagian tersebut diharapkan akan
dapat dicapai pembagian hasil yang adil dan merata. Tujuan di Undang-Undang
UUPA sebagai tujuan Hukum Agraria Nasional yaitu :

1. Meletakkan dasar bagi penyusunan Hukum Agraria Nasional, yang akan


merupakan alat untuk membawa kemakmuran, kebahagiaan, dan keadilan bagi
Negara dan rakyat, terutama rakyat tani dalam rangka masyarakat adil dan
makmur.

2. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam


Hukum Pertanahan dalam rangka mengadakan kesatuan Hukum tersebut sudah
semestinya sistem hukum yang akan diberlakukannya harus sesuai dengan
kesadaran hukum masyarakat.
Oleh karena itu sebagian besar masyarakat Indonesia tunduk pada Hukum
Adat, maka pembentukan Hukum Agraria Nasional didasarkan pada Hukum
Adat. Hukum Adat yang dijadikan adat adalah asas/konsepsi-konsepsi, lembaga-
lembaga, dan sistem hukumnya. Dengan dijadikannya Hukum adat sebagai dasar
pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria Nasional, maka sekaligus tercapai
kesederhanaan hukum, artinya Hukum Agraria Nasional tersebut mudah dipahami
oleh masyarakat dan kemudian dilaksanakan.
Tujuan kedua ini merupakan kebalikan dari sistem Hukum Agraria
Kolonial, yaitu Hukum Agraria Kolonial mempunyai sifat dualisme hukum,
artinya pada saat yang sama berlaku dan hukum agraria yang berbeda, disatu
pihak berlaku Hukum Agraria Barat yang diatur dalam KUH Perdata dan
Agrarische Wet Stb 1870 No 55 dan dipihak lain berlaku Hukum Agraria Adat
yang diatur dalam Hukum Adat daerah masing-masing.

3. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian Hukum mengenai hak-


hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya. 
Upaya untuk mewujudkan tujuan ini adalah dengan membuat peraturan
Perundang-Undangan yang diperintahkan oleh UUPA yang sesuai dengan jiwa
dan asas UUPA. Selain itu dengan melaksanakan Pendaftaran Tanah atas bidang-
bidang tanah yang ada diseluruh wilayah Indonesia yang bersifat mencerdaskan
yaitu Pendaftaran tanah yang bertujuan memberikan jaminan kepastian hukum
terhadap hak-hak atas tanah.
Tujuan yang ketiga ini merupakan kebalikan dari ciri hukum Agraria juga,
yaitu Hukum Agraria Koloni tidak memberikan jaminan kepastian hukum
terhadap hak-hak rakyat Indonesia atas tanah dikarenakan pada waktu itu hanya
hak-hak atas tanah yang tunduk pada Hukum Barat yang didaftar oleh pemerintah
Hindia Belanda dengan tujuan-tujuan memberikan kepastian hukum (Rect
Cadaster) sedangkan bagi tanah-tanah yang tunduk pada Hukum Adat tidak
dilakukan pendaftaran tanah, kalaupun didaftarkan tujuannya bukan untuk
memperoleh kepastian hukum melainkan untuk menetapkan siapa yang
berkewajiban membayar pajak atas tanah.

2. 1. Tipe Proses Kebijakan Agraria Reformis


Kelebihan :
a) Gaya operasinya seperti aktivis: demonstrasi (unjuk rasa) dan kadangkala
bentrok.
b) Fokus/penekanannya:a kebijakan (agraria) harus segera diputuskan karena
masalahnya dipandang sangat mendesak.
c) Tujuan kebijakan disusun atas dasar keyakinan pribadi. Kritik: Tidak realistik
dan tidak mau kompromi.
Kekurangan
a) Tidak realistik dan tidak mau komprom
2. Tipe Proses Kebijakan Agraria Inkrementalis
Kelebihan :
a) Melakukan tambalsulam (increments) terhadap kebijakan (agraria), dengan
membangun landasan yang kuat.
b) Bekerja menurut batas-batas sesuai dengan tantangan dan kebutuhan.
c) Gaya operasinya: berunding dan bargaining (tawarmenawar)
Kekurangan
a) Sangat Konservatif

3. Tipe Proses Kebijakan Agraria Rasionalis


Kelebihan :
a) Melibatkan pilihan-pilihan logis dalam mengambil berbagai tindakan untuk
memecahkan masalah publik di bidang agraria
Kekurangan
a) Gagal menjawab pembatasan

3. Pada Zaman Penjajahan adalah Kebijakan pertanahan periode ini difokuskan pada
pembenahan penguasaan dan pemilikan dari sistem kolonialis menjadi sistem
nasional. Dalam periode ini penguasaan dan kepemilikan asing dinasionalisasi. Dan
penguasaan, pemilikan tanah luas, perdikan, swapraja, partikelir, dan lainnya yang
tidak sesuai dengan jiwa kemerdekaan diatur kembali penggunaan dan penguasaanya
oleh negara untuk kepentingan nasional. Sedangkan pada masa sekarang, kebijakan
pertanahan diarahkan pada "tanah untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat". Periode
ini ditandai dengan kebijakan penertiban tanah terlantar, penyelesaian sengketa,
redistribusi tanah, peningkatan legalisasi aset-tanah masyarakat yang
diimplementasikan melalui Reforma Agraria. Dampaknya di masa sekarang adalah
kepemilikan tanah harus memiliki surat izin sah atau legalitas dari negara dan tidak
terdapatnya lahan sengketa, Peraturan – peraturan hak atas tanah di buat oleh negara
dan semua masyarakat harus mengikutinya, sering terjadinya perselisihan antara
hukum adat dan hukum negara atas tanah dan penguasaan tanah di pegang oleh
negara.

Anda mungkin juga menyukai