Anda di halaman 1dari 34

RINGKASAN JURNAL STUDI KELAYAKAN PROYEK

PERTANIAN

Disusun oleh :

Fembi Nur Ilham (E1D017173)

Dosen Pengampuh
Indra Cahyadinata, SP.,M.Si.

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
Ringkasan Jurnal

No Judul Penulis Metode Penelitian Hasil Penelitian Sumber Pustaka


1 ANALISIS Jannatul 1.Penelitian ini dilakukan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis Adi, Tukul, Rameyo. 2006. Buku Panduan
Khaira, secara sengaja (purposive), yang telah dilakukan, maka usaha Pengembangan Usaha terpadu Garam Artemia.
KELAYAKAN
T. M. dengan pertimbangan pengolahan garam di Kecamatan Jangka Pusat Riset Wilayah Laut dan Suberdaya Nonhayati
USAHA Kabupaten Bireuen menguntungkan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta
INDUSTRI Nur daerah sentra industri
pengolahan garam. dengan rata-rata keuntungan per petani Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Kabupaten Bireuen
PENGOLAHAN garam yaitu Rp. 6.215.033,-/bulan atau Dalam Angka. Website: bireunkab.bps.go.id
GARAM DI 2.Populasi adalah seluruh Rp. 74.580.392,- Buchari, Alma. 2007. Manajemen Pemasaran dan
KECAMATAN pengusaha industri /tahun. Dari perhitungan nilai R/C dan Pemasaran Jasa. Penerbit Alfabeta Bandung.
JANGKA pengolahan garam yaitu nilai B/C dapat disimpulkan bahwa Harahap. S, 2007. Analisis Kritis Atas Laporan
sebanyak 51 orang. usaha pengolahan garam di Kecamatan Keuangan. Jakarta Raja Grafindo.
KABUPATEN
BIREUEN 3.Sampel adalah bagian Jangka Kabupaten Bireuen layak untuk Ibrahim Yacob, H. M. 2007. Studi Kelayakan Bisnis,
dari populasi yang menjadi diusahakan. Edisi Revisi, Penerbit PT. Rineka. Cipta, Jakarta.
objek penelitian. Yang Joesron dan Fathorrozi. 2007. Teori Ekonomi Mikro.
dijadikan sampel yaitu Edisi Kedua. PT. Salemba Empat: Jakarta.
sebanyak 51 orang. Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi
4.Penelitian ini 2. Kencana: Jakarta.
menggunakan metode Kunarjo. 2006. Perencanaan dan
analisis kuantitatif. PembiayaanPembangunan. Gramedia. Jakarta.
Kusuma. 2011. Studi Kelayakan Rencana Usaha Produksi
5.Adapun variable yang
Garam Bumbu Rendah Sodium Kemasan Sachet
akan dianalisis dalam
Pada Pt. Citarasa Trinitas Natural Karawang-Jawa
peneliti ini meliputi
Barat. Jurnal Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas
analisis biaya, penerimaan,
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya.
keuntungan, Revenue Cost
Rahim dan Hastuti. 2007. Ekonomika Pertanian. Penebar
Ratio (R/C) dan Benefit
Swadaya, Jakarta
Cost Ratio (B/C).
Rosalina. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan
Lele di Kolam Terpal di Desa Namang Kabupaten
Bangka Tengah. Jurnal Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Payau Jepara
Sadono, S. 2012. Ekonomi Pembangunan Proses masalah
dan Dasar Kebijakan, cetakan ketiga, Penerbit
Kencana, Jakarta.
Septiana. 2014. Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial
Pendirian Industri Kecil Kerupuk Kaldu Kupang
Putih (Corbula Faba Hinds). Jurnal Fakultas
Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.
Soeharjo dan Patong, 2006. Sendi-Sendi Pokok Usaha
Tani. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sugiarto. 2010. Ekonomi Mikro Suatu Pendekatan Praktis.
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Surya. 2008. Manajemen Kinerja. Edisi Ketiga. Kompas
Gramedia Group. Jakarta.
Sutawi. 2012. Manajemen Agribisnis. Bayu Media dan
UMM press. Malang.
Witjaksono, Armanto. 2006. Akuntansi biaya 1st edition.
Graha Ilmu : Yogyakarta.
2. ANALISIS Hasnidar, 1. Pengamatan di lakukan Berdasarkan hasil penelitian dan Agustien, 2010. Analisis Prospektif Usaha Budidaya Ikan
KELAYAKAN T. M. secara (Observasi) analisis yang telah dilakukan diketahui Hias Air Tawar di Taman Akuarium Air Tawar (Taat)
USAHA IKAN Nur, bahwa usaha agribisnis ikan hias Bapak dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.
2. Wawancara (Interview) Rahmat di Gampong Paya Cut Jurnal
HIAS DI Elfiana
GAMPONG 3. Pertanyaan (Quistioner) Kecamatan Peusangan Kabupaten Badan Pusat Statistik, 2014. Bireuen Dalam Angka,
PAYA CUT 4. Studi Kepustakaan Bireuen menguntungkan, dengan total Badan Pusat Statistik Kabupaten Bireuen.
KECAMATAN (Library Research) keuntungan sebesar Rp. Dermawan I., 2006, Budidaya Ikan Hias Air Tawar
PEUSANGAN 1.805.361/bulan. Dari perhitungan nilai Populer, PT Pnebar Swadaya, Jakarta
KABUPATEN BEP diperoleh BEP produksi 639 ekor, Handayani R., 2009, Preferensi Konsumen terhadap Ikan
BIREUEN BEP harga Rp. 3.195 /ekor, nilai R/C Hias (Skripsi Jurusan sosial ekonomi Perikanan,
rasio sebesar 1,57, nilai B/C rasio Fakultas Perikanan dan Ilmu Kalautan. IPB Bogor.
sebesar 0,57, dan nilai ROI sebesar Harahap, Sofyan, Syafri. 2007. Analisis Kritis atas
56,51%, sehingga dapat disimpulkan Laporan Keuangan. Jakarta
bahwa usaha agribisnis ikan hias Bapak : PT. Raja Grafindo Persada.
Rahmat di Gampong Paya Cut Imron, 2008. Pengantar Bisnis Budidaya Ikan Hias,
Kecamatan Peusangan Kabupaten Jakarta: Swadaya.
Bireuen layak untuk diusahakan. Kusnadi. 2006. Kesejahteraan Nelayan, Yogyakarta: PT
Prehalindo.
Mantau, 2008. Analisis Finansial Produksi Benih Ikan
Kue Gonathanodon Speciosus Forsskal dengan
Padat Penebaran Berbeda dalam Hatchery Skala
Rumah Tangga di Kecamatan Gerokgak Buleleng
Bali. Jurnal.
Prasetya, P. 2010. Ilmu Usahatani II. UNS Press.
Surakarta.
Purwantiningdyah, D.N. 2006, Faktor Internal Dan
Eksternal yang Mempengaruhi Tingkat Penerapan
Teknologi dan Dampaknya Terhadap Produktivitas
dan Pendapatan Pada Usahatani Padi Sawah.
Bandung. Program Pascasarjana Universitas
Padjadjaran Bandung.
Rahim dan Hastuti, 2007. Metode Analisis Pendapatan.
Penebar Swadaya. Jogyakarta.
Sadono, 2012. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Keempat
Belas. Rajawali. Press: Jakarta
Septiana,2013,Manajemen PengembanganAgribisnis
Pembesaran Ikan Cupang di Kelurahan Ketami
Kecamatan Pesantren Kota Kediri. Jurnal
Sugiarto. 2010. Ekonomi Mikro Suatu Pendekatan
Praktis. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Surya. 2008. Manaiernen Kinerja. Edisi ketiga. Kompas
Gramedia Group. Jakarta
Yusuf, Q. 2006. Empowerment of Panglima Laot in Aceh.
International workshop on Marine Science and
Resource. Banda Aceh, 11-13 March, 2006.
3. ANALISIS Syahrul, 1. Penentuan lokasi 1. Besarnya keuntungan yang Assauri, Sofyan. 2007. Ilmu Ekonomi Teori
KELAYAKAN Saiful diperoleh dari usaha kue kacang Produksi. Universitas Indonesia, Jakarta.
USAHA KUE penelitian ini dilakukan
Hurri secara sengaja hijau bakpia sabangBapak Ishakdi Bambang, S. 2008. Pengantar, Teori, dan Kasus.
KACANG HIJAU
BAKPIA (purposive). Gampong Singgah Mata Penerbit Penebar Swadaya. Cimanggis, Depok,
SABANG DI Kecamatan Baktia Barat Jakarta.
2. Metode yang dilakukan
GAMPONG Kabupaten Aceh adalah Rp. Bayu, Kanetro dan Agus Slamet.2014. Pelatihan Dan
dalam penelitian ini
SINGGAH 229.070.667,-/tahun. Pendampingan Pengrajin Bakpia Kemusuk
MATA adalah metode kuantitatif
2. Dari perhitungan nilai BEP, Dengan Rasa Baru Menggunakan Oven
KECAMATAN deskriptif.
nilai R/C dan nilai B/Cdapat Gas.Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil
BAKTIA BARAT 3. Teknik analisis data disimpulkan bahwa usaha kue Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP tanggal
KABUPATEN yang digunakan dalam
ACEH UTARA kacang hijau bakpia sabang Bapak 20 Desember. Purwokerto
penelitian ini yaitu analisis Ishakdi Gampong Singgah Mata Ibrahim, Yacob, H. M. 2007. Studi Kelayakan
biaya, penerimaan, Kecamatan Baktia Barat Bisnis, Edisi Revisi, Penerbit PT. Rineka.
keuntungan, Break Event Kabupaten Aceh Utara layak Cipta, Jakarta
Point (BEP), R/C untuk diusahakan. Ihsanudin. 2012.Kelayakan Usaha Industri Bakso
(Revenue Cost) Ratio dan Ikan Dalam Upaya Memberdayakan Ekonomi
B/C (Benefit Cost) Ratio Masyarakat Pulau Kecil. Jurnal Program Studi
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Trunojoyo Madura. Prosiding Semnas FAI
2012 ISBN:978-602-18810-0-2
Juanda, J., Cut E., dan Hanum V.M. 2011.Studi
Preferensi Konsumen Terhadap Roti Tawar
Labu Kuning (Cucurbitamoschata). Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian.
Universitas Syiah Kuala Darussalam. Banda
Aceh.
Kartasapoetra. 2007. Data Envelopment Analysis
(DEA): Konsep Dasar dalam Metodologi
Empiris Data Envelopment Analysis (DEA).
Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi Kelayakan Bisnis,
Edisi 2. Kencana: Jakarta.
Kunarjo, 2006.Perencanaan dan Pengendalian
Program Pembangunan. UI Press, Jakarta
Mangunwidjaja, D. dan I. Sailah. 2009. Pengantar
Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Mankiw, G. N. 2007. Teori Mikro Ekonomi Edisi
Keenam. Erlangga: Jakarta
Mega. 2013. Analisis Kelayakan Usaha Dan
Strategi Pengembangan Industri Kecil Tempe
di Kecamatan Matesih Kabupaten
Karanganyar. JurnalUniversitas
Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
Mubyarto. 2009. Pengantar Ekonomi Pertanian.
Jakarta:Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerangan ekonomi dan Sosial
(LP3ES) Edisi ke-3.
Soeharjo dan Patong, 2006.Sendi-Sendi Pokok Usaha
Tani.Departemen Ilmu
Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Soekartawi. 2009. Teori Ekonomi Produksi.
Penerbit: Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Subagyo, P. 2007. Metode Penelitian Dalam Teori
Dan Praktek. Rineka.Cipta. Jakarta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Sukirno. 2010. Pengantar Teari Ekonomi Mikro.
Penerbit: Raja Grafindo Persada Jakarta.
Surya, 2009. Manajemen Kinerja. Cetakan Ketiga.
Penerbit Pustaka. Pelajar : Yogyakarta.
Jurnal S. Pertanian 1 (12) : 1046– 1053 (2017) ISSN : 2088-0111

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI PENGOLAHAN GARAM DI


KECAMATAN JANGKA KABUPATEN BIREUEN

1 21
Jannatul Khaira , T. M. Nur Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
2
Almuslim Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim
Email:jannatul.khaira.06111993@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen. dengan


pertimbangan bahwa Kecamatan Jangka merupakan salah satu daerah sentra industri
pengolahan garam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2017. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha garam pada industri garam di
Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen. Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus analisis biaya, penerimaan, keuntungan,
R/C Ratio dan B/C Ratio. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan usaha pengolahan garam di Kecamatan Jangka Kabupaten
Bireuen menguntungkan, dengan rata-rata keuntungan per petani garam yaitu Rp.
6.215.033,-/bulan atau Rp. 74.580.392,-/tahun. Dari perhitungan nilai R/C dan nilai B/C
dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan garam di Kecamatan Jangka Kabupaten
Bireuen layak untuk diusahakan.

Kata kunci : Analisis Kelayakan, Usaha Pengolahan Garam


PENDAHULUAN dihadapkan pada situasi sulit. Banyak
Indonesia dikenal sebagai negara petani tidak dapat bertahan dengan pilihan
maritim dengan potensi sumberdaya usahanya, bahkan ada yang meninggalkan
kelautan baik hayati maupun non hayati usahanya dan berpindah menekuni mata
yang sangat besar. Salah satu kekayaan pencaharian lain. Problem yang dihadapi
sumberdaya daya kelautan non hayati petani garam yang tampak kepermukaan,
yang dimiliki adalah garam. Meskipun antara lain menyangkut harga, mutu
memiliki potensi sumberdaya kelautan garam yang sangat rendah.
non hayati yang besar, ironisnya ternyata Di Kabupaten Bireuen, usaha
Indonesia masih menjadi importir garam industri garam juga sudah mulai dilakukan
yang cukup besar. Indonesia masih secara intensif, khususnya penduduk yang
mengimpor garam sebesar 1,6 juta ton berada didaerah pesisir pantai karena
garam dari total kebutuhan garam nasional kondisi tanah, iklim dan lingkungannya
sebesar 2,8 juta ton pada 2010. Ini artinya sangat mendukung. Hal ini terlihat dari
menunjukkan bahwa Indonesia hanya data jumlah industri garam di Kabupaten
mampu memproduksi garam sebanyak 1,2 Bireuen yaitu sebanyak 217 industri,
juta ton (BPS 2016). dengan rata-rata jumlah produksi 714.142
Garam merupakan komoditi ton/tahun dan nilai produksi
strategis sebagai bahan baku industri dan Rp.15.522.540.000,-/tahun (BPS
bahan pangan yang sangat dibutuhkan Kabupaten Bireuen, 2016)
oleh hampir semua masyarakat. Akan Di Kecamatan Jangka Kabupaten
tetapi, dewasa ini kehidupan petani garam Bireuen industri pengolahan garam juga
di berbagai daerah di Indonesia sudah lama dikenal oleh penduduk

1046
di Kecamatan Jangka menunjukkan
setempat, yang sudah dijalankan secara adanya peningkatan. Hal ini dapat terlihat
turun temurun, sehingga produksi garam
dan nilai produksi garam di Kecamatan
dari data jumlah industri garam, produksi Jangka selama 5 tahun terakhir.
Tabel 1. Jumlah Industri, Produksi dan Nilai Produksi Garam Rakyat di Kecamatan
Jangka, tahun 2012-2016
Jumlah Tenaga Produksi Nilai Produksi
No Tahun
Kerja (Orang) (Ton / Tahun) (Rp/Tahun)
1 2012 76 1.950 11.700.000.000
2 2013 83 2.300 13.800.000.000
3 2014 98 2.725 16.350.000.000
4 2015 102 3.140 18.840.000.000
5 2016 107 3.200 19.200.000.000
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Jangka (2016)

Berdasarkan data di atas terlihat Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen


setiap tahunnya produksi garam di perlu dilakukan untuk menghindari
Kecamatan Jangka selalu meningkat, dari keterlanjuran penanaman modal yang
2012-2016 peningkatannya mencapai terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata
1.250 ton. Dalam proses produksi garam, tidak menguntungkan.
lahan merupakan alat produksi yang Dari latar belakang masalah yang
sangat penting bagi industri garam karena telah penulis kemukakan di atas, maka
di atas lahan itulah kegiatan produksi penulis tertarik untuk melakukan
mereka lakukan. Oleh karena itu penelitian untuk mengetahui tingkat
umumnya daerah produksi garam kelayakan usaha industri garam. Adapun
umumnya memiliki garis pantai yang yang menjadi judul penelitian ini yaitu
panjang dan dengan iklim yang “Analisis Kelayakan Usaha Industri
mendukung. Pengolahan Garam di Kecamatan Jangka
Adapun permasalahan yang Kabupaten Bireuen”.
dihadapi industri garam di Kecamatan
Jangka Kabupaten Bireuen diantaranya METODE PENELITIAN
yaitu dengan terjadinya perubahan iklim Penelitian ini dilaksanakan di
global sehingga mengakibatkan penurunan Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen.
produktivitas garam, teknologi masih Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan
cukup sederhana menjadikan produksi secara sengaja (purposive), dengan
berkualitas rendah sehingga sangat peka pertimbangan bahwa Kecamatan Jangka
terhadap goncangan pasar, yang merupakan salah satu daerah sentra
mengakibatkan lemahnya sistem tataniaga industri pengolahan garam. Penelitian ini
yang kurang menguntungkan. dilaksanakan pada bulan November 2017.
Oleh karena demikian, studi Populasi adalah seluruh objek yang
kelayakan usaha perlu dilakukan untuk akan diteliti, sehingga dalam penelitian ini
mengetahui layak atau tidaknya suatu yang menjadi populasi adalah seluruh
usaha dijalankan. Maksud layak atau tidak pengusaha industri pengolahan garam
layak suatu investasi adalah prakiraan yang ada di Kecamatan Jangka Kabupaten
proyek/usaha akan dapat menghasilkan Bireuen yaitu sebanyak 51 orang
keuntungan yang layak bila telah (lampiran 1). Sedangkan sampel adalah
dioperasionalkan. Demikian pula halnya bagian dari populasi yang menjadi objek
dengan studi kelayakan industri garam di penelitian, dengan ketentuan apabila

1047
Penelitian ini menggunakan
populasi di bawah 100 orang maka akan metode analisis kuantitatif. Adapun
diarnbil seluruhnya, jika lebih dari 100 variabel yang akan dianalisis dalam
orang maka diambil 10% (Sugiyono, penelitian ini meliputi analisis biaya,
2006). Berdasarkan ketentuan tersebut penerimaan, keuntungan, Revenue Cost
maka seluruh populasi dalam penelitian Ratio (R/C) dan Benefit Cost Ratio (B/C.
dijadikan sampel yaitu sebanyak 51 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Biaya
a) Biaya Tetap Usaha Pengolahan
Garam
Biaya tetap (Fixed Cost) adalah
biaya yang dikeluarkan oleh pegaram yang
penggunaannya tidak habis dalam satu
masa produksi. Besar kecilnya biaya
produksi tersebut tidak dipengaruhi oleh
banyaknya produksi yang dihasilkan. Pada
usaha pengolahan garam yang termasuk
biaya tetap adalah biaya penyusutan
bangunan dan peralatan. Adapun total
biaya tetap pada usaha pengolahan garam
dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Rata-rata Biaya Tetap dari 51 Sampel Pegaram di Kecamatan Jangka Kabupaten
Bireuen
Umur
Harga Penyusutan Penyusutan
No Uraian Volume Satuan Ekonomis Total Harga (Rp)
(Rp/Satuan) (Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Bulan)
1 Dapur garam 60 Unit 5.000.000 3 300.000.000 100.000.000 8.333.333
Tempat
2 memasak 60 Unit 200.000 3 12.000.000 4.000.000 333.333
garam
Tempat
3 penampungan 60 Unit 3.000.000 3 180.000.000 60.000.000 5.000.000
air laut
Kuali ukuran
4 60 Unit 1.000.000 3 60.000.000 20.000.000 1.666.667
sedang
5 Skrop 120 Unit 50.000 1 6.000.000 6.000.000 500.000
6 Ember 120 Unit 20.000 1 2.400.000 2.400.000 200.000
Jumlah 560.400.000 192.400.000 16.033.333
Rata-rata per petani 10.988.235 3.772.549 314.379
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas terlihat Rp.560.400.000,-, dengan rata-rata
bahwa biaya investasi yang paling besar investasi per petani garam sebesar Rp.
yang harus dikeluarkan oleh 51 sampel 10.988.235,-. Selanjutnya total biaya tetap
pegaram di Kecamatan Jangka Kabupaten (biaya penyusutan) dari 51 sampel
Bireuen untuk menjalankan usahanya pegaram adalah sebesar Rp.
adalah biaya untuk membuat dapur garam 192.400.000,-/tahun atau Rp.
sebesar Rp. 300.000.000,-. Sedangkan 16.033.333,-/bulan. Jadi rata-rata biaya
biaya investasi terkecil yang dikeluarkan biaya tetap (biaya penyusutan) per petani
adalah biaya untuk membeli ember garam yaitu sebesar Rp. 3.772.549,-/tahun
sebesar Rp. 2.400.000,-. Adapun total atau Rp. 314.379,-/bulan.
keseluruhan biaya investasi dari 51
sampel pegaram yaitu sebesar

1048
produksi. Biaya variabel pada usaha
b) Biaya Variabel Usaha Pengolahan
Garam
Biaya variabel adalah biaya yang
besarnya sangat tergantung pada jumlah
total biaya variabel pada usaha pengolahan
pengolahan garam meliputi biaya bahan garam dapat dilihat pada Tabel 9 berikut
baku, biaya pekerja, dan lain-lain. Adapun ini.

Tabel 9. Rata-rata Biaya Variabel Dari 51 Sampel Pegaram di Kecamatan Jangka


Kabupaten Bireuen
Harga Total Total Persentase
No Uraian Volume Satuan (Rp/Satuan) Total (Rp/Produksi) (Rp/Bulan) (Rp/Tahun) (%)
Biaya Bahan Baku
1 Bibit garam 180 Sak 200.000 36.000.000 1.080.000.000 12.960.000.000 83,92
Total 36.000.000 1.080.000.000 12.960.000.000 83,92
Biaya Tenaga Kerja
1 Memasak
120 Orang 21.000 2.520.000 75.600.000 907.200.000 5,87
garam
Total 2.520.000 75.600.000 907.200.000 5,87
Biaya Lain-Lain
1 Karung 180 Unit 1.000 180.000 5.400.000 64.800.000 0,42
Truk
2 Kayu bakar 120 600.000 2.400.000 72.000.000 864.000.000 5,59
/bulan
3 Kulit kelapa
6.000 Unit 300 1.800.000 54.000.000 648.000.000 4,20
kering
Total 4.380.000 131.400.000 1.576.800.000 10,21
Total Biaya Variabel 42.900.000 1.287.000.000 15.444.000.000 100,00
Rata-rata per petani 841.176 25.235.294 302.823.529
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas terlihat sebesar Rp. 1.287.000.000,-/bulan atau


bahwa biaya variabel yang paling besar Rp. 15.444.000.000,-/tahun. Jadi rata-rata
yang harus dikeluarkan oleh 51 sampel biaya variabel yang dikelurkan per petani
pegaram di Kecamatan Jangka Kabupaten garam di Kecamatan Jangka Kabupaten
Bireuen untuk menjalankan usahanya Bireuen yaitu sebesar Rp.
adalah biaya untuk membeli bahan baku 25.235.294,-/bulan atau Rp.
sebesar Rp. 1.080.000.000,-/bulan atau 302.823.529,-/tahun.
Rp. 12.960.000.000,-/tahun, dengan
persentase 83,92% dari total keseluruhan c) Total Biaya Usaha Pengolahan
biaya variabel. Sedangkan biaya variabel Garam
terkecil yang dikeluarkan adalah biaya Total biaya dari suatu usaha
untuk menggaji pekerja sebesar Rp. merupakan jumlah keseluruhan biaya,
75.600.000,-/bulan atau Rp. yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
907.200.000,-/bulan, dengan persentase variabel. Uraian mengenai biaya tetap dan
5,87% dari total keseluruhan biaya biaya variabel pada usaha pengolahan
variabel. garam yang menjadi objek dalam
Adapun total keseluruhan biaya penelitian telah disampaikan sebelumnya.
variabel dari 51 sampel pegaram yaitu Adapun total biaya dari usaha tersebut
dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

1049
Tabel 10. Rata-rata Total Biaya Dari 51 Sampel Pegaram di Kecamatan Jangka Kabupaten
Bireuen
Total Total Persentase
No Jenis Biaya
(Rp/Bulan) (Rp/Tahun) (%)
1 Biaya tetap 16.033.333 192.400.000 1,23
2 Biaya variabel 1.287.000.000 15.444.000.000 98,77
Total biaya 1.303.033.333 15.636.400.000 100,00
Rata-rata per petani 25.549.673 306.596.078
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017

Berdasarkan Tabel 10 di atas Rp. 1.303.033.333,-/bulan atau Rp.


diketahui bahwa besarnya biaya tetap yang 15.636.400.000,-/tahun. Jadi rata-rata total
harus dikeluarkan oleh 51 sampel pegaram biaya per petani garam yaitu Rp.
di Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen 25.549.673,-/bulan atau Rp.
untuk menjalankan usahanya adalah sebesar 306.596.078,-/tahun.
Rp. 16.033.333,-/bulan atau Rp.
192.400.000,-/tahun, dengan persentase 2. Total Penerimaan (Pendapatan
1,23% dari total keseluruhan biaya. Kotor)
Sedangkan jumlah biaya variabel Penerimaan usaha yaitu jumlah
yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. nilai rupiah yang diperhitungkan dari
1.287.000.000,-/bulan atau seluruh produk yang terjual. Dengan kata
Rp. 15.444.000.000,-/tahun, dengan lain penerimaan usaha merupakan hasil
persentase 98,77% dari total keseluruhan perkalian antara jumlah produk dengan
biaya. harga. Adapun total penerimaan
Adapun total keseluruhan biaya (pendapatan kotor) usaha pengolahan
yang dikeluarkan oleh 51 sampel pegaram garam dapat dilihat pada Tabel 11 berikut
di Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen ini.
untuk menjalankan usahanya adalah
Tabel 11. Rata-rata Total Penerimaan Dari 51 Sampel Pegaram di Kecamatan Jangka
Kabupaten Bireuen
Volume Volume Volume Harga Total Total
No Uraian Satuan
/Produksi /Bulan /Tahun (Rp/Satuan) (Rp/Bulan) (Rp/Tahun)

1 Garam 180 5.400 64.800 Sak 300.000 1.620.000.000 19.440.000.000


Total Penerimaan 1.620.000.000 19.440.000.000
Rata-rata per petani 31.764.706 381.176.471
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017
Tabel 11 di atas menunjukkan penerimaan (pendapatan kotor) yang
bahwa pada satu kali periode produksi diperoleh pegaram adalah sebesar
jumlah garam yang dihasilkan oleh 51 Rp. 1.620.000.000,-/bulan atau
sampel pegaram di Kecamatan Jangka Rp. 19.440.000.000,-/tahun. Jadi rata-rata
Kabupaten Bireuen adalah sebanyak 180 total penerimaan per petani garam yaitu
sak dan dalam sebulan pegaram Rp. 31.764.706,-/bulan atau Rp.
melakukan produksi sebanyak 30 kali, 381.176.471,-/tahun.
sehingga jumlah garam yang dihasilkan
sebanyak 5.400 sak/bulan. Dengan harga
jual Rp. 300.000,-/sak, maka total

1050
Keuntungan merupakan selisih
3. Total Keuntungan antara nilai hasil produksi dengan total
biaya produksi yang dikeluarkan. Untuk
melihat perbandingan keuntungan yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya hasil
diperoleh petani garam sangat produksi dan didukung oleh tingkat harga
jual produk itu sendiri. Adapun total
keuntungan yang diperoleh pegaram dapat
dilihat pada Tabel 12 berikut.
Tabel 12. Rata-rata Keuntungan Dari 51 Sampel Pegaram di Kecamatan Jangka Kabupaten
Bireuen
Uraian Jumlah (Rp/Bulan) Jumlah (Rp/Tahun)
Total Penerimaan 1.620.000.000 19.440.000.000
Total Biaya 1.303.033.333 15.636.400.000
Keuntungan 316.966.667 3.803.600.000
Rata-rata per petani 6.215.033 74.580.392
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017

Berdasarkan Tabel 12 di atas 4. Analisis Kelayakan Usaha


diketahui bahwa total keseluruhan a) R/C (Revenue Cost) Ratio
keuntungan dari 51 sampel pegaram di R/C (Revenue Cost) Ratio adalah
Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen perbandingan antara total penerimaan
yaitu Rp. 316.966.667,-/bulan atau Rp. dengan total biaya yang dikeluarkan. Hasil
3.803.600.000,-/tahun. Jadi rata-rata analisis R/C Rasio usaha pengolahan
keuntungan per petani garam yaitu Rp. garam dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.
6.215.033,-/bulan atau Rp.
74.580.392,-/tahun.
Tabel 13. Hasil Analisis R/C Rasio Usaha Produksi Garam di Kecamatan Jangka
Kabupaten Bireuen
Uraian Nilai Pertahun
Rata-rata penerimaan per petani 381.176.471
Rata-rata total biaya per petani 306.596.078
R/C Rasio 1,24
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017

Suatu usaha dikatakan layak dan karena nilai R/C > 1, maka dapat
menguntungkan apabila nilai R/C lebih disimpulkan bahwa usaha pengolahan
besar dari 1 (R/C > 1). Semakin besar nilai garam menguntungkan dan layak untuk
R/C maka semakin layak suatu usaha diusahakan.
dilakukan. Dari hasil perhitungan di atas
diperoleh nilai R/C rasio sebesar 1,24. b. B/C (Benefit Cost) Ratio
Dengan kata lain R/C rasio sebesar 1,24, B/C (Benefit Cost) Ratio adalah
bermakna untuk setiap Rp. 100.000 biaya perbandingan antara total keuntungan
yang dikeluarkan, maka petani garam akan dengan total biaya yang dikeluarkan. Hasil
memperoleh pendapatan kotor analisis B/C Rasio usaha pengolahan
(penerimaan) sebesar Rp. 124.000,-. Jadi garam dapat dilihat pada Tabel 14 berikut
Tabel 14. Hasil Analisis B/C Rasio Usaha Produksi Garam di Kecamatan Jangka
Kabupaten Bireuen
No Uraian Nilai Pertahun
1 Rata-rata total keuntungan per petani 74.580.392
2 Rata-rata total biaya per petani 306.596.078
B/C Rasio 0,24
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017

Suatu usaha dikatakan layak dan Buchari, Alma. 2007. Manajemen


menguntungkan apabila nilai B/C lebih Pemasaran dan Pemasaran Jasa.
besar dari 0 (B/C > 0). Semakin besar nilai Penerbit Alfabeta Bandung.
B/C maka semakin layak suatu usaha Harahap. S, 2007. Analisis Kritis Atas
dilakukan. Dari hasil perhitungan di atas Laporan Keuangan. Jakarta Raja
diperoleh nilai B/C rasio sebesar 0,24. Grafindo.
Dengan kata lain B/C rasio sebesar 0,24,
bermakna untuk setiap Rp. 100.000,-biaya Ibrahim Yacob, H. M. 2007. Studi
yang dikeluarkan, maka petani garam akan Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi,
memperoleh keuntungan Penerbit PT. Rineka. Cipta, Jakarta.
sebesar Rp. 24.000,-. Karena nilai B/C > Joesron dan Fathorrozi. 2007. Teori
0, maka dapat disimpulkan bahwa usaha Ekonomi Mikro. Edisi Kedua. PT.
pengolahan garam menguntungkan dan Salemba Empat: Jakarta.
layak untuk diusahakan. Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi Kelayakan
Bisnis, Edisi 2. Kencana: Jakarta.
KESIMPULAN Kunarjo. 2006. Perencanaan dan
Berdasarkan hasil penelitian dan Pembiayaan Pembangunan.
analisis yang telah dilakukan, maka dapat Gramedia. Jakarta.
disimpulkan usaha pengolahan garam di Kusuma. 2011. Studi Kelayakan Rencana
Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen Usaha Produksi Garam Bumbu
menguntungkan, dengan rata-rata Rendah Sodium Kemasan Sachet
keuntungan per petani garam yaitu Rp. Pada Pt. Citarasa Trinitas Natural
6.215.033,-/bulan atau Rp. Karawang-Jawa Barat. Jurnal Jurusan
74.580.392,-/tahun. Dari perhitungan nilai Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan
R/C dan nilai B/C dapat disimpulkan Bisnis Universitas Brawijaya.
bahwa usaha pengolahan garam di Rahim dan Hastuti. 2007. Ekonomika
Kecamatan Jangka Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta
Kabupaten Bireuen layak untuk Rosalina. 2014. Analisis Kelayakan Usaha
diusahakan. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal
di Desa Namang Kabupaten Bangka
DAFTAR PUSTAKA Tengah. Jurnal Direktorat Jenderal
Adi,Tukul, Rameyo. 2006. Buku Panduan Perikanan Budidaya Balai Besar
Pengembangan Usaha terpadu Pengembangan Budidaya Air Payau
Garam Artemia. Pusat Riset Wilayah Jepara
Laut dan Suberdaya Nonhayati Badan Sadono, S. 2012. Ekonomi Pembangunan
Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta Proses masalah dan Dasar Kebijakan,
cetakan ketiga, Penerbit Kencana,
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Jakarta.
Kabupaten Bireuen Dalam Angka. Septiana. 2014. Analisis Kelayakan Teknis
Website: bireunkab.bps.go.id dan Finansial Pendirian Industri Kecil
Kerupuk Kaldu

1052
Kupang Putih (Corbula Faba Hinds).
Jurnal Fakultas Ekonomi Dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor. Surya. 2008. Manajemen Kinerja. Edisi
Soeharjo dan Patong, 2006. Sendi-Sendi Ketiga. Kompas Gramedia Group.
Pokok Usaha Tani. Departemen Ilmu Jakarta.
Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Sutawi. 2012. Manajemen Agribisnis.
Institut Pertanian Bogor. Bayu Media dan UMM press.
Sugiarto. 2010. Ekonomi Mikro Suatu Malang.
Pendekatan Praktis. Gramedia Witjaksono, Armanto. 2006. Akuntansi
Pustaka Utama : Jakarta. biaya 1st edition. Graha Ilmu :
Yogyakarta.

Jurnal S. Pertanian 1 (2) : 97 – 105 (2017)


ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN HIAS DI GAMPONG PAYA CUT
KECAMATAN PEUSANGAN
KABUPATEN BIREUEN

1 2 21
Hasnidar , T. M. Nur , Elfiana Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
2
Almuslim Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim
Email:hasnidar1234.exp@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Gampong Paya Cut Kecamatan Peusangan Kabupaten


Bireuen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha penjualan ikan hias di
Gampong Paya Cut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Juli 2016. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan rumus analisis biaya, penerimaan, keuntungan, BEP, R/C Ratio, B/C
Ratio dan ROI. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa usaha agribisnis ikan hias
Bapak Rahmat di Gampong Paya Cut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
menguntungkan, dengan total keuntungan adalah sebesar Rp. 1.805.361/bulan. Dari
besarnya keuntungan yang diperoleh Bapak Rahmat dan berdasarkan perhitungan nilai
BEP diperoleh BEP produksi 639 ekor, BEP harga Rp. 3.195 /ekor, nilai R/C rasio sebesar
1,57, nilai B/C rasio sebesar 0,57, dan nilai ROI sebesar 56,51%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa usaha agribisnis ikan hias Bapak Rahmat di Gampong Paya Cut
Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen layak untuk diusahakan.
Kata kunci : Analisis Kelayakan, Usaha Penjualan Ikan Hias

PENDAHULUAN memiliki daya tarik tersendiri untuk


Indonesia memiliki sumber daya menarik minat para pecinta ikan hias
perikanan yang sangat kaya dan potensial, (hobiis) dan juga kini banyak para
baik di wilayah perairan tawar (darat), pengusaha ikan konsumsi yang beralih
pantai maupun perairan laut. Oleh karena pada usaha ikan hias.
itu, pengembangan usaha perikanan saat Provinsi Aceh merupakan salah
ini memegang peranan penting baik di satu provinsi yang mempunyai potensi
sektor budidaya maupun di sektor hilir, dalam pengembangan sektor perikanan
sehingga akan menambah nilai baik perikanan tangkap maupun perikanan
komersilnya. Untuk meningkatkan nilai budidaya. Sektor perikanan merupakan
komersil, sebuah usaha perlu dikelola salah satu sektor andalan Provinsi Aceh,
secara profesional melalui penerapan lebih kurang 55% penduduk Aceh
manajemen yang baik dengan tujuan bergantung kepada sektor ini baik secara
pencapaian target keuntungan (Kusnadi, langsung maupun tidak langsung (Yusuf,
2006). 2006). Provinsi Aceh memiliki peluang
Ikan hias merupakan salah satu yang besar untuk pengembangan kawasan
komoditas perikanan yang menjadi perikanan di beberapa Kabupaten/Kota,
komoditas perdagangan yang potensial di yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten
dalam maupun di luar negeri. Ikan hias Aceh Besar, Kabupaten Aceh Timur dan
dapat dijadikan sebagai sumber Kabupaten Bireuen.
pendapatan devisa bagi Negara. Ikan hias

97
jumlah penduduk 398.201 jiwa (Badan
Secara administrasi, Kabupaten Pusat Statistik, 2014). Kabupaten Bireuen
Bireuen memiliki 17 Kecamatan dengan memiliki potensi sumber daya kelautan
2 dan perikanan yang cukup memadai, baik
luas wilayah mencapai 1.901,21 Km dan
perikanan tangkap maupun budidaya.
Kecamatan Peusangan merupakan salah produksi, penerimaan, keuntungan, serta
satu kecamatan yang ada di Kabupaten perhitungan analisis lainnya yang
Bireuen yang masih aktif menjalankan mengarah kepada kelayakan usaha
usaha budidaya dan penjualan ikan hias. tersebut untuk dijalankan.
Salah satunya usaha milik Bapak Rahmat Namun demikian, jika kita lihat
di Gampong Paya Cut. dari segi penjualan dan pembudidayaan
Usaha budidaya dan penjualan tentunya usaha ikan hias lebih mudah
ikan hias Bapak Rahmat sudah dijalankan dilakukan daripada usaha ikan konsumsi.
kurang lebih selama 8 tahun dari tahun Hal ini dikarenakan biasanya ikan
2009 sampai sekarang. Dengan banyaknya konsumsi dihargai dengan sistem kiloan,
bermunculan usaha-usaha lain yang ikan hias dihargai dengan sistem per ekor,
bergerak dibidang yang sama, tidak dengan demikian bisnis budidaya ikan
membuat usaha budidaya dan penjualan konsumsi lebih menekankan kuantitas,
ikan hias Bapak Rahmat surut dan bahkan sehingga memerlukan lahan yang luas dan
terus melakukan perbaikan. Dari hasil sarana yang lebih banyak. Sedangkan ikan
observasi awal dengan pemilik usaha hias lebih menekankan kualitas sehingga
diketahui bahwa penjualan ikan hias bisa dilakukan dilahan sempit dan bisa
ditempat bapak Rahmat mengalami dilakukan sebagai usaha sampingan. Jika
perkembangan yang signifikan yakni tidak memiliki kolam yang luas, budidaya
adanya peningkatan permintaan setiap
ikan hias bisa dilakukan di dalam
tahunnya. Sehingga untuk memenuhi
akuarium atau bak semen yang kecil.
kebutuhan konsumen, persediaan ikan hias
di tempat Bapak Rahmat tidak semata-
Berdasarkan uraian di atas penulis
mata hanya mengandalkan hasil budidaya
tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang
sendiri, akan tetapi banyak yang harus
kelayakan usaha penjualan ikan hias. Hal
didatangkan dari Medan. Hal ini tentunya
inilah yang menjadi alasan penulis
menjadi pemasalahan tersendiri bagi
melakukan penelitian dengan judul
pengusaha ikan hias, dimana ikan hias
“Analisis Kelayakan Usaha Ikan Hias di
yang didatangkan dari medan harganya
Gampong Paya Cut Kecamatan Peusangan
cenderung fluktuatif, tentunya akan
Kabupaten Bireuen”.
menambah modal dan biaya yang
dikeluarkan oleh pengusaha ikan hias.
Pada sisi lain harga jual dari ikan hias itu METODE PENELITIAN
sendiri sulit untuk naik, sehingga Penelitian ini dilakukan di
pengusaha ikan hias kesulitan dalam Gampong Paya Cut Kecamatan Peusangan
menentukan harga jual yang terjangkau Kabupaten Bireuen pada bulan Juli 2016.
konsumen. Oleh karena itu, perlu Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja
dilakukan perhitungan-perhitungan (purposive) dengan pertimbangan bahwa
ekonomi yang berhubungan dengan usaha Gampong Paya Cut merupakan salah desa
tersebut, seperti perhitungan analisis biaya yang melakukan pembenihan dan
penjualan ikan hias.
Tehnik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah:
98
1. Pengamatan (Observasi)
Suatu metode yang dilakukan
untuk memperoleh informasi terhadap
objek yang diteliti dengan melihat dan
mengamati secara langsung ditempat yang
untuk memperoleh data dan informasi
telah menjadi lokasi penelitian yaitu tentang penggunaan analisis variabel
masyarakat setempat. sosial ekonomi dan masyarakat setempat.
b) Wawancara (Interview) c. Pertanyaan (Quistioner)
Merupakan suatu metode yang Merupakan daftar pertanyaan yang
dilakukan dengan mengadakan dibuat dengan berisikan serangkaian
komunikasi dan pengamatan langsung pertanyaan yang berkenaan dengan
penulisan penelitian ini. Ditujukan kepada
responden yang menjadi sampel. analisis biaya, penerimaan, keuntungan,
d. Studi Kepustakaan (Library Research) BEP, R/C, B/C dan ROI.
Studi literatur yang bersumber dari
laporan tahunan, buku, skripsi, website,
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan media informasi lainnya yang
berkaitan dengan penelitian. Analisis Biaya
Teknik analisis data yang Biaya Tetap Usaha Agribisnis Ikan
digunakan dalam penelitian ini yaitu Hias
Biaya tetap (Fixed Cost) adalah
biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha
agribisnis ikan hias yang penggunaannya
tidak habis dalam satu masa produksi.
Besar kecilnya biaya produksi tersebut
tidak dipengaruhi oleh banyaknya
produksi yang dihasilkan oleh pengusaha
agribisnis ikan hias. Pada usaha agribisnis
ikan hias yang termasuk biaya tetap adalah
biaya penyusutan peralatan dan biaya
sewa bangunan. Adapun komponen biaya
penyusutan peralatan pada usaha
agribisnis ikan hias dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Biaya Penyusutan Peralatan Usaha Agribisnis Ikan Hias
Umur Total

Harga Penyusutan Penyusutan

No Uraian Volume Satuan Ekonomis Harga


(Rp/Satuan) (Rp/Tahun) (Rp/Bulan)
(Tahun) (Rp)
1 Rak Besar 1 Unit 800.000 10 800.000 80.000 6.667
2 Rak Kecil 5 Unit 300.000 10 1.500.000 150.000 12.500
4 Aquarium 20 Unit 150.000 5 3.000.000 600.000 50.000
3 Armada (Saringan) 5 Unit 50.000 1 250.000 250.000 20.833
5 Lampu Hias 4 Unit 90.000 2 360.000 180.000 15.000
6 Bunga Hias 10 Unit 50.000 2 500.000 250.000 20.833
7 Rumput Karpet 20 Unit 13.000 3 260.000 86.667 7.222
8 Botol Ikan 30 Unit 2.000 3 60.000 20.000 1.667
9 Saringan Kecil 1 Unit 15.000 1 15.000 15.000 1.250
10 Saringan Sedang 2 Unit 8.000 1 16.000 16.000 1.333
Jumlah 6.761.000 1.647.667 137.306
Sumber : Data primer (diolah), Tahun
2016
usaha agribisnis ikan hias adalah sebesar
Berdasarkan tabel di atas terlihat Rp. 6.761.000, dengan biaya penyusutan
bahwa biaya Berdasarkan tabel di atas sebesar Rp. 137.306/bulan atau Rp.
terlihat bahwa biaya peralatan yang paling 1.647.667/tahun.
besar yang harus dikeluarkan untuk Komponen biaya lainnya yang
menjalankan usaha agribisnis ikan hias termasuk dalam biaya tetap adalah biaya
yaitu untuk biaya membuat aquarium non produksi berupa biaya sewa bangunan
sebesar Rp. 3.000.000, dan biaya terkecil dan perawatan peralatan. Untuk lebih
adalah biaya untuk membeli saringan jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
kecil sebesar Rp. 15.000. Jadi total biaya
peralatan yang harus dikeluarkan untuk
Tabel 2. Biaya Sewa Bangunan dan Perawatan Peralatan pada Usaha Agribisnis Ikan Hias

No Uraian Volume Satuan Total (Rp/Tahun) Total (Rp/Bulan)


1 Sewa Bangunan 1 Unit 4.000.000 333.333
2 Perawatan Peralatan - - 300.000 25.000
Jumlah 4.300.000 358.333
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2016

.Berdasarkan tabel di atas terlihat hias adalah sebesar Rp. 5.947.667/tahun


bahwa biaya non produksi sebesar atau Rp. 495.639/bulan.
Rp. 4.300.000/tahun atau Rp.
358.333/bulan yaitu berupa biaya sewa Biaya Variabel Usaha Agribisnis Ikan
bangunan sebesar Rp. 4.000.000/tahun Hias
dan rata-rata biaya perawatan peralatan Biaya variabel adalah biaya yang
sebesar Rp.25.000/bulan. Pemeliharaan besarnya sangat tergantung pada jumlah
peralatan yang dilakukan oleh pemilik produksi. Biaya variabel pada usaha
usaha bertujuan agar kegiatan penjualan agribisnis ikan hias meliputi biaya
dapat berjalan lancar, yaitu dengan pembelian ikan hias, Pakan, biaya pekerja,
membersihkan sebagian peralatan dan dan lain-lain. Adapun rincian total biaya
mengganti beberapa bagian pada mesin variabel pada usaha agribisnis ikan hias
yang sudah rusak dan lain sebagainya. dalam satu bulan produksi dapat dilihat
Jadi total biaya tetap yang harus pada tabel 4 berikut ini.
dikeluarkan pengusaha agribisnis ikan

Tabel 4. Total Biaya Variabel Usaha Agribisnis Ikan Hias


Harga Total
No Uraian Volume Satuan Total (Rp/Tahun)
(Rp/Satuan) (Rp/Bulan)

1 Ikan Hias 1.000 ekor 2.000 2.000.000 24.000.000


2 Pakan 2 Pak (Takari) 3.000 6.000 72.000
3 Biaya Pekerja 1 Orang 600.000 600.000 7.200.000
4 Listrik 1 Bulan 50.000 50.000 600.000
5 Plastik 1 1 Pak 30.000 30.000 360.000
6 Palstik 2 1 Pak 8.000 8.000 96.000
7 Karet pengikat 0,5 kg 10.000 5.000 60.000
Total Biaya
Variabel 2.699.000 32.388.000

Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa terbesar yang harus dikeluarkan adalah


total biaya variabel yang harus biaya untuk membeli ikan hias yang
dikeluarkan oleh pengusaha agribisnis didatangkan dari medan yaitu sebesar Rp.
ikan hias adalah sebesar Rp. 2.000.000/bulan, dan biaya variabel
2.699.000/bulan atau Rp. terkecil yang dikeluarkan adalah untuk
32.388.000/tahun, dengan biaya variabel
membeli karet pengikat plastik yaitu biaya suatu usaha ditentukan oleh
sebesar Rp. 5.000/bulan. besarnya biaya tetap dan biaya variabel
usaha yang bersangkutan. Uraian
Total Biaya Usaha Agribisnis Ikan Hias mengenai biaya tetap dan biaya variabel
Total biaya dari suatu usaha pada usaha agribisnis ikan hias yang
merupakan jumlah keseluruhan biaya, menjadi objek dalam penelitian telah
yang terdiri dari biaya tetap dan biaya disampaikan sebelumnya. Adapun total
variabel. Tiap usaha memiliki total biaya biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 5
yang berbeda-beda, dimana besarnya total berikut ini.
Tabel 5. Total Biaya Usaha Agribisnis Ikan Hias
No Jenis biaya Nilai (Rp/Bulan)
1 Biaya tetap 495.639
2 Biaya variabel 2.699.000
Total biaya 3.194.639
Sumber : Data primer (diolah), Tahun
2016
Penerimaan usaha yaitu jumlah
Berdasarkan tabel di atas nilai rupiah yang diperhitungkan dari
menunjukkan bahwa total biaya tetap seluruh produk yang terjual. Dengan kata
yang harus dikeluarkan pengusaha lain penerimaan usaha merupakan hasil
agribisnis ikan hias adalah sebesar Rp. perkalian antara jumlah produk dengan
495.639/bulan, sedangkan total biaya harga. Pada satu kali periode (sebulan)
variabel adalah sebesar Rp. penjualan jumlah ikan hias yang dijual
2.699.000/bulan. Adapun jumlah rata-rata sebanyak 1.000 ekor, dengan rata-
keseluruhan biaya yang dikeluarkan usaha rata harga jual Rp. 5.000/ekor. Adapun
agribisnis ikan hias adalah sebesar Rp. total penerimaan (pendapatan kotor) usaha
3.194.639/bulan. agribisnis ikan hias per bulannya secara
rinci dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.
Total Penerimaan (Pendapatan Kotor)
Tabel 6. Jumlah Penerimaan Usaha Agribisnis Ikan Hias per Bulan

Harga Total
No Jenis Volume /Bulan Satuan
(Rp/Satuan) (Rp/Bulan)
1 Ikan Hias 1.000 ekor 5.000 5.000.000
Sumber : Data primer (diolah), Tahun
2016
Total Keuntungan
Tabel di atas menunjukkan bahwa Keuntungan merupakan selisih
tiap bulannya pengusaha agribisnis ikan antara nilai hasil produksi dengan total
hias mampu menjual ikan hias rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan
sebanyak 1.000 ekor. Dengan rata-rata pengusaha agribisnis ikan hias. Untuk
harga jual Rp. 5.000/ekor, maka total melihat perbandingan keuntungan yang
penerimaan (pendapatan kotor) yang diperoleh pengusaha agribisnis ikan hias
diperoleh pengusaha agribisnis ikan hias sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
perbulannya adalah sebesar Rp. hasil produksi dan didukung oleh tingkat
5.000.000. harga jual produk itu sendiri. Keuntungan
yang diperoleh pengusaha agribisnis ikan hias dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Keuntungan Usaha Agribisnis Ikan Hias per Bulan
Uraian Jumlah (Rp/Bulan)
Total Penerimaan 5.000.000
Total Biaya 3.194.639
Keuntungan 1.805.361
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa dalam sebulan adalah 639 ekor. Sementara
total biaya yang dikeluarkan pengusaha jumlah penjualan ikan hias yang mampu
agribisnis ikan hias setiap bulannya adalah dijual dalam sebulan adalah 1.000 ekor.
sebesar Rp. 3.194.639. Sedangkan total Dengan demikian dapat disimpulkan
penerimaan yang diperoleh adalah sebesar bahwa jumlah produksi/ ikan hias yang
Rp. 5.000.000. Adapun keuntungan yang terjual > BEP produksi, ini berarti usaha
diperoleh dari total penerimaan dikurangi
agribisnis ikan hias layak untuk
dengan total biaya yang dikeluarkan
diusahakan.
perbulannya adalah sebesar Rp.
1.805.361.
BEP Harga
BEP = Total Biaya Produksi jumlah produksi
Analisis Kelayakan BEP =
Rp3.194.639
Rp1.000

Break Event Point (BEP) BEP = Rp. 3.195 /ekor


Break Event Point adalah titik
Berdasarkan hasil di atas diketahui
impas yaitu suatu keadaan yang
bahwa BEP harga Rp. 3.195, maksudnya
menggambarkan keuntungan usaha yang
bahwa minimal harga impas yang bisa
diperoleh sama dengan modal yang
dikeluarkan, dengan kata lain keadaan ditawarkan untuk penjualan ikan hias
dimana kondisi usaha tidak mengalami adalah Rp. 3.195 /ekor. Sementara harga
keuntungan maupun kerugian. jual yang telah ditetapkan adalah Rp 5.000
Perhitungan BEP pada usaha agribisnis /ekor. Dengan demikian dapat
ikan hias ini ditinjau berdasarkan harga disimpulkan bahwa harga jual produk >
jual (BEP harga) dan volume produksi BEP harga, ini berarti usaha agribisnis
(BEP produksi). ikan hias layak untuk diusahakan.

BEP Produksi
BEP =
Total Biaya Produksi Harga Satuan Jual Produk
Rp 3.194.639

BEP = Rp5.000 R/C (Revenue Cost) Ratio


BEP = 639 ekor R/C (Revenue Cost) Ratio adalah
perbandingan antara total penerimaan
Berdasarkan hasil di atas diketahui dengan total biaya yang dikeluarkan.
bahwa BEP produksi 639 ekor, Untuk lebih jelasnya tentang hasil analisis
maksudnya bahwa minimal jumlah R/C Rasio dalam satu bulan produksi
penjualan yang impas yang harus dicapai dapat dilihat pada tabel 8 berikut.

102
Tabel 8. Hasil analisis R/C Rasio Usaha Agribisnis Ikan Hias per Bulan
Uraian Nilai
Total Penerimaan 5.000.000
Total Biaya 3.194.639
R/C Rasio 1,57
Sumber : Data primer (diolah), Tahun
2016
usaha agribisnis ikan hias Bapak Rahmat
Suatu usaha dikatakan layak dan memperoleh penerimaan sebesar Rp
menguntungkan apabila nilai R/C lebih 157.000.
besar dari 1 (R/C > 1). Semakin besar
nilai R/C maka semakin layak suatu usaha B/C (Benefit Cost) Ratio
dilakukan. Dari hasil perhitungan di atas B/C (Benefit Cost) Ratio adalah
diperoleh nilai R/C rasio sebesar 1,57. perbandingan antara total keuntungan
Karena nilai R/C > 1, maka dapat usaha agribisnis ikan hias dengan total
disimpulkan bahwa usaha agribisnis ikan biaya yang dikeluarkan. Hasil analisis B/C
hias menguntungkan dan layak untuk Rasio dalam satu bulan produksi dapat
diusahakan. Dengan kata lain nilai R/C dilihat pada tabel 9 berikut.
Rasio sebesar 1,57 bermakna untuk setiap
Rp 100.000 biaya yang dikeluarkan, maka

Tabel 9. Hasil Analisis B/C Rasio Usaha Agribisnis Ikan Hias per Bulan

Uraian Nilai
Total Keuntungan 1.805.361
Total Biaya 3.194.639
B/C Rasio 0,57
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2016

Suatu usaha dikatakan layak dan ROI merupakan perhitungan untuk


menguntungkan apabila nilai B/C lebih melihat kemampuan usaha agribisnis ikan
besar dari 0 (B/C > 0). Semakin besar nilai hias Bapak Rahmat memperoleh
B/C maka semakin layak suatu usaha pengembalian (keuntungan) atas investasi
dilakukan. Dari hasil perhitungan di atas (modal yang telah dikeluarkan) dalam
diperoleh nilai B/C rasio sebesar 0,57, periode tertentu yang dinyatakan dalam
karena nilai B/C > 0, maka dapat persen. Hasil analisis ROI menujukkan
disimpulkan bahwa usaha agribisnis ikan bahwa keuntungan yang diperoleh usaha
hias menguntungkan dan layak untuk agribisnis ikan hias adalah sebesar Rp.
diusahakan. Dengan kata lain nilai B/C 1.805.361,-/bulan. Sedangkan total
Rasio sebesar 0,57 bermakna untuk setiap investasi (modal yang dikeluarkan) adalah
Rp 100.000 biaya yang dikeluarkan, maka sebesar Rp. 3.194.639,-/bulan. Adapun
usaha agribisnis ikan hias Bapak Rahmat nilai Return of Invesment (ROI) yang
memperoleh keuntungan sebesar Rp diperoleh adalah 56,51%. Untuk lebih
57.000. jelasnya dapat dilihat pada tabel 10
berikut:
Return of Invesment (ROI)
Tabel 10. Hasil Analisis ROI Usaha Agribisnis Ikan Hias
Uraian Nilai (perproduksi)
Keuntungan 1.805.361
Total investasi (modal) 3.194.639
Return of Invesment (ROI) 56,51%
Sumber : Data primer (diolah), Tahun
2016

Badan Pusat Statistik, 2014. Bireuen


Ini menunjukkan bahwa besarnya Dalam Angka, Badan Pusat Statistik
pengembalian biaya investasi (modal) dari Kabupaten Bireuen.
usaha penjualan ikan hias adalah 56,51%, Dermawan I., 2006, Budidaya Ikan Hias
hal ini berarti usaha penjualan ikan hias Air Tawar Populer, PT Pnebar
ini mampu mengembalikan biaya Swadaya, Jakarta
investasi / modal yang dikeluarkan, jika Handayani R., 2009, Preferensi
dibandingkan dengan bunga Bank yang Konsumen terhadap Ikan Hias
berlaku (15%). Dengan demikian dapat (Skripsi Jurusan sosial ekonomi
disimpulkan bahwa usaha agribisnis ikan Perikanan, Fakultas Perikanan dan
hias menguntungkan dan layak untuk Ilmu Kalautan. IPB Bogor.
diusahakan. Harahap, Sofyan, Syafri. 2007. Analisis
Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta
KESIMPULAN : PT. Raja Grafindo Persada.
Berdasarkan hasil penelitian dan Imron, 2008. Pengantar Bisnis Budidaya
analisis yang telah dilakukan diketahui Ikan Hias, Jakarta: Swadaya.
bahwa usaha agribisnis ikan hias Bapak Kusnadi. 2006. Kesejahteraan Nelayan,
Rahmat di Gampong Paya Cut Kecamatan Yogyakarta: PT Prehalindo.
Peusangan Kabupaten Bireuen Mantau, 2008. Analisis Finansial Produksi
menguntungkan, dengan total keuntungan Benih Ikan Kue Gonathanodon
sebesar Rp. 1.805.361/bulan. Dari Speciosus Forsskal dengan Padat
perhitungan nilai BEP diperoleh BEP Penebaran Berbeda dalam Hatchery
produksi 639 ekor, BEP harga Rp. Skala Rumah Tangga di Kecamatan
3.195 /ekor, nilai R/C rasio sebesar 1,57, Gerokgak Buleleng Bali. Jurnal.
nilai B/C rasio sebesar 0,57, dan nilai ROI Prasetya, P. 2010. Ilmu Usahatani II. UNS
sebesar 56,51%, sehingga dapat Press. Surakarta.
disimpulkan bahwa usaha agribisnis ikan Purwantiningdyah, D.N. 2006, Faktor
hias Bapak Rahmat di Gampong Paya Cut Internal Dan Eksternal yang
Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Mempengaruhi Tingkat Penerapan
layak untuk diusahakan. Teknologi dan Dampaknya Terhadap
Produktivitas dan Pendapatan Pada
DAFTAR PUSTAKA Usahatani Padi Sawah. Bandung.
Agustien, 2010. Analisis Prospektif Usaha Program Pascasarjana Universitas
Budidaya Ikan Hias Air Tawar di Padjadjaran Bandung.
Taman Akuarium Air Tawar (Taat) Rahim dan Hastuti, 2007. Metode Analisis
dan Taman Mini Indonesia Indah Pendapatan. Penebar Swadaya.
(TMII) Jakarta. Jurnal Jogyakarta.

104

Sadono, 2012. Teori Mikro Ekonomi. Sugiarto. 2010. Ekonomi Mikro Suatu
Cetakan Keempat Belas. Rajawali. Pendekatan Praktis. Gramedia
Press: Jakarta Pustaka Utama: Jakarta.
Septiana, 2013, Manajemen Surya. 2008. Manaiernen Kinerja. Edisi
Pengembangan Agribisnis ketiga. Kompas Gramedia Group.
Pembesaran Ikan Cupang di Jakarta
Kelurahan Ketami Kecamatan Yusuf, Q. 2006. Empowerment of
Pesantren Kota Kediri. Jurnal Panglima Laot in Aceh. International
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. workshop on Marine Science and
Universitas Indonesia Press: Jakarta. Resource. Banda Aceh, 11-13 March,
Subagyo. 2007. Statistik Induktif. 2006.
Yogyakarta: BPFEUGM.

105
Jurnal S. Pertanian 2 (2) : 156 – 164 (2018) ISSN : 2088-0111

ANALISIS KELAYAKAN USAHA KUE KACANG HIJAU BAKPIA SABANG DI


GAMPONG SINGGAH MATA KECAMATAN BAKTIA BARAT KABUPATEN
ACEH UTARA

1 2
Syahrul , Saiful Hurri
1
Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian UniversitasAlmuslim
2
Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian UniversitasAlmuslim
Email:syahrul.10021995@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di Gampong Singgah Mata Kecamatan Baktia Barat


Kabupaten Aceh Utara pada usaha kue kacang hijau bakpia, yang dilaksanakan pada bulan
September 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan dan
menganalisis kelayakan usaha kue kacang hijau bakpia di Gampong Singgah Mata
Kecamatan Baktia Barat Kabupaten Aceh Utara. Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus analisis biaya, penerimaan,
keuntungan, BEP, R/C Ratio dan B/C Ratio. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha
kue kacang hijau bakpia sabang Bapak Ishak di Gampong Singgah Mata Kecamatan Baktia
Barat Kabupaten Aceh adalah Rp. 229.070.667,-/tahun. Dari perhitungan nilai BEP, nilai
R/C dan nilai B/C dapat disimpulkan bahwa usaha kue kacang hijau bakpia sabang Bapak
Ishak di Gampong Singgah Mata Kecamatan Baktia Barat Kabupaten Aceh Utara layak
untuk diusahakan.

Kata kunci :Analisis Kelayakan, Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabang
PENDAHULUAN mudah untuk membidik konsumen sesuai
Agroindustri merupakan suatu dengan produk yang dihasilkan
bentuk kegiatan atau aktifitas yang (Mangunwidjaja dan Sailah,2009).
mengolah bahan baku yang berasal dari Salah satu usaha yang
tanaman maupun hewan. Agroindustri dikategorikan dalam agroindustri
memiliki peranan yang sangat penting pengolahan makanan yaitu usaha
dalam pembangunan pertanian. Hal ini produksikue.Perkembangan jenis kue di
dapat dilihat dari kontribusinya dalam hal Indonesia yang terus bertambah,
meningkatkan pendapatan pelaku membuka peluang bagi industri kueuntuk
agribisnis, menyerap tenaga kerja, berkembang.Hal ini terlihat semakin
meningkatkan perolehan devisa, dan menjamurnya toko-toko yang menjual
mendorong tumbuhnya industri lain. beraneka ragam jenis kue, dari toko kue
Kegiatan usaha yang umumnya banyak yang berskala nasional maupun berskala
dilakukan oleh masyarakat dengan lokal.Perkembangan usaha kue tersebut
memanfaatkan potensi daerah adalah terus menjalar sampai ke setiap wilayah
usaha pengolahan makanan.Usaha ini yang ada di Aceh bahkan menyebar ke
cocok untuk dilakukan oleh berbagai seluruh pelosok desa.
lapisan masyarakat yang ingin merintis Menurut Dinas Perindustrian,
usaha mandiri karena umumnya modal Perdagangan, Koperasi dan UKM jumlah
yang diperlukan relatif terjangkau.Selain home industri skala kecil menengah yang
itu, target pasar untuk hasil olahan beroperasi di Kabupaten Aceh Utaratahun
makanan juga sangat luas, sehingga 2016 dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
156
Tabel 1.Jumlah Home Industri Skala Kecil Menengah di Kabupaten Aceh Utara
No Tahun Jumlah UKM Pertumbuhan (%)
1 2011 250 -
2 2012 275 10,00
3 2013 320 16,36
4 2014 370 15,63
5 2015 434 17,30
Rata-rata 330 14,82
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (2016)

Berdasarkan tabel di atas diketahui dengan konsep inovasi produk bakpia


bahwa jumlah UKM industri pengolahan sesuai dengan perubahan selera
produk makanan di Kabupaten Aceh Utara masyarakat dari waktu ke waktu, dan tetap
setiap tahunnya selalu meningkat. Dari mempertahankan konsep serta bahan baku
tahun 2011-2015 rata-rata jumlah UKM di yang asli dari resep klasik kuno bakpia
Kabupaten Aceh Utarasebanyak 330 unit yakni menggunakan isian kacang hijau.
pertahunnya, dengan persentase Meskipun harga bahan baku utama
pertumbuhan rata-rata sebesar 14,82% dan bahan penunjang lainnya terus
pertahunnyaDi Gampong Singgah Mata meningkat, namun usaha kue kacang hijau
Kecamatan Baktia Barat terdapat salah bakpiamilik Bapak Ishak ini tetap bertahan
satu industri yang memproduksi kue sampai saat ini, bahkan usaha kue kacang
kacang hijau bakpia yaitu usaha milik hijau bakpiaini semakin lama semakin
Bapak Ishak yang telah dijalankan sejak berkembang. Padahal awal
tahun 2010.Proses pembuatan kue bakpia mulaproduksinya, kue kacang hijau bakpia
Bapak Ishak ini sama seperti pembuatan ini hanya dipasarkan di Gampong Singgah
kue bakpia pada umumnya, yaitu dibuat Mata dan di desa tetangga saja, namun
dari campuran kacang hijau sebagai isinya lama kelamaan pemasarannya sudah
yang dibalut dengan kulit dari tepung sampai ke luar daerah.Adapun rincian
terigu yang dicetak bulat dan dipanggang. jumlah produksi kue kacang hijau
Produk kue kacang hijau bakpia yang bakpiaBapak Ishak dalam lima tahun
ditawarkan dariGampong Singgah Mata terakhir dapat dilihat pada Tabel 2berikut :
Kecamatan Baktia Baratlebih unggul

Tabel 2. Produksi Kue Kacang Hijau Bakpia Bapak Ishak5 Tahun Terakhir
No Tahun Jumlah Produksi (Bungkus) Pertumbuhan (%)
1 2012 78.000 -
2 2013 87.360 12,00
3 2014 99.840 14,29
4 2015 109.200 9,38
5 2016 118.560 8,57
Rata-rata 98.592 11,06
Sumber: Pemilik Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia(2017)

Berdasarkan data produksikue pertumbuhannya mencapai 11,06%,


kacang hijau bakpia Bapak Ishakterlihat sehingga prospeknya sangat mendukung
bahwa setiaptahunnya jumlah produksi terhadap perkembangan
selalu meningkat, dari 2012-2016rata-rata produktersebut.Namun demikian, kita

157
lepas dari persoalan biaya. Suatu
sadari bahwa seluruh usaha memang tidak usahatidak akan terlaksana apabila tidak
ada sumber biaya yang mencukupi.
Demikian pula halnya dalam usaha kue Metode yang dilakukan dalam
kacang hijau bakpiaBapak Ishak. Dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
mengembangkan usaha ini ada banyak deskriptif.Teknik analisis data yang
kendala yang dihadapi, terutama dari segi digunakan dalam penelitian ini yaitu
biaya produksi, harga bahan baku yang analisis biaya, penerimaan,keuntungan,
terus meningkat, dan juga bahan baku Break Event Point (BEP), R/C (Revenue
kacang hijau harus didatangkan dari luar Cost) Ratio dan B/C (Benefit Cost) Ratio
daerah.Sehinggasebelum melakukan suatu
usaha, suatu analisa keuangan sangat HASIL DAN PEMBAHASAN
dibutuhkan untukmengetahui seberapa 1. Analisis Biaya
besar modal yang diperlukan untuk a) Biaya Tetap Usaha Kue Kacang
menjalankan usaha tersebut.Untuk itu Hijau Bakpia Sabang
perlu dilakukan kajian yang mendalam Biaya tetap (Fixed Cost) adalah
berkaitan dengan kelayakan dari usaha biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha
kue kacang hijau bakpia. kue kacang hijau bakpia yang
Dari latar belakang masalah yang penggunaannya tidak habis dalam satu
telah penulis kemukakan di atas, maka masa produksi. Besar kecilnya biaya
penulis tertarik untuk melakukan produksi tersebut tidak dipengaruhi oleh
penelitian untuk mengetahui kelayakan banyaknya produksi yang dihasilkan.Pada
usaha kue kacang hijau bakpia dengan usaha kue kacang hijau bakpiayang
judul penelitian “Analisis Kelayakan termasuk biaya tetap adalah biaya
Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabang penyusutan bangunan dan peralatan.
di Gampong Singgah Mata Kecamatan DariTabel 4 terlihat bahwa biaya
Baktia Barat Kabupaten Aceh Utara” terbesar yang dikeluarkan untuk
menjalankan usaha kue kacang hijau
METODE PENELITIAN bakpia sabangadalah biaya untuk
Penelitian ini dilaksanakan di membuat bangunan yaitusebesar Rp.
Gampong Singgah Mata Kecamatan 50.000.000,-, dengan penyusutan
Baktia Barat Kabupaten Aceh Utara pada bangunan Rp. 2.000.000,-/tahun.
usahakue kacang hijau bakpia.Penentuan Sedangkan biaya terkecil yang
lokasi penelitian ini dilakukan secara dikeluarkan adalah biaya untuk membeli
sengaja (purposive), dengan pertimbangan gayung yaitu sebesar Rp. 20.000,-dengan
bahwa Gampong Singgah Mata penyusutan gayung Rp.
merupakan salah satu daerah yang 20.000,-/tahun.Jadi total biaya bangunan
mempunyai usaha kue kacang hijau dan peralatan yang dikeluarkan untuk
bakpia.Penelitian ini dilaksanakan pada menjalankan usaha kue kacang hijau
bulan September2017. bakpia adalah sebesar Rp. 99.280.000,-,
dengan total biaya penyusutan sebesar Rp.
11.583.333,-/tahun.
Adapun komponen biaya
penyusutan pada usaha kue kacang hijau
bakpia dapat dilihat pada Tabelberikut.

158
Tabel 4. Biaya Penyusutan Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabangper Tahun
Harga Umur Ekonomis Total Nilai Sisa Penyusutan
No Uraian Volume Satuan
(Rp/Satuan) (Tahun) Harga RP (Rp) (Rp/Tahun)
1 Bangunan 1 Unit 50.000.000 20 50.000.000 10.000.000 2.000.000
2 Mesin Kukur 1 Unit 1.500.000 5 1.500.000 200.000 260.000
3 Oven 4 Unit 6.000.000 5 24.000.000 4.000.000 4.000.000
4 Meja 2 Unit 2.000.000 3 4.000.000 1.000.000 1.000.000
5 Ampia 4 Unit 500.000 3 2.000.000 200.000 600.000
6 Mixer Besar 2 Unit 6.000.000 5 12.000.000 2.000.000 2.000.000
7 Wadah adonan 4 Unit 20.000 1 80.000 0 80.000
8 Loyang kue 100 Unit 20.000 2 2.000.000 0 1.000.000
9 Pisau 4 Unit 25.000 3 100.000 0 33.333
10 Timbangan besar 1 Unit 1.500.000 10 1.500.000 200.000 130.000
11 Timbangan kecil 1 Unit 150.000 5 150.000 0 30.000
12 Heather 5 Unit 8.000 1 40.000 0 40.000
13 Ember 2 Unit 30.000 1 60.000 0 60.000
14 Gayung 4 Unit 5.000 1 20.000 0 20.000
15 Sendok 1 Lusin 30.000 1 30.000 0 30.000
16 Tabung gas 6 Unit 300.000 5 1.800.000 300.000 300.000
Jumlah 99.280.000 11.583.333
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017
b) Biaya Variabel Usaha Kue Kacang produksi. Biaya variabel pada usaha kue
Hijau Bakpia Sabang kacang hijau bakpia meliputi biaya bahan
Biaya variabel adalah biaya yang baku, biaya pekerja, dan lain-lain.
besarnya sangat tergantung pada jumlah
Tabel 5. Total Biaya Variabel Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabangper Tahun
Total Total Total Persentase
No Uraian Volume Satuan arga (Rp/Satuan
(Rp/Produksi) (Rp/Bulan) (Rp/Tahun) (%)
Biaya Bahan Baku
1 Tepung terigu 2 Sak 190.000 380.000 9.880.000 118.560.000 18,73
2 Kacang hijau 20 Kg 12.000 240.000 6.240.000 74.880.000 11,83
3 Gula pasir 10 Kg 12.000 120.000 3.120.000 37.440.000 5,92
4 Gula merah 10 Kg 8.000 80.000 2.080.000 24.960.000 3,94
5 Garam 0,5 Kg 10.000 5.000 130.000 1.560.000 0,25
6 Mentega 8 Kg 14.000 112.000 2.912.000 34.944.000 5,52
7 Telur 4 Papan 35.000 140.000 3.640.000 43.680.000 6,90
8 Kelapa (santan) 20 Batok 2.000 40.000 1.040.000 12.480.000 1,97
9 Vanili 15 Saset 250 3.750 97.500 1.170.000 0,18
Total 1.120.750 29.139.500 349.674.000 55,25
Biaya Pekerja
1 Pengelola 1 Orang - - 3.000.000 36.000.000 5,69
Pengaduk adonan,
2 pencetak dan 6 Orang 80.000 480.000 12.480.000 149.760.000 23,66
pengopen
Total 480.000 15.480.000 185.760.000 29,35
Biaya Lain-lain
1 Listrik 1 Bulan 300.000 11.538 300.000 3.600.000 0,57
Tabung
2 Gas tabung besar 12 140.000 140.000 3.640.000 43.680.000 6,90
/Bulan
3 Anak Heatrer 1 Kotak 1.000 1.000 26.000 312.000 0,05
4 Wadah Kemasan 4 Pack 40.000 160.000 4.160.000 49.920.000 7,89
Total 312.538 8.126.000 97.512.000 15,41
Total Biaya Variabel 1.913.288 52.745.500 632.946.000 100,00
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017

159
tahun pada tahun 2017 rata-rata adalah
Biaya selama 12 bulan dalam satu sama. Untuk total biaya variabel
berdasarkan Tabel 4 adalah sebesarRp.
1.913.288,-/produksi. Dalam dengan sistem gaji harian (perproduksi),
sebulanBapak Ishak melakukan produksi kecuali pengelola yaitu Bapak Ishak
setiap hari kecuali hari minggu, jadi dalam sendiri, dengan perkiraan gajisebesar Rp.
sebulan total hari produksi 3.000.000,-/bulan. Adapun jumlah pekerja
adalahsebanyak26kali, sehingga dibidang pengaduk adonan, pencetak dan
menghabiskan biaya variabel sebesarRp. pengopen perproduksinyarata-rata
52.745.500,-/bulan atau Rp. sebanyak 6 orang, maka masing-masing
632.946.000,-/tahun. mendapatkan gaji sebesar Rp.
Dari Tabel di atas juga terlihat 80.000,-/produksi.
bahwa biaya variabel terbesar yang Selanjutnya biaya variabel lainnya
dikeluarkan Bapak Ishak untuk yang dikeluarkan Bapak Ishak untuk
menjalankan usaha kue kacang hijau menjalankan usaha kue kacang hijau
bakpia sabang adalah biaya untuk bakpia sabangadalah biaya lain-lain. Biaya
membeli bahan baku sebesar Rp. lain-lain merupakan biaya variabel terkecil
29.139.500,-/bulan, dikarenakan jumlah yang dikeluarkan oleh Bapak Ishak yaitu
bahan baku yang digunakantiap bulannya sebesarRp. 8.126.000,-/bulanatau Rp.
rata-rata hampir sama, jadi dalam 97.512.000,-/tahun, dengan persentase
setahunBapak Ishak mengeluarkan biaya 15,41% dari total biaya variabel.
untuk bahan baku sebesarRp.
349.674.000,-/tahun, dengan persentase
55,25% dari total biaya variabel. c) Total Biaya Usaha Kue Kacang
Biaya variabel berikutnya yang Hijau Bakpia Sabang
dikeluarkan Bapak Ishak untuk Total biaya dari suatu usaha
menjalankan usaha kue kacang hijau merupakan jumlah keseluruhan biaya,
bakpia sabang adalah biaya untuk yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
menggaji pekerja sebesar Rp. 15.480.000,- variabel. Uraian mengenai biaya tetap dan
/bulan atauRp. 185.760.000,-/tahun, biaya variabel pada usaha kue kacang
dengan persentase 29,35% dari total biaya hijau bakpia sabangBapak Ishak yang
variabel. Pembayaran gaji dilakukan menjadi objek dalam penelitian telah
disampaikan sebelumnya.Adapun total
biaya dari usaha tersebut dapat dilihat
pada Tabel berikut ini.
Tabel 6. Total Biaya Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabangper Tahun
No Jenis Biaya Nilai (Rp/Tahun) Persentase (%)
1 Biaya tetap 11.583.333 1,80
2 Biaya variabel 632.946.000 98,20
Total biaya 644.529.333 100,00
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017
Berdasarkan Tabel di atas biaya. Sedangkan total biaya variabel
menunjukkan bahwa total keseluruhan adalah sebesarRp. 632.946.000,-/tahun,
biaya yang dikeluarkan pada usaha kue dengan persentase 98,20% dari total
kacang hijau bakpia sabang Bapak Ishak keseluruhan biaya.
adalah sebesar Rp. 644.529.333,-/tahun.
Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan 2. Total Penerimaan
usaha kue kacang hijau bakpiaadalah Penerimaan usaha yaitu jumlah
sebesar Rp. 11.583.333,-/tahun, dengan nilai rupiah yang diperhitungkan dari
persentase 1,80% dari total keseluruhan seluruh produk yang terjual. Dengan kata

160
harga. Adapun total penerimaan
lain penerimaan usaha merupakan hasil
perkalian antara jumlah produk dengan
hijau bakpia sabangsecara rinci dapat
(pendapatan kotor) pada usaha kue kacang dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 7.Total Penerimaan Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabangper Tahun
Volume Volume Volume
Harga Total
No Jenis /Produksi /Bulan /Tahun
(Rp/Bungkus) (Rp/Tahun)
(Bungkus) (Bungkus) (Bungkus)
Kue kacang
1 hijau 400 10.400 124.800 7.000 873.600.000
bakpia sabang
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa 4. Total Keuntungan
pada satu kali periode produksi jumlah Keuntungan merupakan selisih
kue kacang hijau bakpiayang dihasilkan antara nilai hasil produksi dengan total
sebanyak 400bungkus, karena dalam biaya produksi yang dikeluarkan pada
sebulan Bapak Ishakmelakukan produksi usaha kue kacang hijau bakpia sabang.
sebanyak 26 kali, makajumlah kue kacang Untuk melihat perbandingan keuntungan
hijau bakpia yang dihasilkan sebanyak yang diperoleh usaha kue kacang hijau
10.400 bungkus/bulan atau 124.800 bakpia sabangsangat dipengaruhi oleh
bungkus/tahun. Jadi dengan harga jual tinggi rendahnya hasil produksi dan
Rp.7.000,-/bungkus, maka total didukung oleh tingkat harga jual produk
penerimaan (pendapatan kotor) yang itu sendiri.Keuntungan yang diperoleh
diperoleh usaha kue kacang hijau bakpia pada usaha kue kacang hijau bakpia
sabangBapak Ishakadalah sebesar Rp. sabangdapat dilihat pada Tabelberikut.
873.600.000,-/tahun.
Tabel8. Keuntungan Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabangper Tahun
No Uraian Jumlah (Rp/Tahun)
1 Total Penerimaan 873.600.000
2 Total Biaya 644.529.333
Keuntungan 229.070.667
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa menggambarkan keuntungan usaha yang
total biaya yang dikeluarkanpada usaha diperoleh sama dengan modal yang
kue kacang hijau bakpia sabangadalah dikeluarkan, dengan kata lain keadaan
sebesar Rp. 644.529.333,- dimana kondisi usahatidak mengalami
/tahun.Sedangkan total penerimaan yang keuntungan maupun kerugian.
diperoleh adalah sebesar Rp. Perhitungan BEP pada usaha kue kacang
873.600.000,-/tahun.Jadi total keuntungan hijau bakpia sabang ini ditinjau
yang diperoleh usaha kue kacang hijau berdasarkan harga jual (BEP harga) dan
bakpia sabangBapak Ishakadalah sebesar volume produksi (BEP produksi).
Rp. 229.070.667,-/tahun.
1. BEP Produksi
4. Analisis Kelayakan Usaha
BEP=
Total Biaya Produksi

a) Break Event Point (BEP) Harga Satuan Jual Produk

Break Event Point adalah titik


impas yaitu suatu keadaan yang BEP =
Rp .644.529.333

Rp 7.000

maksudnya bahwa minimal jumlah


BEP = 92.076 bungkus produksi impas yang harus dihasilkan
Berdasarkan hasil di atas diketahui dalam setahunadalah92.076bungkus.
bahwa BEP produksi 92.076 bungkus, Sementara jumlah produksi kue kacang
hijau bakpiayang dihasilkan dalam
setahun adalah 124.800bungkus. Dengan Berdasarkan hasil di atas diketahui
demikian dapat disimpulkan bahwa bahwa BEP hargaRp. 5.164, maksudnya
jumlah produksi > BEP produksi,ini bahwa minimal harga impas yang bisa
berartiusaha kue kacang hijau bakpia ditawarkan untuk penjualan kue kacang
sabangBapak Ishakmenguntungkan dan hijau bakpiaadalahRp. 5.164,-/bungkus.
layak untuk diusahakan. Sementara harga jual yang telah
ditetapkan adalahRp.7.000,-/bungkus.
2. BEP Harga Dengan demikian dapat disimpulkan
Total Biaya Produksi jumlah produksi
bahwa harga jual produk >BEP harga,ini
BEP =
Rp .644.529.333

BEP =
berartiusaha kue kacang hijau bakpia
124.800

BEP = Rp. 5.164,-/ bungkus


sabang Bapak Ishakmenguntungkan dan
layak untuk diusahakan.

b) R/C (Revenue Cost) Ratio


R/C (Revenue Cost) Ratio adalah
perbandingan antara total penerimaan
dengan total biaya yang dikeluarkanpada
usaha kue kacang hijau bakpia sabang.
Hasil analisis R/C Rasio usaha kue kacang
hijau bakpia sabang dapat dilihat pada
Tabelberikut.
Tabel 9. Hasil Analisis R/C Rasio Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabang
No Uraian Nilai
1 Total Penerimaan 873.600.000
2 Total Biaya 644.529.333
R/C Rasio 1,36
Sumber :Data primer (diolah), Tahun 2017
Suatu usaha dikatakan layak dan dapat disimpulkan bahwa usaha kue
menguntungkan apabila nilai R/C lebih kacang hijau bakpia sabangBapak
besar dari 1 (R/C> 1).Semakin besar nilai Ishakmenguntungkan dan layak untuk
R/C maka semakin layak suatu usaha diusahakan.
dilakukan. Dari hasil perhitungan di atas c. B/C (Benefit Cost) Ratio
diperoleh nilai R/C rasio sebesar 1,36. B/C (Benefit Cost) Ratio adalah
Dengan kata lain R/C rasio sebesar 1,36, perbandingan antara total keuntungan
bermakna untuk setiap Rp. 100.000,-biaya dengan total biaya yang dikeluarkanpada
yang dikeluarkan, maka usaha kue usaha kue kacang hijau bakpia sabang.
kacang hijau bakpia sabangakan Hasil analisis B/C Rasio usaha kue kacang
memperoleh penerimaan sebesar hijau bakpia sabang dapat dilihat pada
Rp.136.000,-.Karena nilai R/C> 1, maka Tabel berikut.

Tabel 10. Hasil Analisis B/C Rasio Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabang
No Uraian Nilai
1 Total Keuntungan 229.070.667
2 Total Biaya 644.529.333
B/C Rasio 0,36
Sumber :Data primer (diolah), Tahun 2017

162
menguntungkan apabila nilai B/C lebih
Suatu usaha dikatakan layak dan besar dari 0 (B/C> 0).Semakin besar nilai
B/C maka semakin layak suatu usaha
dilakukan. Dari hasil perhitungan di atas Pengabdian LPPM UMP tanggal 20
diperoleh nilai B/C rasio sebesar 0,36. Desember. Purwokerto
Dengan kata lain B/C rasio sebesar 0,36, Ibrahim, Yacob, H. M. 2007. Studi
bermakna untuk setiap Rp. 100.000,-biaya Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi,
yang dikeluarkan, maka usaha kue Penerbit PT. Rineka. Cipta, Jakarta
kacang hijau bakpia sabangakan Ihsanudin. 2012.Kelayakan Usaha Industri
memperoleh keuntungan sebesar Rp. Bakso Ikan Dalam Upaya
36.000,-.Karena nilai B/C> 0, maka dapat Memberdayakan Ekonomi
disimpulkan bahwa usaha kue kacang Masyarakat Pulau Kecil. Jurnal
hijau bakpia sabangBapak Ishak Program Studi Agribisnis, Fakultas
menguntungkan dan layak untuk Pertanian, Universitas Trunojoyo
diusahakan. Madura. Prosiding Semnas FAI 2012
ISBN:978-602-18810-0-2
KESIMPULAN Juanda, J., Cut E., dan Hanum V.M.
Berdasarkan hasil penelitian dan 2011.Studi Preferensi Konsumen
analisis yang telah dilakukan dapat Terhadap Roti Tawar Labu Kuning
disimpulkan bahwa: (Cucurbitamoschata). Jurusan
d. Besarnya keuntungan yang diperoleh Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas
dari usaha kue kacang hijau bakpia Pertanian. Universitas Syiah Kuala
sabangBapak Ishakdi Gampong Darussalam. Banda Aceh.
Singgah Mata Kecamatan Baktia Barat Kartasapoetra. 2007. Data Envelopment
Kabupaten Aceh adalah Rp. Analysis (DEA): Konsep Dasar dalam
229.070.667,-/tahun. Metodologi Empiris
e. Dari perhitungan nilai BEP, nilai R/C DataEnvelopment Analysis
dan nilai B/Cdapat disimpulkan bahwa (DEA).Pusat Antar Universitas Studi
usaha kue kacang hijau bakpia sabang Ekonomi Universitas Gajah Mada,
Bapak Ishakdi Gampong Singgah Yogyakarta.
Mata Kecamatan Baktia Barat Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi Kelayakan
Kabupaten Aceh Utaralayakuntuk Bisnis, Edisi 2. Kencana: Jakarta.
diusahakan. Kunarjo, 2006.Perencanaan dan
Pengendalian Program Pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA UI Press, Jakarta
Assauri, Sofyan. 2007. Ilmu Ekonomi Mangunwidjaja, D. dan I. Sailah. 2009.
Teori Produksi. Universitas Indonesia, Pengantar Teknologi Pertanian.
Jakarta. Penebar Swadaya, Jakarta.
Bambang, S. 2008. Pengantar, Teori, dan Mankiw, G. N. 2007. Teori Mikro
Kasus. Penerbit Penebar Swadaya. Ekonomi Edisi Keenam. Erlangga:
Cimanggis, Depok, Jakarta. Jakarta
Bayu, Kanetro dan Agus Slamet.2014.
Pelatihan Dan Pendampingan Mega. 2013. Analisis Kelayakan Usaha
Pengrajin Bakpia Kemusuk Dengan Dan Strategi Pengembangan Industri
Rasa Baru Menggunakan Oven Kecil Tempe di Kecamatan Matesih
Gas.Prosiding Seminar Nasional Hasil Kabupaten Karanganyar.
- Hasil Penelitian dan JurnalUniversitas Muhammadiyah
Surakarta, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.
Mubyarto. 2009. Pengantar Ekonomi
Pertanian. Jakarta:Lembaga
Penelitian, Pendidikan dan

163
Penerangan ekonomi dan Sosial
(LP3ES) Edisi ke-3.
Rahim, A. dan Hastuti, D.R.D. 2007. Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian,
Ekonomika Pertanian (Pengantar, Institut Pertanian Bogor.
Teori, dan Kasus). Penerbit Penebar Soekartawi. 2009. Teori Ekonomi
Swadaya. Cimanggis, Depok, Jakarta. Produksi. Penerbit: Raja Grafindo
Ricky, Nugroho. 2013. Analisis Persada. Jakarta.
Perhitungan Harga Pokok Produksi Subagyo, P. 2007. Metode Penelitian
Bakpia Pathok 29 Dengan Metode Dalam Teori Dan Praktek.
Full Costing Pada Ukm Bakpia Rineka.Cipta. Jakarta.
Pathok 29. Jurnal Program Studi Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bisnis, Universitas Dian Nuswantoro Bandung: CV Alfabeta.
Semarang Sukirno. 2010. Pengantar Teari Ekonomi
Mikro. Penerbit: Raja Grafindo
Soeharjo dan Patong, 2006.Sendi-Sendi Persada Jakarta.
Pokok Usaha Tani.Departemen Ilmu Surya, 2009. Manajemen Kinerja. Cetakan
Ketiga. Penerbit Pustaka. Pelajar :
Yogyakarta.

164

Anda mungkin juga menyukai