PERTANIAN
Disusun oleh :
Dosen Pengampuh
Indra Cahyadinata, SP.,M.Si.
1 21
Jannatul Khaira , T. M. Nur Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
2
Almuslim Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim
Email:jannatul.khaira.06111993@gmail.com
ABSTRAK
1046
di Kecamatan Jangka menunjukkan
setempat, yang sudah dijalankan secara adanya peningkatan. Hal ini dapat terlihat
turun temurun, sehingga produksi garam
dan nilai produksi garam di Kecamatan
dari data jumlah industri garam, produksi Jangka selama 5 tahun terakhir.
Tabel 1. Jumlah Industri, Produksi dan Nilai Produksi Garam Rakyat di Kecamatan
Jangka, tahun 2012-2016
Jumlah Tenaga Produksi Nilai Produksi
No Tahun
Kerja (Orang) (Ton / Tahun) (Rp/Tahun)
1 2012 76 1.950 11.700.000.000
2 2013 83 2.300 13.800.000.000
3 2014 98 2.725 16.350.000.000
4 2015 102 3.140 18.840.000.000
5 2016 107 3.200 19.200.000.000
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Jangka (2016)
1047
Penelitian ini menggunakan
populasi di bawah 100 orang maka akan metode analisis kuantitatif. Adapun
diarnbil seluruhnya, jika lebih dari 100 variabel yang akan dianalisis dalam
orang maka diambil 10% (Sugiyono, penelitian ini meliputi analisis biaya,
2006). Berdasarkan ketentuan tersebut penerimaan, keuntungan, Revenue Cost
maka seluruh populasi dalam penelitian Ratio (R/C) dan Benefit Cost Ratio (B/C.
dijadikan sampel yaitu sebanyak 51 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Biaya
a) Biaya Tetap Usaha Pengolahan
Garam
Biaya tetap (Fixed Cost) adalah
biaya yang dikeluarkan oleh pegaram yang
penggunaannya tidak habis dalam satu
masa produksi. Besar kecilnya biaya
produksi tersebut tidak dipengaruhi oleh
banyaknya produksi yang dihasilkan. Pada
usaha pengolahan garam yang termasuk
biaya tetap adalah biaya penyusutan
bangunan dan peralatan. Adapun total
biaya tetap pada usaha pengolahan garam
dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Rata-rata Biaya Tetap dari 51 Sampel Pegaram di Kecamatan Jangka Kabupaten
Bireuen
Umur
Harga Penyusutan Penyusutan
No Uraian Volume Satuan Ekonomis Total Harga (Rp)
(Rp/Satuan) (Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Bulan)
1 Dapur garam 60 Unit 5.000.000 3 300.000.000 100.000.000 8.333.333
Tempat
2 memasak 60 Unit 200.000 3 12.000.000 4.000.000 333.333
garam
Tempat
3 penampungan 60 Unit 3.000.000 3 180.000.000 60.000.000 5.000.000
air laut
Kuali ukuran
4 60 Unit 1.000.000 3 60.000.000 20.000.000 1.666.667
sedang
5 Skrop 120 Unit 50.000 1 6.000.000 6.000.000 500.000
6 Ember 120 Unit 20.000 1 2.400.000 2.400.000 200.000
Jumlah 560.400.000 192.400.000 16.033.333
Rata-rata per petani 10.988.235 3.772.549 314.379
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas terlihat Rp.560.400.000,-, dengan rata-rata
bahwa biaya investasi yang paling besar investasi per petani garam sebesar Rp.
yang harus dikeluarkan oleh 51 sampel 10.988.235,-. Selanjutnya total biaya tetap
pegaram di Kecamatan Jangka Kabupaten (biaya penyusutan) dari 51 sampel
Bireuen untuk menjalankan usahanya pegaram adalah sebesar Rp.
adalah biaya untuk membuat dapur garam 192.400.000,-/tahun atau Rp.
sebesar Rp. 300.000.000,-. Sedangkan 16.033.333,-/bulan. Jadi rata-rata biaya
biaya investasi terkecil yang dikeluarkan biaya tetap (biaya penyusutan) per petani
adalah biaya untuk membeli ember garam yaitu sebesar Rp. 3.772.549,-/tahun
sebesar Rp. 2.400.000,-. Adapun total atau Rp. 314.379,-/bulan.
keseluruhan biaya investasi dari 51
sampel pegaram yaitu sebesar
1048
produksi. Biaya variabel pada usaha
b) Biaya Variabel Usaha Pengolahan
Garam
Biaya variabel adalah biaya yang
besarnya sangat tergantung pada jumlah
total biaya variabel pada usaha pengolahan
pengolahan garam meliputi biaya bahan garam dapat dilihat pada Tabel 9 berikut
baku, biaya pekerja, dan lain-lain. Adapun ini.
1049
Tabel 10. Rata-rata Total Biaya Dari 51 Sampel Pegaram di Kecamatan Jangka Kabupaten
Bireuen
Total Total Persentase
No Jenis Biaya
(Rp/Bulan) (Rp/Tahun) (%)
1 Biaya tetap 16.033.333 192.400.000 1,23
2 Biaya variabel 1.287.000.000 15.444.000.000 98,77
Total biaya 1.303.033.333 15.636.400.000 100,00
Rata-rata per petani 25.549.673 306.596.078
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017
1050
Keuntungan merupakan selisih
3. Total Keuntungan antara nilai hasil produksi dengan total
biaya produksi yang dikeluarkan. Untuk
melihat perbandingan keuntungan yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya hasil
diperoleh petani garam sangat produksi dan didukung oleh tingkat harga
jual produk itu sendiri. Adapun total
keuntungan yang diperoleh pegaram dapat
dilihat pada Tabel 12 berikut.
Tabel 12. Rata-rata Keuntungan Dari 51 Sampel Pegaram di Kecamatan Jangka Kabupaten
Bireuen
Uraian Jumlah (Rp/Bulan) Jumlah (Rp/Tahun)
Total Penerimaan 1.620.000.000 19.440.000.000
Total Biaya 1.303.033.333 15.636.400.000
Keuntungan 316.966.667 3.803.600.000
Rata-rata per petani 6.215.033 74.580.392
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017
Suatu usaha dikatakan layak dan karena nilai R/C > 1, maka dapat
menguntungkan apabila nilai R/C lebih disimpulkan bahwa usaha pengolahan
besar dari 1 (R/C > 1). Semakin besar nilai garam menguntungkan dan layak untuk
R/C maka semakin layak suatu usaha diusahakan.
dilakukan. Dari hasil perhitungan di atas
diperoleh nilai R/C rasio sebesar 1,24. b. B/C (Benefit Cost) Ratio
Dengan kata lain R/C rasio sebesar 1,24, B/C (Benefit Cost) Ratio adalah
bermakna untuk setiap Rp. 100.000 biaya perbandingan antara total keuntungan
yang dikeluarkan, maka petani garam akan dengan total biaya yang dikeluarkan. Hasil
memperoleh pendapatan kotor analisis B/C Rasio usaha pengolahan
(penerimaan) sebesar Rp. 124.000,-. Jadi garam dapat dilihat pada Tabel 14 berikut
Tabel 14. Hasil Analisis B/C Rasio Usaha Produksi Garam di Kecamatan Jangka
Kabupaten Bireuen
No Uraian Nilai Pertahun
1 Rata-rata total keuntungan per petani 74.580.392
2 Rata-rata total biaya per petani 306.596.078
B/C Rasio 0,24
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017
1052
Kupang Putih (Corbula Faba Hinds).
Jurnal Fakultas Ekonomi Dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor. Surya. 2008. Manajemen Kinerja. Edisi
Soeharjo dan Patong, 2006. Sendi-Sendi Ketiga. Kompas Gramedia Group.
Pokok Usaha Tani. Departemen Ilmu Jakarta.
Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Sutawi. 2012. Manajemen Agribisnis.
Institut Pertanian Bogor. Bayu Media dan UMM press.
Sugiarto. 2010. Ekonomi Mikro Suatu Malang.
Pendekatan Praktis. Gramedia Witjaksono, Armanto. 2006. Akuntansi
Pustaka Utama : Jakarta. biaya 1st edition. Graha Ilmu :
Yogyakarta.
1 2 21
Hasnidar , T. M. Nur , Elfiana Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
2
Almuslim Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim
Email:hasnidar1234.exp@gmail.com
ABSTRAK
97
jumlah penduduk 398.201 jiwa (Badan
Secara administrasi, Kabupaten Pusat Statistik, 2014). Kabupaten Bireuen
Bireuen memiliki 17 Kecamatan dengan memiliki potensi sumber daya kelautan
2 dan perikanan yang cukup memadai, baik
luas wilayah mencapai 1.901,21 Km dan
perikanan tangkap maupun budidaya.
Kecamatan Peusangan merupakan salah produksi, penerimaan, keuntungan, serta
satu kecamatan yang ada di Kabupaten perhitungan analisis lainnya yang
Bireuen yang masih aktif menjalankan mengarah kepada kelayakan usaha
usaha budidaya dan penjualan ikan hias. tersebut untuk dijalankan.
Salah satunya usaha milik Bapak Rahmat Namun demikian, jika kita lihat
di Gampong Paya Cut. dari segi penjualan dan pembudidayaan
Usaha budidaya dan penjualan tentunya usaha ikan hias lebih mudah
ikan hias Bapak Rahmat sudah dijalankan dilakukan daripada usaha ikan konsumsi.
kurang lebih selama 8 tahun dari tahun Hal ini dikarenakan biasanya ikan
2009 sampai sekarang. Dengan banyaknya konsumsi dihargai dengan sistem kiloan,
bermunculan usaha-usaha lain yang ikan hias dihargai dengan sistem per ekor,
bergerak dibidang yang sama, tidak dengan demikian bisnis budidaya ikan
membuat usaha budidaya dan penjualan konsumsi lebih menekankan kuantitas,
ikan hias Bapak Rahmat surut dan bahkan sehingga memerlukan lahan yang luas dan
terus melakukan perbaikan. Dari hasil sarana yang lebih banyak. Sedangkan ikan
observasi awal dengan pemilik usaha hias lebih menekankan kualitas sehingga
diketahui bahwa penjualan ikan hias bisa dilakukan dilahan sempit dan bisa
ditempat bapak Rahmat mengalami dilakukan sebagai usaha sampingan. Jika
perkembangan yang signifikan yakni tidak memiliki kolam yang luas, budidaya
adanya peningkatan permintaan setiap
ikan hias bisa dilakukan di dalam
tahunnya. Sehingga untuk memenuhi
akuarium atau bak semen yang kecil.
kebutuhan konsumen, persediaan ikan hias
di tempat Bapak Rahmat tidak semata-
Berdasarkan uraian di atas penulis
mata hanya mengandalkan hasil budidaya
tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang
sendiri, akan tetapi banyak yang harus
kelayakan usaha penjualan ikan hias. Hal
didatangkan dari Medan. Hal ini tentunya
inilah yang menjadi alasan penulis
menjadi pemasalahan tersendiri bagi
melakukan penelitian dengan judul
pengusaha ikan hias, dimana ikan hias
“Analisis Kelayakan Usaha Ikan Hias di
yang didatangkan dari medan harganya
Gampong Paya Cut Kecamatan Peusangan
cenderung fluktuatif, tentunya akan
Kabupaten Bireuen”.
menambah modal dan biaya yang
dikeluarkan oleh pengusaha ikan hias.
Pada sisi lain harga jual dari ikan hias itu METODE PENELITIAN
sendiri sulit untuk naik, sehingga Penelitian ini dilakukan di
pengusaha ikan hias kesulitan dalam Gampong Paya Cut Kecamatan Peusangan
menentukan harga jual yang terjangkau Kabupaten Bireuen pada bulan Juli 2016.
konsumen. Oleh karena itu, perlu Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja
dilakukan perhitungan-perhitungan (purposive) dengan pertimbangan bahwa
ekonomi yang berhubungan dengan usaha Gampong Paya Cut merupakan salah desa
tersebut, seperti perhitungan analisis biaya yang melakukan pembenihan dan
penjualan ikan hias.
Tehnik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah:
98
1. Pengamatan (Observasi)
Suatu metode yang dilakukan
untuk memperoleh informasi terhadap
objek yang diteliti dengan melihat dan
mengamati secara langsung ditempat yang
untuk memperoleh data dan informasi
telah menjadi lokasi penelitian yaitu tentang penggunaan analisis variabel
masyarakat setempat. sosial ekonomi dan masyarakat setempat.
b) Wawancara (Interview) c. Pertanyaan (Quistioner)
Merupakan suatu metode yang Merupakan daftar pertanyaan yang
dilakukan dengan mengadakan dibuat dengan berisikan serangkaian
komunikasi dan pengamatan langsung pertanyaan yang berkenaan dengan
penulisan penelitian ini. Ditujukan kepada
responden yang menjadi sampel. analisis biaya, penerimaan, keuntungan,
d. Studi Kepustakaan (Library Research) BEP, R/C, B/C dan ROI.
Studi literatur yang bersumber dari
laporan tahunan, buku, skripsi, website,
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan media informasi lainnya yang
berkaitan dengan penelitian. Analisis Biaya
Teknik analisis data yang Biaya Tetap Usaha Agribisnis Ikan
digunakan dalam penelitian ini yaitu Hias
Biaya tetap (Fixed Cost) adalah
biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha
agribisnis ikan hias yang penggunaannya
tidak habis dalam satu masa produksi.
Besar kecilnya biaya produksi tersebut
tidak dipengaruhi oleh banyaknya
produksi yang dihasilkan oleh pengusaha
agribisnis ikan hias. Pada usaha agribisnis
ikan hias yang termasuk biaya tetap adalah
biaya penyusutan peralatan dan biaya
sewa bangunan. Adapun komponen biaya
penyusutan peralatan pada usaha
agribisnis ikan hias dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Biaya Penyusutan Peralatan Usaha Agribisnis Ikan Hias
Umur Total
Harga Total
No Jenis Volume /Bulan Satuan
(Rp/Satuan) (Rp/Bulan)
1 Ikan Hias 1.000 ekor 5.000 5.000.000
Sumber : Data primer (diolah), Tahun
2016
Total Keuntungan
Tabel di atas menunjukkan bahwa Keuntungan merupakan selisih
tiap bulannya pengusaha agribisnis ikan antara nilai hasil produksi dengan total
hias mampu menjual ikan hias rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan
sebanyak 1.000 ekor. Dengan rata-rata pengusaha agribisnis ikan hias. Untuk
harga jual Rp. 5.000/ekor, maka total melihat perbandingan keuntungan yang
penerimaan (pendapatan kotor) yang diperoleh pengusaha agribisnis ikan hias
diperoleh pengusaha agribisnis ikan hias sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
perbulannya adalah sebesar Rp. hasil produksi dan didukung oleh tingkat
5.000.000. harga jual produk itu sendiri. Keuntungan
yang diperoleh pengusaha agribisnis ikan hias dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Keuntungan Usaha Agribisnis Ikan Hias per Bulan
Uraian Jumlah (Rp/Bulan)
Total Penerimaan 5.000.000
Total Biaya 3.194.639
Keuntungan 1.805.361
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2016
Tabel di atas menunjukkan bahwa dalam sebulan adalah 639 ekor. Sementara
total biaya yang dikeluarkan pengusaha jumlah penjualan ikan hias yang mampu
agribisnis ikan hias setiap bulannya adalah dijual dalam sebulan adalah 1.000 ekor.
sebesar Rp. 3.194.639. Sedangkan total Dengan demikian dapat disimpulkan
penerimaan yang diperoleh adalah sebesar bahwa jumlah produksi/ ikan hias yang
Rp. 5.000.000. Adapun keuntungan yang terjual > BEP produksi, ini berarti usaha
diperoleh dari total penerimaan dikurangi
agribisnis ikan hias layak untuk
dengan total biaya yang dikeluarkan
diusahakan.
perbulannya adalah sebesar Rp.
1.805.361.
BEP Harga
BEP = Total Biaya Produksi jumlah produksi
Analisis Kelayakan BEP =
Rp3.194.639
Rp1.000
BEP Produksi
BEP =
Total Biaya Produksi Harga Satuan Jual Produk
Rp 3.194.639
102
Tabel 8. Hasil analisis R/C Rasio Usaha Agribisnis Ikan Hias per Bulan
Uraian Nilai
Total Penerimaan 5.000.000
Total Biaya 3.194.639
R/C Rasio 1,57
Sumber : Data primer (diolah), Tahun
2016
usaha agribisnis ikan hias Bapak Rahmat
Suatu usaha dikatakan layak dan memperoleh penerimaan sebesar Rp
menguntungkan apabila nilai R/C lebih 157.000.
besar dari 1 (R/C > 1). Semakin besar
nilai R/C maka semakin layak suatu usaha B/C (Benefit Cost) Ratio
dilakukan. Dari hasil perhitungan di atas B/C (Benefit Cost) Ratio adalah
diperoleh nilai R/C rasio sebesar 1,57. perbandingan antara total keuntungan
Karena nilai R/C > 1, maka dapat usaha agribisnis ikan hias dengan total
disimpulkan bahwa usaha agribisnis ikan biaya yang dikeluarkan. Hasil analisis B/C
hias menguntungkan dan layak untuk Rasio dalam satu bulan produksi dapat
diusahakan. Dengan kata lain nilai R/C dilihat pada tabel 9 berikut.
Rasio sebesar 1,57 bermakna untuk setiap
Rp 100.000 biaya yang dikeluarkan, maka
Tabel 9. Hasil Analisis B/C Rasio Usaha Agribisnis Ikan Hias per Bulan
Uraian Nilai
Total Keuntungan 1.805.361
Total Biaya 3.194.639
B/C Rasio 0,57
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2016
104
Sadono, 2012. Teori Mikro Ekonomi. Sugiarto. 2010. Ekonomi Mikro Suatu
Cetakan Keempat Belas. Rajawali. Pendekatan Praktis. Gramedia
Press: Jakarta Pustaka Utama: Jakarta.
Septiana, 2013, Manajemen Surya. 2008. Manaiernen Kinerja. Edisi
Pengembangan Agribisnis ketiga. Kompas Gramedia Group.
Pembesaran Ikan Cupang di Jakarta
Kelurahan Ketami Kecamatan Yusuf, Q. 2006. Empowerment of
Pesantren Kota Kediri. Jurnal Panglima Laot in Aceh. International
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. workshop on Marine Science and
Universitas Indonesia Press: Jakarta. Resource. Banda Aceh, 11-13 March,
Subagyo. 2007. Statistik Induktif. 2006.
Yogyakarta: BPFEUGM.
105
Jurnal S. Pertanian 2 (2) : 156 – 164 (2018) ISSN : 2088-0111
1 2
Syahrul , Saiful Hurri
1
Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian UniversitasAlmuslim
2
Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian UniversitasAlmuslim
Email:syahrul.10021995@gmail.com
ABSTRAK
Kata kunci :Analisis Kelayakan, Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabang
PENDAHULUAN mudah untuk membidik konsumen sesuai
Agroindustri merupakan suatu dengan produk yang dihasilkan
bentuk kegiatan atau aktifitas yang (Mangunwidjaja dan Sailah,2009).
mengolah bahan baku yang berasal dari Salah satu usaha yang
tanaman maupun hewan. Agroindustri dikategorikan dalam agroindustri
memiliki peranan yang sangat penting pengolahan makanan yaitu usaha
dalam pembangunan pertanian. Hal ini produksikue.Perkembangan jenis kue di
dapat dilihat dari kontribusinya dalam hal Indonesia yang terus bertambah,
meningkatkan pendapatan pelaku membuka peluang bagi industri kueuntuk
agribisnis, menyerap tenaga kerja, berkembang.Hal ini terlihat semakin
meningkatkan perolehan devisa, dan menjamurnya toko-toko yang menjual
mendorong tumbuhnya industri lain. beraneka ragam jenis kue, dari toko kue
Kegiatan usaha yang umumnya banyak yang berskala nasional maupun berskala
dilakukan oleh masyarakat dengan lokal.Perkembangan usaha kue tersebut
memanfaatkan potensi daerah adalah terus menjalar sampai ke setiap wilayah
usaha pengolahan makanan.Usaha ini yang ada di Aceh bahkan menyebar ke
cocok untuk dilakukan oleh berbagai seluruh pelosok desa.
lapisan masyarakat yang ingin merintis Menurut Dinas Perindustrian,
usaha mandiri karena umumnya modal Perdagangan, Koperasi dan UKM jumlah
yang diperlukan relatif terjangkau.Selain home industri skala kecil menengah yang
itu, target pasar untuk hasil olahan beroperasi di Kabupaten Aceh Utaratahun
makanan juga sangat luas, sehingga 2016 dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
156
Tabel 1.Jumlah Home Industri Skala Kecil Menengah di Kabupaten Aceh Utara
No Tahun Jumlah UKM Pertumbuhan (%)
1 2011 250 -
2 2012 275 10,00
3 2013 320 16,36
4 2014 370 15,63
5 2015 434 17,30
Rata-rata 330 14,82
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (2016)
Tabel 2. Produksi Kue Kacang Hijau Bakpia Bapak Ishak5 Tahun Terakhir
No Tahun Jumlah Produksi (Bungkus) Pertumbuhan (%)
1 2012 78.000 -
2 2013 87.360 12,00
3 2014 99.840 14,29
4 2015 109.200 9,38
5 2016 118.560 8,57
Rata-rata 98.592 11,06
Sumber: Pemilik Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia(2017)
157
lepas dari persoalan biaya. Suatu
sadari bahwa seluruh usaha memang tidak usahatidak akan terlaksana apabila tidak
ada sumber biaya yang mencukupi.
Demikian pula halnya dalam usaha kue Metode yang dilakukan dalam
kacang hijau bakpiaBapak Ishak. Dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
mengembangkan usaha ini ada banyak deskriptif.Teknik analisis data yang
kendala yang dihadapi, terutama dari segi digunakan dalam penelitian ini yaitu
biaya produksi, harga bahan baku yang analisis biaya, penerimaan,keuntungan,
terus meningkat, dan juga bahan baku Break Event Point (BEP), R/C (Revenue
kacang hijau harus didatangkan dari luar Cost) Ratio dan B/C (Benefit Cost) Ratio
daerah.Sehinggasebelum melakukan suatu
usaha, suatu analisa keuangan sangat HASIL DAN PEMBAHASAN
dibutuhkan untukmengetahui seberapa 1. Analisis Biaya
besar modal yang diperlukan untuk a) Biaya Tetap Usaha Kue Kacang
menjalankan usaha tersebut.Untuk itu Hijau Bakpia Sabang
perlu dilakukan kajian yang mendalam Biaya tetap (Fixed Cost) adalah
berkaitan dengan kelayakan dari usaha biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha
kue kacang hijau bakpia. kue kacang hijau bakpia yang
Dari latar belakang masalah yang penggunaannya tidak habis dalam satu
telah penulis kemukakan di atas, maka masa produksi. Besar kecilnya biaya
penulis tertarik untuk melakukan produksi tersebut tidak dipengaruhi oleh
penelitian untuk mengetahui kelayakan banyaknya produksi yang dihasilkan.Pada
usaha kue kacang hijau bakpia dengan usaha kue kacang hijau bakpiayang
judul penelitian “Analisis Kelayakan termasuk biaya tetap adalah biaya
Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabang penyusutan bangunan dan peralatan.
di Gampong Singgah Mata Kecamatan DariTabel 4 terlihat bahwa biaya
Baktia Barat Kabupaten Aceh Utara” terbesar yang dikeluarkan untuk
menjalankan usaha kue kacang hijau
METODE PENELITIAN bakpia sabangadalah biaya untuk
Penelitian ini dilaksanakan di membuat bangunan yaitusebesar Rp.
Gampong Singgah Mata Kecamatan 50.000.000,-, dengan penyusutan
Baktia Barat Kabupaten Aceh Utara pada bangunan Rp. 2.000.000,-/tahun.
usahakue kacang hijau bakpia.Penentuan Sedangkan biaya terkecil yang
lokasi penelitian ini dilakukan secara dikeluarkan adalah biaya untuk membeli
sengaja (purposive), dengan pertimbangan gayung yaitu sebesar Rp. 20.000,-dengan
bahwa Gampong Singgah Mata penyusutan gayung Rp.
merupakan salah satu daerah yang 20.000,-/tahun.Jadi total biaya bangunan
mempunyai usaha kue kacang hijau dan peralatan yang dikeluarkan untuk
bakpia.Penelitian ini dilaksanakan pada menjalankan usaha kue kacang hijau
bulan September2017. bakpia adalah sebesar Rp. 99.280.000,-,
dengan total biaya penyusutan sebesar Rp.
11.583.333,-/tahun.
Adapun komponen biaya
penyusutan pada usaha kue kacang hijau
bakpia dapat dilihat pada Tabelberikut.
158
Tabel 4. Biaya Penyusutan Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabangper Tahun
Harga Umur Ekonomis Total Nilai Sisa Penyusutan
No Uraian Volume Satuan
(Rp/Satuan) (Tahun) Harga RP (Rp) (Rp/Tahun)
1 Bangunan 1 Unit 50.000.000 20 50.000.000 10.000.000 2.000.000
2 Mesin Kukur 1 Unit 1.500.000 5 1.500.000 200.000 260.000
3 Oven 4 Unit 6.000.000 5 24.000.000 4.000.000 4.000.000
4 Meja 2 Unit 2.000.000 3 4.000.000 1.000.000 1.000.000
5 Ampia 4 Unit 500.000 3 2.000.000 200.000 600.000
6 Mixer Besar 2 Unit 6.000.000 5 12.000.000 2.000.000 2.000.000
7 Wadah adonan 4 Unit 20.000 1 80.000 0 80.000
8 Loyang kue 100 Unit 20.000 2 2.000.000 0 1.000.000
9 Pisau 4 Unit 25.000 3 100.000 0 33.333
10 Timbangan besar 1 Unit 1.500.000 10 1.500.000 200.000 130.000
11 Timbangan kecil 1 Unit 150.000 5 150.000 0 30.000
12 Heather 5 Unit 8.000 1 40.000 0 40.000
13 Ember 2 Unit 30.000 1 60.000 0 60.000
14 Gayung 4 Unit 5.000 1 20.000 0 20.000
15 Sendok 1 Lusin 30.000 1 30.000 0 30.000
16 Tabung gas 6 Unit 300.000 5 1.800.000 300.000 300.000
Jumlah 99.280.000 11.583.333
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017
b) Biaya Variabel Usaha Kue Kacang produksi. Biaya variabel pada usaha kue
Hijau Bakpia Sabang kacang hijau bakpia meliputi biaya bahan
Biaya variabel adalah biaya yang baku, biaya pekerja, dan lain-lain.
besarnya sangat tergantung pada jumlah
Tabel 5. Total Biaya Variabel Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabangper Tahun
Total Total Total Persentase
No Uraian Volume Satuan arga (Rp/Satuan
(Rp/Produksi) (Rp/Bulan) (Rp/Tahun) (%)
Biaya Bahan Baku
1 Tepung terigu 2 Sak 190.000 380.000 9.880.000 118.560.000 18,73
2 Kacang hijau 20 Kg 12.000 240.000 6.240.000 74.880.000 11,83
3 Gula pasir 10 Kg 12.000 120.000 3.120.000 37.440.000 5,92
4 Gula merah 10 Kg 8.000 80.000 2.080.000 24.960.000 3,94
5 Garam 0,5 Kg 10.000 5.000 130.000 1.560.000 0,25
6 Mentega 8 Kg 14.000 112.000 2.912.000 34.944.000 5,52
7 Telur 4 Papan 35.000 140.000 3.640.000 43.680.000 6,90
8 Kelapa (santan) 20 Batok 2.000 40.000 1.040.000 12.480.000 1,97
9 Vanili 15 Saset 250 3.750 97.500 1.170.000 0,18
Total 1.120.750 29.139.500 349.674.000 55,25
Biaya Pekerja
1 Pengelola 1 Orang - - 3.000.000 36.000.000 5,69
Pengaduk adonan,
2 pencetak dan 6 Orang 80.000 480.000 12.480.000 149.760.000 23,66
pengopen
Total 480.000 15.480.000 185.760.000 29,35
Biaya Lain-lain
1 Listrik 1 Bulan 300.000 11.538 300.000 3.600.000 0,57
Tabung
2 Gas tabung besar 12 140.000 140.000 3.640.000 43.680.000 6,90
/Bulan
3 Anak Heatrer 1 Kotak 1.000 1.000 26.000 312.000 0,05
4 Wadah Kemasan 4 Pack 40.000 160.000 4.160.000 49.920.000 7,89
Total 312.538 8.126.000 97.512.000 15,41
Total Biaya Variabel 1.913.288 52.745.500 632.946.000 100,00
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017
159
tahun pada tahun 2017 rata-rata adalah
Biaya selama 12 bulan dalam satu sama. Untuk total biaya variabel
berdasarkan Tabel 4 adalah sebesarRp.
1.913.288,-/produksi. Dalam dengan sistem gaji harian (perproduksi),
sebulanBapak Ishak melakukan produksi kecuali pengelola yaitu Bapak Ishak
setiap hari kecuali hari minggu, jadi dalam sendiri, dengan perkiraan gajisebesar Rp.
sebulan total hari produksi 3.000.000,-/bulan. Adapun jumlah pekerja
adalahsebanyak26kali, sehingga dibidang pengaduk adonan, pencetak dan
menghabiskan biaya variabel sebesarRp. pengopen perproduksinyarata-rata
52.745.500,-/bulan atau Rp. sebanyak 6 orang, maka masing-masing
632.946.000,-/tahun. mendapatkan gaji sebesar Rp.
Dari Tabel di atas juga terlihat 80.000,-/produksi.
bahwa biaya variabel terbesar yang Selanjutnya biaya variabel lainnya
dikeluarkan Bapak Ishak untuk yang dikeluarkan Bapak Ishak untuk
menjalankan usaha kue kacang hijau menjalankan usaha kue kacang hijau
bakpia sabang adalah biaya untuk bakpia sabangadalah biaya lain-lain. Biaya
membeli bahan baku sebesar Rp. lain-lain merupakan biaya variabel terkecil
29.139.500,-/bulan, dikarenakan jumlah yang dikeluarkan oleh Bapak Ishak yaitu
bahan baku yang digunakantiap bulannya sebesarRp. 8.126.000,-/bulanatau Rp.
rata-rata hampir sama, jadi dalam 97.512.000,-/tahun, dengan persentase
setahunBapak Ishak mengeluarkan biaya 15,41% dari total biaya variabel.
untuk bahan baku sebesarRp.
349.674.000,-/tahun, dengan persentase
55,25% dari total biaya variabel. c) Total Biaya Usaha Kue Kacang
Biaya variabel berikutnya yang Hijau Bakpia Sabang
dikeluarkan Bapak Ishak untuk Total biaya dari suatu usaha
menjalankan usaha kue kacang hijau merupakan jumlah keseluruhan biaya,
bakpia sabang adalah biaya untuk yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
menggaji pekerja sebesar Rp. 15.480.000,- variabel. Uraian mengenai biaya tetap dan
/bulan atauRp. 185.760.000,-/tahun, biaya variabel pada usaha kue kacang
dengan persentase 29,35% dari total biaya hijau bakpia sabangBapak Ishak yang
variabel. Pembayaran gaji dilakukan menjadi objek dalam penelitian telah
disampaikan sebelumnya.Adapun total
biaya dari usaha tersebut dapat dilihat
pada Tabel berikut ini.
Tabel 6. Total Biaya Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabangper Tahun
No Jenis Biaya Nilai (Rp/Tahun) Persentase (%)
1 Biaya tetap 11.583.333 1,80
2 Biaya variabel 632.946.000 98,20
Total biaya 644.529.333 100,00
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017
Berdasarkan Tabel di atas biaya. Sedangkan total biaya variabel
menunjukkan bahwa total keseluruhan adalah sebesarRp. 632.946.000,-/tahun,
biaya yang dikeluarkan pada usaha kue dengan persentase 98,20% dari total
kacang hijau bakpia sabang Bapak Ishak keseluruhan biaya.
adalah sebesar Rp. 644.529.333,-/tahun.
Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan 2. Total Penerimaan
usaha kue kacang hijau bakpiaadalah Penerimaan usaha yaitu jumlah
sebesar Rp. 11.583.333,-/tahun, dengan nilai rupiah yang diperhitungkan dari
persentase 1,80% dari total keseluruhan seluruh produk yang terjual. Dengan kata
160
harga. Adapun total penerimaan
lain penerimaan usaha merupakan hasil
perkalian antara jumlah produk dengan
hijau bakpia sabangsecara rinci dapat
(pendapatan kotor) pada usaha kue kacang dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 7.Total Penerimaan Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabangper Tahun
Volume Volume Volume
Harga Total
No Jenis /Produksi /Bulan /Tahun
(Rp/Bungkus) (Rp/Tahun)
(Bungkus) (Bungkus) (Bungkus)
Kue kacang
1 hijau 400 10.400 124.800 7.000 873.600.000
bakpia sabang
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa 4. Total Keuntungan
pada satu kali periode produksi jumlah Keuntungan merupakan selisih
kue kacang hijau bakpiayang dihasilkan antara nilai hasil produksi dengan total
sebanyak 400bungkus, karena dalam biaya produksi yang dikeluarkan pada
sebulan Bapak Ishakmelakukan produksi usaha kue kacang hijau bakpia sabang.
sebanyak 26 kali, makajumlah kue kacang Untuk melihat perbandingan keuntungan
hijau bakpia yang dihasilkan sebanyak yang diperoleh usaha kue kacang hijau
10.400 bungkus/bulan atau 124.800 bakpia sabangsangat dipengaruhi oleh
bungkus/tahun. Jadi dengan harga jual tinggi rendahnya hasil produksi dan
Rp.7.000,-/bungkus, maka total didukung oleh tingkat harga jual produk
penerimaan (pendapatan kotor) yang itu sendiri.Keuntungan yang diperoleh
diperoleh usaha kue kacang hijau bakpia pada usaha kue kacang hijau bakpia
sabangBapak Ishakadalah sebesar Rp. sabangdapat dilihat pada Tabelberikut.
873.600.000,-/tahun.
Tabel8. Keuntungan Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabangper Tahun
No Uraian Jumlah (Rp/Tahun)
1 Total Penerimaan 873.600.000
2 Total Biaya 644.529.333
Keuntungan 229.070.667
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa menggambarkan keuntungan usaha yang
total biaya yang dikeluarkanpada usaha diperoleh sama dengan modal yang
kue kacang hijau bakpia sabangadalah dikeluarkan, dengan kata lain keadaan
sebesar Rp. 644.529.333,- dimana kondisi usahatidak mengalami
/tahun.Sedangkan total penerimaan yang keuntungan maupun kerugian.
diperoleh adalah sebesar Rp. Perhitungan BEP pada usaha kue kacang
873.600.000,-/tahun.Jadi total keuntungan hijau bakpia sabang ini ditinjau
yang diperoleh usaha kue kacang hijau berdasarkan harga jual (BEP harga) dan
bakpia sabangBapak Ishakadalah sebesar volume produksi (BEP produksi).
Rp. 229.070.667,-/tahun.
1. BEP Produksi
4. Analisis Kelayakan Usaha
BEP=
Total Biaya Produksi
Rp 7.000
BEP =
berartiusaha kue kacang hijau bakpia
124.800
Tabel 10. Hasil Analisis B/C Rasio Usaha Kue Kacang Hijau Bakpia Sabang
No Uraian Nilai
1 Total Keuntungan 229.070.667
2 Total Biaya 644.529.333
B/C Rasio 0,36
Sumber :Data primer (diolah), Tahun 2017
162
menguntungkan apabila nilai B/C lebih
Suatu usaha dikatakan layak dan besar dari 0 (B/C> 0).Semakin besar nilai
B/C maka semakin layak suatu usaha
dilakukan. Dari hasil perhitungan di atas Pengabdian LPPM UMP tanggal 20
diperoleh nilai B/C rasio sebesar 0,36. Desember. Purwokerto
Dengan kata lain B/C rasio sebesar 0,36, Ibrahim, Yacob, H. M. 2007. Studi
bermakna untuk setiap Rp. 100.000,-biaya Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi,
yang dikeluarkan, maka usaha kue Penerbit PT. Rineka. Cipta, Jakarta
kacang hijau bakpia sabangakan Ihsanudin. 2012.Kelayakan Usaha Industri
memperoleh keuntungan sebesar Rp. Bakso Ikan Dalam Upaya
36.000,-.Karena nilai B/C> 0, maka dapat Memberdayakan Ekonomi
disimpulkan bahwa usaha kue kacang Masyarakat Pulau Kecil. Jurnal
hijau bakpia sabangBapak Ishak Program Studi Agribisnis, Fakultas
menguntungkan dan layak untuk Pertanian, Universitas Trunojoyo
diusahakan. Madura. Prosiding Semnas FAI 2012
ISBN:978-602-18810-0-2
KESIMPULAN Juanda, J., Cut E., dan Hanum V.M.
Berdasarkan hasil penelitian dan 2011.Studi Preferensi Konsumen
analisis yang telah dilakukan dapat Terhadap Roti Tawar Labu Kuning
disimpulkan bahwa: (Cucurbitamoschata). Jurusan
d. Besarnya keuntungan yang diperoleh Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas
dari usaha kue kacang hijau bakpia Pertanian. Universitas Syiah Kuala
sabangBapak Ishakdi Gampong Darussalam. Banda Aceh.
Singgah Mata Kecamatan Baktia Barat Kartasapoetra. 2007. Data Envelopment
Kabupaten Aceh adalah Rp. Analysis (DEA): Konsep Dasar dalam
229.070.667,-/tahun. Metodologi Empiris
e. Dari perhitungan nilai BEP, nilai R/C DataEnvelopment Analysis
dan nilai B/Cdapat disimpulkan bahwa (DEA).Pusat Antar Universitas Studi
usaha kue kacang hijau bakpia sabang Ekonomi Universitas Gajah Mada,
Bapak Ishakdi Gampong Singgah Yogyakarta.
Mata Kecamatan Baktia Barat Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi Kelayakan
Kabupaten Aceh Utaralayakuntuk Bisnis, Edisi 2. Kencana: Jakarta.
diusahakan. Kunarjo, 2006.Perencanaan dan
Pengendalian Program Pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA UI Press, Jakarta
Assauri, Sofyan. 2007. Ilmu Ekonomi Mangunwidjaja, D. dan I. Sailah. 2009.
Teori Produksi. Universitas Indonesia, Pengantar Teknologi Pertanian.
Jakarta. Penebar Swadaya, Jakarta.
Bambang, S. 2008. Pengantar, Teori, dan Mankiw, G. N. 2007. Teori Mikro
Kasus. Penerbit Penebar Swadaya. Ekonomi Edisi Keenam. Erlangga:
Cimanggis, Depok, Jakarta. Jakarta
Bayu, Kanetro dan Agus Slamet.2014.
Pelatihan Dan Pendampingan Mega. 2013. Analisis Kelayakan Usaha
Pengrajin Bakpia Kemusuk Dengan Dan Strategi Pengembangan Industri
Rasa Baru Menggunakan Oven Kecil Tempe di Kecamatan Matesih
Gas.Prosiding Seminar Nasional Hasil Kabupaten Karanganyar.
- Hasil Penelitian dan JurnalUniversitas Muhammadiyah
Surakarta, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.
Mubyarto. 2009. Pengantar Ekonomi
Pertanian. Jakarta:Lembaga
Penelitian, Pendidikan dan
163
Penerangan ekonomi dan Sosial
(LP3ES) Edisi ke-3.
Rahim, A. dan Hastuti, D.R.D. 2007. Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian,
Ekonomika Pertanian (Pengantar, Institut Pertanian Bogor.
Teori, dan Kasus). Penerbit Penebar Soekartawi. 2009. Teori Ekonomi
Swadaya. Cimanggis, Depok, Jakarta. Produksi. Penerbit: Raja Grafindo
Ricky, Nugroho. 2013. Analisis Persada. Jakarta.
Perhitungan Harga Pokok Produksi Subagyo, P. 2007. Metode Penelitian
Bakpia Pathok 29 Dengan Metode Dalam Teori Dan Praktek.
Full Costing Pada Ukm Bakpia Rineka.Cipta. Jakarta.
Pathok 29. Jurnal Program Studi Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bisnis, Universitas Dian Nuswantoro Bandung: CV Alfabeta.
Semarang Sukirno. 2010. Pengantar Teari Ekonomi
Mikro. Penerbit: Raja Grafindo
Soeharjo dan Patong, 2006.Sendi-Sendi Persada Jakarta.
Pokok Usaha Tani.Departemen Ilmu Surya, 2009. Manajemen Kinerja. Cetakan
Ketiga. Penerbit Pustaka. Pelajar :
Yogyakarta.
164