Disusun oleh :
1. Ari Kurniawan (E1D017091)
2. Bagas Wibisono (E1D017105)
3. NesiPanriski (E1D017133)
4. Fembi Nur Ilham (E1D017173)
5. Ari SyhputraHasibuan (E1D017175)
DosenPembimbing:
Ir. Ellys Yuliarti, M.Si
1
Tempe merupakan hasil proses fermentasi dengan waktu 36-48 jam. Pad
waktu tersebut tempe siap untuk dipasarkan. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan
kapang yang hampir tetap dan tekstur lebih kompak. Jika proses fermentasi terlalu
lama menyebabkan terjadinya kenaikan jumlah bakteri, jumlah asam lemak bebas,
pertumbuhan jamur juga menurun, dan menyebabkan degradasi protein lanjut
sehingga terbentuk amoniak. Akibatnya, tempe yang dihasilkan mengalami proses
pembusukan dan aromanya menjadi tidak enak, tetapi dapat digunakan sebagai
campuran bumbu pada masakan (Kasmidjo,1990).
Tempe dapat dibuat dari berbagai bahan tetapi yang dikenal sebagai tempe
oleh sebagian peminat tempe adalah yang dibuat dari kedelai. Tempe segar adalah
tempe yang berwarna putih dengan jamur yang banyak dan tebal. Sebenarnya
tempe yang tidak mengandung spora adalah tempe yang tua (hampir busuk),
namun kondisinya tidak memungkinkan untuk dikeringkan dan disimpan
(Rukmana,2006). Tempe segar tidak dapat disimpan lama karena paling lama kuat
disimpan 2x24 jam, lewat masa itu kapan tempe mati dan selanjutnya akan
tumbuh bakteri atau mikroba perombak protein akibatnya tempe cepat busuk
(Santoso, 2005).
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik usaha rumah tangga
2. Untuk mengetahui klasifikasi biaya-biaya dalam kegiatan proses produksi
tempe
3. Untuk mengidentifikasi seluruh sumber pendanaan yang dikumpulkan
pada usaha tempe
4. Untuk menghitung jumlah dana yang dapat dikumpulkan pada usaha
tempe
5. Untuk mengetahui dariaman sumber investasi dan modal yang dibutuhkan
6. Untuk mengetahui rugi laba usaha tempe
7. Untuk mengetahui neraca usaha dan
8. Untuk mengetahui kenerja finansial usaha tempe
2
BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH PRAKTIKUM
No Umur L P
1 0–4 1216 1050
2 5-9 750 449
3 10-14 650 518
4 15-19 650 673
5 20-24 849 900
6 25-29 750 800
7 30-34 414 480
8 35-39 480 624
9 40-44 419 440
10 45-49 393 449
11 50-54 272 434
12 55-59 68 256
13 >60 203 226
Sumber : Profil Kelurahan Panorama 2018-2019
3
1 Tidak/Belum Sekolah 1650 13,13
2 Tidak Tamat SD/Sederajat 1506 11,95
3 Tamat SD Sederajat 1765 14,04
4 SLTP/Sederajat 1486 11,82
5 SLTA/Sederajat 5008 39,84
6 Diploma I/II 166 1,32
7 Akademi/Diploma III/Sarjana Muda 243 1,94
8 Strata I 659 5,24
9 Strata II 83 0,66
10 Strata III 4 0,03
Jumlah Total 12570 100
Sumber : Profil Kelurahan Panorama 2018-2019
4
d. Di sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan JembatanKecil
5
No Fasilitas Masyarakat Luas/M2
1 Perkantoran Pemerintahan 2,25 Ha/M2
2 Pemakaman Umum 1,75 Ha/M2
Fasilitas Umum : 4 Ha/M2
3 Masjid, Pasar Tradisional dan Tempat Wisata
Bangunan Sekolah : 3,31 Ha/M2
4 Paud/Tk, SD/Sederajat, SLTP/Sederajat dan
SLTA/Sederajat
Jumlah Total ±11,31 Ha/M2
Sumber : Profil Kelurahan Panorama 2018-2019
Dari tabel tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa Fasilitas Masyarakat di
Kelurahan Panorama yang memiliki luas ±11,31 Ha/M2 adalah sebagai berikut :
Fasilitas Umum yang terdiri dari masjid, pasar tradisional dan tempat wisata
memiliki luas sekitar 4 Ha/M2 merupakan wilayah terluas dan Pemakaman Umum
1,75 Ha/M2 merupakan wilayah terkecil dalam fasilitas masyarakat yang ada
dalam Pemerintahan Kelurahan Panorama. Itu berarti 5,56 Ha/M2 lebihnya adalah
Perkantoran Pemerintah dan Bangunan Sekolah.
6
Tabel 5. Prasarana Kesehatan Penduduk kelurahan Panirama Kecamatan
Singaran Pati Kota Bengkulu
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
7
3.1. Metode Penentuan lokasi
Pada praktikum Pembiayaan Perusahaan Pertanian
dilaksanakanpadatangga 8 Januari 2020 dikelurahan panorama kecamatan
singgaran pati kota bengkulu. Dalam menentukan lokasi penelitian metode yang
diambil adalah metode survei yaitu adanya beberapa orang yang langsung menuju
ke lokasi untuk melihat kondisi lokasi yang akan dipilih untuk tempat praktikum.
Lokasi yang dipilih untuk praktikum Pembiayaan Perusahaan Pertanian ini adalah
lokasi yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pedagang.
8
3.5. Metode Analisis Data
Data dan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi
dianalisissecara deksrpftif, Analisis deskritif akan menjelaskan secara umum
kondisi yang adadilapangan dilengkapi dengan penyajian tabel – tabel statistik
dan dinarasikan. Selanjutnya dikaji ulang terhadap pengelolaan usaha oleh kepala
keluarga baik itu sesuai dengan peruntukkannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
4.1. Karakteristik pemilik usaha rumah tangga
4.1.1 Keadaan umur pemilik usaha
Responden bernama Kardino dan berumur 43 tahun, sehingga
tergolong berusia produktif. Menurut Mantra (2001), penduduk
digolongkan berdasarkan tiga kelompok yaitu kelompok umur 0-14
tahun (usia belum produktif), 15-64 tahun (usia produktif), dan 65 tahun
keatas (usia tidak produktif).
4.2.1 Tempat
Tempat adalah suatu wadah atau bagunan dimana kegiatan usaha
pembuatan tempe dilaksanakan sehingga terlindung dari panas atau hujan,
10
sekaligus sebagai tempat penyimpanan hasil produksi dan semua peralatan
yang dibutuhkan selama kegiatan usaha berjalan.
11
kerja pembuatan tempe dilakukan setiap hari mulai pukul 08.00 s/d 16.00
WIB, sedangkan pemasaran hasil produk tempe kepasar didistribusikan
pada pagi hari yaitu pada pukul 05.30 WIB.
12
tempe
6 Ragi Tempe 7,8 kg 40.000 72.000
7 Bensin 15 liter 10.000 150.000
Total 1.147.667
Sumber: Data Hasil Survei, 2020
2. Mesin dan Peralatan
Pembelian Peralatan untuk pertama kalinya dilakukan saat
akan memulai mendirikan usaha pembuatan tempe, sedangkan
kalau sudah beroperasi peralatan akan diganti bila tidak dapat
berfungsi lagi. Peralatan mampu bertahan selama 5 tahun. Daftar
mesin dan alat yang digunakan untuk usaha pembuatan tempe
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 7. Peralatan yang Digunakan untuk Pembuatan Tempe pada
Pabrik Bapak Kardino.
13
proses peragian, proses peragian kacang kedelei dan pencetakan
tempe dilkukan oleh Bapak Kardino sendiri, tahapan-tahapan
dalam proses pembuatan tempe adalah sebagai berikut:
a. Kacang kedelai dibersihkan dari bahan-bahan lain yang
tercampur, kemudian cuci hingga bersih.
b. Perendaman kacang kedelai yang telah dicuci bersih selama 3
jam dengan air panas yang sudah mendidih untuk proses
hidrasi agar kacang kedelai dapat menyerap air sebanyak
mungkin.
c. Biji kacang kedelai kemudian dilakukan penggilingan untuk
memecah dan pemisahan kulit ari.
d. Kacang kedelai kemudian, cuci atau bilas dengan
menggunakan air bersih.
e. Kacang Kedelai kemudian di kukus / rebus sampai empuk.
f. Setelah kacang kedelai terasa empuk, tuangkan kacang kedelai
tersebut pada tampah atau tempat penirisan yang telah
dibersihkan, lalu diangin angin sambil di aduk hingga kedelai
tersebut terasa dingin.
g. Penaburan ragi tempe yang telah disiapkan sedikit demi
sedikit sambil diadukduk supaya merata takaran (2 gram ragi
tempe untuk 1 kg kedelai) jadi dalam proses peragian kacang
kedelei dalam satu hari 50 kilogam kedelei memerlukan ragi
sebanyak 100 gram.
h. Persiapan papan cetak atau daun pisang untuk membungkus,
bungkus tempe yang digunakan daun pisang maka sebelum
digunakan daun tersebut diberi lubang-lubang kecil dengan
menggunakan lidi atau garpu. Dan persiapkan plastik untuk
tempe yang di bungkus memakai plastik dan di isi sesuai
yanag di inginkan.
i. Tahapan pencetakan kedelai yang telah diberi ragi tempe
kedalam cetakan.
14
j. Proses fermentasi kacang kedelai disimpan atau diperam
selama selama beberapa hari yaitu 1-2 hari hingga diperoleh
tempe.
Biaya Tetap adalah biaya yang tetap ada dan tetap harus dikeluarkan,
tanpa terikat pada ada atau tidaknya haril produksi tempe yang diperoleh.
Biaya tetap terdiri dari penyusutan aktiva tetap, konsumsi tenaga kerja
yang total biaya. adalah biaya penyusutan peralatan Rp 154.377,- dan
biaya yang paling kecil adalah Pajak Bumi dan Bangunan sebesar Rp 821,-
Total biaya tetap adalah Rp 155.198.
Tabel 8. Jumlah Biaya Tetap pada Usaha Pembuatan Tempe Bapak
Kardino
Total Biaya
No Komponen Biaya
(Rp/Hari)
1 Pajak Bumi dan Bangunan Rp821
2 Penyusutan peralatan
Dandang Rp694
Tampah Rp56
Keranjang Rp111
Tungku Rp139
Baskom Besar Rp111
Ember Rp56
15
Gerobak Rp648
Mesin Pemecah Kedelai Rp2.222
Sudip Rp28
Tong penampung air Rp313
Pompa air Rp74.135
Total Penyusutan Peralatan Rp154.377
Total Biaya Rp79.333
Sumber: Data Hasil Survei, 2020
Biaya Variabel (Variabel Cost)
Total Biaya
No Komponen Biaya
(Rp/15 hari)
1 Bahan Baku :
Kacang Kedelai Rp10.800.000
2 Bahan Penolong :
Ragi Rp72.000
Daun Pisang Rp153.000
Plastik Rp360.000
Kayu Bakar Rp250.000
Bensin Rp150.000
Total Rp11.947.667
Sumber: Data Hasil Survei, 2020
16
Biaya Total
Biaya total adalah penjumlahan dari total biaya tetap dengan total
biaya variabel. Pada usaha pembuatan tempe ini biaya tetapnya sebesar
Rp.155.198,- sedangkan biaya variabel periode bulan Mei 2019 sebesar
Rp.11.947.667,- sehingga total biaya sebesar Rp.12.487.667,- atau rata-
rata Rp.832.551,- per hari.
Tabel 10. Jumlah Total Biaya Per komponen Total Biaya Pada
Usaha Pembuatan Tempe Bapak Kardino
17
1 Bungkus 3000 5000 Rp15.000.000
Plastik
2 Bungkus 2000 4000 Rp8.000.000
Daun
TOTAL 5000 Rp23.000.000
Sumber: Data Hasil Survei, 2020
Keuntungan
18
bagaimana perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan untuk
membiayai kegiatan usaha yang direncanakan dengan syarat-syarat yang
paling menguntungkan dengan mengingat, bahwa para pemilik dana
mengharapkan balas jasa atas penggunaan dananya dan merupakan biaya
kegiatan usaha yang direncanakan tersebut.
Untuk kegiatan usaha produksi tempe kardino sumber dana nya berasal
dari kegiatan sebelumnya dan dana pinjaman dari bank, berikut rincian
pendanaan yang di kumpulkan oleh usaha rumah tangga produksi tempe
kardino :
Tabel 13. Sumber dana perusahaan rumah tangga pak kardino
19
3. Surplus dana dan akumulasi penyusutan atau yang disebut sebagai
cadangan dana. Terdiri atas nilai buku dan nilai pasar dari harta
yang dimiliki perusahaan.
20
Dari hasil survei yang dilakukan dengan metode wawancara di dapatkan
hasil bahwa, modal sendiri yang di peroleh dari hasil produksi sebelumnya
dan tambahan dari modal pinjaman kepada pihak bank tidak seluruhnya di
gunakan untuk modal produksi. Sisa modal yang ada di gunakan untuk hal-
hal yang terduga yang mungkin terjadi dalam kegiatan produksi. Hal ini
dapat digunakan sebagai antisipasi jika suatu saat usaha mengalami
penurunan. Dengan adanya dana cadangan ini, dapat membantu saat bisnis
sedang mengalami kesulitan. Terlebih kondisi ekonomi yang sedang naik
turun, tentunya akan ada halangan dan rintangan selama perjalanan kegiatan
usaha. Definisi Mengacu pada PSAP 01 Paragraf 8, dana cadangan
merupakan dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang
memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun
anggaran. Dana cadangan dirinci menurut tujuan pembentukannya.
4.6. sumber investasi dari modal yang di butuhkan untuk usaha rumah
tangga produksi tempe kardino
1. jumlah modal sendiri dan asalnya
Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal yang dibentuk atau
dihasilkan sendiri didalam perusahaan. Menurut Ching F Lee dan Joseph E.
Finnerty dalam bukunya “Corporate, Theory, Method, and Aplications”
kebutuhan dana didapat dari : dana internal melibatkan tingkat arus kas dari
penghasilan dan penyusutan beban ditahan dihasilkan oleh perusahaan (1990:
395).
Cara pembelanjaan dana juga sering disebut pembelanjaan dari dalam
perusahaan atau internal financing. Sumber modal intern ini berupa
keuntungan yang ditahan (retained net profit) dan diakumulasi dari
penyusutan barang-barang yang terkait dengan jalannya usaha (accumulated
depreciations).
Besarnya laba ditahan, selain tergantung pada besarnya laba yang
diperoleh selama periode tertentu dalam menjalankan usaha, juga tergantung
kepada “deviden policy” dan “plowing-back policy” yang dijalankan oleh
perusahaan yang bersangkutan. Akumulasi penyusutan di dapat dari sejumlah
21
dana yang di tahan atau di simpan untuk mengganti aktivas tetap yang akan
diperbaharui atau penyusutan yang harus di perbaharui.
Besarnya jumlah akumulasi dana penyusutan yang dibentuk dari depresiasi
setiap tahunnya, tergantung dari metode yang digunakan oleh masing-masing
perusahaan itu sendiri, semakin besar jumlah akumulasi penyusutan itu berarti
juga semakin besar pula sumber intern dari dana yang dihasilkan dalam
perusahaan tersebut.
Jadi intinya adalah setiap perusahaan wajib menahan beberapa keuntungan
dari usahanya untuk mengganti dana penyusutan barang-barang yang mereka
gunakan dalam produksi atau dalam menjalankan usaha, nagh dana ini yang
bisa kita sebut sumber modal intern. Dalam kegiatan usaha produsi tempe
kardino dana dari internal adalah Rp.35.000.000,- yang dananya berasal dari
kegiatan usaha hasil produksi sebelumnya.
2.Jumlah modal pinjaman dan asalnya
Sumber ekstern adalah sumber dana yang berasal dari luar perusahaan.
Masih menurut Chang F. Lee dan Joseph E. Finnerty selain dari internal
financing juga didapat dari external financing yang pengertiannya adalah :
Penawaran pembiayaan eksternal dengan jumlah yang baru jangka panjang
dan jangka pendek detekuitas baru yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai
sumber dana (1990: 395) Cara pembelanjaan dalam upaya pemenuhan
kebutuhan dalam usaha ini, sering juga di sebut pembelanjaan dari luar
perusahaan atau eksternal financing. Dana yang berasal dari sumber eksternal
adalah dana para kreditur ataupun pemilik, peserta maupun pengambil bagian
dalam perusahaan.
Modal yang di dapat dari para kreditur adalah merupakan hutang bagi
perusahaan yang bersangkutan. Dan modal ini di sebut juga sebagai modal
asing atau pinjaman. Bentuk pembelanjaan atau dana penggunaan usaha yang
menggunakan dana dari pinjaman tersebut disebut juga pembelanjaan dengan
hutang (debt financing).
Dana yang di dapat dari pemilik langsung, peserta didalam perusahaan
adalah dana yang akantetap ditanamkan di dalam perusahaan tersebut dan
22
akan menjadi modal sendiri. Bentuk pembelanjaan dengan menggunakan dana
yang berasal dari pemilik atau calon pemilik ini disebut pembelanjaan sendiri (
equity financing). Sumber dana ekstern dapat diperoleh dari Supplier, bank-
bank dan pasar modal. Untuk kegiatan usaha rumah tangga produksi tempe
kardino dana yang di peroleh dari pinjaman kepada pihak bank adalah sebesar
Rp.5.000.000,-
23
kemampuan perusahaandalam memenuhi kewajiban (utang) jangka
pendek. Rasio ini digunakan untuk menggambarkan seberapa likuidnya
suatu perusahaan serta kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar. Dengan kata
lain, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban yang segera jatuh tempo.
Tarbel 16. Liquiditas
Interval
JenisRasio Rasio Kriteria
200%> BaikSekali
175%-200% Baik
Current Ratio 150%-175% CukupBaik
125%<150% KurangBaik
<125% TidakBaik
Sumber: Data Hasil Survei, 2020
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat
diketahui bahwa liquiditas yang dimiliki dalam usaha rumah tangga tempe
pak kardino adalah sebesar 766% ,hasil ini dapat dikatakan bahwa
kemampuan usaha tempe pak kardino dalam memenuhi kewajiban atau
hutangnya sudah sangat baik.
2. Keadaan Solvabilitas
jumlah hutang 6,000,000
Solvabilitas = = x100%= 17%
modal sendiri 35.000.000
Solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya berapa
besar beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya. Dalam arti luas rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajibannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan
atau dilikuidasi (Kasmir 1, 2008).
24
JenisRasio Interval Rasio Kriteria
≤40% BaikSekali
40%-50% Baik
Solvabilitas 50%-60% CukupBaik
60%≤80% KurangBaik
>80% TidakBaik
BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemilik usaha tempe bernama Kardino berumur 43 tahun, berpendidikan
Sekolah Dasar, dan memiliki tanggungan 2 orang. Mengawali usaha tempe
25
sejak tahun 2011 sampai sekarang, selama 9 tahun ini usaha tempe bapak
Kardino mampu meningkatkan pendapatan keluarga.
2. Total biaya tetap adalah Rp 155.198,- sedangkan total biaya variabel
sebesar Rp.11.191.767,-. Biaya total adalah biaya tetap ditamabh dengan
biaya variabel sehingga total biaya sebesar Rp.12.487.667,- atau rata-rata
Rp.832.551,- per hari. Hasil penerimaan dari penjualan tempe per 15 hari
sebesar Rp.23.000.000,-. Jadi selama periode 2-16 Mei 2019 (15 hari
produksi) dari hasil usaha pembuatan tempe milik Bapak Kardino
didapatkan pendapatan sebesar Rp.5.334.539,- maka rata-rata pendapatan
per hari adalah sebesar Rp.355.624,- per hari.
3. Sumber pendanaan usaha tempe milik bapak Kardino berasal dari modal
usaha sebelumnya sebesar Rp. 10.000.000,- dan meminjam kepada Bank
sebesar Rp 6.000.000,-.
4. Dalam menjalankan usahanya, respoden menggunakan dana yang telah di
peroleh dari hasil kegiatan usaha sebelumnya dan juga tambahan dari
peminjaman kepada pihak luar, yang dalam hal ini adalah Bank.
5. Dalam kegiatan usaha produksi tempe Kardino dana dari internal adalah
Rp.35.000.000,- yang dananya berasal dari kegiatan usaha hasil produksi
sebelumnya. Untuk kegiatan usaha rumah tangga produksi tempe kardino
dana yang di peroleh dari pinjaman kepada pihak bank adalah sebesar
Rp.6.000.000,-
6. Dari hasil produksi tempe bapak Kardino mendapatkan penerimaan
sebesar Rp 23.000.000,- dan total biaya produksi sebesar Rp 12.487.667-,.
Jadi laba bersih yang diterima dari hasil usaha tempe sebesar Rp
10.512.333,-.
7. Dari total hasil produksi tempe didapatkan total laporan neracanya sebesar
Rp 51.512.333,-
8. Berdasarkan perhitungan pada pembahasan diatas maka dapat diketahui
bahwa likuiditas yang dimiliki dalam usaha rumah tangga tempe pak
Kardino adalah sebesar 766% hasil ini dapat dikatakan bahwa usaha tempe
pak kardino mampu memenuhi kewajibannya sudah sangat baik. Pada
keadaan solvabilitas maka didapatkan hasil perhitungannya adalah sebesar
26
17% hasil ini dapat dikatakan bahwa usaha mampu memenuhi
kewajibannya membayar hutang sudah baik sekali dan pada keadaan
rentabilitas usaha tempe pak Kardino setelah dilakukan perhitungan maka
hasilnya adalah sebesar 30% hasil ini dapat dikatakan bahwa kemampuan
usaha dlam memenuhi kewajibannya sudah cukup baik.
27
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofian. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi. Lembaga
Penerbit FE UI : Jakarta
Kasmidjo. 1990. Tempe, Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta
Pemanfaatannya. Soegijapranata Press : Semarang
Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
KementerianKeuangan. 2015, Peran Penting UKM Dorong
PerekonomianIndonesia. http://www.kemenkeu.go.id/Berita/peran-
penting-ukm-dorong-perekonomian- indonesia. Diakses 15 Desember
2016.
Rukmana. 2006. Kedelai Budidaya dan Pascapanen. Kansius : Yogyakarta
Santoso. 2005. Teknologi Pengolahan Kedelai (Teori dan Praktek). Universitas
Widyagama : Malang
Sutrisno, N. 2003. Kewirausahaan dalam Pengembangan UKM di Indonesia.
Makalah disajikan dalam Kongres ISEI ke. XV
Tarwatjo. C.s. 1998. Dasar-dasar Gizi Kuliner. Grasido : Jakarta