Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengguna situs media sosial saat ini telah mengalami kemajuan

yang pesat diseluruh belahan dunia, hal ini dikarenakan perkembangan

internet di dunia sangat pesat. Riset yang dilakukan oleh

WeAreSocial.net dan Hot suite tahun 2018 menunjukkan jumlah

pengguna internet dunia telah mencapai 4,021 miliar orang. Di Indonesia

sendiri, jumlah pengguna internet mencapai 132 juta orang. Jumlah

tersebut menunjukkan bahwa setengah atau lebih dari 50 persen

penduduk Indonesia telah bisa mengakses internet. Dalam hal waktu

penggunaan internet, Indonesia menempati peringkat ke empat dunia

dengan durasi rata-rata menggunakan internet selama 8 jam 51 menit

setiap harinya (Ramadhan. B, 2018)

Sementara untuk jumlah pengguna internet Indonesia menempati

urutan ke dua pengguna internet terbesar di dunia. Lebih dari 69%

masyarakat Indonesia mengakses internet dengan menggunakan

perangkat mobile. Angka tersebut juga melampaui penggunaan internet

via mobile secara global, yakni 50%. Hasil survey global web index pada

pengguna internet di Indonesia dalam rentang usia 16-64 tahun

(Katadata.co.id, 2018)

1
2

Media sosial sebenarnya memiliki banyak fungsi bagi penggunanya,

antara lain seperti memperluas interaksi sosial manusia dengan

memanfaatkan teknologi internet dan website, menciptakan komunikasi

dialogis antara banyak audiens (many to many), melakukan transformasi

manusia yang dulunya pemakai isi pesan berubah menjadi pesan itu

sendiri, membangun personal branding bagi para pengusaha ataupun

tokoh masyarakat, sebagai media komunikasi antara pengusaha ataupun

tokoh masyarakat dengan para pengguna media sosial lainnya. Selain itu

media sosial juga memiliki fungsi sebagai aktualisasi diri, membentuk

komunitas, menjalin hubungan pribadi dan media pemasaran

(Solusimedsos, 2018)

We Are Social (Kusuma, 2018) mengatakan rata-rata platform

medsos yang paling sering digunakan oleh orang Indonesia, di antaranya

YouTube 43%, Facebook 41%, WhatsApp 40%, Instagram 38%, Line

33%, BBM 28%, Twitter 27%, Google 25%, Messenger 24%, LinkedIn

16%, Skype 15%, dan WeChat 14%.

Survey pengguna Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang

dilakukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada

tahun 2017 mendapatkan hasil pengguna media sosial berdasarkan jenis

kelamin yaitu laki - laki 92,07% dan perempuan 93,68%. Sementara

berdasarkan usia diperoleh data, usia 9-19 tahun diperoleh data 93,52%,

usia 20-29 tahun 95,96%, usia 30-49 tahun 93,5%, usia 50-65 tahun

80,32%. Berdasarkan pendidikan, tingkat SD 76,89%, SMP 82,63%, SMA


3

97,5%, Diploma-S1 97,55%, S1-S2 96 %, dan tidak sekolah 73,33%.

Pengguna media sosial paling lama adalah pelajar/mahasiswa dengan

kisaran waktu 1-3 jam dalam sekali pemakaian (kementrian komunikasi

dan Informatika RI, 2017).

Wegmann, Oberst, Stodt & Brand (2017) mengatakan media sosial

adalah sebagai komunitas virtual berbasis website yang memungkinkan

untuk membangun profil individu dan masyarakat, media sosial bertujuan

untuk membangun komunikasi dalam kehidupan masyarakat sehari–hari,

media sosial sangat populer dikalangan remaja dan dewasa muda.

Fazriyati (2013) mengatakan pengguna media sosial yang

melakukan berbagai aktivitasnya di dunia maya akan cenderung

menunjukkan gambaran mengenai dirinya sendiri. Seseorang yang

merasa rendah diri cenderung mengkhawatirkan dan memikirkan apa

yang akan orang lain posting tentang diri individu dijejaring sosial.

Sedangkan individu yang memiliki harga diri tinggi, cenderung akan

menghabiskan waktu untuk membangun citra personal yang positif di

media sosial.

Contoh kasus yang terjadi pada seorang remaja wanita berinisial C

yang menggunakan media sosial dalam kesehariannya, C sering terlihat

memposting foto dirinya, keluarga, teman, dan gambar berisi kata–kata

yang C sukai. C sesekali memposting foto seorang laki–laki dengan wajah

yang ditutup stiker animasi. Penulis mencoba menanyakan kepada C

siapa dan kenapa wajahnya ditutupi dengan stiker. C menjawab, laki-laki


4

tersebut adalah pacarnya, C ingin memposting foto pacarnya karena C

suka foto tersebut, tetapi C tidak mau orang lain mengenal pacarnya, C

hanya ingin orang terdekatnya saja yang kenal. C juga merasa harga

dirinya meningkat ketika orang lain tidak mengetahui kehidupan

pribadinya secara mendalam, karena terlalu mengumbar foto bersama

pasangan akan menimbulkan reaksi negatif nantinya jika hubungan C

dengan pacarnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. C tidak masalah

jika orang lain tau jika C punya pacar, hanya saja C tidak ingin orang lain

kenal siapa pacaranya tersebut dan C ingin dinilai sebagai wanita baik-

baik dimata teman–teman pengguna media sosial lainnya. (Hasil

wawancara, Maret 2019)

Contoh lain seorang pria berinisial M yang terlihat sering

memposting setiap aktifitasnya di media sosial, baik di instagram dan

status WhatsApp, M sering memposting foto saat sedang berkerja

ataupun sedang bersantai. Dalam sehari M dapat mengunggah 7 sampai

10 foto pada beberapa media sosial yang dimiliki. Setelah melakukan

wawancara awal, M mengatakan bahwa merasa senang dan diperhatikan

ketika banyak orang melihat foto-foto yang dipostingnya. M biasa

memposting foto saat sedang berkerja yang menunjukkan semangat

dalam berkerja, jika sedang bersantai M lebih sering memposting foto selfi

dirinya dari berbagai pose. Walaupun kadang M mengaku mendapat

kritikan dari teman-teman yang merasa M berlebihan dalam menggunakan

media sosial, tetapi dengan memposting foto-foto tersebut M merasa apa


5

yang M kerjakan mendapat penghargaan dan perhatian dari orang lain.

Rasa itu timbul ketika M melihat banyaknya like yang ada pada foto di

instagramnya dan banyaknya orang yang melihat foto di status WA dan

snapgram. Sehingga M merasa memiliki harga diri yang tinggi,

penghargaan diri yang positif tersebut membuat M bersemangat dalam

berkerja. (Hasil wawancara, Maret 2019)

Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Dariyo & Ling (2002)

seseorang yang memiliki harga diri yang baik akan dapat menghargai diri

secara proporsional. Penghargaan diri yang benar diwujudkan dengan

bagaimana seseorang individu berkata-kata, bersikap, berfikir, maupun

bertindak yang didasarkan atas nilai-nilai norma, etika, kejujuran,

kesabaran maupun keadilan. Sebaliknya, pengingkaran dari nilai-nilai

tersebut menunjukkan rendahnya taraf harga diri seseorang.

Dewasa ini remaja tidak dapat dipisahkan dari media sosial. seperti

data yang didapat pada (kementrian komunikasi dan Informatika RI, 2017)

pengguna media sosial paling lama adalah remaja dan mahasiswa

dengan kisaran waktu 1-3 jam dalam sekali pemakaian. karena bagi

remaja media sosial merupakan wadah untuk mengekspresikan diri. Hasil

dari postingan pada media sosial menjadi suatu tolak ukur untuk nilai

harga diri remaja, apakah itu bersifat positif ataupun negatif. Tetapi pada

usia remaja, isi postingan lebih sering menunjukkan kesenangan mereka

saat itu dan sering mengekspos aktifitas yang dilakukan di media sosial

mereka.
6

Usia remaja sendiri dikatakan sebagai suatu masa penentu karena

pada periode ini seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak,

menuju ke tahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Usia remaja yang

berada pada masa transisi, sudah mulai memiliki minat-minat tertentu

seperti minat pada penampilan diri, remaja berusaha dapat berpenampilan

semenarik mungkin agar mendapatkan pengakuan diri serta berusaha

menonjolkan daya tarik bagi lawan jenis.

Halgin & Whitbourne (2010) menjelaskan bahwa “Remaja memiliki

penghargaan yang berlebihan terhadap kehidupannya sendiri dan terus

merasa kesal terhadap orang lain yang dirasa lebih sukses, cantik dan

cerdas”. Menurut Soekanto (2010) Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis

karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya dalam

proses mengalami pembentukan. Oleh karena itu, remaja yang akan

beranjak dewasa masih memerlukan bimbingan dan pengawasan.

Peneliti melakukan wawancara awal mengenai penggunaan media

sosial yang digunakan oleh remaja, peneliti mewawancarai dua

mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiayah Aceh, hasil

wawancaranya sebagia berikut:

“O punya beberapa media sosial diHP, tapi yang sering


dipakek ada 4, instagram, whatshapp, line dan twitter, diantara 4
aplikasi itu yang paling sering pakek ya whatsapp dan Instagram.
Media sosialnya dipakek untuk komunikasi, tapi karena sekarang di
WA pun udah bisa upload foto, jadi bisa bagi-bagi foto juga.
Biasanya sehari semalam upload foto bisa 3 kali, 4 kali atau lebih,
tergantung mood juga, biasa yang diupload itu foto makanan,
gambar kata-kata, foto rame-rame sama kawan, foto diri sendiri dan
foto keluarga, tergantung gimana perasaan saat itu. kalau ada yang
7

komentar ya nggak perduli, kan itu foto O, jadi ya biar aja, kalaupun
dipuji ya Alhamdulillah, nanti kapan-kapan diupload lagi fotonya. O
juga upload foto yang baik dan bagus-bagus aja kok, jadi O tetap
mau upload walaupun ada orang yang bilang foto itu enggak bagus”.
(Hasil wawancara, November 2018)

Melalui hasil wawancara diatas mahasiswi tersebut tetap akan

mengupload meskipun ada orang yang tidak suka dengan apa yang

ditampilkannya, tetapi mahasiswi tersebut tetap melakukan apa yang

dianggapnya pantas dan menyenangkan dirinya.

Ada pula hasil wawancara dengan mahasiswi lainnya yang

berpendapat hampir sama dengan mahasiswi yang sebelumnya, hasil

wawancaranya sebagai berikut:

“S punya 1 media sosial, eeh 2 ig dan WA, S jarang lah kak


upload foto, seminggu paling cuma beberapa kali, itupun bisa di
hitung, biasa upload foto kata-kata, foto sendiri, foto rame-rame. S
pakek ig dan WA udah dari semenjak kuliah. Perasaan kalau udah
upload foto itu senang, senang aja, merasa puas aja, merasa fotonya
bagus, yaudah upload aja. Sebenarnya S kalau upload foto itu
enggak penting di like, mau like boleh nggak pun nggak papa, S
upload cuma untuk kepuasan aja. Kalau pun ada yang berkomentar
fotonya enggak bagus, itu biasa aja buat S karena nggak ngaruh.
Tapi kadang ngaruh juga, kalau dipuji pakek baju model gitu cantik
misalnya, jadi nanti S cari lagi baju model kayak gitu. Tapi untuk
sengaja foto dan upload kalau baru beli baju baru nggak juga. Paling
S merasa apa yang S pakai dihargai orang, kalau udah bagus
menurut S kalau jelek menurut orang lain yang liat, yaaa terserah
orang. Selama S suka dan puas dengan foto itu terus S upload, udah
gitu aja kak”.
(Hasil wawancara, November 2018)

Hasil wawancara awal di atas semakin menunjukkan, bahwa

sesorang akan tetap melakukan apa yang disukai tanpa memikirkan

pendapat orang disekitarnya. Seperti halnya kasus di atas, kepercayaan


8

diri dan harga diri S membuat S menjadi individu yang berperilaku positif,

karena S hanya melakukan apa yang disukai tetapi tetap dalam batas

kewajaran. S juga sering mendengar komentar positif dari orang lain dan

lebih mengikuti kearah komentar positif tersebut karena S merasa dirinya

akan lebih berharga ketika menggunakan sesuatu berdasarkan komentar

positif dari orang lain.

Hasil di atas sejalan dengan pendapat Boyd & Ellison, (2007)

dalam penelitiannya mengatakan fitur yang ada pada media sosial

tersedia untuk umum, dan dapat dilihat, diteliti atau bahkan dinilai oleh

orang yang melihatnya, pengguna media juga mengizinkan orang lain

untuk menyampaikan penilaian melalui komentar untuk memastikan

pengguna media sosial memahami pendapat mereka tentang kehidupan

pribadi yang ditampilkannya. Pendapat yang diberikan oleh teman atau

orang lain dapat memiliki efek yang kuat pada harga diri pengguna media

tersebut.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas peneliti akan

melakukan penelitian kepada remaja khususnya mahasiswa, tentang

kecenderungan penggunaan media sosial yang dapat mempengaruhi

harga diri seseorang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas, adapun rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu seberapa besar pengaruh penggunaan media sosial

terhadap harga diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Aceh.
9

C. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai Pengaruh Penggunaan Media Sosial

Terhadap Harga Diri Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Aceh belum pernah diteliti sebelumnya adapun penelitian

yang menyangkut mengenai :

1. Penelitian mengenai Self-Esteem pernah diteliti oleh Juwita (2011)

dengan Judul “Hubungan Antara Self-Esteem dengan Motivasi

Berpartisipasi Pada Mahasiswa Madrasah Aliyah Negeri Indrapuri”

penelitian ini mengkaji mengenai harga diri remaja dengan motivasi

dalam berpartisipasi.

2. Penelitian Lainnya Yaitu Andry Ivana Rizki (2017) Tentang

“Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Media Sosial Instagram

dengan Harga Diri” Penelitian Ini Mengkaji mengenai anak remaja

berusia 16-17 tahun apakah memiliki hubungan antara intensitas

penggunaan media sosial instagram dengan harga diri para remaja

tersebut.

3. Sedangkan penelitian ini mengkaji Pengaruh Penggunaan Media

Sosial Terhadap Harga Diri Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Aceh.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh

media sosial terhadap harga diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Aceh.


10

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, untuk menambah ilmu pengetahuan serta meningkatan

keterampilan penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah.

2. Dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian lanjut yang lebih rinci

dan kompleks tentang pengaruh penggunaan media sosial terhadap

harga diri pada mahasiswa.

3. Dapat dijadikan tambahan pengetahuan bagi psikolog yang akan

memberikan konseling atau terapi bagi mahasiswa yang memiliki

masalah dengan penggunaan media sosial terhadap harga diri.

Anda mungkin juga menyukai