Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH PERTANIAN


SEMESTER GENAP T.A. 2019/2020

Disusun Oleh :

Nama : Fembi Nur Ilham


NPM : E1D017173
Coass : Lesly Anawati (E1D016153)
Materi : Indeks Ketimpangan Williamsons

LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
A. ACARA KE : 5 (Lima)
B. HARI, TANGGAL : Minggu,19 April 2020
C. MATERI : Indeks Ketimpangan Williamsons
D. TUJUAN
Adapun Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui besarnya tingkat
ketimpangan regional antar kabupaten dan antar wilayah di Kabupaten/Kota di Provinsi
Bengkulu (Kabupaten Kaur, Kabupaten Lebong dan Kota Bengkulu).

E. TINJAUAN TEORITIS
Ketimpangan pembangunan ekonomi regional merupakan aspek yang umum terjadi dalam
kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan
kandungan sumberdaya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing
wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan
ekonomi juga menjadi berbeda. Oleh sebab itulah, tidak mengherankan bilamana pada setiap
negara/daerah biasanya terdapat wilayah maju dan wilayah terbelakang (BPS, 2014).
Ketimpangan merupakan salah satu masalah yang dihadapi Indonesia dalam
mengimplementasikan pembangunan, baik itu terjadi antar daerah maupun dalam wilayah itu
sendiri. Hubungan antara pertumbuhan dan ketidaksetaraan merupakan masalah kompleks
(Turnovsky, 2015). Ketidakseimbangan ekonomi yang digunakan sebagai indikator
pendapatan dari pendapatan per kapita, antar kelompok kerja, dan/atau di seluruh kawasan.
Semakin meningkatnya kesenjangan ekonomi sering dianggap berbahaya, dampaknya
semakin sering terlihat pada dua keadaan, yakni dampak dari pertumbuhan ekonomi dan
ekonomi (Berthe & elie, 2015).
Ketimpangan wilayah merupakan salah satu permasalahan yang pasti timbul dalam
pembangunan. Ketimpangan yang lazim dibicarakan adalah ketimpangan ekonomi.
Ketimpangan pembangunan ekonomi secara wajar memang akan terjadi dalam proses
pembangunan ekonomi seiring dengan adanya perbedaan sumber daya alam dan infrastruktur
yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Walaupun pada dasarnya kesenjangan
pembangunan adalan inherent dengan proses pembangunan itu sendiri (Arsyad,2014).
Ketimpangan ekonomi sering digunakan sebagai indikator perbedaan pendapatan perkapita
rata-rata, antar kelompok tingkat pendapatan, antar kelompok lapangan kerja, dan antar
wilayah.
Ketimpangan pembangunan ekonomi regional merupakan aspek yang umum terjadi
dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh
adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam dan perbedaan kondisi demografi yang
terdapat pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah
dalam mendorong proses pembangunan ekonomi juga menjadi berbeda. Oleh sebab itulah,
tidak mengherankan bilamana pada setiap negara/daerah biasanya terdapat wilayah maju dan
wilayah terbelakang (BPS, 2014).
Untuk mengetahui ketimpangan pendapatan yang terjadi di Indonesia digunakan
perhitungan Indeks Williamson. Dalam perhitungannya, Indeks Williamson menggunakan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita dan jumlah penduduk sebagai data dasar.
Indeks Williamson atau tingkat disparitas berada diantara nilai nol dan satu, semakin
mendekati nilai 0 berarti tingkat disparitas pendapatan antar kabupaten/kota di provinsi
tersebut semakin rendah atau terjadi pemerataan pendapatan antar kabupaten/kota di provinsi
tersebut, tetapi jika Indeks Williamson mendekati 1 berarti tingkat disparitas antar
kabupaten/kota di provinsi tersebut semakin tinggi atau diindikasikan terjadi ketidak
merataan pendapatan kabupaten/kota di provinsi tersebut (Chambers, 2016)

F. DATA
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang disajikan dalam
bentuk tahunan/ series mulai dari tahun 2017-2018, adapun data yang dikumpulkan adalah :

1. Data Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha
Berdasarkan Harga Konstan Kabupaten Muko Muko Tahun 2017-2018.
2. Data Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha
Berdasarkan Harga Konstan Kabupaten Bengkulu SelatanTahun 2017-2018.
3. Data Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha
Berdasarkan Harga Konstan Kabupaten SelumaTahun 2017-2018.
4. Data Jumlah Penduduk Kabupaten Muko Muko Tahun 2017-2018.
5. Data Jumlah Penduduk Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2017-2018.
6. Data Jumlah Penduduk Kabupaten Seluma Tahun 2017-2018.
PDRB (Rp Juta) Jlh Penduduk (Jiwa)/fi
Tahu Kab Kab Kab
n Kab Muko Bengkulu Kab Muko Bengkulu Kab
Muko Selatan Seluma Muko Selatan Seluma
2017 3014864.22 3281689.65 2618787.1 185499 155427 189874
2018 3165763.9 3444031.91 2746491.3 189668 156930 191907
Sumber : Data Sekunder PDRB Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan dan
Data Jumlah Penduduk Kabupaten Muko-Muko, Kabupaten Bengkulu Selatan & Kabupaten
SelumaTahun 2017-2018.

G. METODELOGI
Data yang digunakan dalam praktikum ini adalah data jumlah PDRB Kabupaten Muko
Muko ,Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Seluma tahun 2017-2018 menurut
lapangan usaha berdasarkan harga konstan yang bersumber dari BPS dan Data Jumlah
Penduduk masing-masing Kabupaten tersebut. Praktikum kali ini bertujuan untuk mengukur
ketimpangan kesejahteraan penduduk di Kabupaten Muko Muko ,Kabupaten Bengkulu
Selatan dan Kabupaten Seluma dengan menggunakan Indeks Ketimpangan Williamsons.
Praktikan memasukkan data yang sudah didapat ke komputer, Kemudian praktikan mengolah
data menggunakan Indeks Ketimpangan Williamsons.
Indeks Ketimpangan/Disparitas adalah nilai indeks yang digunakan untuk mengukur
kesenjangan atau ketimpangan ekonomi suatu wilayah. Indeks ini digunakan untuk
mengetahui ketimpangan pemerataan kesejahteraan atau pembangunan :
 antar wilayah (kota-desa, antar regional)
 antar sektor
Umumnya dihubungkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan.
Indeks Ketimpangan Williamsons (IW)

Dimana,
• Untuk Ketimpangan Regional :
Yi = Pendapatan per kapita di subwilayah ke-i
Y = Pendapatan per kapita rata-rata total wilayah yang diamati
fi = Jumlah penduduk di subwilayah ke-i
n = Total penduduk di wilayah yang diamati
• Untuk Ketimpangan Sektoral :
Yi = Pendapatan per TK sektor ke-i
Y = Pendapatan per TK rata-rata total sektor-sektor
fi = Jumlah TK sektor ke-i
n = Jumlah TK total sektor-sektor
Kisaran Nilai IW : (0 – 1) Bila indeks mendekati 1 : sangat timpang, dan bila mendekati 0 :
sangat mera
H. HASIL
Rata-rata jumlah
PDRB (Rp Juta) Jlh Penduduk (Jiwa)/fi PDRB/kapita (Rp)(Yi) PDRB/kapita Penduduk
Tahu
Kab Kab Kab Kab Ketiga
n
Kab Muko Bengkulu Kab Muko Bengkul Kab Kab Muko Bengkulu Daerah (Rp) Ketiga
Muko Selatan Seluma Muko u Selatan Seluma Muko Selatan Kab Seluma (Y) Daerah (n)
3014864.2 3281689.6 2618787. 18549 21.1140255
155427 189874
2017 2 5 1 9 16.25272492 6 13.79223643 17.05299564 530800
3444031.9 2746491. 18966 21.9462939
156930 191907
2018 3165763.9 1 3 8 16.69108073 5 14.31157436 17.64964968 538505
Tabel 1. Indeks Ketimpangan antara Daerah Kabupaten Muko Muko, Bengkulu Selatan, dan Seluma Provinsi Bengkulu tahun 2017-2018

∑ [(Yi-
(Yi-Y) (Yi-Y)^ fi/n (Yi-Y)^ fi/n Y)^ fi/n]
Tah
Kab Kab Kab Kab Ketiga
un
Muko Kab Bkl Kab Muko Kab Bkl Kab Muko Kab Bkl Kab Muko Kab Bkl Kab Daerah
Muko Selatan Seluma Muko Selatan Seluma Muko Selatan Seluma Muko Selatan Seluma (Rp)(Y)
- -
0.800270 4.061029 3.260759 0.640433 16.49196 10.63255 0.349470 0.292816 0.357712 0.223812 4.829119 3.803400 8.856332
2017 715 92 205 217 401 059 61 503 886 587 236 36 183
- -
0.958568 4.296644 3.338075 0.918854 18.46115 11.14274 0.352212 0.291417 0.356369 0.323631 5.379910 3.970940 9.674482
2018 949 273 324 431 201 687 143 907 95 688 279 145 111
Tabel 2. Indeks Ketimpangan antara Daerah Kabupaten Muko Muko, Bengkulu Selatan, dan Seluma Provinsi Bengkulu tahun 2017-2018

√∑ [(Yi-Y)^ fi/n
Tahun IW
Ketiga Daerah (Rp)(Y)
2017 2.975959036 0.174512391
2018 3.110382953 0.176229161
Tabel 3. Indeks Ketimpangan antara Daerah Kabupaten Muko Muko, Bengkulu Selatan, dan Seluma Provinsi Bengkulu tahun 2017-2018
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil Indeks Williamson untuk tiga daerah yaitu
Kabupaten Muko Muko ,Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Seluma pada Tahun 2017
adalah sebesar 0.174512391 nilainya mendekati Nol (0) yang artinya sangat merata. Dan hasil
Indeks Williamson untuk tiga daerah yaitu Kabupaten Muko Muko ,Kabupaten Bengkulu
Selatan dan Kabupaten Seluma pada Tahun 2018 adalah sebesar 0.176229161 nilainya
mendekati Nol (0) yang artinya sangat merata. Maka dapat di artikan Pada daearah analisis
Kabupaten Muko Muko ,Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Seluma pada Tahun 2017-
2018 dapat di amati bahwa antara 2017 ke 2018 naik 0.00171677 pada tingkat ketimpangannya,
namun hal ini masih kecil dan tidak berbeda jauh dari tahun sebelumnya ataupun tingkat
ketimpangan regional antar kabupaten dan antar wilayah di Kabupaten/Kota di Provinsi
Bengkulu sangat Kecil atau sangat merata.

I. DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. (2014). Ekonomi Pembangunan (Edisi 5). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Indonesia. Jakarta : BPS


Berthe, A. & Elie, L., 2015. The Analysis of Economic Development GAP Between Regencies
in Central Java. Economics Development Analysis Journal. 5(2): 2252-
6765.
Chambers, Dustin. (2016). Trading places: Does past growth impact inequality?. Journal of
Development Economics. 82 (2016) 257– 266.
Turnovsky, S.J., 2015. The Analysis of Economic Development GAP Between Regencies
in Central Java. Economics Development Analysis Journal. 5(2): 2252-
6765.

Bengkulu, 20 April 2020


Menyetujui,

Lesly Anawati
(E1D016153)

Anda mungkin juga menyukai