Anda di halaman 1dari 2

Mengenal 3 Fase Penyakit Demam Berdarah

cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190131122106-255-365376/mengenal-3-fase-penyakit-demam-berdarah

ilustrasi (ANTARA FOTO/Syaiful Arif)

Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah ramai hepatitis A di Depok, Jawa Barat, kini muncul
kekhawatiran yang lebih luas. Kasus demam berdarah dengue makin meluas ke
sebagian besar provinsi di Indonesia.

Memasuki musim hujan di Indonesia, Anda harus lebih waspada agar tak terjangkit
penyakit tersebut. Berbagai upaya pencegahan pun dilakukan misalnya dengan
melakukan fogging, istirahat cukup, 3M plus, dan lainnya.

Hanya saja kadangkala serangan demam berdarah dengue (DBD) tak dapat
terhindarkan. Selain cara pencegahannya, Anda juga wajib paham tentang penyakit ini
termasuk dengan fase-fase berbahayanya DBD.

1. Fase demam

Dokter Mulya Rahma Karyanti, Ketua Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik, Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSCM-FKUI mengatakan pascagigitan nyamuk demam berdarah, orang
tak akan langsung mengalami gejala DBD.

Biasanya masa inkubasi kurang lebih tujuh hari hingga muncul gejala.

"Muncul panas tinggi mendadak, ini terjadi terus-menerus selama dua sampai tujuh
hari," kata dia saat temu media di press room gedung Kemenkes, Kuningan, Jakarta
Selatan pada Rabu (30/1).

Panas tinggi atau demam biasanya disertai dengan penurunan nafsu makan, mual,
muntah, sakit kepala, sakit perut dan nyeri pada ulu hati.

2. Fase kritis

Setelah melalui fase demam, suhu tubuh pasien akan berangsur menurun dan kondisi
tubuh mulai membaik. Kondisi ini bukan berarti pasien sudah sembuh. Justru pasien
memasuki masa kritis.

Caregiver atau perawat tak boleh abai dan membiarkan pasien beraktivitas seperti biasa.
Pasien perlu dipantau dan bila perlu dibawa ke rumah sakit terdekat.

1/2
Jika dibiarkan bisa terjadi manifestasi pendarahan seperti pendarahan pada hidung dan
gusi, berak darah, muntah darah. Karyanti menjelaskan kondisi sedikit berbeda akan
dialami anak. Pada anak, fase kritis bisa disertai dengan dehidrasi.

"Orang tua harus memperhatikan asupan cairan buat anak. Cairan ini bisa susu, jus
buah, apapun. Dan jangan lupa perhatikan keluaran cairan atau urine. Kalau anak pipis
tidak teratur padahal asupan cairan banyak, harus segera dibawa ke rumah sakit,"
ujarnya.

Karyanti tidak menekankan pada konsumsi jus jambu biji. Menurutnya sebaiknya pasien
tercukupi kebutuhan asupan cairannya. Dia berkata pernah ada penelitian tentang
manfaat jus daun jambu biji terhadap penyakit DBD tetapi belum terbukti.

3. Fase penyembuhan

Ketika masa kritis sudah berhasil dilewati, umumnya pasien merasakan demam tetapi
tak perlu khawatir sebab pasien memasuki masa penyembuhan. Pasien harus tetap
diberi asupan cairan.

Secara berangsur trombosit akan naik, nafsu makan kembali normal, penurunan rasa
nyeri dan fungsi diuretik membaik. (els/chs)

2/2

Anda mungkin juga menyukai