Anda di halaman 1dari 5

Rancangan Penelitian

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku sesorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan, proses, cara, perbuatan pendidik”, (Departemen Pendidikan Nasional 2002:263).
Sedangkan menurut Buchori (dalam trianto,2011:5) bahwa “ pendidikan yang baik adalah
pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para peserta didiknya unruk sesuatu profesi
atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam
kehidupan sehari-hari”.

Pembelajaran umum matematika menggariskan peserta didik harus mempelajari


matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dan pengetahuan
yang dialami sebelumnya. Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut
Permendiknas No 22 Tahun 2006 sebagaimana dikutip dalam (Wardhani, 2011:12) adalah
agar peserta didik memeiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan pembelajaran
matematika diatas, kemampuan pemahaman konsep merupakan salah satu indikator
penting yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran matematika.

Menurut Rosmawati sebagaimana dikutip oleh putri, et al. (2012:68) bahwa


pemahaman konsep adalah penguasaan sejumlah materi pembelajaran, dimana siswa tidak
hanya mengenal dan mengetahui, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bahasa
yang mudah dimengerti serta mampu mengaplikasikannya. Pembelajaran matematika
tidak hanya dilakukan dengan menstransfer pengetahuan kepada siswa, akan tetapi untuk
membantu siswa menanamkan konsep matematika dengan benar.

Sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil peneliti Sagala (2012:7) menunjukkan


bahwa “pemahaman konsep merupakan sebuah pikiran seseorang atau sekelompok orang
yang menyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan yang meliputi
prinsip, hukum, dan teori”. Selanjutnya hasil penelitian dari Walle (dalam Saltifa 2012:73)
menyatakan,”pemahaman konsep matematika merupakan tingkat kemampuan peserta
didik yang paham tentang konsep matematika serta dapat menjelaskan dan menyatakan
ulang dengan bahasa sendiri dengan konsep-konsep tersebut”. Namun faktanya
pemahaman konsep matematis peserta didik masih rendah itu ditunjukkan oleh hasil Ana
(2017:5) bahwa “kemampuan pemahaman konsep matematis masih rendah” Adapun salah
satu bukti bahwa pemahaman konsep matematis rendah seperti berikut ini.

Sementara kemampuan berhitung atau matematika, indonesia berada di peringkat


7 dari bawah (73) dengan skor rata-rata 379. Indonesia berada di atas Arab Saudi yang
memiliki skor rata-rata 373. Kemudian untuk peringkat satu, masih diduduki China
dengan skor rata-rata 591 dan peringkat kedua yaitu Singapura dengan rata-rata 569. Hasil
penelitian dari TIMSS 2018 ini menunjukkan bahwa pehamanan konsep matematika siswa
di indonesia masih rendah.

Kesulitan siswa dalam pelajaran matematika, terutama pada materi operasi


perkalian dan pembagian bilangan bulat, tidak terlepas dari berbagai faktor, diantaranya
siswa kurang memahami konsep atau simbil-simbol bilangan, kemampuan berhitung isswa
yang masih rendah, merasa matematika itu sulit, tidak menyenangkan bahkan
membosankan sehingga mereka tidak termotivasi untuk belajar matematika (Astawa,
2016:2). Kekeliruan siswa yang umumnya terjadi di dalam proses pengajaran operasi
bilangan bulat, siswa lebih banyak mengahafal bukan memahami konsep penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian, sehingga apabila anak lupa dengan hafalan maka
akan terjadi salah dalam perhitungan (Agustin, 2011:49).

Salah satu aspek yang dapat membantu siswa dalam memahami konsep
matematika yang abstrak dan teoritis adalah dengan menggunakan alat peraga. Alat peraga
adalah alat bantu untuk menjelaskan atau mewujudkan konsep matematika di dalam
kegiatan mendidik atau mengajar supaya yang diajarkan mudah dimengerti anak didik
(Ruseffendi, 1992:141). Hal ini pun didukung oleh Bruner (dalam Ruseffendi, 1992:144)
yang mengatakan bahwa belajar aktif dalam lingkungan yang kaya dan menggunakan
benda-benda konkret untuk anak adalah sangat penting.

Alat peraga sebagai bagian dari sumber belajar hendaknya disediakan oleh guru
untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa dalam mempelajari
matematika, sesuai dengan amanat kurikulum 2013 (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2012). The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) juga
memberikan penekanan tentang pentingnya penggunaan alat peraga dan representasi
visual dalam pembelajaran matematika (NCTM, 2000), di samping teknologi lainnya. Alat
peraga merupakan media yang berkaitan langsung dengan penanaman konsep dan
meletakkan ide-ide dasar yang melandasi suatu konsep.

Penelitian yang meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui pembelajaran


dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran di sekolah, diantaranya peneliti
yang dilakakukan oleh Ahmad Luthfi Firdaus (2011) dengan judul penggunaan alat
peraga mobil bilangan terhadap pemahaman konsep matematika siswa pada materi
bilangan, dalam penelitiannya pemahaman konsep siswa yang menggunakan alat peraga
mobil garis bilangan pada pokok bahasan bilangan bulat lebih baik daripada pemahaman
konsep matematika yang mendapatkan pembelajaran tanpa menggunakan alat peraga, dari
hasil penelitian diketahui nilai rata-rata kelas eksperimen 64,96 dan kelas kontrol 57,15,
hal ini membuktikan bahwa penggunaan alat peraga dapat membantu proses belajar
mengajar terutama dalam penanaman konsep peserta didik.

Rahmi Mawaddah (2012) dengan judul perbedaan model pembelajaran kooperatif


tipe think-pair-share mengunakan alat peraga dengan tanpa alat peraga pada sub pokok
bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Pemahaman konsep siswa dengan
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dengan alat peraga lebih tinggi dari hasil
belajar yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share tanpa alat peraga,
dari hasil penelitian diketahui nilai rata-rata kelas eksperimen 65,3 dan kelas kontrol 55,3.

Berdasarkan paparan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji tentang


kemampuan pehamanam konsep matematis siswa. oleh karena itu, peneliti mengangkat
judul “ Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Operasi bilangan Bulat dengan Alat
Peraga “

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada peneliti ini yaitu, bagaimana kesulitan pemahaman konsep
matematika operasi hitung bilangan bulat siswa kelas VII SMP ?
C. Metodologi Penelitian

a. Instrumen penelitian

Instrumen dalam penelitian yang dilaksanakan adalah giude observasi, lembar


wawancara dan dokumentasi. Penulis akan menjadi perencaa, pelaksana pengumpulan
data, penganalisi, penafsir data, dan sekaligus menjadi pelapor penelitian. Penulis
bertugas mencari dan menafsirkan data, data yang ditafsirkan adalah data yang
diperoleh dari proses penelitian yang akan dilakukan.

b. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data pada penelitian kualitatif ini dilakukan dengan metode
observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi.

1. Observasi

Data yang diperoleh melalui observasi ini adalah tentang kesulitan pemahaman
konsep matematika siswa kelas VII pada materi bilangan bulat diantaranta dalam
hal sikap dan perilakunya. Adapun objek yang diamati yaitu siswa kelas VII dan.
Peneliti melakukan pengamatan pada semester 2.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada guru kelas VII seputar bentuk kesulitan pemahaman
konsep matematika operasi hitung bilangan bulat dan faktor-faktor yang
menyebabkan kesulitan pemahaman konsep matematika. Wawancara pada siswa
dilakukan dengan cara memilih siswa yang mengalami kesulitan pemahman
konsep matematikanya tinggi berdasarkan nilai hasil ulangan harian siswa pada
materi operasi bilangan bulat.

3. Dokumentasi

Dokumen yang dihimpun dalam penelitian ini digunakan untuk melihat catatan-
catatan arsip, atau dokumen siswa yang diteliti. Seperti daftar nilai hasil belajar
matematika siswa, hasil ulangan harian siswa pada materi operasi bilangan bulat,
prestasi siswa kelas VII dan perilaku siswa di dalam kelas selama proses
pembelajaran matematika.
c. Uji Keabsahan Data

keabsahan data dalam penelitian ini didasarkan pada empat kriteria yaitu uji
kredibilitas, uji transferability, uji dependability, dan uji confirmability. Penelitian ini
menggunakan uji kredibilitas untuk menguji keabsahan data. Uji kredibilitas dalam
penelitian ini dengan triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

d. Teknik Analisis Data dan Interprestasi

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data interaktif analysis Model


(Sugiyono,2017:338) yang digambarkan dalam bagan berikut :

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data Kesimpulan / Verifikasi

Anda mungkin juga menyukai