Anda di halaman 1dari 3

Kelompok :3

Kelas : Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi F

Soalan 4, 5 dan 6

4. Elemen komunikasi yang berbeda

Komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator


kepada komunikan. Proses komunikasi terbagi dalaam dua perspektif, yaitu perspektif
psikologis dan perspektif mekanistis. Komunikasi adalah bagian integral dalam audit. Mulai
dari perencanaan penugasan, pelaksanaan pengujian, sampai pemantauan tindak lanjut,
semuanya memerlukan keterampilan berkomunikasi untuk menghasilkan yang terbaik.
Komunikasi merupakan faktor utama dalam perekonomian berbasis pengetahuan yang kini
sedang berkembang, termasuk bagi seorang auditor dalam menjalankan tugasnya. Dalam
komunikasi terdapat elemen-elemen penting guna tersampainya informasi yang relevan.
Selain itu elemen komunikasi yang berbeda dapat dilakukan dengan proses wawancara.
Karena wawancara secara esensial membentuk percakapan, memahami elemen dasar
komunikasi yang efektif akan sangat membantu. Kapanpun dua manusia atau lebih
berbiacara satu sama lain, mereka terlibat dalam beberapa jenis komunikasi, baik hanya
satu ataupun kombinasi dari beberapa jenis komunikasi.

a. Ekspresi
Fungsi umum percakapan adalah ekspresi diri dimana satu orang atau lebih yang
berbicara dapat mengekspresikan ide, perasaan, perilaku, atau suasana hati.
Ekspresi dapat menjadi hal yang sangat penting sewaktu melakukan wawancara.
Pewawancara dapat mendorong ekspresi diri untuk mencapai tujuan pengumpulan
informasi.
b. Persuasi
Persuasi merupakan usaha untuk menyakinkan orang lain dan persuasi ini dapat
menjadi efektif pada saat wawancara dan sering digunakan untuk menyakinkan
responden mengenali legitimasi dari proses wawancara.
c. Terapi
Terapi merupakan cara untuk membuat seseorang merasa diri mereka lebih baik dari
orang lain dan hal ini merupakan salah satu dari fungsi dalam komunikasi yang
efektif. Peluapan emosi disebut katarsis. Hal ini sangat dianjurkan ketiaka melakukan
wawancara psikiatris.
d. Budaya
Beberapa aspek percakapan merupakan budaya yang berarti ekspresi kultural yang
tidak memiliki signifikansi selain mempertahankan hubungan antar personal yang
baik.
e. Pertukaran Informasi
Pertukan informasi merupakan tujuan utama wawancara. Kata pertukaran itu sendiri
mengingatkan kita bahwa aliran informasi dalam wawancara disampaikan dari kedua
arah. Pewawancara sering kali sangat fokus pada informasi yang ingin mereka
dapatkan, sehingga mereka tidak bertukar informasi dengan responden. Dua
permasalahan mendasar yang terjadi dalam pertukaran informasi yaitu (1) informasi
yang dicari oleh pewawancara tidak sama pentingnya bagi responden (2) hambatan
komunikasi sering kali terjadi diantara sejumlah individu dengan latar belakang yang
berbeda. Hambatan tersebut juga sering terjadi diantara orang asing.

5. Penghambat Komunikasi

Penghambat adalah semua hambatan sosio-psikologis yang mengganggu penyampaian


informasi yang relevan dengan cara membuat rersponden tidak dapat atau tidak bersedia
memberikan informasi. Terdapat beberapa penghambat komunikasi :
a. Pertimbangan Penggunaan Waktu
Responden mungkin merasa ragu untuk memulai wawancara, karena keterbatasan
waktu dan mereka tidak keberatan untuk diwawancarai, tetapi mempertimbangkan
kembali agar mereka tidak melakukan hal lain.
b. Ego yang Terancam
Responden dalam beberapa kasus memendam informasi karena ancaman yang
dirasakan terhadap harga diri meraka. Tiga respons umum atas ancaman ego
adalah penahanan, ketidaksetujuan, dan kehilangan status sosial.
c. Etiket
Etiket muncul ketika jawaban atas pertanyaan berisi informasi yang dirasa tidak
sesuai. Menjawab secara terus terang akan dianggap buruk atau kurang beretika.
Sering kali, dampak negatif penghambat berupa etiket dapat dicegah dengan
memilih pewawancara dan waktu serta tempat yang sesuai untuk melakukan
kegiatan wawancara.
d. Trauma
Merupakan perasaan tidak menyenangkan terkait pengalam terhadap krisis. Rasa
tidak menyenangkan sering kali muncul ketika responden menceritakan
pengalamannya. Trauma umumnya terjadi ketika berbicara kepada korban dan
biasanya dapat diatasi dengan penanganan permasalahan tersebut secara sensitif.
e. Lupa
Hambatan yang paling sering terjadi dalam komunikasi adalah ketidakmampuan
responden untuk mengingat kembali informasi tertentu. Hal ini tidak menjadi masalah
jika tujuan wawancara hanya untuk melihat perilaku, kepercayaan atau ekspektasi.
f. Kekacaun Kronologis
Kekacaun kronologis terjadi dalam dua cara. Pertama, dua kejadian atau lebih
diingat kembali secara tepat, tetapi responden tidak yakin akan urutannya. Atau,
hanya satu kejadian yang diingat, dan salah diasumsikan sebagai sesuatu yang
benar pada tahapan awal.
g. Kekacaun Inferensial
Kekacaun inferensial merupakan kekacauan dan ketidak akuratan yang di akibatkan
oleh kesalahan inferensi. Kesalahan-kesalahan ini terdiri atas dua kategori: dalam
induksi, responden diminta untuk mengkonversi pengalaman konkret kedalam level
generalisasi yang lebih tinggi dan deduksi pula, respondens diminta untuk
memberikan contoh konkret dari kategori pengalaman tertentu.
h. Perilaku yang tidak Sadar
Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh informasi mengenai perilaku yang
tidak sadar adalah adat atau kebiasaan, reaksi sirkuler dan krisis ekonomi.

6. Pendukung Komunikasi

Pendukung komunikasi adalah kekuatan sosio-psikologis yang membuat percakapan,


termasuk wawancara, mudah untuk dilakukan. Pendukung memerlukan pemahaman
mendasar mengenai apa yang memotivasi seseorang.

a. Pemenuhan Ekspektasi
Dalam interaksi sosial kita seharusnya memiliki kecenderungan untuk
berkomunikasi, secara verbal maupun non verbal. Pada saat wawancara,
pewawancara secara rutin mengkomunikasikan ekspektasi kepada responden. Maka
berusahalah untuk menyampaikan ekspektasi umum dari kerja sama yang dilakukan.
b. Pengakuan
Interaksi sosial sering tergantung pada perilaku sosial yang diperoleh. Kebutuhan
akan pengakuan dapat dipenuhi dengan perhatian dari orang-orang yang ada diluar
lingkaran sosial seseorang. Pewawancara yang cakap dan berpengatahuan luas
akan memanfaatkan setiap kesempatan yang diberikan.
c. Pertimbangan Altruistis
Sikap altruistis dapat meningkatkan harga diri, baik perilaku tersebut diketahui publik
maupun tidak. Hal inilah yang membedakan altruistis dan publisitas. Pewawancara
yang memahami sistem nilai responden dapat menggunakan strategi dan teknik
yang mempertimbangkan sikap ini.
d. Pemahaman Simpatis
Pewawancara yang memiliki sikap simpatis dan yang tahu bagaimana mengarahkan
perilaku tersebut kearah tujuan wawancara mereka memiliki kemungkinan
kesuksesan yang lebih tinggi.
e. Pengalaman Baru
Responden mungkin dapat merasa khawatir atas kesan yang ditinggalkannya
selama wawancara. Rasa khawatir ini sering kali dapat dideteksi pada awal
wawancara. Setelah ketakukan ini hilang, responden biasanya akan menganggap
wawancara sebagai penengalaman baru.
f. Katarsis
Adalah proses untuk melepaskan tekanan emosional yang tidak menyenangkan
dengan pembicaraan mengenai sumber tekanan tersebut. Kita akan merasa lebih
baik setelah berbicara mengenai sesuatu yang menganggu pikiran kita.
g. Kebutuhan akan Keberartian
Kebutuhan akan keberartian terkait dengan disonasi kognitif, yaitu tekanan psikologis
yang dirasakan ketika menyadari fakta, asumsi, dan interpretasi yang tidak
konsisten.
h. Penghargaan Ekstrinsik
Penghargaan ekstrinsik akan membantu sepanjang responden melihat wawancara
sebagai cara untuk mencapai tujuannya.
i. Pemahaman Materi
Memperdalam pemahaman materi dapat mendukung komunikasi, karena jika
menguasai materi maka penyampai materi yang akan disampaikan tidak terbata-bata
dan dapat menghasil suatu komunikasi yang bagus dalam pewawancara.
j. Saling menghormati satu dengan yang lainnya dapat terciptanya komunikasi yang
lancar dan baik.

a. Kata “Pacing” terdapat pada halaman 654 dan 678


b. Kata “Silent probe” terdapat pada halaman 654 dan 678
c. Kata “Grafologi” terdapat pada halaman 676, 677, 678, 679 dan 680

Anda mungkin juga menyukai