Anda di halaman 1dari 8

KASUS KEGAGALAN AUDIT ( ENRON)

HILDA YANTI
175310136/AKUNTANSI F

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Masalah penyimpangan yang dilakukan oleh akuntan publik sering terjadi di berbagai
negara.Amerika Serikat yang selama ini dianggap sebagai negara super power dan juga kiblat
ilmu pengetahuan termasuk displin ilmu akuntansi harus menelan kepahitan. Skandal bisnis
yang terjadi seakan menghilangkan kepercayaan oleh para pelaku bisnis dunia tentang praktik
Good Corporate Governancedi Amerika Serikat. Banyak perusahaan yang melakukan
kecurangan diantaranya adalah TYCO yang diketahui melakukan manipulasi data keuangan
(tidak mencantumkan penurunan aset), disamping melakukan penyelundupan pajak. Global
Crossing termasuk salah satu perusahaan terbesar telekomunikasi di Amerika Serikat
dinyatakan bangkrut setelah melakukan sejumlah investasi penuh resiko. Enron yang hancur
berkeping terdapat beberapa skandal bisnis yang menimpa perusahaan-perusahaan besar di
Amerika Serikat. Worldcom juga merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar
di Amerika Serikat melakukan manipulasi keuangan dengan menutupi pengeluaran US$3.8
milyar untuk mengesankan pihaknya menuai keuntungan, padahal kenyataannya rugi. Xerox
Corp diketahui memanipulasi laporan keuangan dengan menerapkan standar akunting secara
keliru sehingga pembukuan perusahaan mencatat laba US $ 1.4 milyar selama 5 tahun dan
masih banyak lagi. Namun pada paper ini dibahas mengenai kasus manipulasi data Enron
yang terjadi di Negara Amerika Serikat. Kasus Enron yang melibatkan akuntansi publik
Arthur Andersen, manajemen Enron telah melakukan window dressing dengan cara
menaikkan pendapatannya senilai US $ 600 juta dan menyembunyikan utangnya sebesar US
$ 1,2 miliar dengan teknik off-balance sheet. Auditor Enron,Arthur Andersen kantor Huston
dipersalahkan karena ikut membantu proses rekayasa laporan keuanganselama bertahun-
tahun. Akhirnya pada waktu yang singkat, Enron melaporkan kebangkrutannya kepada
otoritas pasar modal. Arthur Andersen juga dipersalahkan karena telah
melakukan pemusnahan ribuan surat elektronik dan dokumen lainnya yang berhubungan
dengan audit Enron. Perbuatan yang dilakukanoleh Arthur Andersen tidak sesuai dengan
Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) dan Generally Accepted Auditing
Standard (GAAS). Seharusnya Arthur Andersen bekerja dengan penuh kehati-hatian
sehingga informasi keuangan yang telah diauditnya dapat dipercaya tidak
mengandung keragu-raguan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang telah dikemukakan terkait tentang kasus
kegagalan audit (Enron) maka dapat dirumuskan beberapa alasan yang melandasi akan
ketertarikan dalam mengkaji sub materi ini. Masalah-masalah yang akan dibahas adalah
terkait tentang bagaimana memahami kasus kegagalan Enron. Dalam memahami kasus
kegagalan Enron tentunya diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang luas dari perspektif
yang berbeda. Realita sekarang banyak dari kalangan mahasiswa yang kurang mengetahui
sebab akibat kegagalan audit (Enron) ini. Kurangnya pemahaman dan penguasaan mengenai
kasus Enron ini menjadikan hal ini sebagai latar belakang penulis melakukan penelaahan
yang mendalam untuk dapat memaparkan tentang kasus kegagalan audit (Enron).
Penelaahan mengenai kegagalan Enron tidak dapat dipisahkan dari konsep, faktor yang
mempengaruhi, dan dampak yang terjadi akibat dari kegagalan Enron itu sendiri. Dengan
demikian, dapat dibuat rumusan masalah dalam paper ini sebagai berikut:
(1) Apakah yang menyebabkan terjadinya kegagalan audit (Enron)?
(2) Siapakah yang menjadi pusat perbincangan yang dibahas dalam kasus Enron?
(3) Kapan peristiwa terjadinya kegagalan audit (Enron) itu sendiri?
(4) Dimanakah Enron didirikan?
(5) Mengapa peristiwa kehancuran Enron itu dapat terjadi?
(6) Bagaimana dampak dari peristiwa kegagalan audit (Enron)?

3. Tujuan

Setelah dikemukakan tentang permasalah dan rumusan masalah yang ada, maka perlu
disajikan tujuan dalam penulisan pada paper ini. Melalui penulisan ini saya ingin
merumuskan beberapa tujuan, yaitu dengan tujuan untuk memberikan gambaran terhadapa
apa yang akan dibahas dalam pembahasan kali ini. Secara konsep tujuannya adalah untuk
dapat membantu menambah wawasan mengenai kegagalan yang dilakukan Enron. Adapun
tujuan yang terkandung dalam pembahasan ini adalah:
(1) Dapat mengetahui apa sajakah yang menjadi penyebab-penyeab terjadinya kegagalan
Enron.
(2) Mengetahui siapa saja yang terlibat dalam kasus Enron ini.
(3) Mengetahui kapan terjadinya peristiwa kasus kegagalan Enron itu sendiri.
(4) Dapat mengetahui dimanakah Enron didirikan.
(5) Dapat memberikan pengetahuan tentang hal mengenai penyebab kehancuran Enron.
(6) Memaparkan secara jelas mengenai dampak dari peristiwa Enron tersebut.
B. LANDASAN TEORI

1. ETIKA PROFESI AKUNTANSI MENURUT IAI

Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode Etik
Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota,
baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada
instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-
jawab profesionalnya. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian: (1)
Prinsip Etika. Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika, yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip etika disahkan oleh kongres
dan berlaku bagi seluruh anggota. (2) Aturan Etika. Aturan etika disahkan oleh rapat anggota
himpunan dan hanya mengikat anggota himpunan yang bersangkutan. (3) Interpretasi Aturan
Etika. Interpretasi aturan etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh badan yang
dibentuk oleh himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan aturan etika, tanpa dimaksudkan
untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

2. PRINSIP ETIKA PROFESI MENURUT IAI

Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika, yang mengatur pelaksanaan
pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip etika disahkan oleh kongres dan berlaku
bagi seluruh anggota, sedangkan aturan etika disahkan oleh rapat anggota himpunan dan
hanya mengikat anggota himpunan yang bersangkutan. Interpretasi aturan etika merupakan
interpretasi yang dikeluarkan oleh badan yang dibentuk oleh himpunan setelah
memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai
panduan dalam penerapan aturan etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan
penerapannya. Prinsip etika profesi dalam kode etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
menyatakan pengakuan profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa
akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung-jawab
profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya.
Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan
keuntungan pribadi. Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan
standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat 4 (empat) kebutuan dasar yang
harus dipenuhi :
a. Kredibilitas. Dimana masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem
informasi.
b. Profesionalisme. Diperlukan individu yang denga jelas dapat diindentifikasikan oleh
pamakai jasa akuntan sebagai profesional dibidang akuntansi.
c. Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan
diberikan dengan stndar kinerja yang tinggi.
d. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka
etika profesional yang melandasi pemebrian jasa oleh akuntan.

Prinsip Etika Profesi Akuntan :


1. Tanggung jawab profesi dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional
setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan publik setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
4. Obyektivitas setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban
untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang
diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang
paling mutakhir.
6. Kerahasiaan setiap anggota harus, menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
7. Perilaku profesional setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar teknis setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima
jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
C. PEMBAHASAN
1. Kecurangan yang Telah dilakukan oleh Enron
Enron (baik manajemen Enron maupun KAP Andersen) telah melakukan praktik jika
dilihat dari etika bisnis dan profesi akuntan antara lain :
1.      Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination, melalui suburnya
praktik insider trading, dimana hal ini sangat diketahui oleh Board of Director Enron, dengan
demikian dalam praktik bisnis di Enron sarat dengan collusion. Kondisi ini diperkuat oleh
Bussines Round Table (BRT), pada tanggal 16 Pebruari 2002 menyatakan bahwa :
(a). Tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen Enron berperan besar dari
kebangkrutan perusahaan;
(b). Telah terjadi pelanggaran terhadap norma etika corporate governance dan corporate
responsibility oleh manajemen perusahaan;
(c). Perilaku manajemen Enron merupakan pelanggaran besar-besaran terhadap kepercayaan
yang diberikan kepada perusahaan.
2.      Adanya Deception Information, yang dilakukan pihak manajemen Enron maupun KAP
Arthur Andersen, mereka mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak sehat. 
Tetapi demi trust dari investor dan publik kedua belah pihak merekayasa laporan keuangan
mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur berantakan. Bahkan CEO Enron
saat menjelang kebangkrutannya masih tetap melakukan Deception dengan menyebutkan
bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. KAP
Andersen tidak mau mengungkapkan apa sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal
tahun 2001 berdasarkan hasil evaluasi Enron tetap dipertahankan, hal ini dimungkinkan
adanya coercion atau bribery, karena pihak Gedung Putih termasuk Wakil Presiden Amerika
Serikat juga di indikasikan terlibat dalam kasus Enron ini .
3. Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan public The big six yang melakukan audit
terhadap laporan keuangan Enron Corp. tidak hanya melakukan manipulasi laporan keuangan
Enron, KAP Andersen telah melakuklan tindakan yang tidak etis dengan menghancurkan
dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Arthur Andersen
memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan,
sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut
sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan
menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap
profesionallisme sebagai akuntan independen dengan melakukan tindakan knowingly and
recklessly yaitu menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan (deception of
information).
B. Dampak Kecurangan Enron Terhadap Profesi Akuntan
1. Profesi akuntan publik saat ini sedang mendapatkan sorotan tajam bahkan sinis dari
masyarakat umum akibat terjadinya skandal-skandal besar di negara maju seperti AS yaitu
kasus Enron dan WorldCom.
2. Akibat kasus-kasus tersebut kini kredibilitas akuntan publik menjadi jatuh terutama
disebabkan oleh keterlibatan Arthur Andersen salah satu KAP terbesar di dunia di dalam
skandal tersebut.
3. Akuntan Publik tidak lagi dipandang sebagai profesi yang unik melainkan sebagai industri
yang tidak lepas dari kepentingan bisnis yang sempit.
4. Fenomena ini telah mendorong berbagai upaya untuk memulihkan kepercayaan
masyarakat terhadap profesi akuntan publik.
Contoh yang paling nyata adalah inisiatif Sarbanes-Oxley yang merekomendasikan
pembentukan badan pengawas akuntan publik di pasar modal. Indonesia sendiri tidak terlepas
dari pengaruh skandal tersebut sehingga berbagai pihak seperti IAI dan BAPEPAM kini
tengah membahas pengawasan kompetensi dari Akuntan publik terutama yang terlibat di
pasar modal Indonesia.
Bagi perusahaan di Indonesia sendiri, pelajaran dari AS tersebut harus menjadi acuan
agar tidak sampai terulang di Indonesia. Untuk itu di dalam menunjuk auditor eksternalnya
perusahaan harus memiliki kriteria yang mampu meminimalkan resiko manipulasi audit.

a. Dampak Negatif Kasus Enron Bagi Indonesia


Prasetio, Utomo & Co, member akuntan publik Arthur Andersen di Indonesia, belum
mendapat pengaruh bangkrutnya Enron. Country Managing Partner Arthur Andersen
Indonesia, Soemarso Slamet Rahardjo mengatakan akan mengikuti kantor pusat berkaitan
dengan soal merger.
D. PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari kasus tersebut bisa saya simpulkan bahwa Enron dan KAP Arthur Andersen
sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya
dan bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan
keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan
menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen. Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya
bisa bersikap independen tidak dilakukan oleh KAP Arthur Andersen. Karena perbuatan
mereka inilah, kedua-duanya menuai kehancuran dimana Enron bangkrut dengan
meninggalkan hutang milyaran dolar sedangakn KAP Arthur Andersen sendiri kehilangan
keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP tersebut, juga
berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP Arthur Andersen dimana mereka menjadi
sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
mengenai kegagalan kasus audit (enron) sebagai berikut:
1. Pihak manajemen Enron telah melakukan berbagaimacam pelanggaran praktik bisnis yang
sehat melakukan (Deception, discrimination of information, coercion, bribery) dan keluar
dari prinsif good corporate governance.Akhirnya Enron harus menuai suatu kehancuran yang
tragis dengan meninggalkan hutang milyaran dolar.

2. KAP Andersen sebagai pihak yang seharusnya menjungjung tinggi independensi, dan
profesionalisme telah melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari
tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat diantaranya melalui Deception,
discrimination of information, coercion, bribery. Akhirnya KAP Andersen di tutup disamping
harus mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum.
E. DAFTAR RUJUKAN
http://ageng-juliant.blogspot.com/2015/04/kasus-kap-andersen-dan-enron.html
https://hafikahadiyanti.wordpress.com/2013/09/10/sejarah-kasus-enron/
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Documents/BAB%20I%20-%20PENDAHULUAN.pdf

Anda mungkin juga menyukai