Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KIMIA LINGKUNGAN

“Telaah Jurnal Teknik Analisi Lingkungan”

PESTICIDE COTAMINATION IN SOIL AND GRAOUND WATER AND


ITS CONTROL METHODS

Disusun Oleh

MARSI RESN (1730110018)

Dosen Pembimbing :

MAYA SARI, M.Si

NURLAILA, M.Pd

JURUSAN TADRIS KIMIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) BATUSANGKAR

2020

1
Judul Jurnal Asli:

PESTICIDE COTAMINATION IN SOIL AND GRAOUND WATER AND ITS


CONTROL METHODS

Oleh

Racman Sutanto

Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas UGM

E-mail: racman @ faperta.ugm.ac.id

Terjemahan Judul:

PENCEMARAN TANAH DAN AIR TANAH OLEH PESTISIDA DAN


CARA MENANGGULANGINYA

Ringkasan Jurnal:

Penggunaan bahan kimia pertanian sebagai bagian kegiatan pertanian


modern dapat menimbulkan dampak lingkungan yang dianggap sebagai sumber
pencemaran baru terhadap tanah. Pencemaran tanah dalam kegiatan pertanian
biasanya disebabkan oleh penggunaan pupuk organik dan anorganik yang
mengandung Nitrogen (N), logam berat, pestisida, limbah cair, limbah
permungkiman dan perkotaan

Interaksi bahan pencemar ini sangat dipengaruhi oleh sifat biofisika dan
kimia. Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila terjadi perubahan dalam
tatanan lingkungan yang tidak sesuai dengan tatanan asalnya, sabagai akibat
masuknya suatu zat atau benda asing kedalam tatanan lingkungan tersebut.
Senyawa organik yang bersifat toksik dapat di identifikasi oleh Hutchins et al
(1983) dan dikelompokkan menjadi ester, ptalat, senyawa aromatik dan tetra
koroetil.

Pestisida yang berada dalam tanah, karena bahan aktifnya merupakan bahan
kimia buatan maka akan bersifat asing terhadap sistem tanah. Kapasitas tukar

2
kation (KTK), pH dan kandungan bahan organik tanah merupakan parameter
utama yang mempengaruhi aras jerapan pestisida. Pada kondisi lapangan yang
mengguntungkan 90% residu pestisida tertentu diserap oleh koloid tanah,
sehinggan menurunkan aktivitas pestisda dan resiko bahaya pencemaran tanah dan
air tanah.

Adanya gugus fungsional berpengaruh kepada kemasaman permukaan


partikel tanah dan penyerapan molekul organik terionisasi. Faktor utama yang
mempengaruhi penyerapan mineral tanah adalah amina, s-triazin, amida dan urea
apabila terjadi protonisasi gugus karbonil (Yong, 1992). Wiber (1970)
melaporkan bahwa kelompok pestisida berinteraksi dengan kation logam yang
dapat dipertukarkan melalui ikatan koordinasi.

Banyak molekul organik (gugus amina, alkohol dan karbonil) yang


bermuatan positif melalui proses protonisasi diserap oleh tanah, tetapi arus
serapan sangat dipengaruhi oleh KTK, penyerapan ini tergantung pada berat
molekulnya (morril, 1982). Iktan hidroksil alkohol dapat menggantikan molekul
air pada sel hidratasi kation yang terserap tanah. Mekanisme serapan senyawa
keton adalah ikatan hidrogen anatara gugus hidroksil dipermukaan tanah dan
gugus karboksil keton melalui jembatan H2O (Geissman,1977).

Senayawa alifatik amian merupakan bentuk basa yang kuat, dimana dalam
tanah mengalami protonasi dan menggantikan kation anorganik melalui
pertukaran ion. Gugus fenolik dapat berikatan dengan komponen lain seperti
pestisida dan hidrokarbon, membentuk senyawa baru seperti asam sianamat dan
galat. Jenis senyawa fenolik yang dapat ditemui dalam tanah termasuk pestisida
seperti 2,4-D-kreosol, nitrofenol dan PCP ( Overcrash & Crawfrod,1979).

Apabila kondisi tanah jenuh air untuk waktu yang realtif lama sehingga
tanah pada kondisi reduktif (penggunaan air limbah, curah hujan tinggi, rawa
permanen atau pergenangan air irigasi), maka senyawa organik akan terilindi dan
kemungkinan akan mencemari air tanah. Perpindahan senyawa organik di dalam
tanah dipengaruhi oleh tiga proses yaitu:

3
1. Pelepasa (desorption) senyawa organik dari fase padat menjadi fase cair
2. Aliran masa air
3. Difusi melalui air
Jumlah air yang diperlukan untuk memindahkan senyawa organik terlarut
sampai kedalaman tertentu tergantung pada nisbah bahan organik dan air sebagai
pelarut. . pengukuran bahan pestisida menggunakan teknik TLC sangat
bermanfaat untuk mengetahui imobilitas relatif senyawa organik. Teknik
pengukuran ini digunakan untuk mengevaluasi karakteristik teknik pelinduan dan
fungsi dufusisda dan hebrida.
Bioremeditasi merupakan teknologi yang efektif dan murah dalam
memperbaiki tanah yang tercemar pestisida. Mineralisasi pestisda melalui proses
biodegradasi oleh mikroorganisme yang melanadasi perkembangan teknik
bioremeditasi menggunakan mikroorganisme atau ezim yang dihasilkan untuk
menegradasi bahan pencemar (Bollag & Liu, 1990)
Apabila tanah terkontaniansi senyawa organik yang bersifat toksik melalui
kegiatan pertanian, remeditasi in situ adalah cara yang efektif untuk memperbaiki
lingkungan. Perlakuan yang dapat dilaksanakan termasuk degradasi
mikrobiologis, netralisasi secara kimia atau proses imobilisasi. Dalam kasusu
pencemaran tanah oleh pestisida, aktivitas mikroorganisme tertentu dapat
digunakan untuk mendekomposisi senyawa organik tersebut. Pada umumnya
setiap bahan pencemar didalam tanah memerlukan bahan kimia yang berebda
untuk menekan toksitasnya.
Penambahan bahan kimia untuk menekan tosksitasnya senyawa tertentu
akan menimbulkan reaksi yang bersifat kontra produktif dengan senyawa lain.
Ada beberapa contoh mikroorganisme, seperti Arthrobacter s, Achromobacter sp
dan Pseudomonas sp (Bollga & Liu, 1990) banyak digunakan untuk mendegredasi
limbah pestisda dan remediasi tanah yang terkontaminasi pestisida. Metodw yang
diterpakan berkisar antara penggunaan mikroroganisme asli samapai penggunaan
kultur mmikroorganisme. Untuk meningkatkan kemampuan mikroorganisme
mengedagradasi berbagai macam pestisida perlu ditambahkan unsur hara
(Winterlin at al, 1989).

4
Untuk memperoleh hasil yang memuaskan dalam menanggulangi
pencemaran pestisida, maka beberapa faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi
dan efektifitas remediasi yang perlu diketahui yaitu:
1. Macam dan sifat kimia pestisida yang digunakan
2. Lokal yang terkontaminasi biasanya mengandung beberapa jenis pestisida
3. Penggunaan pestisida dengan konsentrasi tinggi secara langsung bersifat
meracun pada mikroorganisme
4. Senyawa kimia yang segera terbentu pada saat proses degradasi akan
menghambat kehidupan mikroorganisme.

Strategi yang terbaik yang harus dilakukan dalam menekan terjadinya


pencemaran tanah adalah mengurangi sumber polusi dan melaksanakan
pengelolaan yang baik ditinjau dari data lingkungan dengan cara mengadopsi dan
menerapkan prinsip THT.

Anda mungkin juga menyukai