CBR - Astoni Sinambela (5171121001)
CBR - Astoni Sinambela (5171121001)
DISUSUN OLEH :
NIM : 5171121001
FAKULTAS TEKNIK
APRIL 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan saya rahmat kesehatan dan kesempatan.Sehingga saya bisa
menyusun atau menyelesaikan tugas CBR (CRITICAL BOOK
RIVIEW).Penulisan ini saya sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan
kemampuan yang saya miliki, dan tugas ini disususun dalam rangka memenuhi
tugas CBR pada mata kuliah : (MATEMATIKA TERAPAN)
Astoni Sinambela
BAB I
PENDAHULUAN
( ay m ) ( bx n ) dc
d +d + =0
dx dx dx
1
diP ( x , y ) .
gradien garis normal di titik P (x,y) adalah – dy
dx
2. Gerak Kurvilinier
Rumus umum untuk suatu vektor A dengan sudut arah θ dengan besar A
adalah
A X = cos ɵ A y =A sin ɵ
A = √ A x2 + A y ²
Ay
tanɵ =
AX
3. Laju yang Berkaitan
Setiap dua variabel yang berubah terhadap waktu dan diantara keduanya
terdapat suatu hubungan, bisa mempunyai laju terhadap waktu dari yang satu
dinyatakan dalam laju terhadap waktundari yang lainnya.
4. Masalah Maksimum dan Minimum
Karena turunan fungsi menentukan gradien garis singgung, dapat
disimpulkan bahwa: x naik mengakibatkan y naik jika turunan fungsi itu [ositif
dan sebaliknya bahwa x naik mengakibatkan y turun jika fungsi itu negative.
Kesimpulan ini bisa dinyatakan sbb:
f(x)naik jika f’(x)>0danf(x)turun jika f’(x)<0
6. BAB VI INTEGRAL
1. Differensial
Differensial dari suatu fungsi y = f(x) di defenisikan sebagai dy = f”(x)dx.
Dy adalah differensial dari y,sedangkan dx adalah diferensial dari x.
differensial dx didefenisikan.. Sebagai sama dengan ∆ x yaitu perubahan kecil
pada x.ini didefenisikan demikian sehingga f(x)=dy/dx.
2. Integral Tak Tentu (Anti Turunan)
Defenisi :F disebut suatu anti turunan (integral tak tentu ) dari f pada
selang I jika F(x)=f(x) atau dF(x) untuk setiap x dalam selang I
dv
perubahan kecepatan terhadap waktu yang a= . Dari rumus ini diperoleh
dt
dq
muatan terhadap waktu yang ditulis i= . Kalau rumus ini ditulis dalam
dt
bentuk differensial akan menjadi dq = id t. Selanjutnya dengan
b
garis x= b adalah A=∫ f (x)dx
a
dy
eksponensial ialah =ky .Dengan pemisahan variable persamaan ini menjadi
dx
dy
=k dt sehingga dengan pengintegralan menghasilkan In y = kt + C. Apabila
y
terdapat syarat awal bahwa y = y0 untuk t = 0, diperoleh y = y0 ekt
6. Fungsi Trigonometri Balikan (Invers)
−π π
x=sin −1 y ⟺ y=sin x ; dengan ≤ x≤
2 2
x=cos−1 y ⟺ y=cos x ; dengan 0 ≤ x ≤ π
−π π
x=tan−1 y ⟺ y=tan x ; dengan < x <¿ ¿
2 2
π
x=sec−1 y ⟺ y=sec x ; dengan 0 ≤ x ≤ π dan x ≠
2
7. Fungsi Hiperbolik dan Balikannya
1 x −x cosh x
sinh x= ( e −e ) coth x=
2 sinh x
1 x −x 1
cosh x= ( e +e ) sech x=
2 cosh x
sinh x 1
tanh x= csch x=
cons h x sinh x
1. BAB IALJABAR
1. Bilangan
Bilangan natural umumnya disimbolkan dengan N yang terdiri dari N =
{1,2,3,4,5,…}.kemudian orang mulai memikirkan tentang nol, dan pada saat
ini orang mulai mengenal bilangan cacah. Bilangan cacah umumnya
disimbolkan dengan W yang terdri dari W= {0,1,2,3,4,5,…} bisa dibilang
semua bilangan natural adalah anggota bilangan cacah karena, irisan keduanya
adalah bilangan natural itu sendiri.
2. Operasi Bilangan
Penjumlahan Perkalian
Pengurangan Pembagian
3. Eksponen/ Pangkat
Pangkat yang dinyatakan dengan an adalah notasi yag menyatakan
banyaknya perklian a terhadap dirinya sendiri, sebanyak n kali
Contohnya ; 33 = 3.3.3 = 27
42 = 2.2 = 16
4. Logaritma
Logaritma adalah cara untuk menentukan nilai pangkat dari sebuah bentuk
bilangan berpangkat. Logaritma memiliki sifat-sifat khas, yaitu :
log A
1. aLog A =
log a
2. Log A + Log B = Log ( A.B )
a
3. Log A – Log B = Log
b
4. Log An = n Log A
Faktorial
Factorial didefenisikan sebagai perkalian berurutan mulai dari 1 hingga angka
tertentu.Tentunya ini adalah defenisi untuk angka adalah anggota bilangan cacah, karena
selama ini factorial yang diajarkan hanya sebatas itu. Misalkan n! = 1.2.3…( n-2 ) ( n –
1 )n ini adalah rumusnya factorial.
5. Binomial Newton Vs Binomial Sugi
Binomial newton ini hanya berlaku untuk pangkat n anggota bilangan cacah.Salah
satu kekurangan dari binomial adalah tidak bisa digunakan untuk pangkat n negative.
n
Berikut ini adalah rumus Binomial Newton:( a + b ) =∑ n a b
n−i i
n
i=0 i
()
6. Pola Bilangan
Pola bilangan adalah bentuk atau struktur yang sekuensial atau memiliki hubungan
pengoperasian dari urutan dengan bentuk dan struktur sebelumnya.Pola bilangan berarti
adanya struktur yang sekuensial antara bilangan-bilangan selanjutnya dengan bilangan-
bilangan sebelumnya. Secara fundamental pola bilangan terbagi menjadi 2 yaitu pola
aritmatika dan pola geometri
7. Fraksi Parsial
Prinsip parsial dari fraksi parsial adalah mengubah sebuah persamaan rumit menjadi
bentuk parsial atau bagian yang lebih sederhana. Contohnya ada permasalahan
sebelumnya dapat disederhanakan menjadi :
4 x−5 3 3
∫ x 2−x−2 dx = +
x+1 x−2
2. BAB II TRIGONOMETRI
Trigonometri adalah salah satu cabang dari matematika yang mempelajari tentang
sudut sudut segitiga, sisi sisi segitiga dan hubungan dengan keduanya.
1. Teorema Phytagoras
Menurut Phytagoras ada hubungan yang menarik antara sisi sisi segitiga siku siku.
Hubungan tersebut terkenal dengan sebutan teorema phytagoras, yang berbunyi “ Kuadrat
sisi miring sebuah segitiga siku siku, sama dengan jumlah kuadrat sisi sisi yang lainnya.
2. Rasio Trigonometri
Gagasan ini adalah pengembangan dari adanya rasio phytagoras yang nilainya tetap.
Berikut adalah rasio trigonometri tersebut
a b a
sin℧ cos ℧ atau ℧ =
R R b
3. Sudut sudut istimewa
( f ° g ) ( x ) =f (g ° x) ¿
5. Fungsi Limit
4. BAB IVTURUNAN
Pengertian turunan dapat dijelaskan sebagai berikut: jika P(a,f(a)) adalah sembarang
titik pada sebuah grafik suatu fungsi f . Titik lain pada gambar dinotasikan dengan
Q(a+h,f(a+h)),dimana h adalah beda antara absis Q dan P. Kemiringan tali busur yang
melalui titik P dan Q adalah
f ( a+ h ) f (a)
Mpq =
h
1. Turunan Dengan Fungsi Limit
Turunan sebuah fungsi f adalah fungsi lain f’ ( dibaca f” aksen ) yang nilainya pada
f ( x +h )−f (x)
seberang bilangan x adalah f’(x) = lim
h−0 h
2. Turunan Sederhana
Ada 2 jenis turunan sederhana yaitu turunan polinomial dan turunan pada trigonometri
3. Teorema Aturan Berantai
Jika kita ambil sebuah fungsi, dimana fungsi tersebut adalah kombinasi dari beberapa
fungsi dasar pembangunannya, maka penyelesaian fungsi tersebut akan memenuhi sebuah
aturan yang disebut aturan berantai.
4. Operasi Pada Turunan
Rumus cepat dari operasi turunan yaitu :
d ( ) ' d u u' v−v ' u
dx
uv =u v + v' u
dx v()
=
u²
5. Aplikasi Turunan
Aplikasi turunan sangat berguna disegala bidang ilmu.Dalam dunia teknik turunan
berperan dalam upaya optimalisasi desain dan segala urusan perhitungan efisiensi dan
ekonomis.Dalam duia perekonomiaan, turunan digunakan untuk analisis pasar dan
menentukan gradien fungsi permintaan dan penawaran.
5. BAB VINTEGRAL
1. Defenisi Integral
Integral adalah kebalikan dari proses diferensiasi. Integral ditemukan menyusul
ditemukannya masalah dalam diferensiasi di mana matematikawan harus berpikir bagaimana
menyelesaikan masalah yang berkebalikan dengan solusi diferensiasi. Lambang integral
adalah ʃ. Integral terbagi dua yaituintegral tak tentu dan integral tertentu.
2. Pengintegralan Sederhana
x
∫ x dx = n+1 +c
n
∫ kf ( x ) dx=k ∫ f ( x ) dx
∫ ( f ( x ) ± g ( x ) ) dx=∫ f ( x ) dx ± ∫ g ( x ) dx
3. Metode Penyelesaian Integral
a. Subtitusi
d (g ( x ) )
∫ ( f о g ) ( x ) dx=∫ f ( g ( x ) ) '
g (x)
b. Partial
Didalam buku-buku kalkulus kita sering menjumpai rumus partial sebagai berikut :
∫ udv=uv−∫ vdu
c. Residu
Metode residu (sisa) adalah metode yang didapat dari penerapan teorema sisa pada
polinomial. Permasalahan yang sering diselesaikan dengan metode ini biasanya adalah
sebuah integral sebuah fungsi dimana pembaginya adalah sebuah fungsi polinomial.
d. Metode Trigonometri
Metode ini menggunakan fungsi trigonometri sebagai pensubtitusi pada fungsi yang
akan kita integralkan.
6. BAB VI MATRIKS
1. Matriks
Matriks adalah sebuah ruangan yang terdiri dari baris dan kolom. Jika A adalah
sebuah matriks m x n, maka dituliskan sebagai berikut:
a11 ⋯ an 1
A= ⋮
(⋱ ⋮
am1 ⋯ amn )
2. Operasi Pada Matriks
a. Penjumlahan dan Pengurangan
Dua matriks dapat dijumlahkan atau dikurangkan hanya jika dua matriks tersebut
memiliki banyak garis yang sama dan banyak kolom yang sama.
b. Perkalian
Perkalian matriks sebagai berikut:A x B = AB
3. Matriks Identitas
Pada matriks, ada yang disebut dengan I matriks identitas n x n di mana jika dikalikan
dengan A matriks n x n, maka hasilnya adalah matriks n x n itu sendiri. Perkalian dengan
matriks identitas bersifat komutatif.
4. Invers Matriks
Pembagian adalah perkalian suatu bilangandengan bilangan yang diinverskan.Jika
suatu bilangan dikalikan dengan inversnya sendiri, maka hasilnya adalah satu.
4. Operasi Vektor
a. Penjumlahan dan Pengurangan Vektor
Penjumlahan dan pengurangan pada vektor memiliki arah, sehingga arah juga
memengaruhi perhitungan.
b. Perkalian Vektor dengan Skalar
Jika vektor dikalikan dengan skalar, maka langsung saja kalikan skalar tersebut
dengan tiap komponen vektor.
c. Perkalian Dot (Dot Product)
Perkalian dot adalah perkalian dua vektor yang hasil akhirnya adalah skalar.
d. Perkalian Silang (Cross)
Perkalian cross adalah perkalian dua vektor yang hasil akhirnya adalah vektor
5. Sudut Dua Vektor
A dan ⃗
Dua vektor ⃗ B akan membentuk sudut ω. Untuk mencari sudut ω bisa
menggunakan perkalian dot atau perkalian silang. Dan akan mendapatkan sudut ω dengan
A .⃗
⃗ B Ax⃗
⃗ B
persamaan berikut:ω = arccos ( A‖‖⃗
‖⃗ B‖ )
, ω = arcsin ( A‖‖⃗
‖⃗ )
B‖
6. Diferensial Vektor
Diferensial vektor terhadap t didefenisikan sama seperti diferensial fungsi skalar,
d⃗
A A ( t + ∆ t ) −⃗
⃗ A (t)
sebagai berikut: = lim
dt ∆ t →0 ∆t
7. Operator Del
d d d
Del ∇didefenisikan secara aljabar sebagai berikut:∇=¿i +j +k
dx dy dz
a. Gradien
b. Divergensi
c. Curl
8. Integral Lintasan Vektor
Cara menghitungnya adalah dengan mengubah integral lintasan menjadi integral
F . d⃗r
biasa, baru menghitungnya. Didefenisikan dengan persamaan berikut:W = ʃ ⃗
dy y
dx x ()
,kemudian dapat dimodifikasi menjadi bentuk F =F (v).
6. Persamaan Bernouli
Persamaan bernoli adalah salah satu bentuk persamaan diferensial. Bentuk umum
dx
persamaan Bernouli + P ( x ) y =Q ( x ) y n
dy
7. Persamaan diferensial Orde Dua = 0
Adalah persamaan diferensial yang memiliki komponen turunan tingkat dua. Untuk
menyelesaikan persamaan diferensial orde dua dengan cara membentuknya menjadi
persamaan kuadrat.
8. Persamaan Diferensial Orde Dua ≠ 0
Untuk persamaan diferensial orde dua yang f(x) ≠ 0 penyelesaiannya tidak hanya
complementary function tetapi juga melibatkan particular integral.
BAB III
PEMBAHASAN
a. Kelebihan Buku
Keunggulan dari buku utama yaitu isi dari buku ini sangat lengkap sekali, karena
setiap aspek-aspeknya dijelaskan secara rinci, dari pengertian sampai kepada contoh-
contohnya. Buku Matematika Teknik I ini terdiri dari beberapa sub bab, masing-masing
dari sub bab tersebut berisi penjelasan tentang topik judul yang tertera dari sub babnya.
Disetiap akhir babnya selalu dilampirkan contoh soal, jadi keakuratan dari isi buku ini
sangat terjamin. Bahasa yang digunakan dalam buku ini sangat mudah sekali untuk
dicerna dan dipahami, semua yang dijelaskan dalam buku ini sangat berurutan dan
bagus sekali.
b. Kelemahan Buku
Kelemahan dari buku pertama yaitu pembahasannya terlalu monoton. Ada penulisan
kata yang salah, seperti seharusnya “dan” tetapi dibuat “dari”. Dan banyak kata-kata
yang diulang-ulang.
a. Kelebihan Buku
Keunggulan dari buku pembanding yaitu sangat menarik, terutama dalam bab 1
dibahas tentang logaritma, invert, dan ekporer secara individu. Penulis buku ini sangat
memahami bahwa setiap individu memiliki perbedaan.
b. Kelemahan Buku
kelemahan dari buku pembanding yaitu gambar yang kurang jelas, penulisan yang
sukar untuk dipahami. Isinya penuh dengan penjelasan semua, jadi ketika kita
membacanya mudah bosan. Dan kita perlu ekstra konsentrasi (fokus) ketika
memahami apa inti dari buku ini
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Matematika Teknik I ini adalah buku yang berusaha mengembangkan potensi diri
mahasiswa melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik formal maupun non
formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu, dan setiap individu memiliki
perbedaan kemampuan dan motorik. Buku ini berbeda dengan buku matematika lainnya.
Matematika Teknik lebih sukar dan sulit dipelajari karena membutuhkan pemahaman lebih
dibanding mempelajari matematika dasar.
4.2 Saran
Saran dari kami mengenai buku Matematika Teknik I ini yaitu rumus-rumus yang
terdapat di dalam pembahasan buku tersebut harus lebih simple, jelas, dan tepat. Dan sebagai
pemula kami berharap agar contoh soal yang diberikan agar lebih mudah untuk dipahami dan
tidak sukar dimengerti. Dan semoga nantiya dengan kita terus belajar dan memahami segala
sesuatu yang ada di dalam buku tersebut kita bisa menjadi guru yang berkualitas dan kita
dapat menerapkan ilmu yang kita dapat ke jenjang pendidikan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Silitinga, Marsangkap ; Manulang, Jongga dan Dalimunthe, Amirhud. 2016. Diktat Kuliah
Matematika Teknik I. Medan
Stroud, K.A. 2003. Matematika Teknik I. Jakarta : Erlangga