Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL BOOK REPORT

DISUSUN OLEH :

NAMA : ASTONI SINAMBELA

NIM : 5171121001

DOSEN PENGAMPU : Dr. BONARAJA PURBA,M.Si

MATA KULIAH : MATEMATIKA TERAPAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

APRIL 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan saya rahmat kesehatan dan kesempatan.Sehingga saya bisa
menyusun atau menyelesaikan tugas CBR (CRITICAL BOOK
RIVIEW).Penulisan ini saya sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan
kemampuan yang saya miliki, dan tugas ini disususun dalam rangka memenuhi
tugas CBR pada mata kuliah : (MATEMATIKA TERAPAN)

Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh


karena itu kritik yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi
kesempurnaan tugas ini, dan Dalam kesempatan ini saya mengucapkan
terimakasih kepada pihak- pihak yang telah membantu dan secara khusus saya
berterimakasih kepada Bapak/Ibu : (Dr.BONARAJA PURBA,M.Si) selaku Dosen
pengampu mata kuliah (MTEMATIKA TERAPAN)karena telah memberikan
bimbinganya kepada saya untuk menyelesaikan tugas CBR ini hingga selesai.

Selanjutnya,saya berharapsemoga CBR ini bias memberikan manfaat serta


menambah wawasan bagi para pembaca. Semoga CBR ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya.Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdafat
kesalahan dan kata-kata yang kurang berkenan.

Medan, 26 April 2020

Astoni Sinambela
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Matematika merupakan salah satu displin ilmu yang mempunyai peranan
penting dalam kehidupan. Banyak kegiatan sehari-hari yang melibatkan
matematika, contoh sederhana adalah dalam proses jual beli. Selain itu,
matematika juga digunakan oleh disiplin ilmu lain sebagai ilmu penunjang, seperti
Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan sosial.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan mengkritik buku kepemimpinan adalah :
a. Melatih dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengkritisi
suatu buku
b. Mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan matematika
teknik I

1.3 Manfaat Penulisan


a. Dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Kalkulus tentang Critical Book
Report
b. Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan
khususnya tentang Kalkulus
BAB II
ISI BUKU

2.1 Buku Utama (Buku Satu)


Judul Buku : Matematika Teknik I
Penulis : Drs. Marsangkap Silitonga, M.Pd.
Drs. Jongga Manullang, M.Pd.
Amirhud Dalimunte, ST., M.Kom.
Penerbit : Unimed Press
Tahun Terbit : 2016
Jumlah Halaman : 95 Halaman

Ringkasan Isi Buku

1. BAB I BILANGAN REAL


Bilangan real adalah gabungan antara himpunan bilangan rasional dengan
bilangan irrasional.Dengan perluasan dari bilangan asli, bilangan cacah, bilangan
bulat, bilangan rasional dan bilangan irrasional.
Ada beberapa istilah bilangan pada Matematika yaitu:
1. Bilangan Real 5. Bilangan Cacah
2. Bilangan Rasional 6. Bilangan Asli
3. Bilangan Irrasional 7. Bilangan Prima
4. Bilangan Bulat 8. Bilangan Komposit
Sifat-Sifat Bilangan Real
1. Sifat Komutatif (pertukaran) :
2. Sifat Asosiatif (pengelompokan)
3. Sifat eksistensi bilangan 0
4. Sifat eksistensi elemen negatif atau invers penjumlahan untuk setiap a
elemen ℝ terdapat -a elemen ℝ sedemikian hingga a+(-a)= 0 dan (-a)+ a = 0
5. Sifat eksistensi elemen unit 1
6. Sifat eksistensi invers perkalian
7. Sifat Distributif (penyebaran)
2. BAB II BILANGAN KOMPLEKS
Bilangan kompleks adalah suatu bilangan a + bi, dimana a dan b bilangan
real, sedangkan i adalah satuan khayal (imajiner).a disebut bagian real dan b
disebut bagian khayal dari bilangan kompleks tersebut.
Bilangan kompleks = (bil.riil)+ j (bil.imajiner)
Contoh: x = 3 + j5 dengan: 3 disebut bagian riil dari x
5 disebut bagian imajiner dari x
Contoh soal bilangan kompleks
x1 = 2- j3 x2 = 5+ j4
Jawab :
x1 + x2 = (2-j3) + (5+j4) x1-x2 = (2-j3) - (5+j4)
= (2+5) + j(-3+4) = (2-5) + j(-3-4)
= 7+j = -3-j7

3. BAB III FUNGSI DAN LIMIT


1. Fungsi
DEFINISI : Suatu fungsi f ialah suatu aturan padanan yang memasangkan
tiap x dalam suatu himpunan yang disebut daerah asal (domain) dengan
sebuah nilai tunggal f(x) dari himpunan kedua yang disebut kodomain.
Himpunan nilai yang diperoleh dengan cara demikian disenut daerah nilai
(range)
Fungsi Aljabar
Fungsi aljabar terdiri atas berbagai jenis teapi yang terutama ada tiga:
a. polinom (suku banyak)
b. fungsi Rasional
c. Fungsi irrasional
2. Limit
Teorema-teorema limit
a. teorema A
andaikan n bilangan bulat positif ,k konstanta serta f dan g adalah fungsi
fungsi yang mempunyai limit di c
b. teorema B

jika f fungsi polinom atau fungsi rasional, maka lim


x →c
f ( x )=f (c )Asalkan

dalam kasus fungsi rasional nilai penyebutnya tidak nol di c.


3. Fungsi Trigometri
Keenam fungsi trigometri dinyatakan koordinat (x,y) dari tiik ujung sisi
terminal sudut itu yang berjarak r dari titik asal sebagai berikut .
y cos θ x
sinθ= cotθ= =
r sinθ y
1 r
sinθ y cscθ= =
tanθ= = sinθ y
cosθ x
1 r
secθ= =
cosθ x
x
cosθ=
r
4. BAB IV TURUNAN (DERIVSTIF)
1. Pengertian Turunan
Turunan fungsi y terhadap x adalah
dy ∆y f ( x=∆ x )−f (x )
= lim = lim
dx ∆ x→ 0 ∆ x ∆ x→ 0 ∆x
Asalkan limit itu ada.
Proses pencarian turunan fungsi disebut sebagai pendifferensialan
sedangkan bagian kalkulus yang berhubungan dengan pendifferensialan
disebut kalkulus differensial.
2. Aturan Pencarian Turunan
Berikut ini merupakan teorema pencarian turunan untuk fungsi aljabar:
dy
 Aturan konstanta : y=f ( x )=k → =0
dx
dy
 Aturan identitas: y=f ( x )=x → =1
dx
n dy
 Aturan pangkat: y=f ( x )=x → =nx n−1 \
dx
dy
 Aturan kelipatan konstanta: y=k . f ( x ) → =k . f ' ( x )
dx
 Aturan jumlah dan selisih:
dy du dv
y=u ± v dengan u=f ( x ) dan vg ( x ) → = ±
dx dx dx
 Aturan hasil kali:
dy dv dv
y=u . v dengan u=f ( x ) dan v=g ( x ) → =u + v
dx dx dx
 Aturan hasil bagi:
du dv
−u v
u dy dx dx
y= dengan u=f ( x ) dan v =g ( x ) → =
v dx v 2

3. Turunan Fungsi Trigonometri


dy
y=tan x → =sec 2 x
dx
dy
y=sec x → =sec x . tan x
dx
dy
y=cot x → =−cosec 2 x
dx
dy
y=csec x → =−cosec 2 x . cot x
dx
4. Dalil (aturan) Rantai
Untuk menetukan turunan (dy/dx) dari suatu fungsi komposisi berbentuk y
= f(u), dengan u=g(x) digunakan suatu aturan yang disebut dalil rantai sbb.
dy dy du
Jika y=f ( u ) , denganu=g ( x ) maka =
dx du dx
5. Turunan Tingkat Tinggi
Turunan tingkat tinggi dapat diartikan sebagai turunan dari turunan.Hal
tersebut dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut. Sebuah partikel
bergerak sepanjang garis koordinat, dengan persamaan lintasan
s=f ( t )=2 t 2−12 t+ 8( S diukur dalam sentimeter dan t diukur dalam
detik).Untuk menentukan percepatan partikel tersebut setelah waktu t detik
diperlukan turunan tingkat.
6. Pendifferensialan Implisit
Untuk menyelesaikan soal seperti ini diperlukan aturan pendiffrensialan
implisit sebagai berikut.
Untuk fungsi impilisit berbentuk:: aym+bxn+c=0 (m,n bilangan bulat), berlaku

( ay m ) ( bx n ) dc
d +d + =0
dx dx dx

5. BAB V PENGGUNAAAN TURUNAN


1. Tangen dan Normal
Untuk menentukan persamaan garis singgung (tangent) suatu kurva pada
sebuah titik, pertama-tama ditentukan turunan fungsi dititik tersebut.
Untuk menentukan persamaan garis normal ( garis tegak lurus ) terhadap
tangent, ingat bahwa gradient garis tegak lurus adalah kebalikan negative. Jadi

1
diP ( x , y ) .
gradien garis normal di titik P (x,y) adalah – dy
dx
2. Gerak Kurvilinier
Rumus umum untuk suatu vektor A dengan sudut arah θ dengan besar A
adalah
A X = cos ɵ A y =A sin ɵ
A = √ A x2 + A y ²
Ay
tanɵ =
AX
3. Laju yang Berkaitan
Setiap dua variabel yang berubah terhadap waktu dan diantara keduanya
terdapat suatu hubungan, bisa mempunyai laju terhadap waktu dari yang satu
dinyatakan dalam laju terhadap waktundari yang lainnya.
4. Masalah Maksimum dan Minimum
Karena turunan fungsi menentukan gradien garis singgung, dapat
disimpulkan bahwa: x naik mengakibatkan y naik jika turunan fungsi itu [ositif
dan sebaliknya bahwa x naik mengakibatkan y turun jika fungsi itu negative.
Kesimpulan ini bisa dinyatakan sbb:
f(x)naik jika f’(x)>0danf(x)turun jika f’(x)<0
6. BAB VI INTEGRAL
1. Differensial
Differensial dari suatu fungsi y = f(x) di defenisikan sebagai dy = f”(x)dx.
Dy adalah differensial dari y,sedangkan dx adalah diferensial dari x.
differensial dx didefenisikan.. Sebagai sama dengan ∆ x yaitu perubahan kecil
pada x.ini didefenisikan demikian sehingga f(x)=dy/dx.
2. Integral Tak Tentu (Anti Turunan)
Defenisi :F disebut suatu anti turunan (integral tak tentu ) dari f pada
selang I jika F(x)=f(x) atau dF(x) untuk setiap x dalam selang I

,yang di tulis dengan ∫ f ( x ) =F ( x )+ c


Beberapa aturan yang berlaku dalam integral tak tentu dapat disebutkan
sebagai berikut:
 aturan pangkat
 sifat kelinieran integral tak tentu
 aturan pangkat yang diperumun
3. Integral Tentu
Sifat-Sifat Integral Tentu
(i) Sifat penambahan selang (iii) Nilai rata rata integral tentu
(ii) Sifat pembandingan (iv) nilai rooth, mean, square

7. BAB VII PENGGUNAAN INTEGRAL


1. Pengunaan Integral Tak Tentu (Persamaan Differensial)
 Masalah Gerak
Didalam masalah gerak, diketahui bahwa percepatan adalah laju

dv
perubahan kecepatan terhadap waktu yang a= . Dari rumus ini diperoleh
dt

dv = a.dt. Sehingga ∫ a dt atau v = ∫ a dt. Selanjutnya karena percepatan


(v) adalah laju perubahan jarak (S) terhadap waktu, didapat S = ∫ v dt
 Masalah Arus Listrik
Dalam teori listrik diketahui bahwa kuat arus adalah laju perubahan

dq
muatan terhadap waktu yang ditulis i= . Kalau rumus ini ditulis dalam
dt
bentuk differensial akan menjadi dq = id t. Selanjutnya dengan

pengintegralan menjadi q=∫ i. dt.


2. Penggunaan Integral Tentu
 Menghitung luas bidang datar
Luas bidang yang dibatasi oleh fungsi y = f(x), sumbu x,garis = a dan

b
garis x= b adalah A=∫ f (x)dx
a

 Menghitung volume benda putar


Volume benda putar yang terbentuk apabila bidang yang di batasi y =
g(x), sumbu x, garis x = a dan garis x = b, di putar mengelilingi sumbu x

(metode cakram) adalah V = π ∫ ¿¿dx.


a

 Menentukan Koordinat Titik Pusat Massa (Centroid)


Suatu bidang datar yang dibatasi oleh y1 =f1(x), y2 = f2(x), x1 = g1(y)
memiliki titik pusat massa ( Centroid ) di titik (x,y) dengan
a ʃ b x ( y 1− y 2 ) dx
x=
a ʃ b ( y 1− y 2 ) dx
c ʃ d y ( x 1−x 2 ) dy
ӯ=
c ʃ d ( x 1−x 2 ) dy
 Menghitung Momen Inersia
Suatu bidang datar yang dibatasi fungsi y1 = f1(x), y2 = f2(x), garis x = a
dan garis x = b mempunyai momen inersia terhadap sumbu yaitu :
Iy = k aʃb x2 (y1 – y2) dx
 Menghitung usaha dari gaya berubah (variable)
secara fisika, usaha (energi) ialah hasil kali antara suatu gaya konstan
dengan jarak yang dilalui. Usaha dapat dinyatakan sebuah integral tentu
dalam bentuk sebagai berikut.W =aʃb f(x) dx
 Menghitung gaya tekanan zat cair
Jika berat per satuan volume (berat Jenis) zat cair dinyatakan dengan w
maka tekanan pada kedalaman h adalah p = wh. Untuk air, w = 9800 N/m 3
atau w = 62,4 lb/ft3.

8. BAB VIII FUNGSI TRANSENDEN


1. Fungsi Logaritma Asli
Definisi: Fungsi logaritma asli yang ditulis in didefinisikan sebagai
x
1
In x =∫ dt ; x >0
1 t

Daerah definisinya adalah himpunan bilangan rill positif


Turunan logaritma asli
Jika y = f(x) = ln x, maka turunan adalah
d 1
( ln x ) ; x ≠ 0
dx x

2. Fungsi Balikan (Invers) Dan Turunannya


Untuk mendapatkan balikan dari suatu fungsi yang memiliki balikan, dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut
a. Nyatakan x dengan y dari persamaan y = f(x)
b. Nyatakan bentuk dalam y yang telah ditentukan itu, sebagai f-1(y) yaitu x
= f-1(x)
c. Ganti y dengan x dan x dengan y dalam bentuk x = f-1(y), sehingga
diperoleh y = f-1 (x)
Turunan fungsi invers
Andaikan f fungsi yang dapat diturnkan dan monoton murni dalam selang i.
apabila f(x) ≠ 0 pada semua x imempunyai balikan (invers) maka f-1 dapat
diturunkan dititik y = f(x) pada daerah nilai f dan berlakunya
1
(f-1)’(y) = '
f (x)
dx 1
Rumus tersebut dapat juga ditulis sebagai =
dy dy /dx
3. Fungsi Eksponen Asli
Definisi : balikan dari ln disebut sebagai fungsi eksponen asli dan ditulis
sebagai exp. Yaitux = exp. Y ↔ y = in x
4. Fungsi Eksponen Umum Dan Fungsi Logaritma Umum
 Fungsi eksponen umum
suatu fungsi ekponen umum dapat dinyatakan dengan y = f(x) = a x
dengan a adalah bilangan rill positif yang tidak sama dengan e.untuk a>0
dan x sebarang bilangan rill, berlaku ax =exln a
Dari definisi tersebut didapatkan ln(ax) = ln(exlna) = x ln a
 Fungsi logaritma umum
Fungsi logaritma umum ialah fungsi logaritma dengan bilangan pokok a
yaitu bilangan positif yang tidak sama deagan 1.fungsi logaritma umum
biasa ditulis y = f(x) = loga x yang didefinisikan sebagai berikut.
Jika a bilangan positif dan a ≠ 1, maka
y = loga x ↔ x = ay
berdasarkan definisi tersebut juga diperoleh
ln x
logax =
ln a
5. Pertumbuhan dan peluluhan eksponensial
Bentuk persamaan differensial yang berkaitan langsung dengan fungsi

dy
eksponensial ialah =ky .Dengan pemisahan variable persamaan ini menjadi
dx

dy
=k dt sehingga dengan pengintegralan menghasilkan In y = kt + C. Apabila
y
terdapat syarat awal bahwa y = y0 untuk t = 0, diperoleh y = y0 ekt
6. Fungsi Trigonometri Balikan (Invers)
−π π
 x=sin −1 y ⟺ y=sin x ; dengan ≤ x≤
2 2
 x=cos−1 y ⟺ y=cos x ; dengan 0 ≤ x ≤ π
−π π
 x=tan−1 y ⟺ y=tan x ; dengan < x <¿ ¿
2 2
π
 x=sec−1 y ⟺ y=sec x ; dengan 0 ≤ x ≤ π dan x ≠
2
7. Fungsi Hiperbolik dan Balikannya
1 x −x cosh x
 sinh x= ( e −e )  coth x=
2 sinh x
1 x −x 1
 cosh x= ( e +e )  sech x=
2 cosh x
sinh x 1
 tanh x=  csch x=
cons h x sinh x

9. BAB IX TEKNIK-TEKNIK PENGINTEGRALAN


1. Pengintegralan dengan penggantian (substitusi)
Apabila substitusi ini mengubah f(x)dx menjadi h(u)dud an apabila H

adalah anti turunan dari h, maka∫ f ( x ) dx=∫ h ( u ) du=Hh ( u ) +C=H ( g ( x )) + C


2. Integral Trigonometri
Untuk mengintegralkan fungsi trigognometri digunakan metode
penggantian dan memakai kesamaan trigonometri yang tepat. Berikut ini
adalah teknik peintegralan fungsi trigonometri dalam berbagai jenis:
 Jenis 1 :¿
 Jenis 2 : ¿
 Jenis 3 : ¿
 Jenis 4 : ¿
 Jenis 5 : ¿

3. Penggantian yang merasionalkan


 Integran yang memuat√n ax +b
Substitusi u = √n ax +buntuk merasionalkan
 Integran memuat √ a2−x 2 ; √ a2 + x 2, dan √ x 2−a2
4. Penintegralan parsial
Dalam rumus turunan hasil kali fungsi, berlaku hal sebagai berikut
d (u . v) dv du
Misalnya u = f(x) dan v = g(x). =u + v atau d(u.v) = u.dv +
dx dx dx
v.du
Jadi ∫ u . dv=u . v −¿∫ v . du ¿
10. BAB X BENTUK TAK TENTU DAN INTEGRAL TAK WAJAR
1. Bentuk-Bentuk Tak Tentu
a) Bentuk tak tentu jenis 0/0
b) Bentuk tak tentu jenis ∞ /∞
2. Integral Tak Wajar, Batas Tak Terhingga
a) satu batas integral tak terhingga
b) Kedua batas tak terhingga
3. Integral Tak Wajar, Integral Tak Terhingga
a) integral yang tak terhingga pada titik ujung satu selang
b) Integral yang tak terhingga pada sebuah titik dalam

11. BAB XI PENGINTEGRALAN NUMERIK DAN HAMPIRAN


1. Aturan Trapesium
Nilai-nilai y yang digunakan diperoleh dari fungsi y = f(x) atau koordinat y
dari sekumpulan data. Karena AT menghampiri luar bidang di bawah kurva,
maka AT juga menghampiri nilai integral tentu yaitu
b
1 b−a
∫ f ( x ) dx≈ ( 2 y 0 + y 1+ y 2 + y 3 + … + y n−1+ y n) ΔxDengan Δx = n
a

Persamaan inilah yang disebut dengan aturan trapezium.


2. Aturan Parabola (Aturan Simpson)
Aturan simpson adalah metode pengintegralan nummerik yang
pendekatannya sama dengan aturan trapezium, tetapi menggunakan kurva
dengan sekumpulan busur busur parabolic sehingga disebut juga sebagai aturan
parabola.
3. Deret Mc Laurin
Suatu fungsi aljabar dapat dinyatakan dengan suatu fungsi berbentuk
F(x) = a 0 + a 1 x + a 2 x 2 + … a n x n + ….
Persamaan ini disebut sebagai ekspansi deret pangakat dari f(x). masalahnya
apakah setiap fungsi dapat dinyatakan dalam bentuk seperti itu.
4. Deret Taylor
Asumsi dasar dalam memformulasikan ekspansi deret taylor ialah bahwa
suatu fungsi dapat diekspansi ke dalam sebuah polinominal berbentuk
F(x) = c 0 + c 1( x−¿❑ x ¿) + c 2 x ¿x-a❑ ¿❑2 + …

2.2 Buku Pembanding (Buku Dua)

Judul Buku : Matematika Teknik I


Penulis : K.A. Stroud
Penerbit : Erlangga
Tahun Terbit : 2003
Edisi : Kelima Jilid I
Jumlah Halaman : 670 Halaman
Kota Terbit : Jakarta
Ringkasan Isi Buku Pembanding

1. BAB IALJABAR
1. Bilangan
Bilangan natural umumnya disimbolkan dengan N yang terdiri dari N =
{1,2,3,4,5,…}.kemudian orang mulai memikirkan tentang nol, dan pada saat
ini orang mulai mengenal bilangan cacah. Bilangan cacah umumnya
disimbolkan dengan W yang terdri dari W= {0,1,2,3,4,5,…} bisa dibilang
semua bilangan natural adalah anggota bilangan cacah karena, irisan keduanya
adalah bilangan natural itu sendiri.
2. Operasi Bilangan
 Penjumlahan  Perkalian
 Pengurangan  Pembagian
3. Eksponen/ Pangkat
Pangkat yang dinyatakan dengan an adalah notasi yag menyatakan
banyaknya perklian a terhadap dirinya sendiri, sebanyak n kali
Contohnya ; 33 = 3.3.3 = 27
42 = 2.2 = 16
4. Logaritma
Logaritma adalah cara untuk menentukan nilai pangkat dari sebuah bentuk
bilangan berpangkat. Logaritma memiliki sifat-sifat khas, yaitu :
log A
1. aLog A =
log a
2. Log A + Log B = Log ( A.B )
a
3. Log A – Log B = Log
b
4. Log An = n Log A
Faktorial
Factorial didefenisikan sebagai perkalian berurutan mulai dari 1 hingga angka
tertentu.Tentunya ini adalah defenisi untuk angka adalah anggota bilangan cacah, karena
selama ini factorial yang diajarkan hanya sebatas itu. Misalkan n! = 1.2.3…( n-2 ) ( n –
1 )n ini adalah rumusnya factorial.
5. Binomial Newton Vs Binomial Sugi
Binomial newton ini hanya berlaku untuk pangkat n anggota bilangan cacah.Salah
satu kekurangan dari binomial adalah tidak bisa digunakan untuk pangkat n negative.

n
Berikut ini adalah rumus Binomial Newton:( a + b ) =∑ n a b
n−i i
n

i=0 i
()
6. Pola Bilangan
Pola bilangan adalah bentuk atau struktur yang sekuensial atau memiliki hubungan
pengoperasian dari urutan dengan bentuk dan struktur sebelumnya.Pola bilangan berarti
adanya struktur yang sekuensial antara bilangan-bilangan selanjutnya dengan bilangan-
bilangan sebelumnya. Secara fundamental pola bilangan terbagi menjadi 2 yaitu pola
aritmatika dan pola geometri
7. Fraksi Parsial
Prinsip parsial dari fraksi parsial adalah mengubah sebuah persamaan rumit menjadi
bentuk parsial atau bagian yang lebih sederhana. Contohnya ada permasalahan
sebelumnya dapat disederhanakan menjadi :
4 x−5 3 3
∫ x 2−x−2 dx = +
x+1 x−2

2. BAB II TRIGONOMETRI
Trigonometri adalah salah satu cabang dari matematika yang mempelajari tentang
sudut sudut segitiga, sisi sisi segitiga dan hubungan dengan keduanya.
1. Teorema Phytagoras
Menurut Phytagoras ada hubungan yang menarik antara sisi sisi segitiga siku siku.
Hubungan tersebut terkenal dengan sebutan teorema phytagoras, yang berbunyi “ Kuadrat
sisi miring sebuah segitiga siku siku, sama dengan jumlah kuadrat sisi sisi yang lainnya.

2. Rasio Trigonometri
Gagasan ini adalah pengembangan dari adanya rasio phytagoras yang nilainya tetap.
Berikut adalah rasio trigonometri tersebut
a b a
sin℧ cos ℧ atau ℧ =
R R b
3. Sudut sudut istimewa

3. BAB IIIGRAFIK DAN FUNGSI


Suatu fungsi didefenisikan sebagai suatu korespondensi yang menghubungkan suatu
himpunan yang disebut daerah asal ( domain ), dengan nilai tunggal suatu himpanan yang
disebut daerah hasil atau range.
1. Pengertian Fungsi
A adalah daerah asal ( domain ), B adalahdaerah hasil fungsi ( range). Anggap semua
fungsi adalah sebuah mesin yang mengubah beberapa dari anggota himpunan daerah asal
menjadi salah satu anggota dari himpunan daerah hasil fungsi.
2. Grafik Fungsi
Grafik fungsi adalah penggambaran sebuah fungsi ke dalam sebuah grafik,
dengankoordinat tertentu ( umumnya kartesian ). Pada koordinat kartesian, nilai fungsi
f(x) adalah koordinat y, atau y = f(x).
3. Fungsi Invers
Fungsi invers didefenisikan sebagai balika dari sebuah fungsi, dimana fungsi invers
dari sebuah fungsi tertentu akan bekerja berkebalikan dengan fungsi tertentu. Ambil x
adalah elemen dari himpunan X, yaitu himpunan dearah asal ( x ∈ X ), dan y adalah
elemen Y, yaitu himpunan daerah hasil ( y ∈Y ).
4. Fungsi Komposisi
Dari pembahasan diatas,kita telah mengkomposisikan f denga g. fungsi yang dihasilkan
disebut komposisi f dengan g, yang dinyatakan dengan f ° g.

( f ° g ) ( x ) =f (g ° x) ¿
5. Fungsi Limit

Menyatakan bahwa lim


n−c
f ( x )=F berarti bahwa bila mana x dekat tetapi berlainan

dengan c, maka f(x) dekat ke F.

4. BAB IVTURUNAN
Pengertian turunan dapat dijelaskan sebagai berikut:  jika  P(a,f(a))  adalah sembarang
titik pada sebuah grafik suatu fungsi  f . Titik lain pada gambar dinotasikan dengan
Q(a+h,f(a+h)),dimana h adalah beda antara absis Q dan P. Kemiringan tali busur yang
melalui titik P dan Q adalah
f ( a+ h ) f (a)
Mpq =
h
1. Turunan Dengan Fungsi Limit
Turunan sebuah fungsi f adalah fungsi lain f’ ( dibaca f” aksen ) yang nilainya pada

f ( x +h )−f (x)
seberang bilangan x adalah f’(x) = lim
h−0 h
2. Turunan Sederhana
Ada 2 jenis turunan sederhana yaitu turunan polinomial dan turunan pada trigonometri
3. Teorema Aturan Berantai
Jika kita ambil sebuah fungsi, dimana fungsi tersebut adalah kombinasi dari beberapa
fungsi dasar pembangunannya, maka penyelesaian fungsi tersebut akan memenuhi sebuah
aturan yang disebut aturan berantai.
4. Operasi Pada Turunan
Rumus cepat dari operasi turunan yaitu :
d ( ) ' d u u' v−v ' u
dx
uv =u v + v' u
dx v()
=

5. Aplikasi Turunan
Aplikasi turunan sangat berguna disegala bidang ilmu.Dalam dunia teknik turunan
berperan dalam upaya optimalisasi desain dan segala urusan perhitungan efisiensi dan
ekonomis.Dalam duia perekonomiaan, turunan digunakan untuk analisis pasar dan
menentukan gradien fungsi permintaan dan penawaran.
5. BAB VINTEGRAL
1. Defenisi Integral
Integral adalah kebalikan dari proses diferensiasi. Integral ditemukan menyusul
ditemukannya masalah dalam diferensiasi di mana matematikawan harus berpikir bagaimana
menyelesaikan masalah yang berkebalikan dengan solusi diferensiasi. Lambang integral
adalah ʃ. Integral terbagi dua yaituintegral tak tentu dan integral tertentu.
2. Pengintegralan Sederhana
x
∫ x dx = n+1 +c
n

∫ kf ( x ) dx=k ∫ f ( x ) dx
∫ ( f ( x ) ± g ( x ) ) dx=∫ f ( x ) dx ± ∫ g ( x ) dx
3. Metode Penyelesaian Integral
a. Subtitusi
d (g ( x ) )
∫ ( f о g ) ( x ) dx=∫ f ( g ( x ) ) '
g (x)
b. Partial
Didalam buku-buku kalkulus kita sering menjumpai rumus partial sebagai berikut :

∫ udv=uv−∫ vdu
c. Residu
Metode residu (sisa) adalah metode yang didapat dari penerapan teorema sisa pada
polinomial. Permasalahan yang sering diselesaikan dengan metode ini biasanya adalah
sebuah integral sebuah fungsi dimana pembaginya adalah sebuah fungsi polinomial.
d. Metode Trigonometri
Metode ini menggunakan fungsi trigonometri sebagai pensubtitusi pada fungsi yang
akan kita integralkan.

6. BAB VI MATRIKS
1. Matriks
Matriks adalah sebuah ruangan yang terdiri dari baris dan kolom. Jika A adalah
sebuah matriks m x n, maka dituliskan sebagai berikut:
a11 ⋯ an 1
A= ⋮
(⋱ ⋮
am1 ⋯ amn )
2. Operasi Pada Matriks
a. Penjumlahan dan Pengurangan
Dua matriks dapat dijumlahkan atau dikurangkan hanya jika dua matriks tersebut
memiliki banyak garis yang sama dan banyak kolom yang sama.
b. Perkalian
Perkalian matriks sebagai berikut:A x B = AB
3. Matriks Identitas
Pada matriks, ada yang disebut dengan I matriks identitas n x n di mana jika dikalikan
dengan A matriks n x n, maka hasilnya adalah matriks n x n itu sendiri. Perkalian dengan
matriks identitas bersifat komutatif.
4. Invers Matriks
Pembagian adalah perkalian suatu bilangandengan bilangan yang diinverskan.Jika
suatu bilangan dikalikan dengan inversnya sendiri, maka hasilnya adalah satu.

7. BAB VII VEKTOR


1. Mengenal Vektor
Dalam penulisannya vektor digambarkan dengan anak panah dan dituliskan dengan
huruf yang diatasnya ada anak panahnya.
2. Komponen vektor
Vektor memiliki tiga komponen yang setiap komponen arahnya searah dengan tiap
sumbu pada koordinat kartesius tiga dimensi.
3. Magnitude vektor

Magnitude adalah nilai dari sebuah vektor. Mencari magnitude ‖A‖ dari komponen

vektor A = axi + ayj + azk adalah sebagai berikut

‖ A‖ = √ a 2
x+¿ a y+ ¿ a ¿
2 2
z
¿

4. Operasi Vektor
a. Penjumlahan dan Pengurangan Vektor
Penjumlahan dan pengurangan pada vektor memiliki arah, sehingga arah juga
memengaruhi perhitungan.
b. Perkalian Vektor dengan Skalar
Jika vektor dikalikan dengan skalar, maka langsung saja kalikan skalar tersebut
dengan tiap komponen vektor.
c. Perkalian Dot (Dot Product)
Perkalian dot adalah perkalian dua vektor yang hasil akhirnya adalah skalar.
d. Perkalian Silang (Cross)
Perkalian cross adalah perkalian dua vektor yang hasil akhirnya adalah vektor
5. Sudut Dua Vektor
A dan ⃗
Dua vektor ⃗ B akan membentuk sudut ω. Untuk mencari sudut ω bisa
menggunakan perkalian dot atau perkalian silang. Dan akan mendapatkan sudut ω dengan

A .⃗
⃗ B Ax⃗
⃗ B
persamaan berikut:ω = arccos ( A‖‖⃗
‖⃗ B‖ )
, ω = arcsin ( A‖‖⃗
‖⃗ )
B‖
6. Diferensial Vektor
Diferensial vektor terhadap t didefenisikan sama seperti diferensial fungsi skalar,

d⃗
A A ( t + ∆ t ) −⃗
⃗ A (t)
sebagai berikut: = lim
dt ∆ t →0 ∆t
7. Operator Del
d d d
Del ∇didefenisikan secara aljabar sebagai berikut:∇=¿i +j +k
dx dy dz
a. Gradien
b. Divergensi
c. Curl
8. Integral Lintasan Vektor
Cara menghitungnya adalah dengan mengubah integral lintasan menjadi integral
F . d⃗r
biasa, baru menghitungnya. Didefenisikan dengan persamaan berikut:W = ʃ ⃗

8. BAB VIII BILANGAN KOMPLEKS


1. Bilangan Kompleks
Bilangan kompleks terbentuk atas bagian real dan imajiner. Dinyatakan dengan z = x +
iy:Rez = x, Imz = y
2. Operasi Bilangan Kompleks
Sebenarnya operasi dalam matematika hanya ada dua saja.Yaitu penjumlahan dan
perkalian, sedangkan pengurangan adalah kondisi kusus dari penjumlahan dengan
bilangan negatif dan pembagian adalah kondisi kusus perkalian dengan bilangan invers
atau balikan.
3. Modulus
b a
Jika bilangan kompleks dinyatakan oleh berikut ini :z = a + ib, sin ɵ = , cos ɵ
|z| |z|
maka yang disebut modulus adalah |z| = √ a2 + √ b2
4. Konjugat Kompleks
Konjugat adalah pasangan. Setiap bilangan kompleks z memiliki pasangan (konjugat) ⃗z
.
5. Teorema de Moivre
Teorema de moivre menyatakan eikƟ = (cos Ɵ + i sin Ɵ)k = cos kƟ + i sin kƟ

9. BAB IX PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA


1. Persamaan Sparabel Variabel
Sparabel Variabel adalah metode penyelesaian persamaan diferensial dengan cara
mengelompokkan fungsi-fungsi berdasarkan variabel yang sama, kemudian diintegralkan.
2. Persamaan Eksak
Persamaan eksak adalah persamaan diferensial yang memiliki syarat tertentu, apabila
tiap bagian persamaan saling diturunkan dengan variabel pasangannya, maka keduanya
sama.
3. Persamaan tak Eksak
Persamaan tak eksak adalah persamaan differensial yang memiliki syarat tertentu,
apabila tiap bagian persamaan saling diturunkan dengan vvariabel pasangannya, maka
keduanya tidak sama.
4. Persamaan Diferensial Linier
Persamaan diferensial linear adalah persamaan yang memiliki bentuk umum turunan
orde satu dan pada umumnya tak eksak.
5. Persamaan Homogen
Persamaan homogen adalah persamaan diferensial yang pada awalnya berbentuk f(x,y)=

dy y
dx x ()
,kemudian dapat dimodifikasi menjadi bentuk F =F (v).

6. Persamaan Bernouli
Persamaan bernoli adalah salah satu bentuk persamaan diferensial. Bentuk umum

dx
persamaan Bernouli + P ( x ) y =Q ( x ) y n
dy
7. Persamaan diferensial Orde Dua = 0
Adalah persamaan diferensial yang memiliki komponen turunan tingkat dua. Untuk
menyelesaikan persamaan diferensial orde dua dengan cara membentuknya menjadi
persamaan kuadrat.
8. Persamaan Diferensial Orde Dua ≠ 0
Untuk persamaan diferensial orde dua yang f(x) ≠ 0 penyelesaiannya tidak hanya
complementary function tetapi juga melibatkan particular integral.

10. BAB X TRANSFORMASI LAPLACE


1. Pengertian Transformasi Laplace
Ide dasar dari transformasi Laplace adalah merubah variabel bebas (domain) dari fungsi
penyelesaian persamaan diferensial menjadi bentuk variabel bebas (domain frekuensi) s.

2. Invers Transformasi Laplace-Sugi


Invers transformasi laplace didefenisikan sebagai balikan dari transformasi laplace.
Jadi invers transformasi laplace adalah tools untuk mengubah kembali variabel bebas
(domain frekuens) ke dalam variabel bebas (domain) asal.
3. Operasi Transformasi Laplace
dy
a. Mentransformasikan Turunan
dx
d2 y
b. Mentransformasikan Turunan
dx 2
dn y
c. Mentransformasikan Turunan
dx 2
4. Teorema Transformasi Laplace
Transformasi laplace memiliki sifat-sifat tetentu. Fungsi yang ditransformasikan jika
fungsi-fungsi tersebut merupakan hasil sebuah perkalian, maka akan menghasilkan bentuk
transformasi yang berbeda-beda
5. Aplikasi Transformasi laplace
Dengan transformasi laplace kita bisa menyelesaikan persamaan diferensial dengan
sangat mudah. Bentuk fungsi pada transformasi laplace memenuhi operasi aljabar biasa,
sehingga mudah untuk disederhanakan.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perbedaan Buku


Buku Utama (Diktat Matematika Teknik 1) menurut kami lebih unggul jika
dibandingkan buku pembandingkedua karena buku utama semua materi dijelaskan secara
detail sedangkan di buku kedua sangat membosankan ketika dibaca dan penjelasan materinya
kurang detail dan terperinci. Ini yang membedakan antara buku utama dengan buku
pembanding.

3.2 Kelebihan dan Kelemahan Buku

3.2.1 Buku Utama (Buku Satu)

a. Kelebihan Buku
Keunggulan dari buku utama yaitu isi dari buku ini sangat lengkap sekali, karena
setiap aspek-aspeknya dijelaskan secara rinci, dari pengertian sampai kepada contoh-
contohnya. Buku Matematika Teknik I ini terdiri dari beberapa sub bab, masing-masing
dari sub bab tersebut berisi penjelasan tentang topik judul yang tertera dari sub babnya.
Disetiap akhir babnya selalu dilampirkan contoh soal, jadi keakuratan dari isi buku ini
sangat terjamin. Bahasa yang digunakan dalam buku ini sangat mudah sekali untuk
dicerna dan dipahami, semua yang dijelaskan dalam buku ini sangat berurutan dan
bagus sekali.

b. Kelemahan Buku
Kelemahan dari buku pertama yaitu pembahasannya terlalu monoton. Ada penulisan
kata yang salah, seperti seharusnya “dan” tetapi dibuat “dari”. Dan banyak kata-kata
yang diulang-ulang.

3.2.2 Buku Pembanding Satu (Buku Dua)

a. Kelebihan Buku
Keunggulan dari buku pembanding yaitu sangat menarik, terutama dalam bab 1
dibahas tentang logaritma, invert, dan ekporer secara individu. Penulis buku ini sangat
memahami bahwa setiap individu memiliki perbedaan.

b. Kelemahan Buku
kelemahan dari buku pembanding yaitu gambar yang kurang jelas, penulisan yang
sukar untuk dipahami. Isinya penuh dengan penjelasan semua, jadi ketika kita
membacanya mudah bosan. Dan kita perlu ekstra konsentrasi (fokus) ketika
memahami apa inti dari buku ini
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Matematika Teknik I ini adalah buku yang berusaha mengembangkan potensi diri
mahasiswa melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik formal maupun non
formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu, dan setiap individu memiliki
perbedaan kemampuan dan motorik. Buku ini berbeda dengan buku matematika lainnya.
Matematika Teknik lebih sukar dan sulit dipelajari karena membutuhkan pemahaman lebih
dibanding mempelajari matematika dasar.

4.2 Saran
Saran dari kami mengenai buku Matematika Teknik I ini yaitu rumus-rumus yang
terdapat di dalam pembahasan buku tersebut harus lebih simple, jelas, dan tepat. Dan sebagai
pemula kami berharap agar contoh soal yang diberikan agar lebih mudah untuk dipahami dan
tidak sukar dimengerti. Dan semoga nantiya dengan kita terus belajar dan memahami segala
sesuatu yang ada di dalam buku tersebut kita bisa menjadi guru yang berkualitas dan kita
dapat menerapkan ilmu yang kita dapat ke jenjang pendidikan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Silitinga, Marsangkap ; Manulang, Jongga dan Dalimunthe, Amirhud. 2016. Diktat Kuliah
Matematika Teknik I. Medan
Stroud, K.A. 2003. Matematika Teknik I. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai