Novita Bani(2018610092)
2020.
A. Askep penatalaksaan Pasien ARV
HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien rentan terhadap
serangan infeksi oportunistik. Antiretroviral (ARV) bisa diberikan pada pasien untuk
menghentikana aktivitas virus, memulihkan sitem imun dan mengurangi terjadinya infeksi
oportunistik, memperbaiki kualitas hidup, dan menurunkan kecacatan. ARV tidak
menyembuhkan pasien HIV, namun bisa memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia
harapan hidup penderita HIV/AIDS. Obat ARV terdiri atas golongan seperti nukleoside reverse
transcripetase inhibitor, non-nucleotide reverse transciptase inhibitor dan protease.
1. Tujuan pemberian ARV ARV diberikan pada pasien HIV/AIDS dengan tujuan untuk :
a. Menghentikan replikasi HIV.
b. Memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadi infeksi oportunistik.
c. Memperbaiki kualitas hidup.
d. Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV.
2. Jenis obat-obatan ARV Obat ARV terdiri atas beberapa golongan antara lain nucleoside
reverse transcriptase inhibitor, non- nucleoside reverse transcriptase inhibitor, protease
inhibitor dan fussion inhibitor.
a. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI) Obat ini dikenal sebagai analog
nukleosida yang menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA (proses
ini dikenal oleh virus HIV agar bisa bereplikasi. Contoh dari obat ARV yang
termasuk dalam golongan ini terdapat pada tabel di bawah ini
Pasien yang sedang mendapatkan HAART umumnya menderita efek samping. Sebagai
akibatnya, pengobatan infeksi HIV dan risiko toksisitas yang kompleks antara menyeimbangkan
keuntungan supresi HIV dan risiko toksisitas obat. Sekitar 25% penderita tidak meminum dosis
yang dianjurkan karena takut akan efek samping yang ditimbulkan oleh ARV (Arminio
Monforte, Chesney, Eron, 2000, dan Ammassari, 2001 dalam kapser et al, 2006). Obat-obat
ARV mempunyai efek samping tertentu seperti :
a. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.Y
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : malang
no regestrasi : 120320
dan diagnosa medis :12345
2) Status Kesehatan :
a. Alasan MRS
b. Keluhan Utama : Pasien mengeluhkan badan terasa lemas, sakit kepala, susah tidur,
diare dll.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
e. Riwayat Penyakit Keluarga
3) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Aukultasi
5) Gejala:
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Berikut adalah diagnosa keperawatan yang didapatkan
berdasarkan efek samping dari pemberian ARV sebagai berikut :
Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai dengan kedudukan dalam system, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
profesi perawatn maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan
Adherence atau patuh adalah kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai
dengan ketentuan yang diberikan oleh profesiaonal kesehatan (Niven, N, 2002). Kepatuhan atau
adherence pada terapi adalah sesuatu keadaan dimana pasien mematuhi pengobatannya atas
dasar kesadaran sendiri, bukan hanya karena mematuhi perintah dokter. Hal ini penting karena
diharapkan akan lebih meningkatkan tingkat kepatuhan minum obat. Adherence atau kepatuhan
harus selalu dipantau dan dievaluasi secara teratur pada setiap kunjungan. Kegagalan terapi ARV
sering diakibatkan oleh ketidak-patuhan pasien mengkonsumsi ARV. Untuk mencapai supresi
virologis yang baik diperlukan tingkat kepatuhan terapi ARV yang sangat tinggi. Penelitian
menunjukkan bahwa untuk mencapai tingkat supresi virus yang optimal, setidaknya 95% dari
semua dosis tidak boleh terlupakan. Resiko kegagalan terapi timbul jika pasien sering lupa
minum obat. Kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dengan pasien serta komunikasi dan
suasana pengobatan yang konstruktif akan membantu pasien untuk patuh minum obat.
Kepatuhan adalah istilah yang digunakan utnuk menggambarkan perilaku pasien dalam minum
obat secara benar tentang dosis, frekuensi dan waktunya. Supaya patuh, pasien dilibatkan dalam
memutuskan apakah minum obat atau tidak. Kepatuhan ini amat penting dalam penatalaksaan
ART, karena:
a. Bila obat tidak mencapai konsentrasi optimal dalam darah maka akan memungkinkan
berkembangnya resistensi.
b. Minum dosis obat tepat waktu dan meminumnya secara benar.
c. Derajat kepatuhan sangat berkolerasi dengan keberhasilan dalam mempertahankan
supresi virus.
Terdapat Kolerasi Positif Antara Kepatuhan Dengan Keberhasilan, Dan HAART Sangat Efektif
Bila Diminum Sesuai Aturan. Hal Ini Berkaitan Dengan.
a. Resistensi obat. Semua obat antiretroviral diberikan dalam bentuk kombinasi, di samping
meningkatkan efektivitas juga penting dalam mencegah resistensi. Kepatuhan terhadap
aturan pemakaian obat juga sangat membantu mencegah terjadinya resitensi. Virus yang
resisten terhadap obat akan berkembang cepat dan berakibat bertambah buruknya
perjalanan penyakit.
b. b. Menekan virus secara terus menerus. Obat-obatan ARV harus diminum seumur hidup
secara teratur, berkelanjutan, dan tepat waktu. Cara terbaik untuk menekan virus secara
terus menerus adalah dengan meminum obat secara tepat waktu dan mengikuti petunjuk
minum obat dengan benar serta di anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
c. Kiat penting untuk mengingat minum obat.
Minumlah obat pada waktu yang sama setiap hari.
Harus selalu tersedia obat di mana pun biasanya penderita berada, misalnya
dikantor, di rumah, dan lain-lain.
Bawa obat kemanapun pergi.
Gunakan alarm untuk mengingatkan waktu minum obat.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau faktor prediksi kepatuhan:
Fasilitas layanan kesehatan. Sistem layanan yang berbelit, sistem pembiayaan kesehatan
yang mahal, tidak jelas dan birokratik adalah penghambat yang berperan sangat
signifikan terhadap kepatuhan, karena hal tersebut menyebabkan pasien tidak dapat
mengakses layanan kesehatan dengan mudah. Termasuk diantaranya ruangan yang
nyaman, jaminan kerahasiaan dan penjadwalan yang baik, petugas yang ramah dan
membantu pasien.
a. Karakteristik Pasien. Meliputi faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, ras /
etnis, penghasilan, pendidikan, buta/melek huruf, asuransi kesehatan, dan asal
kelompok dalam masyarakat misal waria atau pekerja seks komersial) dan faktor
psikososial (kesehatan jiwa, penggunaan napza, lingkungan dan dukungan sosial,
pengetahuan dan perilaku terhadap HIV dan terapinya).
b. Paduan terapi ARV. Meliputi jenis obat yang digunakan dalam paduan, bentuk
paduan (FDC atau bukan FDC), jumlah pil yang harus diminum, kompleksnya
paduan (frekuensi minum dan pengaruh dengan makanan), karakteristik obat dan
efek samping dan mudah tidaknya akses untuk mendapatkan ARV.
c. Karakteristik penyakit penyerta. Meliputi stadium klinis dan lamanya sejak
terdiagnosis HIV, jenis infeksi oportunistik penyerta, dan gejala yang
berhubungan dengan HIV. Adanya infeksi oportunistik atau penyakit lain
menyebabkan penambahan jumlah obat yang harus diminum. d. Hubungan
pasien-tenaga kesehatan. Karakteristik hubungan pasien- tenaga kesehatan yang
dapat mempengaruhi kepatuhan meliputi: kepuasan dan kepercayaan pasien
terhadap tenaga kesehatan dan staf klinik, pandangan pasien terhadap kompetensi
tenaga kesehatan, komunikasi yang melibatkan pasien dalam proses penentuan
keputusan, nada afeksi dari hubungan tersebut (hangat, terbuka, kooperatif, dll)
dan kesesuaian kemampuan dan kapasitas tempat layanan dengan kebutuhan
pasien Sebelum memulai terapi, pasien harus memahami program terapi ARV
beserta konsekuensinya. Proses pemberian informasi, konseling dan dukungan
kepatuhan harus dilakukan oleh petugas (konselor dan/atau pendukung
sebaya/ODHA).
Tiga langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan antara lain :
Langkah 1: Memberikan informasi Klien diberi informasi dasar tentang pengobatan ARV,
rencana terapi, kemungkinan timbulnya efek samping dan konsekuensi ketidakpatuhan. Perlu
diberikan informasi yang mengutamakan aspek positif dari pengobatan sehingga dapat
membangkitkan komitmen kepatuhan berobat
Harus direncanakan mekanisme untuk mengingatkan klien berkunjung dan mengambil obat
secara teratur sesuai dengan kondisi pasien. Perlu dibangun hubungan yang saling percaya antara
klien dan petugas kesehatan. Perjanjian berkala dan kunjungan ulang menjadi kunci
kesinambungan perawatan dan pengobatan pasien. Sikap petugas yang mendukung dan peduli,
tidak mengadili dan menyalahkan pasien, akan mendorong klien untuk bersikap jujur tentang
kepatuhan makan obatnya.
Follow up pertama setelah satu atau dua minggu. Lebih awal jika terjadi efek
samping.
Kunjungan bulanan sesudahnya, atau lebih bila doperlukan.
Tiap kunjungan tanyakan tentang gejal, kepatuhan, maslah yang berhubungan
dnegan HIV dan non HIV, dan kualitas hidup.
Pemeriksaan, berat badan, dan suhu.
c. Pemeriksaan laboratorium dasar
Hitung darah dan hitung jenis (Hb, leukosit, dan TLC-total limfosit count tiap 3
bulan dan pada awlah pemakaian ARV).
SGOT dan SGPT.
Hitung CD4, dilakukan pada awal terapi dan tiap 6 bulan.
d. Monitoring efektivitas ARV dinilai efektif bila :
Menurunnya/menghilangnya gejala.
Meningkatkan berat badan.
Menurunnya lesi kaposi.
Meningkatkan TLC.
Meningkatnya hitungan CD4.
Supresi VL yang bertahan lama.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Antiretroviral (ARV) Adalah Obat Yang Diberikan Untuk Pasien HIV/AIDS Dengan Tujuan
Menghentikana Aktivitas Virus, Memulihkan Sitem Imun Dan Mengurangi Terjadinya Infeksi
Oportunistik, Memperbaiki Kualitas Hidup, Dan Menurunkan Kecacatan. ARV Tidak
Menyembuhkan Pasien HIV, Namun Bisa Memperbaiki Kualitas Hidup Dan Memperpanjang
Usia Harapan Hidup Penderita HIV/AIDS. Peran Perawat Dalam Menigkatkan Kepatuhan
Minum Obat Pasien Sangat Penting Yaitu Dengan Cara Memberikan Informasi Seputar
Pengobatan ARV, Konseling Perorangan Untuk Mengeksplorasi Kesiapan Pengobatan Pasien
Dan Membuat Rencana Terapi Pasien.
B. Saran
Perawat Dalam Melakukan Asuhan Keperawatan Dan Tindakan Keperawatan Kepada Pasien
Dengan HIV Harus Berhati-Hati Dan Sesuai Dengan SOP Agar Keamanan Pasien Dan
Keamanan Perawat Terjaga. Selain Masalah Fisiologis Pada Pasien, Perawat Juga Harus Mampu
Melakukan Asuhan Keperawatan Terhadap Masalah Psikologis Dan Social Dari Pasien. Oleh
Sebab Itu, Perlu Di Bangun Hubungan Saling Percaya Antara Klien Dan Petugas Kesehatan.
Kunjungan Ulang Menjadi Kunci Kesinambungan Perawatan Dan Pengobatan Pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapiuus.
bagi ODHA. Buku pedoman untuk petugas kesehatan dan petugas lainnya. Buku
pedoman untuk petugas kesehatan dan petugas lainnya. Jakarta: Direktorat Jendral
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan lingkungan Depkes RI.