Dokumen - Tips - Laporan Tutorial Dentomaksilofacial
Dokumen - Tips - Laporan Tutorial Dentomaksilofacial
Anggota Diskusi
Scriber 1
Nama Lengkap : Nakhita Lintang Syafira
NIM : 141610101083
Fakultas : Kedokteran Gigi
Scriber 2
Nama Lengkap : Ismi Inayatur Yusha
NIM : 141610101030
Fakultas : Kedokteran Gigi
Anggota 1
Nama Lengkap : Majid Maharsi Arif K
NIM : 141610101053
Fakultas : Kedokteran Gigi
Anggota 2
Nama Lengkap : Eka Aprillia Devi
NIM : 141610101078
Fakultas : Kedokteran Gigi
Anggota 3
Nama Lengkap : Fitrotul Hasanah
NIM : 141610101080
ii
Fakultas : Kedokteran Gigi
Anggota 4
Nama Lengkap : RR Dianita Rahmah Julia
NIM : 141610101081
Fakultas : Kedokteran Gigi
Anggota 5
Nama Lengkap : Silvitania Putri
NIM : 141610101083
Fakultas : Kedokteran Gigi
Anggota 6
Nama Lengkap : Sepma Viraticha
NIM : 141610101084
Fakultas : Kedokteran Gigi
Anggota 7
Nama Lengkap : Ade Ayu Dwi Riani
NIM : 141610101089
Fakultas : Kedokteran Gigi
KATA PENGANTAR
iii
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini tentang Infeksi Kelenjar
Saliva. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok VIII
pada skenario ke enam pada blok Penyakit Dentomaksilofasial I.
Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Mei Syafriadi, drg., MDSc., Ph.D. selaku tutor yang telah
membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok VIII Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang telah memberi masukan
yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan
oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempuranaan laporan ini di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat berguna
bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
iv
Pengesahan ..........................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................6
BAB IV PENUTUP..............................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................37
v
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
7
Kelenjar ludah adalah kelenjar majemuk bertandan, yang berarti terdiri atas
gabungan kelompok alveoli bentuk kantong dan yang membentuk lubang-lubang kecil.
Saluran-saluran dari setiap alveolus bersatu untuk membentuk saluran yang lebih besar
dan yang mengantar sekretnya ke saluran utama dan melalui ini sekret dituangkan ke
dalam mulut.
a) Kelenjar Parotis
b) Kelenjar Submandibula
Kelenjar submandibular terdiri dari dua bagian yaitu region submandibular dan
region sublingual yang dipisahkan oleh muskulus mylohyoid. Kelenjar ini
memiliki ductus yang bernama Wharton’s duct. Duktus ini bermuara pada
caruncula sublingualis di frenulum lidah.
c) Kelenjar Sublingualis
Kelenjar sublingualis memiliki bentuk yang memanjang. Berat dari kelenjar ini
sekitar 2-3 gram. Duktus dari kelenjar sublingualis ini bernama ductus
bartholini. Duktus ini bermuara di dekat muara ductus Wharton di sekitar
frenulum lidah. (Pearce, 2005)
Kelainan kelenjar saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar saliva yang
dapat merujuk pada kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau nyeri.
BAB III
PEMBAHASAN
8
STEP 1
9
diakibatkan adanya infeksi bakteri sehingga mengalami inflamasi dan terjadi
akumulasi pus pada kelenjar parotis sehingga kelenjar parotis dapat membesar.
3. Nyeri kontinyu diakibatkan oleh agen penyebab belum dihilangkan atau belum
hilang, sedangkan adnya nyeri hingga menjalar ke telinga akibat adanya syaraf
yang menghubungkan ke telinga pada kelenjar parotis
Bakteri Faktor Utama
4. Respon tubuh atau host terhadap infeksi yaitu dengan cara melalui peradangan
yaitu dengan Infeksi
adanya sel-sel radang dan mediator-mediator
Faktor inflamasi pada daerah
Faktor
infeksi yang akan memfagosit mikrobia Penyebab Predisposisi
Virus
5. Infeksi masuk ke kelenjar parotis ada dua cara yaitu dengan melalui pembuluh
Parotis
Mayor
darah dan pembuluh limfe. Dimana jika melalui pembuluh darah, infeksi
Macam
Submandibula
tersebut ke tempat atau daerah rentan yaitu glandula parotis. Sedangkan untuk
Glandula
yang melalui Saliva limfe, dimana
pembuluh Anatomijika diperankankan Sublingual
Minor oleh virus, virus
tersebut masuk ke pembuluh limfe kemudia menuju saraf sensoris dan kemudian
Lingual Posterior
ke glandula parotis Histologi
Bukal
6. Kelenjar Parotis
7. Karena pada bagian itu merupakan muara dari ductus stanson dari Labial
kelenjar
Respon Host
Palatal
parotis. Sehingga apabila pada kelenjar parotis mengalami infeksi, kemungkinan
besar juga akan terjadi infeksi pada saluran kelenjar dan muaranya Lingual Anterior
8. –
Lokal
9. –
10. –
Berhasil Tidak Berhasil
11. –
12. –
Sembuh Limfonodi Hematogen Perkotinuatum
13. –
Droplet
(Nomor 8-13 dimasukkan LO) Humoral Penyebaran
Kontak Langsung
Xerostomia
Demam
Inflamasi Gejala Lokal Gejala Sistemik
Lympadenetis
Nyeri
Nyeri
Pemeriksaan
Step 4
Klasifikasi
Penyakit Kelenjar
Saliva
Step 5
11
1. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan Anatomi dan histology
kelenjar saliva
2. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan faktor utama dan faktor
predisposisi infeksi kelenjar saliva, port de entry dan proses infeksi kelenjar
saliva
3. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan respon host terhadap
infeksi kelenjar saliva
4. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan macam penyakit infeksi
kelenjar saliva beserta gambaran HPA, radiografi dan gejala klinis
5. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan perkembangan
pembengkakan dari kecil hingga menjadi besar
6. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan nyeri kontinyu, mendadak,
dan menjalar ke telinga
7. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan penjalaran infeksi kelenjar
saliva
Step 7
a) Glandula parotis
12
Glandula parotis adalah kelenjar serosa besar yang digolongkan sebagai kelenjar
tubuloasinar kompleks dan banyak mengandung sel adiposa. Dikelilingi kapsul
yang membentuk banyak septum jaringan ikat interlobularis yang membagi
kelenjar menjadi lobul dan lobulus yang didalamnya terdapat arteriol, venula
dan duktus ekskretorius interlobularis. Sel sekretorik membentuk asini serosa.
Dengan pembesaran lebih kuat, tampak granula sekretorik. Semua asini serosa
dikelilingi sel mioepitel kontraktil yang tipis diantara membrana basalis dan sel
serosa. Asini serosa sekretorik mencurahkan produknya ke duktus interkalaris.
Produk sekretorik dari duktus interkalaris mengalir ke duktus striataya yang
lebih besar. Duktus striata mencurahkan isinya ke dalam duktus ekskretorius
intralobularis.
b) Glandula submandibularis
13
Beberapa lobulus kelenjar submandibularis dengan beberapa asini mukosa
terselip diantara asini serosa. Pada asini campuran, asini mukosa biasanya
dikelilingi atau ditutupi oleh satu atau lebih sel serosa, membentuk semiluna
serosa bentuk bulan sabit. Sel mioepitel kontraktil mengelilingi asini serosa dan
mukosa serta duktus interkalaris. Sel ini berbentuk gepeng, berinti gepeng,
memiliki sitoplasma panjang yang mencapai sel-sel sekretoris, dan memiliki
miofibril yang kontraktil di dalam sitoplama sehingga membantu memeras sel
sekretoris mengeluarkan hasil sekresi. Duktus striata dengan striata basalis yang
lebih panjang lumennya daripada kelenjar parotis. Juga terdapat septum jaringan
ikat interlobularis, arteriol, venula, sel adiposa.
c) Glandula sublingualis
14
Merupakan kelenjar tubuloasinar campuran karena terdiri atas asini serosa dan
mukosa tapi sebagian besar adalah asini mukosa yang ditutupi oleh semiluna
serosa. Tampak juga sel mioepitel kontraktil disekitar asini serosa dan mukosa.
15
Terdapat duktus interkalaris pendek atau tidak ada, dan duktus ekskretorius
interlobularis non striata lebih banyak. Terdapat juga septum jaringan ikat
interlobularis, arteriol, venula dan duktus ekskretorius interlobularis. Sel adiposa
berbentuk lonjong tampak menyebar di jaringan ikat kelenjar.
(Sumber: Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore: dengan korelasi
fungsional. Jakarta: Buku Kedokteran EGC)
e) Kelenjar Submandibula
Kelenjar submandibular terdiri dari dua bagian yaitu region submandibular dan
region sublingual yang dipisahkan oleh muskulus mylohyoid. Kelenjar ini
memiliki ductus yang bernama Wharton’s duct. Duktus ini bermuara pada
caruncula sublingualis di frenulum lidah.
16
f) Kelenjar Sublingualis
Kelenjar sublingualis memiliki bentuk yang memanjang. Berat dari kelenjar ini
sekitar 2-3 gram. Duktus dari kelenjar sublingualis ini bernama ductus
bartholini. Duktus ini bermuara di dekat muara ductus Wharton di sekitar
frenulum lidah.
17
Kelenjar saliva minor lebih kecil dari kelenjar saliva mayor, namun
jumlahnya lebih banyak. Kelenjar saliva minor termasuk kelenjar eksokrin,
namun duktus mereka lebih pendek daripada duktus kelenjar saliva mayor.
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar labialis , lingualis, bukalis dan
palatinal. Kelenjar-kelenjar ini berada di bawah mukosa dari bibir, lidah, pipi,
serta palatum. Kelenjar saliva mayor dan minor terdiri dari epitel dan jaringan
ikat. Sel epitel berada di sistem duktus dan memproduksi saliva. Jaringan ikat
ada disekeliling epitel, menjaga dan mendukung kelenjar. Jaringan ikat kelenjar
terbagi menjadi capsule, yang mengelilingi bagian luar seluruh kelenjar dan
septa. Setiap septum membantu membagi bagian dalam kelenjar menjadi lobus
yang lebih besar dan lobulus yang lebih kecil. Capsule dan septa membawa
nervus dan pembuluh darah yang mensuplai kelenjar.
1) Kelenjar Labial
Kelenjar ini terletak di submukosa bibir. Banyak ditemui pada midline
dan memiliki banyak duktus.
2) Kelenjar Bukal
Kelenjar ini terdapat pada mukosa pipi, kelenjar ini serupa dengan
kelenjar labial
3) Kelenjar Palatinal
Kelenjar ini ditemui di sepertiga posterior palatal dan di palatum molle.
Kelenjar ini dapat dilihat secara visual dan dilindungi oleh jaringan
fibrous yang padat
4) Kelenjar Lingual
Kelenjar ini dikelompokkan dalam beberapa tipe yaitu:
a. Kelenjar anterior lingual
Lokasi kelenjar ini tepat di ujung lidah
b. Kelenjar lingual Van Ebner
Kelenjar ini dapat ditemukan di papilla sirkumvalata
c. Kelenjar Posterior lingual
Dapat ditemukan pada sepertiga posterior lidah yang berdekatan
dengan tonsil
18
1. Duktus intralobular
a. Intercalated duct
Dilapisi oleh epitel selapis kubis rendah, menghubungkan asini dengan
striated duct.
b. Striated duct
Dilapisi epitel selapis silindris, sitoplasma asidofil. Sitoplasma bagian
basal bergaris-garis karena mitokondria tongkat tegak lurus pada basis sel
2. Duktus interlobularis
Dilapisi oleh epitel silindris bertingkat dan mungkin bersel goblet..
terdapat di jaringan ikat yang memisahkan lobules. Saluran utama dari
setiap kelenjar saliva utama dilapisi oleh epitel berlapis pipih tanpa lapisan
tanduk.
(Sumber: Neviller BW, Damm DD, Allen CM. 2002. Oral and Maxillofacial
Pathology. Philadelphia : Saunders)
19
Port the entry dari mikroorganisme seperti virus dan bakteri bisa melalui
beberapa jalur. Beberapa jalur tersebut diantaranya adalah kulit, sistem
pencernaan, sistem pernapasan dan orogenital. Mikroorganisme yang masuk
melalui kulit biasanya masuk ketika ada kerusakan pada kulit.
Virus mumps masuk tubuh melalui hidung atau mulut yang berasal dari
percikan ludah, kontak langsung dengan penderita parotitis lain, muntahan, dan
urin. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan
adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum
konvalesens. Pada infeksi pertama antibodi yang terbentuk terlebih dahulu
adalah IgM. IgG muncul setelahnya, yang mana kadarnya lebih tinggi dalam
darah dan tidak menurun secara dramatis. Jika terjadi paparan lagi, IgG akan
naik jauh lebih tinggi dan lebih cepat daripada IgM. IgG merupakan penanda
utama pada infeksi sekunder.
Virus paramyxovirus
21
Virus bereplikasi di traktur respiratori atas
Viremia
Humoral
Antibodi merupakan komponen imun protektif utama
terhadap bakteri ekstraselular yang berfungsi untuk
menyingkirkan mikroba dan menetralkan toksinnya melalui
22
berbagai mekanisme. Th2 memproduksi sitokin yang merangsang
respons sel B, aktivasi makrofag dan inflamasi.
Sitokin
Respons utama pejamu terhadap bakteri ekstraselular adalah
produksi sitokin oleh makrofag yang diaktifkan yang
menimbulkan inflamasi dan syok septik. Toksin seperti
superantigen mampu mengaktifkan banyak sel T, sehingga
menimbulkan produksi sitokin dalam jumlah besar dan kelainan
klinik patologi seperti yang terjadi pada syok septik.
b) Bakteri Intraseluler
Imunitas selular terdiri atas 2 tipe reaksi, yaitu sel CD4⁺ Th1
23
Antibodi merupakan efektor dalam imunitas spesifik
humoral terhadap infeksi virus. Antibodi dapat menetralkan virus,
mencegah virus menempel pada sel dan masuk ke dalam sel
pejamu.
Antibodi dapat berperan sebagai opsonin yang
meningkatkan eliminasi partikel virus oleh fagosit. Aktivasi
komplemen juga ikut berperan dalam meningkatkan fagositosis
dan menghancurkan virus dengan envelop lipid secara langsung.
IgA yang disekresi di mukosa berperan terhadap virus yang
masuk melalui mukosa saluran napas dan cerna.
Imunitas spesifik selular
Respons imun terhadap virus intraselular terutama
tergantung dari sel CD8⁺/CTL yang membunuh sel terinfeksi.
Fungsi fisiologik utama CTL (Cytotoxic T Lymphocyte) ialah
pemantauan terhadap infeksi virus. Kebanyakan CTL yang
spesifik untuk virus mengenal antigen virus yang sudah dicerna
dalam sitosol, biasanya disintesis endogen yang berhubungan
dengan MHC-1 dalam setiap sel yang bernukleus. Untuk
diferensiasi penuh, CD8⁺ memerlukan sitokin yang diproduksi sel
CD4⁺ Th dan konstimulator yang diekspresikan pada sel
terinfeksi. Bila sel terinfeksi adalah sel jaringan dan bukan APC
(Antigen Presenting Cell), sel terinfeksi dapat dimakan oleh APC
profesional seperti sel dendritik yang selanjutnya memproses
antigen virus dan mempresentasikannya bersama molekul MHC-1
ke sel CD8⁺ naif di kelenjar getah bening. Sel yang akhir akan
berproliferasi secara masif yang kebanyakan merupakan sel
spesifik untuk beberapa peptida virus. Sel CD8⁺ naif yang
diaktifkan berdiferensiasi menjadi sel CTL efektor yang dapat
membunuh setiap sel bernukleus yang terinfeksi. Efek antivirus
utama CTL adalah membunuh sel terinfeksi.
(Sumber: Baratawidjaja, Karnen Garna dan Iris Rengganis.2013.Imunologi
Dasar.Jakarta:Balai Penerbit FKUI)
24
4. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan macam penyakit infeksi
kelenjar saliva beserta gambaran HPA, radiografi dan gejala klinis
a) Sialolithiasis
Sialolithiasis bukan merupakan infeksi kelenjar saliva akibat dari bakteri
maupun virus, namun sialolithiasis dapat mendukung atau merupakan
faktor pendukung terjadinya infeksi kelenjar saliva oleh bakteri dan
virus. Sialolit adalah massa terkalsifikasi atau batu yang dapat terjadi di
dalam kelenjar saliva. Batu seperti itu diketahui berasal dari deposisi
kalsium di sekitar nidus bacterial, mukos, sel-sel epithelial duktus.
Penyebab sebenarnya struktur saliva ini tidak diketahui, tetapi tidak
berhubungan dengan ketidakseimbangan sistemik metabolism kalsium.
Namun, telah diketahui bahwa kadar kalsium yang tinggi pada saliva
atau defisiensi phyate mungkin berhubungan dengan pembentukan batu.
Batu dapat berkembang pada duktus glandula saliva mayor dan minor,
tetapi kelenjar submandibula yang sering terkena. Prediksi ini
mencerminkan sekresi mucus yang kental pada glandula submandibularis
dan sifat berkelok-kelok duktusnya.
Tanda Klinis
25
menimbulkan gejala yang sering dan parah. Apabila batu terletak di
muara, bisa divisualisasi sebagai massa kuning yang liat bila dipalpasi.
Radiografi
b) Sialadenitis
26
Sialadenitis adalah infeksi berulang-ulang di glandula submandibularis
yang dapat diserati adanya batu (sialolith) atau penyumbatan. Biasanya
sistem duktus terjadi kerusakan,. Pembentukan abses dapat terjadi
didalam kelenjar maupun duktus. Sering terdapat batu tunggal atau
multiple.
Etiologi
Sialadenitis biasanya terjadi setelah obstruksi tetapi dapat berkembang
tanpa penyebab yang jelas. Peradangan kronis dapat terjadi pada
parenkim kelenjar atau duktus seperti batu (sialolithiasis) yang
disebabkan karena infeksi (sialodochitis) dari Staphylococcus aureus,
Streptococcus viridians atau pneumococcus. Selain itu terdapat
komponen obstruksi skunder dari kalkulus air liur dan trauma pada
kelenjar. Faktor risiko yang dapat mengakibatkan sialadenitis antara lain
dehidrasi, terapi radiasi, stress, malnutrisi dan hiegine oral yang tidak
tepat misalnya pada orang tua, orang sakit, dan operasi.
Sialadenitis paling sering terjadi pada kelenjar parotis dan biasanya
terjadi pada pasien dengan umur 50-an sampai 60-an, khususnya pada
pasien sakit kronis dengan xerostomia,dan pasien dengan sindrom
Sjogren, dan pada mereka yang melakukan terapi radiasi pada rongga
mulut. Jadi, etiologi paling umum pada penyakit ini adalah
Staphylococcus aureus organisme lain meliputi Streptococcus, koli, dan
berbagai bakteri anaerob.
Tanda klinis
27
Kelenjar yang terkena terasa nyeri, membengkak, dan lunak jika ditekan,
dengan cairan purulen dari orifis duktus. Kulit diatasnya mungkin
erimatus dan pasien merasa demam dan malaise
HPA
Sialografi
28
Pada radiograf terlihat terjadi pembengkakan pada daerah kelenjar
parotis
c) Parotitis
Gondong (mumps) adalah penyakit menular akut yang ditandai dengan
pembesaran nonsuporatif salah satu atau kedua kelenjar air liur. Virus
gondong terutama menyebabkan penyakit kanak-kanak yang ringan,
tetapi pada orang dewasa, komplikasi yang meliputi meningitis dan
orkitis umum terjadi. Lebih dari sepertiga seluruh infeksi gondong
bersifat asimptomatik.
Virus penyebab penyakit ini telah berhasil diisolasi oleh Jonhson dan
Goodpasture pada tahun 1934. Virus tersebut masuk dalam genus
Paramyxo virus. Penyakit gondong atau mumps sering juga disebut
penyakit parotitis epidemika. Penyakit ini dapat timbul secara endemik
atau epidemik, tersebar di seluruh dunia dan menyerang kedua jenis
kelamin sama banyak
Tanda Klinis
Masa tunas 14-24 hari. Dimulai dengan stadium prodormal, lamanya 1-2
hari dengan gejala demam, anoreksia, sakit kepala, muntah dan nyeri
otot. Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,50C-39,50C, kemudian timbul
pembengkakan kelanjar parotitis yang mula-mula unilateral tetapi
29
kemudian dapat menjadi bilateral. Pembengkakan tersebut terasa nyeri
baik spontan maupun pada perabaan, terlebih-lebih bila penderita makan
atau minum sesuatau yang asam, ini merupakan gejala khas untuk
penyakit parotitis epidemika. Di daerah parotis, kulit tanpak berwarna
merah kecoklatan, nyeri pada tekanan, bagian bawah daun telinga
terangkat ke atas. Kadang-kadang disertai trimus dan disfagia. Di rongga
mulut pada muara duktus Stenson tampak kemerahan dan edeam.
Pembengkakan kelenjar berlangsung 3 hari dan kemudian mengempis.
HPA
30
(Sumber:Lewis, Michael A.O. 2015. Penyakit Mulut Diagnosis dan Terapi.Jakarta:
EGC)
31
6. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan nyeri kontinyu,
mendadak, dan menjalar ke telinga
Sinyal nyeri tajam yang cepat dirangsang oleh stimuli mekanik dan suhu; sinyal
ini dijalarkan melalui saraf perifer ke medula spinalis oleh serabut-serabut kecil
rasa nyeri lambat dirangsang terutama oleh stimuli nyeri tipe kimiawi, tetapi
kadang juga oleh stimuli mekanik dan suhu yang menetap. Nyeri lambat kronik
ini dijalarkan ke medula spinalis oleh serabut tipe C dengan kecepatan
penjalaran antara 0,5 sampai 2 m/detik.
Karena sistem persarafan rasa nyeri ini bersifat rangkap maka stimulus rasa
nyeri hebat yang tiba-tiba menimbulkan sensasi nyeri yang sifatnya “rangkap”:
rasa nyeri tajam yang dijalarkan ke otak oleh jaras serabut A , diikuti oleh
sedetik atau lebih rasa nyeri lambat yang dijalarkan oleh jaras serabut C. Rasa
nyeri tajam dengan cepat akan memberitahu pasien adanya suatu kerusakan
sehingga membuat pasien segera bereaksi memindahkan dirinya dari stimulus
tadi. Rasa nyeri lambat cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Sensasi ini
akan mengakibatkan rasa nyeri yang tak tertahankan yang sifatnya terus
menerus dan membuat pasien terus menerus meredakan penyebab rasa nyeri.
32
(Sumber: Guyton, Arthur C dan John E.Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran.Jakarta:EGC)
Jaringan lunak merupakan area yang kaya dengan suplai darah. Hal ini
meningkatkan kemungkinan masuknya organisme dan toksin dari daerah yang
terinfeksi ke dalam sirkulasi darah. Di lain pihak, infeksi dan inflamasi juga
akan semakin meningkatkan aliran darah yang selanjutnya menyebabkan
semakin banyaknya organisme dan toksin masuk ke dalam pembuluh darah.
Karena perubahan tekanan dan edema menyebabkan penyempitan pembuluh
vena dan karena vena pada daerah ini tidak berkatup, maka aliran darah di
dalamnya dapat berlangsung dua arah, memungkinkan penyebaran infeksi
langsung dari fokus di dalam mulut ke kelenjar saliva sebelum tubuh mampu
33
membentuk respon perlawanan terhadap infeksi tersebut. Material septik
(infektif) yang mengalir melalui vena dapat membuat sedikit kerusakan. Namun,
saat berada di dalam darah, organisme yang mampu bertahan dapat menyerang
organ manapun yang kurang resisten akibat faktor-faktor predisposisi tertentu.
Hasil Pleno
1. Pada xerostomia terjadi penurunan saliva atau saliva menjadi lebih kental
sedangkan secret kental (mucus) memiliki pertahanan yang lebih baik lalu
bagaimana hubungannya?(Tutorial 6)
Jawab: Kalau pada xerostomia itu kentalnya berlebihan sehingga bukannya
membantu dalam mencegah infeksi tetapi justru akan menyumbat duktus
kelenjar saliva, viskositas yang diharapkan dalam keadaan normal sehingga
viskositas saliva dapat bekerja dengan baik dalam menghambat pergerakan agen
infeksi.
2. Pada gambaran radiografi penyakit parotitis terdapat gambaran radiopaque,
gambaran apakah itu? (Tutorial 5)
34
Jawab: Gambaran radiopaque pada gambar sialografis tersebut menunjukkan
tulang maksila, bukan merupakan gambaran patologis. Gaambaran patologis
yang terlihat pada gambaran sialografis tersebut adalah adanya pembesaran pada
salah satu sisi yang menunjukkan adanya pembengkakan pada glandula parotis
3. Apa perbedaan dari nyeri local dan nyeri sistemik? (Tutorial 4)
Jawab: Nyeri local hanya terjadi pada daerah yang memang terkena infeksi,
contohnya jika glandula saliva yang terkena infeksi maka yang terasa nyeri yaitu
pada glandula tersebut, sedangkan pada nyeri sistemik yaitu nyeri di tempat lain
atau bukan di tempat infeksi tetapi akibat dari infeksi tersebut, misalnya infeksi
kelenjar saliva yang mengalami nyeri hingga telinga.
4. Jika suatu infeksi menginfeksi satu kelenjar saja, apakah dapan menginfeksi ke
kelenjar yang lainnya? (Tutorial 3)
Jawab: Virus yang menginfeksi parotis yang menyebabkan parotitis dapat
menyebar pada kelenjar lainnya. Virus memiliki tropism yang hanya cocok pada
tempat tertentu saja. Bila tempat atau lingkungan kelenjar lain memiliki
persamaan dengan tropism virus dan juga adanya pertahanan yang menurun
maka virus dapat menyebar ke kelenjar lain
5. Apabila bakteri melewati duktus, bagaimana pertahanan dari duktus tersebut?
(Tutorial 7)
Jawab: Untuk respon host khususnya pada kelenjar saliva, melibatkan beberapa
hal. Infeksi yang terjadi melalui muara duktus kelenjar saliva dapat dicegah
dengan cara fisik yaitu dengan peningkatan viskositas saliva. Ini dimaksudkan
untuk memerangkap antigen seperti virus dan bakteri yang datang serta
menghentikan pertumbuhannya pada parenkim dari glandula saliva. Sedangkan
dengan cara kimiawi dapat dengan cara pengeluaran antibodi, khususnya pada
kelenjar saliva adalah Imunoglobulin A. Untuk mencegah infeksi yang masuk
melalui daerah sepanjang duktus kelenjar saliva dapat digunakan sistem
limfonodi yang terletak sepanjang lapisan duktus kelenjar saliva
35
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia memiliki kelenjar saliva yang terbagi menjadi kelenjar saliva mayor
dan minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari sepasang kelenjar parotis, submandibula
dan sublingual. Kelenjar saliva minor jumlahnya ratusan dan terletak di rongga mulut.
Kelenjar ini juga tidak terlepas dari penyakit yang disebabkan oleh agen infeksius
seperti bakteri dan virus sebagai faktor utama. Saat agen infeksius tersebut menginfeksi
dapat menstimulasi tubuh untuk mempertahankan diri dari agen infeksius tersebut,
dimana respon host yang pertama yaitu respon local, apabila respon local tersebut tidak
berhasil melawan agen infeksius tersebut maka tahapan pertahanan host akan berlanjut
ke tahap pertahanan humoral di mana dalam melawan agen infeksius tersebut akan
memunculkan gejala-gejalanya. Untuk menentukan macam dari penyakit infeksi
kelenjar saliva dapat dilakukan dengan pemeriksaan melalui radiografi, HPA, dan
dilihat secara klinis, dimana ada beberapa penyakit yang dapat terjadi pada kelenjar
saliva yaitu seperti sialolithis, sialadenitis dan parotitis.
DAFTAR PUSTAKA
36
Baratawidjaja, Karnen Garna dan Iris Rengganis.2013.Imunologi Dasar.Jakarta:Balai
Penerbit FKUI
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2007. Buku Ajar Patologi 7nd ed, Vol. 2. Jakarta:
Buku kedokteran EGC
Lewis, Michael A.O. 2015. Penyakit Mulut Diagnosis dan Terapi.Jakarta: EGC
Munasir, Zakiudin. 2001. Respon Imun Terhadap Infeksi Bakteri. Jurnal Sari Pediatric
Vol. 2 No. 4 Maret 2001
Neviller BW, Damm DD, Allen CM. 2002. Oral and Maxillofacial Pathology.
Philadelphia : Saunders
37