Anda di halaman 1dari 19

Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR.

R 1
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. W DENGAN


OPEN FRAKTUR RADIUS ULNA 1/3 DISTAL SINISTRA
DI RSO Prof. DR. R SOEHARSO SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar
Profesi Ners (Ns)

Disusun Oleh
AMALIA FAUZIAH
J 230 113 010

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR. R 2
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)
Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR. R 1
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)

PENELITIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. W DENGAN


OPEN FRAKTUR RADIUS ULNA 1/3 DISTAL SINISTRA
DI RSO Prof. DR. R SOEHARSO SURAKARTA

Amalia FAuziah.*
Sulastri, S.Kp., M.Kes. **
Agus Sudaryanto, S.Kep, Ns, M.Kes.***

Abstrak

Masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia adalah kecelakaan lalu


lintas, khususnya terjadi di negara berkembang. Kecelakaan lalu lintas banyak
menelan korban 2,4 juta jiwa manusia setiap tahunnya menurut World Health of
Organitation (WHO). Pada kasus-kasus open fraktur dilakukan tindakan
debridement untuk mengangkat benda asing atau jaringan mati. Tujuan karya tulis
ini ialah untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan tindakan operasi
debridement & ORIF pada kasus open fraktur radius ulna 1/3 distal sinistra.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, buku status pasien dan studi kepustakaan. Untuk masalah
diagnosa yang muncul pada pre operasi antara lain nyeri akut teratasi hanya
sebagian dengan mengimobilisasi bagian yang sakit dan relaksasi nafas dalam,
masalah ansietas teratasi dengan pemberian informasi prosedur bedah. Pada intra
operasi masalah keperawatan resiko syok hipovolemik teratasi dengan
pengontrolan perdarahan selama operasi berlangsung. Pada post operasi masalah
resiko infeksi tidak terjadi karena tetap mempertahankan prinsip steril serta telah
terpasang balutan pada luka post operasi serta dengan pemberian obat antibiotik
profilakisis yang tepat dan untuk masalah bersihan jalan nafas teratasi dengan
melakukan suction dan memberikan oksigen sesuai kebutuhan klien.

Kata kunci : orif, debridement, open fraktur, radius ulna 1/3 distal sinistra
Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR. R 2
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)

NURSING CARE CHILD. W WITH


OPEN FRACTURE RADIUS ULNA 1/3 DISTAL SINISTRA
AT RSO Prof. DR. R SOEHARSO SURAKARTA
By: Amalia Fauziah

ABSTRACT

Public health problem throughout the world are road traffic accidents,
particularly in developing countries. Many traffic accidents claimed the lives of
2.4 million people each year according to the World Health of Organitation
(WHO). In cases of open fracture debridement action is taken to remove foreign
matter or dead tissue. Purpose of this paper is to determine nursing care with
debridement and ORIF surgery in cases of open fracture radius ulna 1/3 distal
sinistra. Data collection techniques using interviews, observation, physical
examination, the patient's status books and literature study. To diagnose problems
that arise in the pre surgery include acute pain resolved only partially by
immobilize the affected area and the deep breathing relaxation, anxiety problems
solved with the provision of surgical procedures. At the risk of intra-operation
nursing hypovolemic shock problem is resolved by controlling bleeding during
surgery. At the risk of postoperative infection problem does not occur because the
principle of maintaining sterile and have attached a bandage on the wound and
postoperative profilakisis by administering appropriate antibiotics and airway
clearance for the problem is resolved by suction and deliver oxygen according to
the client's needs.

Key words: ORIF and debridement, open fracture radius ulna 1/3 distal sinistra
Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR. R 3
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)

PENDAHULUAN Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra di


Kecelakaan lalu lintas banyak RSO Prof. DR. R Soeharso Surakarta.
terjadi mulai dari kasus yang besar Adapun tujuan ini meliputi dua
sampai kasus yang kecil di Indonesia, hal yaitu tujuan khusus dan tujuan
kejadian tersebut terjadi disebabkan umum : tujuan umum penulis ingin
karena arus lalu lintas yang semakin mengetahui gambaran penatalaksanaan
padat. Jumlah kecelakaan lalu lintas asuhan keperawatan pada klien pre,
sejak 23 Agustus sampai 7 September intra, dan pos tindakan debridement dan
dalam operasi ketupat 2011, naik ORIF dengan Open Fraktur Radius Ulna
sebesar 1.111 kecelakaan (30,58%) 1/3 Distal Sinistra di RSO Prof. DR. R
dibandingkan tahun 2010 ( Biro Soeharso. Tujuan khususnya penulis
Penmasri, 2011). ingin memperoleh pengalaman nyata
Fraktur radius ulna adalah tentang tahap proses perawatan pre,
terputusnya kontinuitas tulang radius intra dan post operasi ORIF di RSO Prof.
ulna, fraktur radius ulna terbuka maupun Dr. R. Soeharso Surakarta
tertutup akibat kecelakaan lalu lintas
harus selalu diperhatikan, terutama pada
pada fraktur terbuka akan terkontaminasi TINJAUAN PUSTAKA
oleh mikroorganisme yang dapat Fraktur adalah diskontinuitas
menimbulkan infeksi (Smeltzer, 2001). atau kepatahan pada tulang baik bersifat
Penanganan yang dilakukan terbuka atau tertutup. Fraktur Radius
Rumah Sakit terutama dalam bidang ilmu ulna terputusnya kontinuitas tulang dan
bedah, adalah dengan metode operatif ditentukan sesuai jenis dan luasnya,
yaitu suatu bentuk operasi dengan yang dapat diabsorpsi (Sjamsuhidajat,
pemasangan Open Reduction Internal 2005).
Fixatie (ORIF) dimana jenis internal Patah tulang terbuka disebut
fiksasi yang digunakan dalam kasus ini juga dengan compound fracture tersebur
berupa plate and screw. Pada kasus ini memiliki beberapa definisi dari masing-
menggunakan dua metode operasi yaitu masing literatur. Salah satu pengertian
dengan debridement dan menggunakan yang dikemukakan tersebut adalah
internal fixasi karena dengan metode keadaan patah tulang yang terjadi
konservatif sudah tidak mungkin dapat dengan adanya hubungan antara
dilakukan, hal ini dikarenakan fragmen jaringan tulang yang patah tersebut
fraktur sulit untuk menyambung dengan dengan lingkungan eksternal dari kulit,
baik. Selain itu, penyambungan tulang sehingga dapat mengakibatkan infeksi
kontak fragmen langsung lebih baik dari (Sjamsuhidajat, 2004).
pada tanpa operasi (Muttaqin, 2009). Klasifikasi fraktur terbuka
Berdasarkan data sekunder yang menurut Stanley (2011), meliputi:
diperoleh peneliti dari Instalasi Bedah Grade I
Sentral dalam hal 10 besar kasus selama Luka kecil kurang dan 1
1 bulan terakhir, fraktur radius ulna cm, terdapat sedikit kerusakan jaringan,
menempati urutan nomor 8. Bulan Juni tidak terdapat tanda-tanda trauma yang
2012 di ruang Instalasi Bedah Sentral hebat pada jaringan lunak, biasanya
RSO Prof. DR. R Soeharso, dari 382 bersifat simpel, tranversal, oblik pendek
pasien terdapat 10,79 % pasien yang atau komunitif.
mengalami fraktur radius ulna dan Grade II
menjalani tindakan operasi debridement Laserasi kulit melebihi 1
maupun ORIF. cm tetapi tidak terdapat kerusakan
Berdasarkan data diatas penulis jaringan yang hebat atau avulsi kulit.
merasa tertarik untuk mengangkap Terdapat kerusakan yang sedang dan
permasalahan fraktur dan menyusun jaringan.
laporan kasus tentang asuhan Grade III
keperawatan pada An.W dengan Terdapat kerusakan yang hebat
gangguan sistem muskuloskeletal: Open pada jaringan lunak termasuk otot, kulit
dan struktur neovaskuler dengan
Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR. R 4
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)

kontaminasi yang hebat. Dibagi dalam 3 debridement dan ORIF dengan open
sub tipe: tipe IIIA yaitu jaringan lunak fraktur radius ulna 1/3 distal sinistra di
cukup menutup tulang yang patah, tipe Instalasi Bedah Sentral RSO Prof. Dr. R.
IIIB disertai dengan kerusakan dan Soeharso Surakarta mulai dari
kehilangan jaringan lunak, tulang tidak pengkajian sampai evaluasi. Dengan
dapat di cover soft tissue, tipe IIIC pendekatan studi kasus yaitu metode
disertai cidera arteri yang memerlukan ilmiah yang bersifat mengumpulkan data,
repair segera. menganalisis data dan menarik
Debridement merupakan suatu kesimpulan data.
tindakan eksisi yang bertujuan untuk Tempat dan Waktu
membuang jaringan nekrosis maupun Penulisan karya ilmiah ini
debris yang mengahalangi proses mengambil kasus di Instalasi Bedah
penyembuhan luka dan potensial terjadi Sentral RSO Prof. Dr. R. Soeharso
atau berkembangnya infeksi sehingga Surakarta pada tanggal 17 Juli 2012.
merupakan tindakan pemutus rantai
respon inflamasi sistemik dan maupun Teknik Pengumpulan Data
sepsis. Tindakan ini dilakukan sejak awal Agar data dapat terkumpul
mungkin, dan dapat dilakukan tindakan dengan baik dan terarah, dilakukan
ulangan sesuai kebutuhan (Smeltzer & pengumpulan data dengan metode
Bare (2002). antara lain: wawancara (interview),
Open Reduksi Internal Fiksasi pengamatan (observasi), pemeriksaan
(ORIF) adalah sebuah prosedur bedah fisik (pshysical assessment) dan studi
medis, yang tindakannya mengacu pada dokumentasi.
operasi terbuka untuk mengatur tulang, Wawancara adalah menanyakan
seperti yang diperlukan untuk beberapa atau membuat tanya-jawab yang
patah tulang, fiksasi internal mengacu berkaitan dengan masalah yang dihadapi
pada fiksasi sekrup dan piring untuk oleh klien, biasa juga disebut dengan
mengaktifkan atau memfasilitasi anamnesa. Wawancara berlangsung
penyembuhan (Smeltzer & Bare, 2002). untu menanyakan hal-hal yang
Menurut Muttaqin (2009) berhubungan dengan masalah yang
terdapat lima metode fiksasi internal yang dihadapi klien dan merupakan suatu
digunakan, antara lain: sekrup kompresi komunikasi yang direncanakan.
antar fragmen, plat dan sekrup paling Observasi adalah mengamati
sesuai untuk lengan bawah, paku perilaku dan keadaan klien untuk
intermedula untuk tulang panjang yang memperoleh data tentang masalah
lebih besar, paku pengikat sambungan kesehatan dan keperawatan klien.
dan sekrup ideal untuk femur dan tibia, Observasi dilakukan dengan
sekrup kompresi dinamis dan plat ideal menggunakan penglihatan dan alat indra
untuk ujung proksimal dan distal femur. lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan
pendengaran. Tujuan dari observasi
adalah mengumpulkan data tentang
METODE PENELITIAN masalah yang dihadapi klien melalui
Jenis dan Rancangan Penelitian kepekaan alat panca indra.
Karya tulis ilmiah ini penulis Pemeriksaan fisik adalah
susun dengan menggunakan metode melakukan pemeriksaan fisik klien untuk
rancangan penelitian deskriptif yang menentukan masalah kesehatan klien.
bertujuan untuk menerangkan atau Pemeriksaan fisik dapat dilakukan
menggambarkan masalah penelitian dengan berbagai cara, diantaranya
yang terjadi berdasarkan karakteristik adalah, inspeksi, adalah pemeriksaan
tempat, waktu, umur, jenis kelamin, dan yang dilakukan dengan cara melihat
lain-lain. Deskripsi tersebut dapat terjadi bagian tubuh yang diperiksa melalui
pada lingkup individu atau lingkup pengamatan Palpasi, adalah
kelompok (Hidayat, 2008). Penulis pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui
menggambarkan suatu proses perabaan terhadap bagian-bagian tubuh
keperawatan An.W dengan tindakan yang mengalami kelainan. Misalnya
Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR. R 5
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)

adanya tumor, oedema, krepitasi HASIL PENELITIAN


(patah/retak tulang). Auskultasi, adalah Pengkajian dilakukan pada
pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui tanggal 17 Juli 2012 jam 15.45 WIB
pendengaran. Biasanya menggunakan diperoleh data : Identitas pasien.
alat yang disebut dengan stetoskop. Hal- Nama/Inisial : An. W; Umur : 13 tahun;
hal yang didengarkan adalah : bunyi Agama : Islam; Alamat : Semanggi, Ps.
jantung, suara nafas, dan bising usus. Kliwon, Surakarta; Pekerjaan : Pelajar
Perkusi, adalah pemeriksaan fisik yang dan Nomor Rekam Medik 22.05.04;
dilakukan dengan mengetuk bagian Penanggung jawab : Tn.J; Umur : 49
tubuh menggunakan tangan atau alat tahun (Ayah); Agama : Islam.
bantu untuk mengetahui reflek Riwayat kesehatan pasien.
seseorang. Keluhan utama : Nyeri tangan kiri;
Pemeriksaan Penunjang, sebuah Riwayat penyakit dahulu : Klien tidak
proses dari seorang ahli medis mempunyai riwayat jatuh/kecelakaan
memeriksa tubuh pasien untuk sebelumnya, klien baru mengalami patah
menemukan tanda klinis penyakit. tulang pertama kali. Klien tidak memiliki
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan riwayat DM, asma dan penyakit menular;
penunjang akan membantu dalam Riwayat penyakit sekarang : tanggal 17
penegakkan diagnosis dan perencanaan Juli 2012 jam 09.30 klien di bawa ke
perawatan pasien. Instalasi Gawat Darurat RSO Prof. DR. R
Soeharso Surakarta dengan keluhan
ANALISA DATA nyeri pada tangan kiri setelah terjatuh
Dalam penelitian ini peneliti saat bermain sepak bola di sekolahnya,
menganalisa data dengan menelaah kemudian oleh guru klien di bawa ke RS.
seluruh data yang tersedia dari berbagai Sejak itu klien mengeluh nyeri pada
sumber, yaitu wawancara, dan tangan kiri yang terasa semakin nyeri
pengamatan, maka langkah berikutnya apalagi kalau digerakkan, klien juga
adalah mengadakan reduksi data dari mengeluh terdapat luka pada tangannya.
hasil pengakajian yang kemudian akan Guru sekolah klien lalu membawa klien
dibandingkan antara teori dengan ke RSO Prof. Dr. R Soeharso Surakarta
kenyataan yang ada pada asuhan kemudian klien dinyatakan mengalami
keperawatan pada An. W dengan Open patah tulang terbuka pada tangan kirinya
Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra dan harus dioperasi.
RS Orthopedi Prof. DR. Soeharso
Surakarta.
A. Pre Operasi
Pengkajian pre operasi di
dapatkan hasil, Keadaan umum : baik,
Keabsahan Data
Tanda-tanda vital: TD: 130/100 mmHg;
Penulis mengamati dengan RR: 20 x/menit; N: 102 x/menit; S: 36,5
melakukan pengamatan yang diteliti, rinci 0C. Klien tiba di ruang persiapan operasi
dan terus menerus selama proses pukul 15.45 WIB, kemudian perawat
pengkajian berlangsung yang diikuti mengganti baju klien dengan baju
dengan kegiatan wawancara secara operasi dan memakaikan topi operasi.
intensif terhadap tim medis, subjek klien Perawat memberikan injeksi cefazolin 1
agar data yang dihasilkan valid. gram per drip RL 20 tpm. Klien terlihat
Dengan penggunaan metode tegang dan gelisah, klien bertanya kira-
pengambilan data seperti diatas, penulis kira operasi akan berlangsung berapa
berkeyakinan data yang diperoleh lama. Klien juga bertanya apa nanti akan
merupakan data yang valid dan bisa di bius total. Klien mengatakan tangan
dipertanggungjawabkan. Karena kiri terasa nyeri apalagi kalau digerakkan
pengambilan data dilakukan dengan cara (P: nyeri gerak, Q: seperti tertusuk-tusuk,
inspeksi/ pemeriksaan langsung dan R: tangan kiri, S: 8, T: terus menerus).
melakukan studi dokumentasi Kondisi tangan kiri terpasang balut, klien
keperawatan yang telah disahkan dari berhati-hati dan membatasi pergerakan
pihak Rumah Sakit. tangan kirinya.
Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR. R 6
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)

Setelah infus RL+cefazolin 1 relaksasi nafas dalam, dan kolaboratif


gram habis kemudian perawat mengganti pemberian analgetik.
infus klien dengan venofundin 500ml. Implementasi Keperawatan
Pada pukul 16.10 WIB klien dipindahkan Implementasi keperawatan
ke bed untuk dibawa ke kamar operasi. dilakukan jam 15.45 WIB, memberikan
Ekspresi klien meringis kesakitan pada tindakan mengkaji penyebab dan tingkat
saat bergeser ke bed yang lain. kecemasan klien (diagnosa 1). Respon
Diagnosa Keperawatan klien, klien bertanya kira-kira operasi
1.Ansietas (cemas) berhubungan berlangsung berapa lama. Klien
dengan prosedur pembedahan. mengatakan baru pertama kali menjalani
2.Nyeri akut berhubungan dengan fraktur operasi, dan klien mengatakan takut
tulang, kerusakan jaringan lunak. akan menjalani operasi. Klien pucat,
Intervensi Keperawatan tegang dan sering melihat lingkungan
Tujuan diagnosa keperawatan sekitar. Pada jam 15.47 WIB, menjaga
yang ke-1 diharapkan adalah klien ketenangan ruangan (diagnosa 1).
mampu mengontrol cemas dan Respon, ruangan tenang tidak ada
mempunyai mekanisme koping yang kegaduhan.
positif setelah dilakukan tindakan Pada jam 15.50 WIB,
keperawatan selama 1x30 menit dengan menjelaskan prosedur & tindakan dengan
kriteria hasil, klien mengidentifikasi, singkat dan jelas dan mengajak klien
mengungkapkan dan menunjukkan bercakap–cakap tentang kota asal klien,
tehnik untuk mengontrol cemas, klien awal sakit, keluarga yang mengantar &
mengatakan lebih tenang, ekspresi klien menemani klien di RS, jumlah keluarga
tenang dan rileks, vital sign dalam batas klien, dan memberikan support system &
normal TD: 110-120/70-80mmHg, N: 60- motivasi klien (diagnosa 2). Respon klien,
100 x/menit, RR: 16-22x/menit, S: 36- klien mengatakan klien berasal dari
37,5 0C dan postur tubuh, bahasa tubuh Semanggi, Ps. Kliwon, Surakarta, klien
dan tingkat aktivitas menunjukkan mengatakan
berkurangnya kecemasan. Rencana ± jam 09.00 klien terjatuh di sekolah saat
tindakan keperawatan yang akan bermain sepak bola, sejak itu klien
dilakukan adalah kaji penyebab dan mengeluh nyeri pada tangan kiri yang
tingkat kecemasan klien, berikan support terasa semakin nyeri apalagi kalau
system dan motivasi klien, berikan digerakkan, klien mengatakan ke RS
lingkungan yang nyaman, ukur TTV, bersama gurunya dan kemudian
jelaskan prosedur dan tindakan dengan kelurganya menyusul, klien kooperatif,
singkat dan jelas, dan ajarkan teknik klien mampu bercerita dan ekspresi
relaksasi progresif atau nafas dalam. rileks. Pada jam 15.53 WIB mengkaji
Tujuan diagnosa keperawatan lokasi, intensitas, frekuensi dan tipe nyeri
yang ke-2 diharapkan adalah setelah (diagnosa 2). Respon klien, klien
diberikan asuhan keperawatan selama mengatakan tangan kiri terasa nyeri
1x30 menit, nyeri berkurang dengan apalagi kalau digerakkan (P: nyeri gerak,
kriteria hasil klien mengatakan nyeri Q: seperti tertusuk-tusuk, R: tangan kiri,
berkurang, skala nyeri menurun menjadi S: 8, T: terus menerus), klien meringis
rentang 4-6, klien lebih tenang, ekspresi kesakitan saat menggerakkan kaki
klien lebih rileks, tanda-tanda vital dalam kirinya.
rentang normal: TD: 110-120/70-80 Pada jam 15.55 WIB,
mmHg, RR: 16-22 x/menit, N: 60-100 mengajarkan relaksasi nafas dalam.
x/menit, S: 36-37,5 0C. Rencana Respon klien, klien kooperatif
tindakan keperawatan yang akan mempraktekan relaksasi nafas dalam.
dilakukan adalah lakukan pendekatan Pada jam 15.57 WIB, berkolaboratif
pada klien dan ajak bercakap-cakap, kaji dalam pemberian cefazolin 1 gr
lokasi, intensitas, frekuensi dan tipe (diagnosa 2). Respon, Cefazolin 1 gram
nyeri, observasi tanda-tanda vital, masuk per drip RL 20 tpm.
immobilisasi bagian yang sakit, ajarkan
Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR. R 7
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)

Evaluasi Keperawatan B. Intra Operasi


Evaluasi dilakukan pada hari itu Hasil pengamatan saat
juga jam 15.58 WIB dengan diperoleh membantu menjadi asisten operasi pada
data subyektif diagnosa 1: klien pukul 16.15 WIB, penulis mengangkat
mengatakan cemas berkurang dan siap diagnosa yang ada saat proses operasi
untuk operasi, klien mengatakan sudah berlangsung, diagnose tersebut adalah
lebih tenang. Data obyektif diagnosa 1: resiko syok hipovolemik berhubungan
klien kooperatif mempraktekan relaksasi dengan perdarahan intra operasi.
nafas dalam, ruangan tenang tidak ada Tindakan debridement dan ORIF
kegaduhan, ekspresi klien lebih tenang akan dilaksanakan pada An.W dengan
dan rileks. Untuk perawat, berdasarkan seorang operator yang dilakukan oleh
hasil evaluasi yang diperoleh di atas, dokter spesialis bedah orthopedi,
implementasi terhadap diagnosa 1 yang seorang asisten instrumen yang
telah dilakukan sudah memberikan membantu berjalannya operasi dengan
pengaruh terhadap kecemasan klien. menyiapkan dan membantu masalah
Masalah teratasi, dan intervensi di peralatan yang diperlukan operator,
pertahankan: ajurkan klien melakukan kemudian asisten bedah membantu
tehnik relaksasi bila cemas muncul, operator saat jalannya operasi, dan
menganjurkan klien selalu berdoa dokter anestesi bersama dengan perawat
menurut agamanya. anestesi. Dalam hal ini perawat
Hasil evaluasi diagnosa 2 pada (praktikan) sebagai asisten & membantu
jam 15.59 WIB diperoleh data subyektif: sekaligus melakukan observasi tindakan
klien mengatakan tangan kiri terasa nyeri selama tindakan debridement &
kalau digerakkan. Saat ini nyeri pemasangan ORIF, dari persiapan alat
berkurang kalau tidak digerakkan (P: sampai klien dikirim ke ruang recovery
nyeri gerak, Q: seperti tertusuk-tusuk, R: room.
tangan kiri, S: 6, T: intermitten), klien Proses jalannya operasi: perawat
mengatakan klien berasal dari Semanggi, instrument mempersiapkan meja operasi
Ps. Kliwon, Surakarta, klien mengatakan (steril), menghadirkan klien di ruangan
di bawa ke RS karena terjatuh di sekolah operasi yang sudah dipersiapkan,
saat bermain sepak bola. Sejak itu klien menghidupkan lampu operasi,
mengeluh nyeri pada tangan kiri yang memposisikan klien tidur terlentang
terasa semakin nyeri apalagi kalau (supine), jenis anetesi yang diberikan
digerakkan, klien mengatakan ke RS adalah general anestesi dimana klien
bersama gurunya. Sedangkan untuk data mendapatkan injeksi fentanyl 50mg &
obyektif: klien mampu bercerita, ekspresi propofol 60 mg dan notrixum 20 mg,
klien lebih rileks & tenang, Cefazolin 1 kemudian mengobservasi sensasi klien
gram masuk per drip RL 20 tpm, klien pukul 16.18 WIB klien sudah tidak
kooperatif untuk immobilisasi bagian sadarkan diri atau terbius, setelah itu
yang sakit, klien kooperatif memasang Endo Tracheal Tube (ETT)
mempraktekan relaksasi nafas dalam, nomor 6 (intubasi).
tanda-tanda vital hasilnya: TD: 130/100 Asisten instrumen mengatur
mmHg, RR: 20 x/menit, N: 102 x/menit, posisi klien dengan posisi supine lalu
dan S: 36,5 0C,. Untuk perawat, klien dipasang selang dower cateter
berdasarkan hasil evaluasi yang (DC). Asisten bedah mempersiapkan diri
diperoleh di atas, implementasi terhadap untuk operasi dengan memakai jubah
diagnosa 2 yang telah dilakukan sudah steril dan handscoon steril. Lalu
memberikan pengaruh terhadap nyeri mempersiapkan alat (kasa steril,
klien. Masalah teratasi sebagian, dan bengkok, kom, mes ukuran 20, duk klem,
intervensi dilanjutkan dengan selang suction, bor tulang, langenback,
memberikan intervensi: ukur TTV setiap gunting prepair, pinset chirurgie, klow
15 menit dan berikan analgetik ketorolac hag, pinset anatomis, gunting
30 mg/8 jam. metzenbaum, spuit 10cc, cairan NaCl,
betadine, curret, knabel tang, rasparator,
bone holder, deep gauge, plat screw,
Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR. R 8
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)

screw, wayer, selang drain, benang berikan knabel tang untuk meratakan
heacting, gunting benang) pada meja permukaan fraktur atau untuk bersihkan
mayo steril. kotoran yang menempel pada tulang,
Asisten bedah memasang memberikan rasparator pada operator
tourniquet pada pangkal tangan kiri klien untuk memisahkan periosteum yang
jam 16.20 WIB. Lalu mencuci daerah akan di tempati implan.
lapangan operasi dengan cairan saflon Prosedur pemasangan ORIF:
dengan kasa kemudian dikeringkan Setelah reposisi, berikan implan broad
dengan kassa. Untuk mempersempit plate cortex dengan 6 hole, memberikan
area pandang dan terfokus pada tangan bone holder/tripot ke operator untuk
kiri klien dengan duk besar 2 lapis, dan memegang implan dan tulang supaya
diantara sisi dilakukan pengekleman posisi tulang yang sudah direposisi stabil,
dengan klem untuk keamanan. Setelah memberikan bor tulang (bone drill) dan
itu, asisten instrumen melakukan drill sleave, memberikan spuit isi NaCL
desinfeksi bagian yang akan dilakukan pada asisten saat berlangsungnya
pembedahan dengan bethadine secara pengeboran untuk membasahi tulang
merata keseluruh bagian dan memasang yang di bor, memberikan deep
ground penetral pada anggota badan gauge/penduga pada operator atau
penderita pada bagian yang tidak mudah asisten untuk menentukan panjang screw
lepas, lalu memasang slang suction dan yang akan dipasang, memberikan tapper
lina pen diatermi (senur diatermi) dengan pada operator untuk membuat snei/ ulir
duk klem. Setelah persiapan selesai, pada tulang, memberikan screw ukuran
asisten bedah dan praktikan bersiap 16 (5 buah) dan 18 (4 buah) untuk tulang
menggunakan jubah steril dan radius, ukuran screw 18 (5 buah) untuk
handscoon steril lalu menjadi asisten tulang ulna segmental dan screw driver,
operator untuk memulai pembedahan. memberikan stildepper pada operator
Tindakan debridement terlebih untuk membersihkan luka operasi sambil
dahulu pada pukul 16.25 wib, sebelum terus menerus dispoel dengan cairan
dilakukan pembedahan area open fraktur NaCL minimal 3 liter, memberikan slang
dibersihkan dengan cairan perhidrol, drain untuk dipasang yang sebelumnya
betadine dan NaCL yang di campurkan, diberikan dulu chrom klem ‘runcing’ untuk
lalu di gosok menggunakan kassa yang membuat lubang dengan mes.
di basahi NaCL yang steril sampai bersih. Prosedur heacting: Memberikan
Kemudian dilakukan insisi pada 2 sisi, benang nonabsorbbable no 2/0 dan
sisi dalam (radius) sepanjang ± 5 cm, heacting set untuk fixasi slang drain,
pada sisi luar (ulna) sepanjang ±10 cm. memberikan benang heacting atraumatik
Memberikan mes ke operator untuk absorbbable no 1 untuk jahit fascia,
membuka fascia, melakukan suction bila memberikan gunting benang absorbbable
ada perdarahan, memberikan no 2/0 atau 3/0 atau no 0 pada operator
langenback pada asisten untuk untuk jahit fat, memberikan benang
menyingkirkan fat, memberikan gunting absorbbable atraumatic no 3/0 untuk
prepair dan pincet chirurgie untuk jahitan subcutikuler, pelaksanaan
membuka fascia, memberikan klow hag heacting dalam kondisi steril, dan tidak
pada asisten untuk menyingkirkan muncul tanda-tanda infeksi (tumor, dolor,
muskulus, memberikan pinset anatomis calor, rubor, fungsiolesa) memberikan
dan gunting metzenbaum pada operator kasa basah NaCL untuk membersikan
untuk membuka otot/muskulus, luka dan sekitarnya dari darah, menutup
memberikan elevator pada operator luka dengan kasa bersih, plaster dan di
untuk di pasang pada daerah fraktur set, balut dengan elastik verban ukuran 3 inc,
spoel dengan spuit 10 cc berisi cairan slang drain di sambung dengan botol
NaCL/ aquades pada daerah fraktur set, penampung/ redon drain, melepas
memberikan reduction pada operator tourniquet, mengembalikan posisi pasien
untuk di pasang pada radius mupun ulna, ke posisi semula alat dan instrumen di
memberikan scerpelepple/curret pada
operator untuk curret fraktur set dan
Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR. R 9
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)

bersihkan dan dibereskan di set dan di Evaluasi Keperawatan


sterilkan. Hasil evaluasi diperoleh data:
Operasi selesai pukul 17.05 WIB perdarahan selama operasi sebanyak ±
& klien langsung dipindahkan ke 250 cc, tidak ad tanda-tanda syock, TTV
Recovery Room, dengan perdarahan dalam batas normal : TD: 110/75 mmHg,
sebanyak ±250cc, dan hasil Pengukuran nadi: 98 x/menit dan saturasi: 100%.
tanda-tanda vital selama operasi Untuk perawat, berdasarkan hasil
berlangsung: pukul 16.15 WIB dengan evaluasi yang diperoleh di atas,
hasil: TD: 130/100 mmHg, N:102 x/menit implementasi yang telah dilakukan sudah
& saturasi O2 99%; pukul 16.30 WIB: TD: memberikan pengaruh terhadap resiko
128/95 mmHg, N: 98 x/menit, saturasi syock hipovolemik klien. Masalah
100%; dan pukul 17.00 WIB: TD: 110/75 teratasi, dan intervensi dihentikan.
mmHg, nadi: 98 x/menit dan saturasi: C. Post Operasi
100%.
Diagnosa keperawatan Klien tiba di Recovery Room jam
- Resiko syok hipovolemik b.d 17.10 WIB. Instruksi di RR : posisi tidur
perdarahan intra operasi terlentang (supine), terpasang ETT
Intervensi Keperawatan nomor 6, O2 5-6 lt/mnt, awasi TTV setiap
Tujuan yang diharapkan adalah 5 menit, apabila merasakan sakit,
selama 1x60 menit, yaitu resiko defisit berikan novalgin 500 mg, apabila muntah
volume cairan tidak terjadi dengan berikan ondansentron 4 mg IV.
kriteria hasil volume cairan tubuh kembali Keadaan umum : lemah, Tanda-tanda
normal, tidak ada tanda-tanda syok, vital Nadi : 111 x/mnt, Respirasi : 22
hemoglobin dalam batas normal. x/mnt, Saturasi : 100 %. Klien belum
Rencana tindakan pada klien adalah sadar total. Suara nafas grokgrok karena
observasi TTV seperti suhu, nadi, terdapat sekret/sputum. Terdapat luka
tekanan darah, pernapasan, monitor insisi bedah pada 2 sisi, sisi dalam
tanda-tanda perdarahan, kolaborasi sepanjang ± 5 cm, pada sisi luar
dengan dokter dalam pemberian tranfusi sepanjang ±10 cm. Terdapat heacting
dan cairan parenteral, observasi out put pada 2 sisi. Kondisi tangan kiri terbalut
dan input cairan (balance cairan), kaji elastic bandage. Tanda-tanda vital: TD:
adanya tanda-tanda dehidrasi. 126/95mmHg, RR: 22 x/menit, N: 111
Implementasi Keperawatan x/menit.
Peneliti sebagai asisten Diagnosa Keperawatan :
melakukan implementasi sebagai berikut, 1.Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
jam 16.15 WIB, peneliti memantau tanda- penumpukkan sputum
tanda vital dengan hasil tekanan darah: 2.Resiko infeksi b.d penurunan
130/100 mmHg, nadi: 102 x/menit dan pertahanan tubuh sekunder.
saturasi O2 99%. Jam 16.25 WIB, insisi Intervensi Keperawatan
dan debridement dilakukan dengan Tujuan diagnosa keperawatan
mengontrol perdarahan yang terjadi, ke-1 diharapkan setelah dilakukan
dengan respon perdarahan yang tindakan keperawatan selama 1x50menit
dihasilkan terkontrol, pada pukul 16.30 masalah bersihan jalan nafas efektif
WIB pihak anestesi memberikan cairan dengan kriteria hasil suara nafas bersih,
intra vena (IV) secara adekuat, dengan tidak ada penumpukan sputum, tidak ada
respon infuse NaCl terpasang dengan sianosis dan dispnea. Rencana tindakan
tetesan 20 tpm secara lancar. Jam 16.30 keperawatan, posisikan pasien untuk
WIB, memonitor tanda-tanda vital dengan memaksimalkan ventilasi misal:
respon obyektif TD: 128/95 mmHg, nadi: semifowler, lakukan fisioterapi dada jika
98 x/menit dan saturasi 100%. Jam 17.00 perlu, keluarkan sekret dengan suction,
WIB, 110/75 mmHg, nadi: 98 x/menit dan auskultasi suara nafas dan catat adanya
saturasi: 100%. Pada pukul 17.02 wib suara nafas tambahan misal ronkhi,
memonitor jumlah perdarahan yang berikan oksigen sesuai program, berikan
terjadi, dengan respon objektif terapi sesuai program, TTV dalam batas
perdarahan sebanyak ± 250 cc. normal: TD:110-120/70-80 mmHg, RR:
Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR. R 10
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)

16-22 x/menit, N: 60-100 x/menit, S: 36- kering. Jam 17.40 WIB, memantau TTV;
37,5 0C, dan SpO2 95%-100%. TD: 126/95mmHg, RR: 22 x/menit, N:
Tujuan diagnosa keperawatan 111x/menit. Jam 17.45 WIB, memberikan
ke-2 diharapkan adalah setelah dilakukan cairan infus RL 20 tpm secara adekuat
tindakan keperawatan selama 1x1 jam dengan respon Infus RL 20 tpm
klien paham dan mampu mengontrol terpasang pada tangan kanan klien. Jam
bahaya infeksi, tidak terjadi infeksi 17.55 WIB, memotivasi klien untuk
dengan kriteria hasil klien bebas dari istirahat adekuat selama masa pemulihan
tanda dan gejala infeksi, menunjukkan dan mengurangi gerak dengan respon
kemampuan untuk mencegah timbulnya klien menganggukkan kepala, ekspresi
infeksi. Rencana tindakan keperawatan, klien tenang dan rileks dengan posisi
bersihkan tempat tidur klien, pertahankan supine. Aldrete score dengan hasil skore
teknik aseptik, batasi pengunjung bila 7 untuk penilaian aktifitas motorik dapat
perlu, instruksikan pada pengunjung menggerakkan 2 anggota gerak,
untuk mencuci tangan saat berkunjung pernafasan dangkal & agak sesak ,
dan setelah berkunjung meninggalkan tekanan darah dalam batas normal,
pasien, cuci tangan setiap sebelum dan kesadaran bereaksi atas panggilan,
sesudah tindakan keperawatan, berikan warna kulit tidak mengalami kebiruan.
terapi antibiotik, monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal, monitor Evaluasi keperawatan
kerentanan terhadap infeksi, inspeksi Evaluasi dilakukan pada hari itu
kulit dan membran mukosa terhadap juga jam 17.55 WIB dengan
kemerahan, panas, drainase, inspeksi menyimpulkan respon subyektif dan
kondisi luka/insisi bedah, TTV dalam obyektif. Dari hasil implementasi
batas normal: TD:110-120/70-80 mmHg, diperoleh kesimpulan dengan data
RR:16-22 x/menit, N: 60-100 x/menit, S: obyektif: Klien belum sadarkan diri,
36-37,5 0C, dan SpO2 95%-100%. terpasang ETT O2 5-6 lpm, hasil suction
Rencana tindakan keperawatan, kaji kulit terdapat sputum (warna: kuning, sedikit
dan identifikasi tahap perkembangan kental), heacting rapat, tidak keluar darah
luka, kaji lokasi, ukuran, warna, bau, atau cairan yang merembes dari luka
serta jumlah dan tipe cairan luka, pantau insisi, balutan kering, TTV: TD:
peningkatan suhu tubuh, berikan 126/95mmHg, RR: 22 x/menit, N: 111
perawatan luka dengan teknik aseptik, x/menit, Infus RL 20 tpm terpasang pada
balut luka dengan kasa kering, dan steril, tangan kanan klien, ekspresi klien tenang
motivasi klien untuk memenuhi diit TKTP dan rileks dengan posisi supine.
(tinggi kalori tinggi protein), berikan Untuk perawat, berdasarkan
cairan infus RL 20 tpm secara adekuat, hasil evaluasi yang diperoleh,
dan motivasi klien untuk banyak istirahat implementasi yang telah dilakukan
selama masa pemulihan dan mengurangi memberikan pengaruh terhadap bersihan
gerak. jalan nafas dengan melakukan suction &
memberikan terapi oksigen 5-6 lpm
Implementasi Keperawatan sesuai kebutuhan klien. Masalah teratasi,
Implementasi keperawatan dan intervensi dipertahankan. Untuk
dilakukan mulai jam 17.15 WIB yaitu implementasi yang telah dilakukan sudah
memberikan O2 5-6lpm, melakukan memberikan pengaruh terhadap resiko
suction lewat ETT, kemudian melakukan infeksi dengan melakukan tehnik aseptik
ekstubasi atau melepas ETT, melakukan selama perawatan. Masalah teratasi
suction kembali, memasang O2 2lpm sebagian, dan intervensi dilanjutkan
dengan nasal canul, setalah itu mengkaji dengan memberikan intervensi: ukur TTV
kulit (lokasi, ukuran, warna, bau, serta per 15 menit, berikan cairan infus secara
jumlah dan tipe cairan luka) dan adekuat dan lakukan perawatan luka
identifikasi tahap pekembangan luka setiap hari dengan teknik aseptik.
dengan respon pada bekas insisi bedah Kondisi klien dikaji dengan hasil:
tidak keluar darah atau cairan yang aktifitas motorik dapat menggerakkan 2
merembes, heacting rapat dan balutan anggota gerak, pernafasan bebas dari
Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR. R 11
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)
Untuk mewujudkan trias anestesi berupa
hipnotika, anestesia/analgesia, dan
relaksasi dapat
sekret, tekanan darah dalam batas
normal, kesadaran bereaksi atas
panggilan, warna kulit tidak
mengalami kebiruan pada pukul 17.55
WIB. Yang termasuk indikasi untuk
bisa dilakukan pindah ruangan
perawatan dengan membuat penilaian
Aldrete Score (Score Pasca General
Anestesi)

No Aspek Penilaian Nilai


1 AKTIFITAS MOTORIK: 1
 dapat menggerakkan
2 anggota gerak
2 PERNAFASAN
 pernafasan dangkal 1
dan agak sesak
3 TEKANAN DARAH 2
 dalam batas normal
(besar penyimpangan
sekitar 20%)
4 KESADARAN
 Bereaksi atas 1
panggilan
5 WARNA KULIT
 Sesuai dengan warna 2
asal

Hasil pemeriksaan Aldrete


Score pada An. W berjumlah 7 yaitu
belum memenuhi syarat untuk klien
pindah ke ruang rawat inap, karena
syaratnya jumlah aldrete score lebih
dari 7, pengawasan ≥ 1 jam, tekanan
darah:
126/95 mmHg dan respirasi: 22
x/menit, dapat menggerakkan dua
anggota gerak. Observasi tetap
dilakukan sampai nilai aldrete score
lebih dari 7.

PEMBAHASAN
Kasus pada karya tulis yang
berjudul Asuhan Keperawatan Pada
An.W Dengan Open Fraktur Radius
Una 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof.
DR. R Soeharso Surakarta dilakukan
tindakan debridement dan ORIF
dengan General Anestesi. Anestesi
umum (general anestesia) adalah
suatu keadaan tidak sadar yang
bersifat sementara yang diikuti oleh
hilangnya rasa nyeri di seluruh tubuh
akibat pemberian obat anestesia.
respon terhadap tindakan
pembedahan adalah cemas.
Sebanyak 90% klien pre operasi
diberikan obat anestesi tunggal mengalami kecemasan (Carpenito,
maupun kombinasi (Yao & 2006 ). Penulis memberikan
Artusio , 2002). penjelasan mengenai prosedur
Teori mengenai operasi secara singkat & jelas dengan
masalah keperawatan yang tidak menakut-nakuti dengan harapan
timbul pada klien dengan Open dapat mengurangi kecemasan klien,
fraktur dengan tindakan sesuai dengan penelitian Pamungkas
debridement dan ORIF baik pre ( 2008 ). Penjelasan ini
operasi, intra operasi serta post mengorientasikan mereka
operasi tidak jauh berbeda
dengan masalah keperawatan
yang terjadi di lapangan.
Propofol merupakan obat
hipnotik intravena di
isopropilfenol yang
menimbulkan induksi anestesi
cepat dengan aktivitas eksitasi
minimal. Berdasarkan teori,
klien post debridement dan
ORIF akan mengalami mual
dan muntah, pada kasus klien
An.W tidak mengalami mual
dan muntah, namun apabila
An.W mengeluh mual & muntah
akan diberikan injeksi
ondansentron 4 mg. Pemberian
antiemetik yang tepat waktu
akan menghindari dari masalah
mual berhubungan dengan
peningkatan asam lambung
akibat efek pemberian anestesi
(Omoigui, 2007).

Setelah penulis
mendapatkan data, dirumuskan
beberapa diagnosa
keperawatan yang muncul pada
An.W, diagnosa yang muncul
antara lain Ansietas (cemas)
berhubungan dengan prosedur
pembedahan, Nyeri akut
berhubungan dengan fraktur tulang,
41
kerusakan jaringan lunak, Resiko
defisit volume cairan berhubungan
dengan perdarahan intra operasi,
Bersihan jalan nafas berhubungan
dengan perdarahan
intra operasi, Resiko infeksi
berhubungan dengan
penurunan pertahanan tubuh
sekunder. Penulis menegakkan
data berdasarkan (NANDA,
2007), dengan penjelasan
sebagai berikut:
Ansietas (cemas)
berhubungan dengan prosedur
pembedahan, untuk kasus ini
penulis menegakkan diagnosa
tersebut, secara psikologi
Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR. R 12
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)

kembali, memilah rangkaian kejadian & dan ini biasanya terjadi oleh karena
membantu mereka membedakan rangsangan jalan nafas atas pada
kejadian yang sebenarnya dari mimpi penderita stupor atau koma yang
atau halusinasi, sehingga kecemasan dangkal. Sumbatan jalan nafas dapat
sangat dapat diredakan dengan juga terjadi pada jalan nafas bagian
penjelasan yang yang sederhana bawah, dan ini terjadi sebagai akibat
menurut Morton (2012). Peran perawat bronkospasme, sembab mukosa, sekresi
dalam menciptakan lingkungan yang bronkus, masuknya isi lambung atau
memungkinkan terjadinya penyembuhan benda asing kedalam paru (Rieja, 2010).
dengan menekankan caring terhadap Pada pasien dengan general anestesi
seseorang secara menyeluruh. Peneliti perlu dilakukan intubasi atau
menetapkan bahwa edukasi pre operasi pemasangan ETT untuk membantu
yang mencakup informasi tentang masuknya oksigen.Intubasi endotrakheal
kesembuhan atau informasi tentang adalah tindakan untuk memasukan pipa
periode intra operasi dan post operasi endostracheal kedalam trachea.
dapat membantu menurunkan ansietas Tujuannya adalah pembebasan jalan
pada klien (Bailey, 2010). nafas, pemberian nafas buatan dengan
Masalah nyeri akut dan ansietas bag and mask, pemberian nafas buatan
atau kecemasan dapat di atasi peneliti secara mekanik (respirator)
dengan cara mengajarkan teknik memungkinkan pengisapan secret
relaksasi nafas dalam pada secara adekuat, mencegah aspirasi
implementasi. Pengkombinasian antara asam lambung dan pemberian oksigen
teknik non-farmakologi dan teknik dosis tinggi. Komplikasi ringan akibat
farmakologi adalah cara yang paling pemasangan ETT antara lain,
efektif untuk menghilangkan nyeri tenggorokan serak, kerusakan pharyng,
terutama untuk nyeri yang sangat hebat. muntah, aspirasi, gigi copot/rusak.
Salah satu manajemen non-farmakologi Komplikasi serius, Laryngeal edema,
adalah teknik relaksasi, dimana teknik obstruksi jalan nafas, rupture trachea,
relaksasi ini bermanfaat mengurangi perdarahan hidung, laserasi akan terjadi
ketegangan otot yang akan mengurangi dysponia dan dyspagia, bradikardi,
intensitas nyeri (Smeltzer, 2002). aritmia, sampai cardiac arrest (Marc,
Resiko defisit volume cairan 2011).
berhubungan dengan perdarahan Bersihan jalan nafas tidak efektif
tindakan operatif, ditegakkan oleh penulis adalah ketidakmampuan untuk
karena dalam intra operasi perlu membersihkan sekresi atau obstruksi
pemantauan ketat terhadap cairan yang saluran pernapasan guna
masuk dan keluar akibat insisi mempertahankan jalan napas yang
pembedahan dan juga disini juga selalu bersih atau ketidakmampuan
pemantauan tekanan intra cranial yang membersihkan sekresi/ obstruksi dari
berpengaruh terhadap massa otak ketika saluran pernafasan untuk menjaga
pembedahan dilakukan. Untuk rencana bersihan jalan napas (Nanda, 2007).
dan yang telah dilakukan dalam Bersihan jalan nafas tidak efektif
menanggulangi masalah tersebut penulis berhubungan dengan: infeksi, sekresi
bersama perawat selalu memantau tertahan, penumpukan sekret, adanya
keadaan hemodinamika pasien, benda asing di jalan nafas, adanya jalan
pengaturan dalam pemberian infuse nafas buatan, sekresi bronkus, adanya
menggunakan aserring bahwa terbukti eksudat di alveolus.
asering bisa mengurangi perdarahan di Timbulnya infeksi pasca bedah
cranial. Pada kasus bedah, asetat dapat merupakan penyebab utama peningkatan
mempertahankan suhu tubuh sentral mortalitas dan morbiditas pasien rawat
pada anestesi dengan isofluran inap di rumah sakit sehingga terputusnya
mempunyai efek vasodilator (Darmawan, kendali infeksi dapat mengakibatkan
2008). komplikasi septik yang mungkin dapat
Pada pasien yang mendapat meningkatkan risiko terhadap kesehatan
anestesi, dapat terjadi laringospasme pasien dibandingkan
Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR. R 13
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)

penyakit semula atau pembedahannya. tulis, maka dapat ditarik kesimpulan


Pada bedah orthopedi harus bahwa:
mengetahui resiko terjadinya infeksi 1. Pengkajian dilakukan secara
berdasarkan kondisi pasien dan kondisi fokus terhadap masalah
pembedahan (Rasyid, 2008). subdural Open fraktur radius
Berdasarkan teori obat-obatan ulna 1/3
profilaksis harus diarahkan terhadap distal sinistra untuk
organisme yang mempunyai mendiagnosis dan
kemungkinan terbesar dapat menentukan tindakan
menyebabkan infeksi, untuk sebagian debridement & ORIF guna
besar tindakan, sefalosporin generasi menyelasaikan masalah
pertama atau kedua yang tidak mahal, tersebut.
seperti cefazolin, mempunyai half-life 2. Masalah keperawatan yang
yang cukup panjang dan aktif terhadap timbul baik pada saat pre, intra
stafilokoki dan streptokoki, efektif maupun post operasi tindakan
apabila diberikan secara intravena (IV) debridement dan ORIF
30 menit sebelum pembedahan. Pada berdasarkan teori tidaklah
kasus An.W ini, klien mendapatkan berbeda jauh dengan yang
injeksi cefazolin sebelum operasi terjadi di lapangan. Hal yang
dilakukan, bila klien sudah di berikan berbeda pada kasus ini adalah
injeksi, alat sudah siap, dokter dan pemberian obat antibiotik
perawat juga sudah siap, maka klien profilaksisnya yaitu cefazolin,
langsung mendapatkan tindakan yang diberikan 30 menit
pembedahan di ruang operasi dengan sebelum dilakukan tindakan
tidak mengacu pada waktu pemberian pembedahan untuk
30 menit sebelum dilakukan menghindari terjadinya resiko
pembedahan. Sefalosporin (seperti infeksi.
cefazolin) merupakan golongan obat
yang termasuk first-line untuk banyak Tindakan debridement pada kasus
tindakan pembedahan (Rasyid, 2008). open fraktur harus dilakukan segera
Dalam kasus ini, klien di mungkin untuk menurunkan resiko infeksi.
berikan terapi cairan koloid pada waktu Tindakan debridement dan ORIF dapat
pre operasi yang bernama venofundin dilakukan dibawah anastesi umum jika
atau hydroxyethyl starches (HES). fraktur di bagian ekstremitas atas. Masalah
Cairan koloid adalah larutan kristaloid ansietas (kecemasan) penulis memberikan
yang mengandung molekul besar penjelasan mengenai prosedur operasi
sehingga membran kapiler tidak secara singkat dan jelas dengan tidak
permeabel terhadap cairan tersebut. menakut-nakuti dengan harapan dapat
Larutan koloid merupakan pengganti mengurangi kecemasan klien. Masalah
cairan intravaskular. Darah total, nyeri akut dan ansietas atau kecemasan
plasma, dan albumin pekat dapat di atasi peneliti dengan cara
mengandung koloid alami dalam mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
bentuk protein, terutama albumin. pada implementasi. Pengkombinasian
Dextran dan HES adalah koloid sintetis antara teknik non-farmakologi dan teknik
yang dalam penggunaannya dapat farmakologi adalah cara paling efektif untuk
digabung dengan darah total atau menghilangkan nyeri terutama untuk nyeri
plasma, tetapi tidak dianggap sebagai yang sangat hebat. Penanganan nyeri
pengganti produk darah ketika albumin, dengan teknik non-farmakologi merupakan
sel darah merah, antitrombin, atau 46
protein koagulasi dibutuhkan (Morgan, modal utama untuk menuju
2005). kenyamanan klien. Resiko defisit volume
cairan berhubungan dengan perdarahan
SIMPULAN DAN SARAN
tindakan operatif, ditegakkan oleh penulis
SIMPULAN karena dalam intra operasi perlu
Berdasarkan analisis data, pemantauan ketat terhadap cairan yang
sesuai dengan tujuan pembuatan karya masuk & keluar akibat insisi pembedahan &
juga disini juga selalu pemantauan
tekanan intra cranial yang
Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR. R 14
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)

berpengaruh terhadap massa otak ketika Biro Penerangan Polri. 2011. Kecelakaan
pembedahan dilakukan (Darmawan, Lalu Lintas. Diakses tanggal
2008). 5/12/2011 http://angka
Berdasarkan kesimpulan diatas, kecelakaan lalu lintas.com
diharapkan sebagai perawat sebagai Carpenito. 2006. Rencana Asuhan
pemberi asuhan keperawatan perlu Keperwatan. Edisi 6 .EGC:
meningkatkan mutu asuhan keperawatan Jakarta
yang akan diberikan dengan Darmawan, I. 2008. Stewart Appoarch
memperhatikan aspek biologis, Secara Ringkas. Medical Director
psikologis, sosial dan spiritual guna CN Division Otsuka Indonesia.
meminimalkan masalah keperawatan Diakses pada tanggal 10
yang akan timbul pada klien. November 2012
SARAN Doenges, M E dkk. 2010. Rencana
Berdasarkan hasil pembahasan Asuhan Keperawatan : pedoman
dan kesimpulan, maka penulis untuk perencanaan dan
memberikan saran – saran, yaitu: pendokumentasian perawatan
1. Bagi mahasiswa pasien. Jakarta : EGC.
Agar dapat terus meningkatkan Dorland, W. A Newman. 2010.
wawasan tentang asuhan KamusKedokteran Edisi 31.
keperawatan open fraktur dengan Jakarta: EGC
tindakan debridement dan ORIF. Grace, P. A. 2007. Ilmu Bedah. Edisi 3.
2. Bagi perawat Jakarta: Erlangga
Semoga akan terus meningkatkan Hardiyanto, I. Tri. 2002. Pengaruh
kualitas dalam memberikan asuhan Anestesi Spinal Terhadap
keperawatan pada klien dengan Hemodinamik Pada Penderita
tindakan debridement dan ORIF pada Dengan Sectio Caesaria.
kasus open fraktur sehingga Fakultas Kedokteran INDIP:
meminimalkan masalah keperawatan. Semarang
Hidayat, A A. 2008. Pengantar
3. Bagi penulis Dokumentasi Proses
Untuk lebih menggali permasalahan Keperawatan. Jakarta: EGC
pada kasus klien & meningkatkan Marc, Wrobel. 2011. Pokok-pokok
teori-teori serta penemuan yang Anestesi. Jakarta: EGC
mendukung kasus open fraktur. Morgan, G. Edward. 2005. Clinical
Anesthesiology, 4th Edition. Mc
DAFTAR PUSTAKA Graw-Hill Companies, Inc. United
Ayudianningsih. 2009. Pengaruh Teknik State. Diakses tanggal 6
Relaksasi Nafas Dalam November 2012
Terhadap Penurunan Tingkat http://www.
Nyeri Pada Pasien Pasca jurnal%20koloid/cairan-
Operasi Fraktur Femur Di intravena-cairan-
Rumah Sakit Karima Utama intravena.html
Surakarta. Surakarta : UMS Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan
Bailey, Laila. 2010. Strategies for keperawatan perioperatif:
Decreasing Patient Anxiety in Konsep, proses, dan aplikasi.
the Perioperative Setting. Jakarta : salemba medika
Assosiation of Operating Room Muttaqin, Arif. 2012. Buku saku
Nurse Journal gangguan muskuluskeletal
http://search.proquest.com/docvi aplikasi pada praktik klinik
ew/215290670/fulltextPDF/139F keperawatan. Jakarta : salemba
C18B39C6A0CC6BD/2?account medika
id=34598. Diakses tanggal 25 Morton. Patricia G, Fontaine. Dorrie.
Oktober 2012. 2012. Keperawatan kritis.
Pendekatan asuhan holistic.
Volume 1. Jakarta : EGC
Asuhan Keperawatan Pada An. W Dengan Open Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal Sinistra Di RSO Prof. DR. R 15
Soeharso Surakarta (Amalia Fauziah)

NANDA (Nursing Diagnosis and


Clasification). 2007. Diagnosa
Nanda NIC & NOC Disertai
Discharge Planning. Philadelpia
Omoigui, Sota . 2007. Buku saku obat-
obatan anestesia. Jakarta: EGC.
Pamungkas, Idris Yani. 2008. Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Pre Operasi Hernia
di RSUD Sragen. Surakarta :
UMS
Price, A. Wilson. 2005. Patofisiologi
Konsep Proses-Proses Penyakit,
Edisi 4. Jakarta : EGC.
Rasyid, Hermawan Nagar. 2008.
Seminar Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Di Rumah
Sakit. FK. UNPAD: Bandung
Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi II. Jakarta : EGC
Stanley, Hoppenfeld. 2011. Terapi dan
Rehabilitasi Fraktur. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 Vol. 2. Jakarta : EGC.
World Health of Organitation. 2009.
World Report on Road Traffic
Injury Prevention. Diakses
tanggal 23 Oktober 2012
http://www.who.com/
Yao, F.S.F, Artusio. 2002.
Anesthesiology, Problem
Oriented Patient Management.
USA : Lippincott Williams and
Wilkins.

*Amalia Fauziah: Mahasiswa Profesi


Ners FIK UMS. Jln. A Yani Tromol Post 1
Kartasura
**Sulastri, S.Kp., M.Kes: Dosen
Pembimbing Akademik Keperawatan FIK
UMS Jln. A. Yani Tromol Post 1
Kartasura.
***Yunus, S.Kep., Ns: Dosen
Pembimbing Klinik Keperawatan FIK
UMS Jln. A. Yani Tromol Post 1
Kartasura.

Anda mungkin juga menyukai