Anda di halaman 1dari 7

I.

PEMBAHASAN
Praktikum ini adalah mengenai pembuatan garam kompleks dan garam rangkap.
Seperti kita ketahui bersama, garam merupakan hasil reaksi antara asam dan basa,
prosesnya disebut netralisasi dimana sejumlah asam dan basa murni yang ekuivalen
dicampur dan larutannya diuapkan sehingga akan tertinggal suatu Kristal yang tidak
memiliki ciri-ciri khas suatu asam atau basa.
Percobaan pertama adalah pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga (II)
sulfat monohidrat, CuSO4.5H2O sebagai penyedia atom pusat ditimbang 1,0027 gram
lalu dilarutkan dalam 5 mL aquabidest, akan terbentuk larutan berwarna biru muda,
setelah itu ditambahkan asam ammonia pekat sebagai penyedia ligan yang dilakukan
dalam ruang asam, karena ammonium yang digunakan bersifat pekat dan mudah
menguap, dilakukan pengadukan sehingga semua Kristal larut sempurna, larutan yang
dihasilkan berwarna biru tua. Ammonia pekat bertindak sebagai ligan yang akan
menggantikan ligan pergi yaitu air (H2O), karena ligan NH3 lebih kuat dibandingkan
ligan H2O sehingga akan lebih mudah bagi ligan NH3 untuk menggantikan H2O.
Larutan ditambahkan dengan ethanol melalui dinding gelas kimia sehingga
larutan tertutupi oleh ethanol, penetesan ethanol melalui dinding gelas kimia
dimaksudkan agar ethanol tersebut benar-benar berada pada permukaan dan tidak
bercampur dengan larutan melainkan dapat menutupi larutan secara perlahan-lahan
melalui dinding gelas kimia. Penambahan ethanol ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya penguapan pada ammonia, karena apabila ammonia menguap, maka ligan
akan habis sebab ammonia meruapakan penyedia ligan serta untuk mengikat molekul
air yang terdapat dalam larutan yang mungkin dapat mengganggu proses
pengendapan. Larutan ditutup dengan kaca arloji atau aluminium foil untuk
menghindari kontak dengan udara, lalu didiamkan selama dua hari, karena proses
pembentukkan garam tersebut sangat lambat. Larutan jangan sampai mengalami
goncangan karena dapat mempengaruhi proses pengendapan.
Kompleks tembaga (Cu) membutuhkan waktu yang lama untuk penggantian
ligan-ligannya. Senyawa kompleks yang membutuhkan waktu yang lama dalam
penggantian ligan-ligannya disebut senyawa kompleks lembam.
Gambar larutan setelah didiamkan selama dua hari adalah sebagai berikut:

Larutan yang dihasilkan berwarna ungu dengan adanya endapan. Endapan yang
terbentuk disaring dengan kertas saring. Kemudian dicuci dengan campuran
ammonia: ethanol (1:1) yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor dan
kontaminan yang terdapat dalam endapan karena molekul pelarut ammonia akan
menarik molekul-molekul ammonia sisa yang mungkin tidak bereaksi, sedangkan etil
alkhol atau ethanol akan menarik molekul etil alkohol yang sebelumnya ditambahkan.
Pencucian dilakukan lagi menggunakan ethanol 2 mL untuk mencegah terjadinya
ionisasi, karena jika ditambahkan dengan aquades garam akan terionisasi menjadi
ion-ion penyusunnya.
Endapan dikeringkan di dalam oven agar terbebas dari filtratnya, lalu ditimbang
dan beratnya sebesar 2,2988 gram..
Gambar dari Kristal yang sudah kering adalah sebagai berikut:
Kristal yang dihasilkan berwarna ungu yang merupakan Kristal dari garam
kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat. Kristal ungu merupakan warna kompleks
dengan bentuk planar segitiga.
SO 4
H3N NH3
Cu
H3N NH3
Garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat.
Rendemen Kristal yang terbentuk dihitung. Rendemen yang dihasilkan adalah
145,652 % , Hal ini menujukkan cukup banyak garam yang terbentuk dari percobaan
ini.
Percobaan ini adalah perbandingan sifat garam tunggal dengan garam kompleks,
sedikit CuSO4.5H2O dilarutkan dalam 5 mL aquades menghasilkan larutan berwarna
biru muda (++). Reaksi yang terjadi pada garam tunggal adalah sebagai berikut:
CuSO4 + 5 H2O (Cu(OH)5)2+ + SO42-
Larutan ini merupakan garam tunggal Cu(II) yang memiliki warna biru baik
dalam bentuk hidrat, padat maupun dalam larutan air, warna ini khas untuk ion penta
akuo kuprat(II).
Percobaan kedua adalah pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat.
Ammonium sulfat (NH4)2SO4 ditimbang 1,3280 gram dan Tembaga Sulfat (CuSO4)
ditimbang 2,5012 gram. Ammonium sulfat ((NH4)2SO4) dan Tembaga sulfat (CuSO4)
selanjutnya dilarutkan dalam 10 mL aquabidest sehingga menghasilkan larutan yang
berwarna biru keruh. Warna biru keruh tersebut terjadi sebagai akibat campuran yang
kurang sempurna (heterogen). Garam ammonium sulfat merupakan garam yang
kristal stabil dari ion NH4+ tetrahedral yang kebanyakan larut dalam air. Garam dari
asam kuatnya terionisasi sebelumnya dan larutannya sedikit bersifat asam, reaksi
yang terjadi:
NH4+ + H2O  NH3 + H3O+
Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat,
padat maupun larutan air.
Larutan selanjutnya dipanaskan dengan oven dalam suhu 80°C, setelah
dipanaskan kekeruhan yang terdapat dalam larutan perlahan-lahan menghilan dan
membentuk larutan homogeny berwarna biru muda jernih dan pemanasan diakukan
untuk mempercepat pembentukkan atau pengendapan garam kupri ammonium sulfat,
dilakukan selama dua jam dalam penggantian ligannya.
Gambar larutan yang telah dipanaskan adalah sebagai berikut:

Endapan terlihat pada gambar atas dimana endapan ini adalah merupakan garam
kupri ammonium sulfat. Larutan ammonia jika ditambahkan pada larutan tembaga
(II) Sulfat dalam jumlah yang sedikit akan menghasilkan endapan biru suatu garam
basa (tembaga sulfat basa) dengan reaksi:
CuSO4.5H2O + 2(NH4)2SO4 CuSO4(NH4)3(SO4)3
Jika reagensia yang diberikan berlebihan maka endapan dapat larut kembali dan
warna menjadi biru tua, yang disebabkan oleh terbentuknya ion komples tetraamino
kuprat (II).
Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3 2 [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2OH-
Endapan Kristal disaring dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan
Kristal dari filtratnya di dalam oven agar sisa larutan dalam Kristal hilanh. Kristal
yang telah kering ditimbang dan beratnya 2,1206 gram. Rendemen yang dihasilkan
adalah 52,565 % yang berarti garam ammonium sulfat dari hasil reaksi terbentuk
sebanyak 53%.

Gambar Kristal ammonium sulfat dari percobaan adalah

Kristal yang dihasulkan berwarna biru muda. Zat yang menyerap warna pada
panjang gelombang tertentu dari sinar tampak, maka zat itu akan meneruskan warna
komplementer yang nampak pada mata kita. CuSO 4 anhidrat berwarna biru karena
menyerap sinar inframerah, CuSO4.5H2O biru karena menyerap warna kuning.
[Cu(OH)2(NH3)4]2+ berwarna biru karena menyerap warna hijau kekuningan. Warna
biru yang terjadi disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks tetraamin tembaga (II)
[Cu (NH3)4]2+. Struktur dari garam rangkap kupri ammonium sulfat ini adalah.
NH3SO 4 NH3
SO 4 Cu SO 4
NH3 NH3
SO 4
Sebenarnya ada dua molekul H2O dalam kompleks tersebut, namun jaraknya
terhadap ion pusat sangat jauh dengan tempat NH 3 yang ada. Garis putus-putus yang
menghubungkan SO4 dengan Cu merupakan valensi primer dimana SO4 ada diluar
daerah koordinasi sehingga mudah putus dan terbentuk ion [Cu(NH3)4]2+. Hal ini
menunjukkan bahwa garam rangkap jika dilarutkan dalam air akan terionisasi.
Fungsi perlakuan :
 Penimbangan untuk mengetahui massa kristal awal dan massa kristal yang
terbentuk secara akurat       
 Pengadukan untuk mempercepat terjadinya reaksi akibat energi kinetik yang
semakin besar
 Pencampuran kedua zat berfungsi agar kedua zat dapat saling bereaksi
sehingga terbentuk senyawa baru
 Pendinginan untuk mencapai derajat jenuh pada larutan sehingga endapan
lebih cepat terbentuk
 Penyaringan untuk memisahkan endapan senyawa kompleks yang terbentuk
dari filtratnya
 Pengeringan untuk menguapkan pelarut sehingga diperoleh kristal yang
kering tanpa mengandung air
Fungsi reagen :
 CuSO4.5H2O sebagai bahan baku atau bahan utama dalam pembuatan garam
Cu(NH3)4SO4.H2O dan CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yaitu sebagai penyedia atom
pusat Cu2+ yang berikatan dengan ligan.
 NH3 dan (NH4)2SO4 sebagai ligan yang berikatan dengan Cu2+ dan mendesak
molekul air untuk keluar
 Etanol 96% untuk memekatkan larutan sehingga memicu endapan cepat
terbentuk
 H2O panas untuk melarutkan, agar kelarutan bertambah digunakan H 2O
panas agar kelarutan bertambah.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan garam anorganik adalah :
1.    Sifat Solute dan Solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula, solute yang
non polar akan larut dalam solvent yang non polar pula.
2.    Cosolvensi
Consolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.
3.    Temperatur
Zat padat yang bersifat endoterm kelarutannya bertambah ketika suhu
dinaikkan karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
4.    Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara
senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
        Senyawa kompleks berhidrat adalah garam yang mengandung molekul air
dalam perbandingan tertentu yang terikat baik pada atom pusat atau terkristalisasi
dengan senyawa kompleks. Senyawa kompleks anhidrat adalah senyawa yang
kehilangan atau tidak memilki molekul air.
       
Faktor kesalahan dalam percobaan :
 Kesalahan dalam penambahan reagen atau dalam penimbangan kristal
 Pengadukan yang tidak sempurna
 Pengeringan yang berlebihan
 Pendinginan campuran yang kurang lama sehingga endapan tidak terbentuk
maksimal

Anda mungkin juga menyukai