Anda di halaman 1dari 11

F4.

UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT PMT (PEMBERIAN


MAKANAN TAMBAHAN) BAYI DAN LANSIA

BAYI dan BALITA

LATAR BELAKANG

Masalah gizi dapat terjadi pada setiap siklus kehidupan, dimulai sejak janin. hingga
menjadi bayi, anak, dewasa sampai usia lanjut. Saat ini Indonesia menghadapi
masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dalam bentuk Kurang energy Protein, kurang
vitamin A, Anemia dan gangguan akibat kurang Iodium dan gizi lebih berkaitan
dengan timbulnya penyakit degenerative seperti Diabetes Mellitus,
jantung,hipertensi,dll. Masalah gizi kurang merupakan salah satu faktor penyebab
kematian bayi. Keadaan tersebut secara langsung disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang mencukupi gizi balita. Oleh sebab itu untuk membantu mencukupi kebutuhan
gizi masyarakat tentang anak balita, pemerintah mengembangkan program Pemberian
Makanan Tambahan (PMT).

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan pemberian makanan kepada


balita dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu beserta kegiatan pendukung
lainnya dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. Serta mengandung
nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran.

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ada dua macam yaitu Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) pemulihan dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan.
Memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang
dibutuhkan oleh balita.

PMT pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sekaligus


sebagai pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran. PMT pemulihan diberikan dalam
bentuk makanan atau bahan makanan lokal. Hanya dikonsumsi oleh balita gizi buruk
dan sebagai tambahan makanan sehari-hari bukan sebagai makanan pengganti
makanan utama.
Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal. Jika bahan
lokal terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat
dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan.
Diuatamakan berupa sumber protein hewani dan nabati serta sumber vitamin dan
mineral terutama berasaal dari sayur dan buah. PMT pemulihan ini diberikan sekali
dalam satu hari selama 90 hari berturut-turut atau 3 bulan.

Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT pemulihan
pabrikan merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam bentuk biskuit yang
mengandung 10 vitamin dan 7 mineral. Biskuit hanya untuk anak usia 12 – 24 bulan
melalui pengadaan Departemen Bina Gizi Masyarakat Depkes RI, dengan nilai gizi :
energi total 180 kkal, lemak 6 gram, protein 3 gr. Jumlah persajinya mengandung 29
gr karbohidrat total, 2 gr serat pangan, 8 gr gula dan 120 mg natrium.

Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis yanitu
berupa Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak usia 6 – 23
bulan ) dan makanan tambahan untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan berupa
makanan keluarga.

PMT Penyuluhan adalah makanan tambahan yang diberikan kepada balita yang
disediakan oleh kader posyandu. Tujuan PMT Penyuluhan adalah sebagai sasaran
penyuluhan kepada orang tua balita tentang makanan kudapan ( snack ) yang baik
diberikan untuk balita, sebagai sarana untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi
balita, dan sebagai sarana untuk menggerakkan peran serta masyarakat dalam
mendukung kesinambungan penyelenggaraan posyandu.

PERMASALAHAN
- Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang
- Anak tidak mendapat gizi yang memadai
- Anak menderita penyakit infeksi

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


- Perawatan/ pengobatan gratis di Rumah Sakit dan Puskesmas balita gizi buruk dan
keluarga miskin.
- Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa MP-ASI bagi anak 6 - 29 bulan dan
PMT pemulihan pada anak 24 - 59 bulan kepada balita gizi kurang dari keluarga
miskin.
- Pemberian suplementasi gizi (Kapsul vitamin A, tablet Fe).

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan
Hari/ Tanggal : Rabu dan Kamis/ 8-9 Januari 2020
Pukul : 08.00 WIB s/d 10.00 WIB
Tempat : Puskesmas Dempo
Peserta : Bayi dan balita yang datang ke Puskesmas Dempo

MONITORING DAN EVALUASI


- Kegiatan berjalan dengan baik
- Pengetahuan perkembangan berat bayi dan balita
- Peningkatan berat badan bayi dan balita

IBU HAMIL
LATAR BELAKANG
Status gizi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan kesehatan
di Indonesia. Anak balita, anak usia sekolah, dan ibu hamil merupakan kelompok
rawan gizi yang sangat perlu mendapat perhatian khusus karena dampak negatif yang
ditimbulkan apabila menderita kekurangan gizi. Salah satu masalah kekurangan gizi
pada ibu hamil adalah Kekurangan energi kronik (KEK). Kekurangan energi kronik
(KEK) merupakan kondisi ibu hamil yang disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan asupan gizi antara energi dan protein, sehingga zat gizi yang
dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko
kematian mendadak pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat
bayi lahir rendah (BBLR). Tingginya angka kurang gizi pada ibu hamil ini juga
mempunyai kontribusi terhadap tingginya angka BBLR di Indonesia yang mencapai
10,2% berdasarkan Kemenkes RI tahun 2016. Penyebab utama terjadinya KEK pada
ibu hamil yaitu sejak sebelum hamil ibu sudah mengalami kekurangan energi, karena
kebutuhan orang hamil lebih tinggi dari ibu yang tidak dalam keadaan hamil.
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan
energi dan zat gizi lainnya meningkat selama hamil. Untuk mengatasi kekurangan gizi
yang terjadi pada ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) perlu diselenggarakan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan.
PERMASALAHAN
1. Ibu hamil menderita KEK dan anemia cenderung melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR).
2. Faktor risiko ibu hamil yang menderita KEK antara lain:
 Berat badan ibu sebelum hamil < 42 Kg
 Tinggi badan ibu < 145 cm
 Berat badan ibu pada hamil trimester III < 45 Kg
 IMT sebelum hamil < 17.0
 Ibu menderita anemia (Hb < 11g %)
3. Risiko kesakitan lebih besar terutama pada trimester III.
4. Risiko meninggal 5 kali lebih besar dan 6 kali lebih besar menderita infeksi juga.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. MT diberikan pada ibu hamil KEK yaitu ibu hamil yang memiliki ukuran Lingkar
Lengan Atas (LiLA) dibawah 23,5 cm
2. Pemberian MT pada ibu hamil terintegrasi dengan pelayanan Antenatal Care
(ANC)
3. Tiap bungkus MT ibu hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60 gram)
4. Pada kehamilan trimester I diberikan 2 keping per hari hingga ibu hamil tidak lagi
berada dalam kategori Kurang Energi Kronis (KEK) sesuai dengan pemeriksaan
Lingkar Lengan Atas (LiLA)
5. Pada kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping per hari hingga ibu hamil
tidak lagi berada dalam kategori Kurang Energi Kronis (KEK) sesuai dengan
pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LiLA)
6. Pemantauan pertambahan berat badan sesuai standar kenaikan berat badan ibu
hamil. Apabila berat badan sudah sesuai standar kenaikan berat badan selanjutnya
mengonsumsi makanan keluarga gizi seimbang.

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan
Hari/ Tanggal : 11 - 29 Januari 2020
Pukul : 08.00 WIB s/d 10.00 WIB
Tempat : Puskesmas Dempo
Peserta : Ibu hamil yang berkunjung ke Poliklinik KIA Puskesmas Dempo
MONITORING DAN EVALUASI
- Dilakukan pencatatan dan pendataan ibu hamil dimulai identitas pasien, usia
kehamilan, kemudian dilakukan pengukuran BB, TB, LiLa dan status gizi ibu hamil.
- Jumlah pasien ibu hamil yang datang ke Puskesmas Dempo selama periode bulan
Januari 2020 berjumlah 11 orang diantaranya 5 ibu hamil berstatus KEK dan 6 ibu
hamil berstatus normal.
- Pemberian PMT pada ibu hamil periode bulan Januari 2020 adalah pemberian tahap
I (pertama)

LANSIA

LATAR BELAKANG
Angka keberhasilan pembangunan, terutama dibidang kesehatan, secara tidak
langsung telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk, serta
meningkatkan angka harapan hidup, meskipun tidak sekaligus berarti mutu kehidupan
yang gilirannya menimbulkan perubahan struktur penduduk, sekaligus menambah
jumlah penduduk lansia. Status kesehatan lansia tidak boleh terlupakan karena
berpengaruh dalam penilaian kebutuhan akan zat gizi. Bagi lansia pemenuhan
kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik yang dapat membantu dalam proses
beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya
selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat
memperpanjang usia. Ada lansia yang tergolong sehat dan ada yang tergolong kronis.
Disamping itu, sebagian lansia masih mampu mengurus diri sendiri, sementara
sebagian lain tidak.
Banyak masalah gizi yang dialami lansia sehingga membutuhkan bantuan dalam
penanggulangannya. Untuk menanggulangi masalah gizi yang dialami lansia dapat
dilakukan dengan menjalankan beberapa program penanggulangan masalah gizi pada
lansia.

PERMASALAHAN
1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota kota besar.
Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih,
apalagi pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik.
Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit
jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan
menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan
kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Perencanaan makan secara umum
1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang
terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu di perhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya
diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang
kecil. Contoh menu :
Pagi : Bubur ayam
Jam 10.00 : Roti
Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya
Jam 16.00 : Nagasari
Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, dan pisang.
3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan
memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak
seperti santan, mentega dll.
5. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
 Makanlah makanan yang mudah dicerna. 
 Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng-gorengan.
 Bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang baik,
makanan harus lunak/ lembek atau dicincang.
 Makan dalam porsi kecil tetapi sering
 Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan.
6. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna
pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
7. Makanan mengandung zat besi seperti: kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah
lemak, bayam, dan sayuran hijau.
8. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau
dipanggang, kurangi makanan yang digoreng.

Perencanaan makan untuk mengatasi perubahan saluran cerna


Untuk mengurangi risiko konstipasi dan hemoroid:
1. Sarankan untuk mengkonsumsi makanan berserat tinggi setiap hari, seperti sayuran
dan buah-buahan segar, roti dan sereal.

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan
Hari/ Tanggal : Senin s/d Sabtu/ 18 - 23 November 2019
Pukul : 08.00 WIB s/d 10.00 WIB
Tempat : Poli Lansia Puskesmas Dempo
Peserta : Pasien lanjut usia (60 tahun keatas) yang datang ke Poli Lansia Puskesmas
Dempo

MONITORING DAN EVALUASI


- Mengamati perkembangan kondisi pasien lansia antara lain: mengecek pemahaman
dan ketaatan diet pasien, mengecek asupan makan pasien, menentukan apakah
intervensi dilaksanakan sesuai rencana, mengumpulkan informasi yang menunjukkan
alasan tidak adanya perkembangan dari kondisi pasien.
SCREENING KESEHATAN ANAK SMP N 6 PALEMBANG
LATAR BELAKANG
Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan,
selain jumlahnya yang besar (±24%) dari jumlah penduduk, mereka juga merupakan
sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik di sekolah. Masalah
kesehatan pada peserta didik sangat kompleks dan bervariasi. Pada anak usia SD/MI
permasalahan kesehatan yang terjadi lebih terkait pada perilaku hidup bersih
(kebiasaan cuci tangan pakai sabun, kebersihan diri, gosok gigi, dll) dan gizi
seimbang. Sedangkan pada anak usia SMP/MTs dan SMA/SMK/MA permasalahan
yang terjadi terkait gaya hidup/perilaku berisiko terhadap kesehatan seperti konsumsi
makanan, jajan, merokok, tawuran, bullying, seks pranikah, NAPZA dll.
Melihat permasalahan yang ada, peningkatan kesehatan usia sekolah dan remaja
diutamakan pada upaya promotif dan preventif. Salah satunya dilakukan melalui
Usaha Kesehatan Sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup
sehat dan prestasi belajar peserta didik sehingga dapat dihasilkan sumber daya
manusia yang sehat dan berkualitas. Salah satu upaya meningkatkan kesehatan maka
dilakukan program screening kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi dini siswa
yang memiliki masalah kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini
mungkin.

PERMASALAHAN
1. Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang rawan terhadap masalah
kesehatan
2. Usia sekolah sangat peka untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat
3. Sekolah merupakan institusi masyarakat yang terorganisasi dengan baik.
4. Keadaan kesehatan anak sekolah akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar
yang di capai.
5. Anak sekolah merupakan kelompok terbesar dari kelompok usia anakanak yang
menerapkan wajib belajar.
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Skrining yang dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan umum meliputi hygiene
perorangan, indikasi kelainan gizi dengan melihat warna rambut kusam atau mudah
dicabut, bibir kering, pecah-pecah, sudut mulut luka dan kulit keriput/ pucat,
pengukuran tekanan darah, nadi. Skrining juga meliputi pemeriksaan tanda-tanda fisik
kekurangan vitamin A, pemeriksaan gigi dan mulut, pemeriksaan tajam penglihatan
(visus), pemeriksaan telinga serta penilaian status gizi melalui pengukuran
antropometri berat badan dan tinggi badan untuk menentukan Indeks Massa Tubuh
(IMT). Untuk siswi berjenis kelamin perempuan dilakukan pengukuran LiLa.
Untuk siswa yang memiliki masalah kesehatan seperti telinga kotor, gangguan
ketajaman penglihatan serta permasalahan gigi caries maupun gigi sanggar akan
diberi rujukan untuk mendapat tindakan lebih lanjut di Puskesmas maupun Rumah
Sakit untuk mencegah penyakit menjadi lebih buruk.

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan
Hari/ Tanggal : Rabu, 18 Desember 2019
Pukul : 08.00 WIB s/d 10.00 WIB
Tempat : SMP N 6 Palembang
Peserta : Seluruh Siswa/i Kelas 7 SMP N 6 Palembang

MONITORING DAN EVALUASI


- Dilakukan pencatatan dan pendataan setiap siswa/i yang memiliki masalah
kesehatan
- Kegiatan berjalan dengan baik
SCREENING KESEHATAN ANAK SMA TAMAN SISWA PALEMBANG
LATAR BELAKANG
Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan,
selain jumlahnya yang besar (±24%) dari jumlah penduduk, mereka juga merupakan
sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik di sekolah. Masalah
kesehatan pada peserta didik sangat kompleks dan bervariasi. Pada anak usia SD/MI
permasalahan kesehatan yang terjadi lebih terkait pada perilaku hidup bersih
(kebiasaan cuci tangan pakai sabun, kebersihan diri, gosok gigi, dll) dan gizi
seimbang. Sedangkan pada anak usia SMP/MTs dan SMA/SMK/MA permasalahan
yang terjadi terkait gaya hidup/perilaku berisiko terhadap kesehatan seperti konsumsi
makanan, jajan, merokok, tawuran, bullying, seks pranikah, NAPZA dll.
Melihat permasalahan yang ada, peningkatan kesehatan usia sekolah dan remaja
diutamakan pada upaya promotif dan preventif. Salah satunya dilakukan melalui
Usaha Kesehatan Sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup
sehat dan prestasi belajar peserta didik sehingga dapat dihasilkan sumber daya
manusia yang sehat dan berkualitas. Salah satu upaya meningkatkan kesehatan maka
dilakukan program screening kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi dini siswa
yang memiliki masalah kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini
mungkin.

PERMASALAHAN
1. Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang rawan terhadap masalah
kesehatan
2. Usia sekolah sangat peka untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat
3. Sekolah merupakan institusi masyarakat yang terorganisasi dengan baik.
4. Keadaan kesehatan anak sekolah akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar
yang di capai.
5. Anak sekolah merupakan kelompok terbesar dari kelompok usia anakanak yang
menerapkan wajib belajar.
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Skrining yang dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan umum meliputi hygiene
perorangan, indikasi kelainan gizi dengan melihat warna rambut kusam atau mudah
dicabut, bibir kering, pecah-pecah, sudut mulut luka dan kulit keriput/ pucat,
pengukuran tekanan darah, nadi. Skrining juga meliputi pemeriksaan tanda-tanda fisik
kekurangan vitamin A, pemeriksaan gigi dan mulut, pemeriksaan tajam penglihatan
(visus), pemeriksaan telinga serta penilaian status gizi melalui pengukuran
antropometri berat badan dan tinggi badan untuk menentukan Indeks Massa Tubuh
(IMT). Untuk siswi berjenis kelamin perempuan dilakukan pengukuran LiLa.
Untuk siswa yang memiliki masalah kesehatan seperti telinga kotor, gangguan
ketajaman penglihatan serta permasalahan gigi caries maupun gigi sanggar akan
diberi rujukan untuk mendapat tindakan lebih lanjut di Puskesmas maupun Rumah
Sakit untuk mencegah penyakit menjadi lebih buruk.

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan
Hari/ Tanggal : Senin, 16 Desember 2019
Pukul : 08.00 WIB s/d 10.00 WIB
Tempat : SMA Taman Siswa Palembang
Peserta : Seluruh Siswa/i Kelas 10 SMA Taman Siswa Palembang

MONITORING DAN EVALUASI


- Dilakukan pencatatan dan pendataan setiap siswa/i yang memiliki masalah
kesehatan
- Kegiatan berjalan dengan baik

Anda mungkin juga menyukai