Disusun Oleh :
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia
Jakarta
2015
Daftar Isi
LAMPIRAN..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
1. Bagi Peneliti
Sebagai masukan dan tambahan peneliti untuk dijadikan dasar
penelitian selanjutnya
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang efektitas metode terapi baru dalam
menangani hipertensi
3. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan masukan untuk perencanaan selanjutnya dalam
penanganan hipertensi.
V. HIPOTESIS
Pada tahun 2005, WHO memperkirakan 1,56 miliar orang dewasa menderita
hipertensi yang menyebabkan kematian pada 8 juta orang di seluruh dunia dan
hampir 1,5 juta orang di ASEAN. Berdasarkan data dari National Heart, Lung,
and Blood Institute (NHLBI) dilaporkan hampir 50 juta orang Amerika menderita
hipertensi dan terdapat dua juta kasus baru setiap tahunnya yang terdiagnosis
menderita hipertensi. Pada tahun 2000 kunjungan ke dokter akibat hipertensi
mencapai 10,4 juta. (Sheps SG, 2005)
Dikutip dari: Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.
1).Usia
Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian
sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan
serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan
kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan
(Aris Sugiarto, 2007).
Jika ada riwayat keluarga dekat yang memiliki faktor keturunan hipertensi,
akan mempertinggi risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluarga dengan
riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat
(Sheldon G, 2005).
Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai selain garam dapur adalah
penyedap masakan atau monosodium glutamat (MSG). Pada saat ini budaya
penggunaan MSG sudah sampai pada taraf sangat mengkhawatirkan, di mana
semakin mempertinggi risiko terjadinya hipertensi (I Made Astawan, 2011).
6). Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab
rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke
otak. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan
memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi
(Lam Murni, 2011).
5). Obesitas
Obesitas merupakan suatu keadaan di mana indeks massa tubuh lebih dari atau
sama dengan 30. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena
beberapa sebab. Pada penderita hipertensi ditemukan 20-30% menderita berat
badan berlebih.46 Makin besar massa tubuh, makin banyak pula suplai darah yang
dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hal ini
mengakibatkan volume darah yang beredar melalui pembuluh darah akan
meningkat sehingga tekanan pada dinding arteri menjadi lebih besar (Mayo
Clinical Staff, 2012).
2.7.1 Diuretik
2.7.2 Beta-blocker
Beta-blocker memblok beta-adrenoseptor. Reseptor ini diklasifikasikan menjadi
reseptor beta-1 dan beta-2. Reseptor beta-1 terutama terdapat pada jantung
sedangkan beta-2 banyak ditemukan di paru-paru, pembuluh darah perifer, dan
otot lurik. Reseptor beta juga dapat ditemukan di otak. Terapi menggunakan beta-
blocker akan megantagonis semua efek peningkatan cardiac output, peningkatan
tahanan perifer dan peningkatan sodium oleh stimulasi reseptor beta pada otak dan
perifer sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
Efek samping
Blokade reseptor beta‐2 pada bronkhi dapat mengakibatkan bronkhospasme,
bahkan jika digunakan beta‐bloker kardioselektif. Efek samping lain adalah
bradikardia, gangguan kontraktil miokard, dan tanga‐kaki terasa dingin karena
vasokonstriksi akibat blokade reseptor beta‐2 pada otot polos pembuluh darah
perifer. Kesadaran terhadap gejala hipoglikemia pada beberapa pasien DM tipe 1
dapat berkurang. Hal ini karena beta‐blocker memblok sistem saraf simpatis yang
bertanggung jawab untuk “memberi peringatan“ jika terjadi hipoglikemia.
Berkurangnya aliran darah simpatetik juga menyebabkan rasa malas pada pasien.
2.7.3 ACE inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) menghambat secara kompetitif
pembentukan angiotensin II dari prekursor angiotensin I yang inaktif, yang
terdapat pada darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar adrenal dan otak.
ACE juga bertanggungjawab terhadap degradasi kinin, termasuk bradikinin, yang
mempunyai efek vasodilatasi. Penghambatan degradasi ini akan menghasilkan
efek antihipertensi yang lebih kuat.
Efek samping
Sebelum mulai memberikan terapi dengan ACEi fungsi ginjal dan kadar elektrolit
pasien harus dicek. Monitoring ini harus terus dilakukan selama terapi karena
kedua golongan obat ini dapat mengganggu fungsi ginjal. Baik ACEi dapat
menyebabkan hiperkalemia karena menurun‐kan produksi aldosteron, sehingga
suplementasi kalium dan penggunaan diuretik hemat kalium harus dihindari jika
pasien mendapat terapi ACEI.
Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien
dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan
umur, kebutuhan, dan usia. Dosis tunggal lebih diprioritaskan karena kepatuhan
lebih baik dan lebih murah. Sekarang terdapat obat yang berisi kombinasi dosis
rendah dua obat dari golongan berbeda. Kombinasi ini terbukti memberikan
efektivitas tambahan dan mengurangi efek samping. Jenis-jenis obat antihipertensi
untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika
(terutama jenis Diuretol), beta blocker, calsium channel blocker, angiotensin
converting enzyme inhibitor, dan angiotensin II receptor blocker. Diuretika
biasanya menjadi tambahan karena meningkatkan efek obat yang lain. Jika
tambahan obat kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal
setelah satu tahun, maka dicoba untuk menghentikan obat pertama melalui
penurunan dosis (Arif Mansjoer, 2001)
KERANGKA TEORITIS
Volume cairan
meningkat
Kontriksi vena
Preload meningkat
Kontraktilitas
meningkat
Kontriksi fungsional
Hipertrofi struktural
- Curah jantung
meningkat
HIPERTENSI - Tahanan perifer
meningkat
KERANGKA KONSEP
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitiaan
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai Maret 2015 s/d Juli 2015
1. Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah semua pasien yang menderita
hipertensi dengan derajat hipertensi 1 sampai derajat 2. Populasi
terjangkau untuk penelitian ini yaitu pasien berusia diantara 30-50
tahun yang dirawat di ruang perawatan RS Suka Sehat
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
inklusi dan eksklusi, dalam kurun waktu tertentu hingga jumlah subjek
penelitian terpenuhi.
1. Kriteria Inklusi :
2. Kriteria Eksklusi :
E. Variable Penelitian
2. Penyajian data
Data yang sudah diolah dan disajikan dalam bentuk grafik dan
dianalisis untuk menggambarkan apakah Hipertasol merupakan obat
Hipertensi yang layak dipakai di pasaran.
H. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
1. Informed consent
2. Pasien mengisi lembar informed consent
3. Didata penderita hipertensi yang berobat di RS yang sesuai criteria
inklusi
4. Seluruh subjek penelitian dilakukan pemeriksaaan meliputi :
1) Pengukuran berat badan dan tinggi badan
2) Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi
5. Tekanan darah diukur dengan tensimeter air raksa . cara mengukur
tekanan darah :
a) Subjek berbaring minimal 10 menit sebelum diperiksa
b) Pasang manset
c) Manset dipompa
6. Subjek yang sudah dipilih dilakukanrandomisasi , kelompok A
diberikkan obat yang diteliti dan kelompok menjadi kontrol.
Setelah waktu ditentukan, perlakuan dihentikan selama beberapa
waktu ( periode wash out ), kemudian dilakukan silang. Subjek
pada kelompok A menjadi kelompok perlakuan A’, sedangkan
kelompok B menjadi control B’. efek perlakuan dibandingkan.
7. Data dianalisis.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
Yth. Responden
NIM :1361050067
3. Responden yang disertakan dalam penelitian ini adalah Semua pasien Hipertensi
usia 30 -50 tahun, Pasien Hipertensi yang sebelumnya sudah menerima terapi
7. Peneliti menjamin bahwa proses penelitian ini tidak akan melakukan tindakan
yang dapat membahyakan responden.
8. Informasi yang diperoleh dari penelitian akan dijamin kerahasiaannya dan hanya
akan digunakan semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian ini.
9. Semua catetan yang berhubungan dengan penelitian ini akan disimpan ditempat
yang terjaga kerahasiannya, dan akan dimusnahkan setelah lima tahun.
10. Responden berhak mengajukan keberatan kepada peneliti jika terdapat hal-hal
yang tidak berkenaan bagi responden, dan selanjutnya akan dicari
penyelesaianya.
Salam hormat
Peneliti